• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pembangunan Pendidikan Berkualitas

4.4 Analisis Strategi Pembangunan Pendidikan Berkualitas di Pulau Salura

4.4.2 Analisis Strategi Pembangunan Pendidikan Berkualitas

Jika dilihat berdasarkan strategi, target, realisasi dan capaian kerja pada pembangunan pendidikan berkualitas di Indonesia juga dipengaruhi oleh pemikiran teori Konstruktivisme yang mana kebijakan atau strategi negara tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan ada sebagai bentuk kesadaran intersubjektif atau pemahaman umum yang dalam artian sistem disusun oleh ide-ide bukan oleh atau berfokus pada kekuatan material. Disini penulis mencoba untuk menganalisis strategi pembangunan pendidikan melalui beberapa asumsi dasar teori konstruktivisme:

a. Konstruksi sosial membentuk sebuah Ide

Asumsi dasar teori konstruktivisme yang memandang bahwa sistem internasional tidak ada dengan sendirinya melainkan ada sebagai bentuk kesadaran intersubjektif atau pemahaman umum, dalam artian sistem juga disusun oleh ide-ide. Strategi pembangunan nasional Indonesia dalam dokumen RPJMN 2015-2019 menyatakan beberapa hal salah satunya ialah membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut Indonesia menetapkan tiga dimensi pembangunan salah satunya yaitu dimensi pembangunan manusia dan masyarakat dengan menghasilkan masyarakat Indonesia yang unggul melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi.

Berdasarkan pada pemahaman awal bahwa untuk membangun negara diperlukan meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga memunculkan ide bahwa peningkatan kualitas hidup manusia dapat dilakukan salah satunya dengan pembangunan pendidikan berkualitas. Alexander Wendt mengatakan bahwa akibat dari munculnya konstruksi sosial membentuk sebuah ide atau pemikiran baru yang akan berujung pada terciptanya suatu kepentingan. Konstruksi pemikiran dalam sistem pemerintahan akan pentingnya

58

peningkatan kualitas hidup manusia untuk menghadapi tantangan pada masa mendatang, hal ini menjadi awal pembentukan ide atau pemikiran bahwa diperlukan pembangunan pendidikan berkualitas sebagai pendorong peningkatan kualitas hidup manusia, ide penggerak awal ini mengarahkan pada pembentukkan strategi dan arah kebijakan selanjutnya. Strategi yang terbentuk dalam upaya pembangunan pendidikan berkualitas dengan meninjau permasalahan pendidikan di Indonesia adalah dengan pembangunan secara merata melihat kondisi geografi Indonesia yang terdiri dari pulua -pulau membentuk adanya kesenjangan atau disparitas pembangunan. Untuk itu dalam membangun pendidikan hal mendasar yang perlu dilakukan ialah membangun pendidikan yang merata baik didaerah pusat maupun pinggiran.

Berdasarkan pada pemahaman awal tersebut, dibentuklah kebijakan untuk membangun daerah 3T pada bidang pendidikan. Dengan berbagai permasalahan pendidikan yang ada pada daerah 3T, strategi pembangunan pendidikan berkualitas seperti melaksanakan wajib belajar 12 Tahun, pemenuhan layanan kualitas pendidikan, dan meningkatkan kualitas dan kualitas guru, seluruh strategi ini telah dilaksanakan dengan maksimal dan berjalan dengan baik di Pulau Salura, Kabupaten Sumba Timur. Dalam mewujudkan pelaksanaan wajib belajar 12 Tahun, pemerintah Kab. Sumba Timur juga membentuk strategi yakni meningkatkan angka partisipasi pendidikan dengan mewajibkan belajar 9 tahun dan pendidikan gratis. Sinkronisasi strategi pemerintah pusat dan daerah juga menjadi pendorong tercapainya strategi pembangunan pendidikan berkualitas di daerah 3T.

Pembangunan pendidikan berkualitas berdasarkan pada indikator tujuan ke-4 SDGs dapat dikatakan telah tercapai meskipun pada beberapa indikator masih perlu untuk terus ditingkatkan.

b. Preskripsi kebijakan

Menurut Nina Tannenwald terdapat berbagai macam jenis ide yang terdapat dalam teori Konstruktivisme, salah satu dari empat jenis ide yang dikemukakan oleh Tannenwald ialah Preskripsi kebijakan dimana ide yang memfasilitasi pembuat kebijakan dam bagaimana memecahkan masalah kebijakan tersebut. Dasar asumsi ini yang digunakan penulis dalam melihat pembentukan kebijakan Indonesia dalam pembangunan pendidikan berkualitas, ditinjau berdasarkan pada sembilan agenda prioritas negara, beberapa diantaranya yaitu menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dalam kerangka negara kesatuan, meningkatkan kualitas hidup

59

manusia dan masyarakat Indonesia, dan melakukan revolusi karakter bangsa. Berdasarkan agenda prioritas tersebut dan dengan mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia, maka di bentuk arah kebijakan umum pembangunan nasional yaitu, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Kedua hal ini menunjukkan prioritas pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan membangun pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dan memberikan perhatian khusus pada penduduk di daerah 3T. Pembangunan daerah yang merata menjadi upaya agar dapat meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah dengan menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendidikan pada wilayah perkotaan dan pedesaan juga daerah pusat dan daerah pinggiran.

