• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Pendidikan Daerah 3T (Indikator Pendidikan Berkualitas di Pulau Salura, Kab. Sumba Timur)

4.4 Analisis Strategi Pembangunan Pendidikan Berkualitas di Pulau Salura

4.4.1 Pembangunan Pendidikan Daerah 3T (Indikator Pendidikan Berkualitas di Pulau Salura, Kab. Sumba Timur)

Prioritas pemerintah Indonesia dalam pembangunan pendidikan berkualitas yaitu dengan melaksanakan program wajib bejalar 12 tahun, menjamin kualitas pelayanan pendidikan, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas guru. Untuk mendukung prioritas pembangunan Indonesia dalam hal pembangunan pendidikan berkualitas, pemerintah daerah Kab. Sumba Timur membentuk sasaran dan strategi pembangunan pendidikan yaitu meningkatkan angka pasrtisipasi pendidikan dengan memperluas akses pendidikan bagi masyarakat dan arah kebijakannya ialah wajib belajar 9 tahun, lalu meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana pendidikan dengan menyediakan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik kualitas maupun kuantitas. Selanjutnya, meningkatkan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan melalui pendidikan lanjut, sertifikasi guru, pelatihan dan workshop. Keseluruhan strategi ini untuk mewujudkan pendidikan berkualitas di Indonesia khususnya pada daerah 3T. Selain itu, terdapat indikator yang mendukung mewujudkan pendidikan berkualitas, indikator ini berdasarkan pada tujuan ke-4 SDGs dan standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan di Indonesia khusunya pada daerah 3T.

Untuk melihat ketercapaian pembangunan pendidikan berkualitas di pulau Salura, penulis menggunakan indikator tujuan ke-4 SDGS dan SPM pendidikan. Indikator-indikator tersebut sebagai berikut:

a) Angka Kelulusan

Untuk mewujudkan strategi pemerintah Kab. Sumba Timur yaitu meningkatkan angka partisipasi pendidikan melalui wajib belajar 9 tahun maka satu hal yang perlu di perhatikan ialah angka kelulusan. Dari tahun 2016-2020 angka kelulusan di Sumba Timur mengalami

52

fluktuasi dengan kondisi awal sebesar 99,67% dan kondisi akhir 99,94%. Angka ini menunjukkan setiap tahunnya pemerintah daerah berupaya agar partisipasi pendidikan semakin meningkat dan angka putus sekolah semakin menurun. Jika melihat kondisi pendidikan di pulau Salura berdasarkan angka kelulusan, menurut data LPPD Dinas Pendidikan setiap tahunnya pulau Salura menyumbangkan angka kelulusan yang mencapai 100%. Kedua sekolah di Pulau Salura berkontribusi dalam meningkatkan angka kelulusan di Kab. Sumba Timur. SD Inpres Pulau Salura dan SMP Satap Pulau Salura juga menurut data memiliki jumlah anak putus sekolah yang minim. Pada tahun 2019 jumlah anak putus sekolah di pulau Salura tercatat 0 untuk SDI Pulau Salura dan untuk SMP N Satap Pulau Salura sebanyak dua anak putus sekolah, hal ini menunjukkan adanya ketercapaian pada angka kelulusan dan semakin minimnya jumlah anak putus sekolah di Pulau Salura. Oleh karena itu, indikator angka kelulusan untuk mengetahui angka partisipasi pendidikan di pulau Salura terbilang sudah tercapai.

b) Jumlah Anak Usia Sekolah

Untuk mengetahui partisipasi pendidikan di pulau Salura juga dapat diketahui dengan jumlah usia sekolah di Pulau Salura. Perbandingan jumlah usia sekolah dan jumlah sekolah yang akan menunjukkan apakah sekolah yang ada di pulau Salura dapat mencukupi anak usia sekolah disana. Usia sekolah pada pendidikan dasar ialah berkisar usia 6-15 tahun, untuk itu pada SDI Pulau Salura total siswa berdasarkan usia sekolah (6-12 tahun) sebanyak 141 siswa dan pada SMP N Satap Pulau Salura total keseluruhan siswa berdasarkan usia anak sekolah (13-15) berjumlah 54 siswa. Untuk kedua sekolah dalam hal rasio siswa dan rasio rombongan belajar menurut data dinyatakan telah terpenuhi, dikarenakan dalam satu rombongan belajar tidak melebihi jumlah siswa maksimal dimana satu rombongan belajar berjumlah paling banyak 24 siswa untuk kedua sekolah di Pulau Salura. Hal ini juga mendukung strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan kabupaten Sumba Timur yaitu jumlah SD/MI yang semua rombongan belajar tidak melebihi 32 orang siswa dengan tujuan meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar.

c) Jumlah SD/MI dan SMP/MTs minimal berakreditasi B

Di pulau Salura hanya terdapat satu sekolah dasar yaitu SD Inpres Pulau Salura, sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah dasar yang menjadi sarana bagi anak-anak untuk

53

mengemban pendidikan dasar. Lalu, terdapat satu lagi sekolah menengah pertama yaitu SMP N Satap Pulau Salura, sekolah ini juga menjadi satu-satunya sekolah yang memfasilitasi anak didik melanjutkan ke jenjang menengah pertama. Kedua sekolah ini menurut data LPPD Dinas Pendidikan berdasarkan nilai akreditasi masih berakreditasi C.

