• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJER AREA MEDAN

4. Asman Pelayanan dan Umum

4.3.4 Analisis Statistik Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas (Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja) terhadap variabel terikat (Prestasi Kerja Karyawan). Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu program SPSS 16. 0 for windows.

Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana :

Y = Prestasi Kerja karyawan X 1 = Koordinasi Kerja X 2 = Komunikasi X3 = Semangat Kerja α = Konstanta b1, b2 = Koefisien regresi e = Standar eror

Berdasarkan pengujian menggunakan SPSS versi 16. 00 for windows, maka hasil persamaan regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4. 9 berikut ini.

Tabel 4. 9

Hasil Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2. 646 8. 895 . 297 . 768 kordinasi . 558 . 442 . 190 1. 262 . 217 komunikasi . 613 . 276 . 373 2. 219 . 034 semangat . 566 . 307 . 299 1. 842 . 075 a. Dependent Variable: prestasi

Sumber: Hasil Penelitian, (2014) (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4. 9 diketahui pada kolom kedua ( unstandardized Coefficients) bagian B diperoleh nilai b1 variabel Koordinasi Kerja 0,558, nilai b2 variabel komunikasi sebesar 0. 613, nilai b3 semangat Semangat Kerja sebesar

0. 566 dan nilai konstanta (a) adalah 2,646, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

= 2,646+0,558X1+0,613X2+0,566X3+e

Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Konstanta (a) = 2,646 menunjukkan nilai konstan, jika nilai variabel bebas

(koordinasi kerja, komunikasi dan semangat kerja) = 0 maka prestasi kerja (Y) akan sebesar 2,646

2. Koefisien X1 (b1) = 0,558, ini berarti bahwa variabel koordinasi kerja (X1) berpengaruh positif terhadap prestasi kerja, atau dengan kata lain jika kordinasi kerja (X1) ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka prestasi kerja tidak akan meningkat sebesar 0,558 satuan.

3. Koefisien X2 (b2) = 0,613, ini berarti bahwa variabel komunikasi (X2) berpengaruh positif terhadap prestasi kerja, atau dengan kata lain jika komunikasi (X2) ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka prestasi kerja akan bertambah sebesar 0,613.

4. Koefisien X3 (b3) = 0,566, ini berarti bahwa variabel Semangat Kerja (X3) berpengaruh positif terhadap prestasi kerja, atau dengan kata lain jika semangat kerja (X3) ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka prestasi kerja tidak akan meningkat sebesar 0,566.

4. 4 Pengujian Hipotesis

4. 4. 1 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara bersama-sama pengaruh atau hubungan positif dan signifikan variabel bebas (X1, X2,,X3) berupa Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja terhadap variabel terikat (Y) berupa Prestasi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Area Medan.

Model hipotesis yang digunakan dalam Uji F ini adalah sebagai berikut : H0 : b1 = b2 = 0, Artinya secara serentak Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Prestasi KerjaKaryawan. H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, Artinya secara serentak Koordinasi Kerja, Komunikasi dan Semangat Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi Kerja karyawan. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

H 0 diterima jika F hitung < F Tabel pada α = 5 % H0 ditolak jika F hitung > F tabel pada α = 5 %

Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebeas penyebut, dengan rumus sebagai berikut :

df (Pembilang) = k-1 df (Penyebut) = n-k keterangan :

n = Jumlah sampel penelitian

k = Jumlah variabel bebas dan terikat

pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) 34 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 4, sehingga diperoleh :

1. df (pembilang) = 4-1 = 3 2. df (penyebut) = 34-4 = 30 Maka F tabel 0,05 (3. 30) = 2,92

Tabel 4. 10

Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F) ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 249. 063 3 83. 021 11. 260 . 000a

Residual 221. 201 30 7. 373

Total 470. 265 33

a. Predictors: (Constant), semangat, kordinasi, komunikasi b. Dependent Variable: prestasi

Sumber: Hasil Penelitian, (2013) (data diolah)

Melalui uji ANOVA atau F-test pada Tabel 4. 10, diperoleh nilai F hitung sebesar 11,260 dengan tingkat signifikansi 0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel koordinasi kerja, variabel komunikasi dan variabel prestasi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karena nilai signifikan 0,000 < 0,05. Kesimpulannya adalah tolak H0, terima Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas yaitu koordinasi kerja, komunikasi dan semangat kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel prestasi kerja karyawan karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan.

