BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen, variabel pengendali, dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja modal intelektual, ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, konsentrasi kepemilikan saham. Variabel pengendali adalah umur listing. Sedangkan untuk variabel dependennya adalah pengungkapan modal intelektual.
1. Pengungkapan Modal Intelektual Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ICD
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ICD 75 14.29 51.79 34.9284 9.25695
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah unit analisis dalam penelitian (N) adalah 75. Variabel Pengungkapan Modal Intelektual (ICD) dari sampel perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 14,29 yang diperoleh PT Bank Pundi Indonesia Tbk pada tahun 2010. Nilai maksimum sebesar 51,79 yang diperoleh oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pada tahun 2010 dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2011. Rata-rata untuk variabel pengungkapan modal intelektual sebesar 34, 9284 dengan standar deviasi 9,25695 artinya standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata. Hal ini menunjukkan sebaran data untuk variabel pengungkapan modal intelektual (ICD) cenderung ke rata-rata. Hal ini menunjukkan perusahaan sampel melakukan pengungkapan tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Frekuensi Pengungkapan Modal Inteleketual pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 14,29 – 21,79 Sangat rendah 9 12% 2. 21,80 – 29,30 Rendah 15 20% 3. 29,31 – 36,81 Cukup 21 28% 4. 36,82 - 44,32 Tinggi 12 16% 5. >44,33 Sangat Tinggi 18 24% TOTAL 75 100%
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.3 menunjukkan terdapat 9 atau 12% unit analisis yang memiliki nilai ICD pada kategori sangat rendah, 15 atau 20% unit analisis berada pada
kategori rendah, 21 atau 28% berada pada kategori cukup, 12 atau 16% berada pada kategori tinggi dan sisanya sebanyak 18 atau 24% berada pada kategori sangat tinggi. Secara umum pengungkapan modal intelektual pada perbankan berada pada kategori yang cukup. Hal ini membuktikan bahwa perbankan merupakan perusahaan yang memiliki modal intelektual cukup tinggi.
2. Kinerja Modal Intelektual
Tabel 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Kinerja Modal Intelektual
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KMI 75 -1.66 6.28 2.8688 1.45661
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.4 menunjukkan variabel kinerja modal intelektual (KMI) memiliki nilai minimum sebesar -1,66 yang diperoleh PT Bank ICB Bumiputera Tbk pada tahun 2011. Nilai maksimum sebesar 6,28 diperoleh PT Bank Panin Tbk pada tahun 2009. Rata-rata variabel kinerja modal intelektual sebesar 2,8688 sedangkan standar deviasi 1,45661. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata, menunjukkan sebaran data perusahaan sampel mempunyai kinerja modal intelektual yang tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Frekuensi Kinerja Modal Intelektual pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. (-1,66) – (-0,07) Sangat rendah 1 1% 2. (-0,08) – 1,51 Rendah 11 15% 3. 1,52 – 3,11 Cukup 33 44% 4. 3,12 – 4,71 Tinggi 23 31% 5. >4,72 Sangat Tinggi 7 9% TOTAL 75 100%
Tabel 4.5 menunjukkan terdapat 1 atau 1% unit analisis yang memiliki nilai KMI pada kategori sangat rendah, 11 atau 15% unit analisis berada pada kategori rendah, 33 atau 44% berada pada kategori cukup, 23 atau 31% berada pada kategori tinggi, dan sisanya sebanyak 7 atau 9% berada pada kategori sangat tinggi. Secara umum kinerja modal intelektual pada perbankan berada pada kategori yang cukup. Hal ini membuktikan bahwa perbankan cukup mampu untuk mengefisiensikan pendayagunaan aset berwujud dan tidak berwujud untuk menciptakan nilai perusahaan, namun sebagian besar kinerja modal intelektual masih berada pada kategori antara sangat rendah dan cukup. Alasan inilah yang mendasari kinerja modal intelektual tidak berpengaruh pada luas pengungkapan modal intelektual.
3. Tingkat Utang
Tabel 4.6 Hasil Analisis Tingkat Utang
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SQRTLEV 75 .66 3.55 2.5184 .56196
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan variabel tingkat utang (LEV) memiliki nilai minimum 0,66 yang diperoleh PT Bank Artha Graha Internasional Tbk pada tahun 2010. Nilai maksimum sebesar 3,55 diperoleh PT Bank Kesawan Tbk pada tahun 2011. Variabel tingkat utang (LEV) memiliki rata-rata 2,5184 dengan standar deviasi 0,56196. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data untuk variabel tingkat utang pada perusahaan sampel tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Frekuensi Tingkat Utang pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 0,66 – 1,24 Sangat rendah 2 3% 2. 1,25 – 1,83 Rendah 4 5% 3. 1,84 – 2,42 Cukup 26 35% 4. 2,43 – 3,01 Tinggi 31 41% 5. >3,02 Sangat Tinggi 12 16% TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 2 atau 3% unit analisis yang memiliki tingkat utang pada kategori sangat rendah, 4 atau 5% unit analisis berada pada kategori rendah, 26 atau 35% berada pada kategori cukup, 31 atau 41% berada pada kategori tinggi dan 12 atau 16% unit analisis berada pada kategori sangat tinggi. Secara umum perbankan yang terdaftar di BEI berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbankan memiliki tingkat ketergantungan pada utang yang tinggi.