Seperti pemikiran Nina Tannnewald, bahwa ide terdiri dari beberapa jenis dan dari ide tersebut terdapat ide yang memiliki pusat perdebatan pada kebijakan yang dihubungkan dengan strategi spesifik serta program-program yang dilaksanakan. Strategi dalam pembangunan pendidikan berkualitas di Indonesia didukung dengan pembentukan Program Indonesia Pintar (PIP). Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun, upaya ini ialah untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan layanan pendidikan dasar yang berkualitas dengan pemberian peluang lebih besar bagi anak dari keluarga kurang mampu, di daerah pascakonflik, etnik minoritas dan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Sasaran kedua ialah memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan, hal ini bertujuan untuk mencapai satandar pelayanan maksimal (SPM) dan mempercepat pemenuhan SPM pada tiap satuan pendidikan. Sasaran ketiga ialah Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru, hal ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik melalui pengelolaan perekrutan, penempatan, dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien dan pemberian jaminan hidup dan fasilitas yang memadai bagi guru yang ditugaskan di daerah khusus. Ketiga sasaran ini diharapkan dapat menjadi strategi dalam upaya pembangunan pendidikan berkualitas di Indonesia. Dalam mewujudkan strategi tersebut pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan beberapa program yakni program Sarjana Mengajar Daerah 3T (SM3T) yang di harapkan dapat membantu permasalahan keterbatasan guru yang dikhususkan pada daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). Selain itu, terdapat program Guru Garis Depan

60

yang juga sebagai bentuk menjawab kebutuhan guru di daerah 3T. Program-program tersebut dapat menjawab upaya pembangunan pendidikan berkualitas di Indonesia.

Terciptanya ide atau pemikiran untuk mengatasi kesenjangan pendidikan yang terjadi di Indonesia akan membentuk kebijakan yaitu membangun pendidikan didaerah 3T dan melalu kebijakan tersebut membentuk strategi atau program kebijakan, strateginya ialah dengan membentuk program penyediaan tenaga pendidik seperti sarjana mengajar daerah 3T (SM3T) dan Guru Garis Depan (GGD), kedua program ini berhasil dilaksanakan didaerah 3T khususnya di Pulau Salura.

c. Tidak berfokus pada kekuatan material (fisik)

Bersamaan dengan asumsi pembentuk teori Konstruktivisme bahwa kekuatan material bukan lagi satu-satunya faktor kunci dalam menentukan arah kebijakan, tetapi semuanya itu muncul dari adanya ide-ide yang terbentuk dan pada akhirnya membentuk kepentingan tertentu. Konstruktivisme melihat bahwa pada masa mendatang pembangunan fisik atau kekuatan material tidak lagi menjadi kunci utama keberhasilan pembangunan negara melainkan pembangunan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mana dapat dilakukan melalui pembangunan sektor pendidikan sebagai prioritas negara.

Indonesia melihat bahwa dengan membangun sumber daya manusia hal ini dapat menjamin keberlangsungan negara yang mana dengan memiliki masyarakat yang cerdas dapat memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, prioritas pembangunan pendidikan berkualitas menjadi dasar untuk mencapai pembangunan pada sektor lainnya.

Pembangunan pendidikan memiliki peran sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia, pendidikan berperan penting sebagai alat dalam menciptakan generasi muda yang mampu membawa bahkan menciptakan perubahan yang nyata (agent of change).

Berdasarkan hal ini menjadikan pendidikan sebagai prioritas yang juga masuk dalam agenda pembangunan berkelanjutan (SDGS). Kualitas pendidikan Indonesia yang masih jauh tertinggal dari negara lainnya menjadi alasan Indonesia terus berusaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan ikut tergabung dalam pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan berkelanjutan tersebut. Indonesia melihat bahwa rencana aksi global bersama negara-negara di dunia dapat mendukung pembangunan dalam negeri. Ini menunjukkan bahwa terbentuknya ide dan keyakinan bersama dalam sistem internasional didasari oleh interaksi-interaksi antar negara, dari interaksi ini negara saling mempengaruhi identitas dan kepentingan masing-masing negara. Sehingga menurut kaum konstruktvisme norma internasional yang tercipta dapat mempengaruhi negara hingga dapat mendorong

61

negara-negara untuk mengadopsi ide atau norma tersebut menjadi suatu kebijakan nasionalnya. Dengan adanya aksi global ini Indonesia melihat terdapat tujuan yang sama yakni membangun negara yang berkelanjutan salah satunya dengan mewujudkan pembangunan pendidikan yang berkualitas.

d. Norma-norma masyarakat internasional

Finnemore mengatakan dalam Konstruktivisme memperhatikan interaksi sosial diantara negara-negara sehingga terciptanya kerjasama yang dapat mempengaruhi identitas dan kepentingan negara. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia juga dilakukan dengan kerjasama dengan negara lain ataupun aktor non negara. Pada daerah 3T yang menjadi studi kasus terdapat lembaga Inovasi dimana lembaga ini dibentuk awalnya berupa program kerjasama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kedutaan Besar Australia di Indonesia dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih baik bagi anak -anak di Indonesia. Kabupaten Sumba Timur menjadi salah satu daerah dimana program Inovasi dilaksankan yang juga menjadi daerah studi kasus penulis dalam penelitian ini.