4. 4. 2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah Koordinasi Kerja (X1) Komunikasi (X2) dan Semangat Kerja (X3) secara parsial atau masing-masing

berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan (Y).

Kriteria Pengujian adalah:

1. H0 : b1, b2= 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabelindependen terhadap variabel dependen

2. H 0 : b1, b2≠ 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen

Kriteria pengambilan keputusan adalah: 1. H0 diterima jika thtitung< ttabel pada α= 5 % 2. H0 ditolak jika thitung> ttabel pada α= 5 %

Besar nilai t tabel diperoleh dengan derajat bebas (df)= n-k= 34-4= 30 Maka t tabel = 0,05 (30) = 2,042.

Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4. 11 sebagai berikut ini : Tabel 4. 11

Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2. 646 8. 895 . 297 . 768 Kordinasi . 558 . 442 . 190 1. 262 . 217 komunikasi . 613 . 276 . 373 2. 219 . 034 Semangat . 566 . 307 . 299 1. 842 . 075

a. Dependent Variable: prestasi

Sumber: Hasil Penelitian, (2014) (data diolah)

Melalui Tabel 4. 11 hasil uji signifikan secara parsial dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Variabel koordinasi kerja mempunyai angka signifikansi sebesar 0,217 yang lebih besar dari 0,05 yang artinya bahwa variabel koordinasi kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk melihat diterima/ditolaknya sebuah hipotesis juga bisa dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis diterima. Dalam hal ini t hitung = 1,262 dan t tabel untuk sampel 34dan signifikansi 0,05 dengan uji 2 arah adalah 2,042. Artinya, t hitung 1,262 < t tabel 2,042 maka variabel koordinasi kerja secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan.

2. Variabel komunikasi mempunyai angka signifikansi sebesar 0,034 yang lebih kecil dari 0,05 yang artinya bahwa variabel komunikasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk melihat diterima/ditolaknya sebuah hipotesis juga bisa dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis diterima. t hitung = 2,219 dan t tabel untuk sampel 34 dan signifikansi 0,05 dengan uji 2 arah adalah 2,042 Artinya, t hitung 2,219 > t tabel 2,042 maka variabel komunikasi secara individual berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan. 3. Variabel semangat kerja mempunyai angka signifikansi sebesar 0,075 yang

lebih besar dari 0,05 yang artinya bahwa variabel semangat kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk melihat diterima/ditolaknya sebuah hipotesis juga bisa dilakukan dengan

membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis diterima. Dalam hal ini t hitung = 1,842 dan t tabel untuk sampel 34 dan signifikansi 0,05 dengan uji 2 arah adalah 2,042. Artinya, t hitung 1,842 < t tabel 2,042 maka variabel semangat kerja secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan.

4. 4. 3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2 )

Hasil pengujian koefisien determinasi menggunakan SPSS Statistic 16. 0 for windows dapat dilihat pada Tabel 4. 12 dibawah ini:

Tabel 4. 12

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 . 728a . 530 . 483 2. 71540

a. Predictors: (Constant), semangat, kordinasi, komunikasi b. Dependent Variable: prestasi

Sumber: Hasil Penelitian, (2013) (data diolah)

1. Nilai R sebesar 0. 728 sama dengan 72,8 % berarti hubungan antara variabel Kordinasi kerja (X1) , Komunikasi (X2) dan Prestasi Kerja (X3) terhadap variabel Prestasi Kerja Karyawan (Y) sebesar 72,8 % artinya hubungannya erat.

2. Nilai R Square 0. 530 berarti 53% prestasi kerja karyawan dapat di jelaskan oleh variabel koordinasi kerja,variabel komunikasi dan variabel semangat

Kerja. Sedangkan sisanya 47 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang diteliti

3. dalam penelitian ini seperti gaya kepemimpinan, motivasi, budaya organisasi, dan lain sebagainya.

4. Standard Error of the Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Nilai Standard Error of the Estimate 2. 7154.