Oleh karena itu, jika berdasarkan pada nilai akreditasi kedua sekolah di Pulau Salura diketahui bahwa belum mencapai standar akreditasi dalam indikator pendidikan berkualitas tujuan ke-4 SDGs. Meskipun berdasarkan pada indikator tujuan ke-4 SDGs standar akreditasi kedua sekolah tersebut belum tercapai, akan tetapi kedua sekolah di Pulau Salura ini mendukung strategi pemerintah Kabupaten Sumba Timur dengan tersedianya satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil. Strategi bertujuan untuk meningkatkan pelayanan sarana prasarana pendidikan dengan adanya kedua sekolah di Pulau Salura menunjang meningkatkan layanan sarana prasarana ketersediaan sekolah.

d) Jumlah sarana prasarana menunjang

Dalam hal sarana prasarana yaitu ketersediaan ruang kelas, ruang guru, perpustakan, laboratorium, hingga rumah dinas guru/kepala sekolah. Untuk SMP N Satap Pulau Salura, kebutuhan sarana prasarana ini sudah memadai dengan memiliki empat ruang kelas dengan kondisi tingkat kerusakan sebesar 40% untuk dua ruang kelas dan 3% untuk dua ruang kelas lainnya. Di sekolah ini juga terdapat satu perpustakaan dengan tingkat kerusakan 0%

dikarenakan gedung ini baru saja dibangun. Untuk fasilitas sanitasi terdapat tiga WC dengan satu WC guru, satu WC siswa laki-laki dan satu WC siswa perempuan dengan tingkat kerusakan keseluruhan sebesar 56,3% atau kerusakan sedang, saat ini yang menjadi kebutuhan penting ialah ketersediaan laboratorium bagi siswa/i SMP N Satap Pulau Salura.

Selanjutnya, untuk SD Inpres Pulau Salura mengenai kebutuhan sarana prasarana, saat ini ketersediaan kelas sudah memadai dengan terdapat enam ruang kelas layak pakai namun tidak adanya ruang guru menyebabkan aktifitas yang kurang efektif bagi para guru juga tidak adanya perpustakaan menjadi tantangan dalam memfasilitasi siswa/i untuk mendukung minat membaca anak (Literasi). Untuk ketersediaan fasilitas sanitasi (WC) dalam kondisi rusak. Permasalahan sarana prasarana lainnya untuk kedua sekolah ialah pada jaringan internet, di Pulau Salura masih sulit untuk mengakses jaringan hal ini yang

54

menyebabkan para guru dan kepala sekolah kesulitan terhubung secara daring dengan aktifitas bidang 54ndicator54 di luar pulau Salura.

Dalam pemenuhan kebutuhan sarana prasarana sudah cukup baik di Pulau Salura sebagai daerah yang masuk dalam kategori daerah 3T. Untuk mengukur ketersediaan sarana prasarana 54ndicator54 dapat diukur menggunakan standar pelayanan minimal (SPM) 54ndicator54. SPM Pendidikan pada tingkat daerah kabupaten/kota terdiri atas, a.

54ndicator54 anak usia dini; b. 54ndicator54 dasar; dan c. 54ndicator54 kesetaraan.

Pendidikan dasar yang di maksud ialah terdiri atas, a. sekolah dasar; dan b. sekolah menengah pertama. Di pulau Salura terdapat satu 54ndicator54 anak usia dini (PAUD) dan dua sekolah yakni sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dalam pencapaian SPM terdapat mutu pelayanan dasar, dalam pasal 7 dijabarkan Mutu Pelayanan Dasar untuk setiap Jenis Pelayanan Dasar SPM Pendidikan mencakup: a. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa, di Pulau Salura secara jumlah dan kualitas sarana parasarana sudah cukup memadai seperti ketersediaan ruang kelas yang cukup bagi kedua sekolah.

Ketersediaan sarana prasarana di sekolah-sekolah di Pulau Salura jika berdasarkan pada 54ndicator target 4a SDGs yaitu, Proporsi sekolah dengan akses ke: (a) listrik (b) internet untuk tujuan pengajaran, (c) computer untuk tujuan pengajaran, (d) infrastruktur dan materi memadai bagi siswa disabilitas, € air minum layak, (f) fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin, (g) fasilitas cuci tangan (terdiri air, sanitasi, dan higienis bagi semua (WASH)).