4. Ukuran Dewan Komisaris
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SQRUKOM 75 1.41 3.46 2.2292 .42378
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.8 menunjukkan variabel ukuran dewan komisaris (UKOM) memiliki nilai minimum sebesar 1,41 yang diperoleh PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk pada tahun 2010. Nilai maksimum sebesar 3,46 diperoleh PT Bank Agroniaga Tbk pada tahun 2009. Rata-rata variabel ukuran dewan komisaris independen sebesar 2,2292 dengan standar deviasi 0,42378. Standar deviasi lebih
rendah dari nilai rata-rata, menunjukkan sebara data perusahaan sampel mempunyai ukuran dewan komisaris yang tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Dewan Komisaris pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 1,41 – 1,82 Sangat Kecil 19 25% 2. 1,83 – 2,24 Kecil 24 32% 3. 2,25 – 2,66 Cukup 22 30% 4. 2,67 – 3,08 Besar 9 12% 5. >3,09 Sangat Besar 1 1% TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa terdapat 19 atau 25% unit analisis yang memiliki ukuran dewan komisaris pada kategori sangat kecil, 24 atau 32% unit analisis berada pada kategori kecil, 22 atau 30% berada pada kategori cukup, 9 atau 12% berada pada kategori besar dan 1 atau 1% unit analisis berada pada kategori sangat besar. Secara umum ukuran dewan komisaris pada perbankan berada pada kategori kecil. Ukuran dewan komisaris suatu perusahaan tergantung dari kompleksitas perusahaan itu sendiri.
5. Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif Jumlah Rapat Dewan Komisaris
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SQRRAKOM 75 1.73 6.86 3.2266 1.36638
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.10 menunjukkan variabel jumlah rapat dewan komisaris (RAKOM) memiliki nilai minimum sebesar 1,73 yang diperoleh PT Bank Agroniaga Tbk, PT Bank Kesawan Tbk pada tahun 2009 dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk pada tahun 2010. Nilai maksimum sebesar 6,86 diperoleh PT
Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2011. Variabel jumlah rapat dewan komisaris memiliki rata-rata 3,2266 dengan standar 1,36638. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data menunjukkan untuk variabel jumlah rapat dewan komisaris pada perusahaan sampel tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Frekuensi Jumlah Rapat Dewan Komisaris pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 1,73 – 3,44 Jarang 50 66%
2. 3,45 – 5,16 Cukup 14 18%
3. 5,17 – 6,86 Sering 13 16%
TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa terdapat 50 atau 66% unit analisis yang memiliki jumlah rapat dewan komisaris pada kategori jarang, 14 atau 18% unit analisis berada pada kategori cukup, dan 13 atau 16% berada pada kategori sering,. Secara umum jumlah rapat dewan komisaris pada perbankan berada pada kategori jarang.
6. Ukuran Komite Audit
Tabel 4.12 Hasil Analisis Deskriptif Ukuran Komite Audit
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SQRUDIT 75 1.41 2.45 1.9109 .23629
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.12 menunjukkan variabel ukuran komite audit (UDIT) memiliki nilai minimum sebesar 1,41 yang diperoleh PT Bank Agroniaga Tbk dan PT Bank Kesawan Tbk pada tahun 2010. Nilai maksimum sebesar 2,45 diperoleh PT Bank Danamon Tbk selam a tahun 2009-2011 dan PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk pada tahun 2011. Variabel jumlah rapat dewan komisaris memiliki rata-rata 1,9109 dengan standar 0,23629. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data menunjukkan untuk variabel jumlah rapat dewan komisaris pada perusahaan sampel tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Komite Audit pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 1,41 – 1,62 Sangat Kecil 2 3% 2. 1,63 – 1,84 Kecil 36 48% 3. 1,85 – 2,06 Cukup 24 32% 4. 2,07 – 2,28 Besar 8 11% 5. >2,29 Sangat Besar 5 6% TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa terdapat 2 atau 3% unit analisis yang memiliki ukuran komite audit pada kategori sangat kecil, 36 atau 48% unit analisis berada pada kategori kecil, 24 atau 32% berada pada kategori cukup, 8 atau 11% berada pada kategori besar dan 5 atau 6% unit analisis berada pada kategori sangat besar. Secara umum ukuran komite audit pada perbankan berada pada kategori kecil. Ukuran komite audit suatu perusahaan tergantung dari kompleksitas perusahaan itu sendiri.