4.5 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koordinasi kerja, komunikasi dan semangat kerja secara serentak berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada Kantor PT. PLN (Persero) Area Medan. Berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel kordinasi diketahui jawaban dominan setuju, terdapat pada pernyataan pertama (saya dilibatkan dalam rapat koordinasi antar bagian yang dilakukan perusahaan). Hal ini di dukung oleh teori dari Hasibuan (2006:85) yang menyatakan bahwa koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya koordinasi akan tercipta keselarasan kerja antara anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpang siuran dan tumpang tindih pekerjaan.

Akan tetapi, sebagian karyawan merasa bahwa kordinasi yang dilakukan oleh perusahaan kurang efektif. Ada sebagian karyawan yang tidak mengikuti arahan yang diberikan oleh pimpinan. Ini merupakan salah satu hambatan koordinasi dari pertemuan resmi dengan unit yang dikoordinasikan. Selain itu, ada

indikasi bahwa kordinasi kurang tercipta dengan baik. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan dapat mengganggu kelancaran pekerjaan, dan mempengaruhi prestasi kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Medan.

Berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel komunikasi diketahui jawaban dominan setuju, terdapat pada pernyataan pertama dan kedua (pimpinan menjelaskan prosedur untuk setiap pekerjaan yang dilaksanakan bawahannya dan pimpinan memeberikan pujian bila menjalankan tugas dengan baik). Hal ini didukung oleh teori Purwanto (2011:47) dalam upaya mencapai prestasi kerja karyawan yang tinngi, sangat diperlukan terjalinya komunikasi yang baik antar unit yang ada dalam organisasi tersebut. Komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas dan komunikasi horizontal dirasakan manfaatnya oleh karyawan. Akan tetapi, sebagian karyawan merasa bahwa komunikasi yang diterapkan oleh perusahaan kurang efektif. Ada sebagian karyawan yang tidak biasa membantu karyawan yang sedang mengalami kesulitan. Ini merupakan salah satu hambatan komunikasi horizontal. Selain itu, ada indikasi bahwa komunikasi yang tercipta antara atasan dengan bawahan kurang harmonis. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan dapat mengganggu kelancaran pekerjaan, dan mempengaruhi prestasi kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Medan.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel komunikasi berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan. Selain itu melalui uji parsial diketahui bahwa komunikasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja, artinya melalui komunikasi

prestasi kerja karyawan dapat meningkat. Jika perusahaan semakin giat untuk memperbaiki komunikasi dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dan horizontal maka prestasi kerja mereka akan semakin meningkat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sarah (2012) dengan judul Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Prestasi PT. Telkomsel Branch Medan yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara komunikasi atas kebawah, bawah keatas dan horizontal.

Berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel semangat kerja diketahui jawaban dominan setuju, terdapat pada pernyataan keenam (saya berusaha tidak terlibat konflik dengan sesama rekan kerja yang lain). Hal ini didukung teori Hasibuan (2003:94) “Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini akan merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas dalam pekerjaannya”. Semangat kerja menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok, kegembiraan, dan kegiatan. Apabila pekerja tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama lain, maka pegawai itu dikatakan mempunyai semangat yang tinggi. Sebaliknya, apabila pegawai tampak tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka membantah, gelisah, dan pesimis, maka reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat yang rendah”. Dengan semangat kerja karyawan yang baik maka dapat mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Akan tetapi, sebagian karyawan merasa bahwa semangat kerja karyawan menurun dalam menyelesaikan pekerjaan. Ada sebagian karyawan yang tidak tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya ini merupakan salah satu hambatan semangat kerja dari tanggung jawab Selain itu, ada indikasi bahwa kurang terjalinya hubungan yang harmonis antara rekan kerja. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan dapat mengganggu kelancaran pekerjaan, dan mempengaruhi prestasi kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Medan.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel semangat kerja berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN (Persero) Area Medan. Selain itu melalui uji parsial diketahui bahwa semangat kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap prestasi kerja, artinya semangat kerja yang berkaitan dengan sikap, tanggung jawab, dan hubungan dengan sesama rekan kerja tidak dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Medan. Hasil ini sangat berbeda dengan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Adelina (2011) yang meneliti pada perusahaan perbankan yang menemukan bahwa secara parsial variabel semangat kerja berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena berbedanya variabel yang digunakan dalam penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel koordinasi kerja, komunikasi dan semangat kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada Kantor PT. PLN (Persero) Area Medan.

BAB V

Dokumen terkait