Tujuan Inovasi ialah menjamin pendidikan awal bagi seluruh anak, mengurangi angka putus sekolah, dan mengurangi angka buta aksara. Program yang dikerjakan oleh lembaga Inovasi ialah meningkatkan pemahaman literasi dan numerasi pada anak dijenjang pendidikan awal, mengurangi penggunaan bahasa ibu (daerah) pada anak, dan meningkatkan peran aktif guru dalam proses belajar mengajar. Pada tahun 2019, keseluruhan program Inovasi tersebut dilakukan dengan hasil yang baik dimana adanya peningkatan literasi dasar pada kelas awal dengan data tiga bulan pertama mencapai 93% bagi progres pengenalan kata, 815 pada pengenalan suku kata, dan 58% pada pengenalan huruf. Juga dalam upaya meningkatkan peran aktif guru, Inovasi melaksanakan pelatihan KKG bagi pendidikan dasar pada kelas awal. Di Pulau Salura juga merasakan pengaruh dari lembaga Inovasi dengan adanya pelatihan KKG bagi para guru. Berdasarkan data ini mendukung bahwa proses pembangunan pendidikan berkualitas di Sumba Timur melalui Inovasi berhasil untuk dicapai.

Kerjasama program Inovasi ini antara Indonesia dan Australia menunjukkan bahwa dalam pembangunan pendidikan berkualitas di Indonesia tidak terlepas dari kerjasama atau pengaruh dari negara lain. Seperti asumsi konstruktivisme bahwa fokusnya adalah pada norma-norma masyarakat internasional dan cara dimana mereka mempengaruhi identitas dan kepentingan negara. Interaksi antara Indonesia dan Australia mulai terbentuk juga didukung oleh kondisi kualitas pendidikan di Australia yang sudah lebih baik dan ini

62

mempengaruhi terciptanya kerjasama antara kedua negara untuk menjawab permasalahan pendidikan di Indonesia. Australia melihat bahwa pentingnya pembangunan pendidikan bagi suatu negara dan Indonesia merasa bahwa melalui kerjasama ini dapat menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia sehingga atas dasar kepentingan tersebut maka kerjasama kedua negara dapat terbentuk. Berdasarkan pada kondisi pendidikan di Australia yang memiliki kualitas yang baik sehingga ini menjadi cara bagi Indonesia dalam mengikuti strategi ataupun program yang dilakukan Australia sebagai upaya pembangunan pendidikan, dari interaksi kedua negara ini juga terdapat hubungan saling mempengaruhi identitas dan kepentingan negara dalam membentuk kebijakan untuk membangun pendidikan yang berkualitas.

e. Keyakinan bersama

Pengaruh interaksi antar-negara dalam mempengaruhi arah kebijakan pembangunan pendidikan berkualitas di Indonesia juga dapat dilihat dalam upaya Indonesia mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Persiapan menghadapai pasar bebas di Asia Tenggara ini dilakukan salah satunya dengan meningkatkan kualitas pendidikan yaitu mempersiapkan lulusan yang berkualitas dan berintegritas agar mampu bersaing dalam pasar global ASEAN mendatang. Dalam dokumen RPJMN Kebijakan ini dilakukan untuk mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang, terutama pemanfaatan bonus demografi dan menyiapkan perdagangan bebas di ASEAN. Asumsi dasar konstruktivisme juga mengatakan bahwa hasil dari interaksi antar negara menciptakan suatu keyakinan bersama. Oleh karena itu, keyakinan bersama yang dijalankan dalam lingkup kawasan Asia Tenggara ini mempengaruhi Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan hal ini terlihat dari arah kebijakan suatu Negara yang tidak terjadi begitu saja melainkan ada faktor yang mempengaruhi seperti keyakinan bersama yang terbentuk dalam sistem internasional yang menjadi asumsi dalam teori Konstruktivisme. Keyakinan bersama ini seiring berjalannya waktu dapat menjadi norma internasional dalam lingkup sistem tersebut. Untuk mewujudkan kekuatan dalam kawasan Asia Tenggara dibentuk kerjasama-kerjasama bagi negara anggota pada sektor ekonomi, sosial, politik dan budaya, ide awal ini menjadi dasar terbentuknya komunitas yang akan menjadi norma internasional pada kawasan Asia Tenggara. Pada sektor ekonomi dibentuk Masyarakat Ekonomi Asean yang dipercaya dapat membangun ekonomi di kawasan Asia Tenggara inilah yang menjadi norma internasional yang berusaha diikuti oleh negara anggota ASEAN. Indonesia turut serta mempersiapkan

63

diri dalam mengikuti pasar bebas ASEAN ini salah satunya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembangunan pendidikan berkualitas.

Dokumen terkait