7. Jumlah Rapat Komite Audit
Tabel 4.14 Hasil Analisis Deskriptif Jumlah Rapat Komite Audit
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SQRRADIT 75 1.00 6.08 3.2356 1.20709
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan variabel jumlah rapat komite audit (RADIT) memiliki nilai minimum 1,00 yang diperoleh PT Bank Swadesi Tbk
pada tahun 2011. Nilai maksimum sebesar 6,08 diperoleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2010 dan 2011. Variabel jumlah rapat komite audit (RADIT) memiliki rata-rata 3,2356 dengan standar deviasi 1,20709. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data untuk variabel tingkat utang pada perusahaan sampel tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.15 Hasil Analisis Frekuensi Jumlah Rapat Komite Audit pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 1,00 – 2,68 Jarang 26 35%
2. 2,69 – 4,37 Cukup 37 49%
3. 4,38 – 6,08 Sering 12 16%
TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa terdapat 26 atau 35% unit analisis yang memiliki jumlah rapat komite audit pada kategori jarang, 37 atau 49% unit analisis berada pada kategori cukup, dan 12 atau 16% berada pada kategori sering. Secara umum jumlah rapat komite audit pada perbankan berada pada kategori cukup.
8. Konsentrasi Kepemilikan Saham
Tabel 4.16 Hasil Analisis Deskriptif Konsentrasi Kepemilikan Saham
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KONST 75 21.70 100.00 60.2427 19.73704 Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.16 menunjukkan variabel konsentrasi kepemilikan saham (KONST) memiliki nilai minimum sebesar 21,70 atau 21,70% yang diperoleh PT Bank Capital Indonesia Tbk pada periode 2009 dan 2010. Nilai maksimum 100,00
atau 100% yang diperoleh PT Bank Mutiara Tbk pada periode 2010 dan 2011. Variabel konsentrasi kepemilikan saham (KONST) memiliki rata-rata 60, 2427 atau 60,2427% dengan standar deviasi 19,73704. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data untuk variabel konsentrasi kepemilikan saham pada perusahaan sampel tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Frekuensi Konsentrasi Kepemilikan Saham pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 21,70 – 37,36 Sangat Kecil 6 8% 2. 37,37 – 53,03 Kecil 18 24% 3. 53,04 – 68,70 Cukup 27 36% 4. 68,71 – 84,37 Besar 13 17% 5. >84,38 Sangat Besar 11 15% TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa terdapat 6 atau 8% unit analisis yang memiliki nilai konsentrasi kepemilikan saham pada kategori sangat kecil, 18 atau 24% unit analisis berada pada kategori kecil, 27 atau 36% unit analisis berada pada kategori cukup, 13 atau 17% unit analisis berada pada kategori besar dan 11 atau 15% unit analisis berada pada kategori sangat besar. Hal ini menunjukkan sebagian besar perbankan memiliki konsentrasi kepemilikan saham yang tergolong cukup. Jika dilihat interval untuk kategori kecil dengan batas sebesar 53,03 hal ini sudah menunjukkan bahwa perbankan memiliki konsentrasi kepemilikan saham yang besar atau dalam arti terkonsentrasi pada satu kelompok atau individu utama.
9. UmurListing
Tabel 4.18 Hasil Analisis Deskriptif UmurListing
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SQRAGE 75 1.00 5.39 3.0715 1.09947
Valid N (listwise) 75
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.18 menunjukkan variabel umur listing (AGE) memiliki nilai minimum sebesar 1,00 yang diperoleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk pada tahun 2009. Nilai maksimum 5,39 yang diperoleh PT Bank Panin Tbk pada tahun 2011. Variabel konsentrasi kepemilikan saham (KONST) memiliki rata-rata 3,0715 dengan standar deviasi 1,09974. Standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran data untuk variabel konsentrasi kepemilikan saham pada perusahaan sampel tidak jauh beda atau hampir sama.
Tabel 4.19 Hasil Analisis Frekuensi Umur Listing pada Perbankan Tahun 2009-2011
No Interval Kriteria Frekuensi Persentase
1. 1,00 – 2,46 Baru 22 29%
2. 2,47 – 3,93 Menengah 35 47%
3. 3,94 – 5,39 Lama 18 24%
TOTAL 75 100%
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa terdapat 22 atau 29% unit analisis yang memiliki umur listing pada kategori baru, 35 atau 47% unit analisis berada pada kategori menengah, dan 18 atau 24% berada pada kategori lama. Secara umum umur listing pada perbankan berada pada kategori menengah artinya sebagian besar perbankan telahlistingcukup lama.