Jumlah sekolah yang memiiliki akses listrik di pulau Salura terdapat dua sekolah, untuk akses internet hingga saat ini belum ada jaringan internet di Pulau Salura namun peran pemerintah daerah dalam upaya pembangunan jaringan internet di Pulau Salura mulai terlihat dengan direncanakan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) yang akan dimulai pada tahun 2021. Lalu untuk akses lainnya seperti komputer untuk tujuan pengajaran menurut hasil wawancara dengan bapak Busairi selaku Kepala Sekolah SMP N Satap Pulau Salura sekolah mendapatkan bantuan berupa 15 perangkat IT seperti laptop dan infokus hal ini menunjukkan dukungan pemerintah dalam program digitalisasi sekolah di Indonesia. Untuk infrastruktur dan sarana prasarana sekolah-sekolah di Pulau Salura sudah memadai, ruang kelas yang tersedia dengan kondisi baik, juga untuk fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin sudah tersedia. Dalam mengukur upaya pemerintah Indonesia dilihat dalam target pembangunan pendidikan berkualitas di daerah 3T khususnya di Pulau Salura

55

dalam hal ketersediaan fasilitas infrastruktur dan sarana prasarana berdasarkan pada indikator tujuan ke-4 SDGs dan SPM pendidikan telah mencapai standar pendidikan berkualitas. Akan tetapi dari seluruh ketercapaian tersebut tetap terdapat kendala pembangunan infrastruktur lainnya ialah sekolah di pulau Salura ini tidak memiliki laboratotirum (Bagi SMP) dan perpustakaan (Bagi SD), yang mana kedua hal ini menjadi kebutuhan paling menunjang dalam upaya pembangunan pendidikan berkualitas dalam meningkatkan minat belajar anak. Hal tersebut menunjukkan belum tercapainya strategi pemerintah Kabupaten Sumba Timur dalam meningkatkan ketersediaan sarana prasarana khususnya dalam meningkatkan jumlah SMP/MTs yang memiliki laboratorium IPA.

e) Kualifikasi guru/tenaga pendidik

Dalam pencapaian SPM terdapat mutu pelayanan dasar, dalam pasal 7 b. standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, ketersediaan guru bagi kedua sekolah di Pulau Salura sudah mencukupi secara kualifikasi maupun rasio guru dan siswa namun untuk SMP N Satap Pulau Salura terdapat kekurangan pada guru mata pelajaran. Pada pasal 30 Jenis pendidik sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. guru kelas; dan b. guru mata pelajaran, jika pada SMP ketersediaan guru mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan kurikulum masih menjadi permasalahan dimana terdapat guru yang harus mengajar pada dua mata pelajaran karena adanya kekurangan pada guru mata pelajaran namun jika dilihat berdasarkan pada rasio guru dan rasio siswa kedua hal ini sudah sebanding. Jenis tenaga kependidikan terdiri atas: a. kepala sekolah; dan b. tenaga penunjang lainnya. Kualitas pendidik yang dimaksud sebagai berikut: a. paling rendah memiliki ijazah Diploma empat (DIV) atau Sarjana (S1);

dan b. memiliki sertifikat pendidik. Di Pulau Salura pada SMP N Satap Pulau Salura seluruh guru sudah memenuhi kualifikasi dengan memiliki ijazah Sarjana (S1) namun untuk bersertifikasi dari total empat guru, terdapat satu orang yang sudah bersertifikasi. Pada SD Inpres Pulau Salura untuk keseluruhan guru telah mencapai standar kualifikasi yang mana dari total tujuh orang guru yang memiliki ijazah Sarjana (S1) sebanyak enam orang dan satu orang lainnya memiliki ijazah (D2).

Kualitas tenaga kependidikan sebagai berikut: a. kepala sekolah: 1. paling rendah memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1); 2. memiliki sertifikat pendidik;

dan 3. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah. b. tenaga penunjang lainnya paling rendah memiliki ijazah SMA/sederajat. Di Pulau Salura degan dua

56

sekolah yang ada, kedua kepala sekolah sudah memenuhi kualifikasi dengan memiliki ijazah Sarjana (S1) juga memiliki sertifikat pendidikan. Namun, pada SD Inpres Pulau Salura dari total tujuh orang guru terdapat empat orang yang masih berstatus pegawai honorer tetapi sudah memenuhi kualifikasi yaitu ijazah Sarjana (S1) dan Diploma dua (D2). Pada SMP N Satap Pulau Salura untuk guru bersertifikasi dari total empat guru dan satu kepala sekolah, terdapat dua orang yang sudah bersertifikasi. Hingga saat ini, Pulau Salura sebagai salah satu bagian dari daerah 3T Indonesia jika dilihat berdasarkan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), berdasarkan pada indikator target 4c tujuan ke-4 SDGs yaitu jumlah guru bersertifikat pendidik pendidikan dan sesuai dengan data-data yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan standar kualifikasi guru/tenaga pendidik untuk mencapai pendidikan berkualitas telah tercapai. Berdasarkan pada strategi pembangunan pendidikan Kabupaten Sumba Timur yaitu jumlah SD/MI yang memiliki dua orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik, jumlah SD/MI yang memiliki dua orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV, jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV = 70% (untuk daerah khusus = 40%), dan jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan telah memiliki sertifikat pendidik = 35% (untuk daerah khusus = 20%). Seluruh strategi tersebut sebagai tujuan dalam meningkat kuantitas dan kualitas guru di Sumba Timur dan jika dilihat berdasarkan data kualifikasi guru di kedua sekolah di Pulau Salura maka strategi tersebut telah tercapai dengan baik di Pulau Salura.

Prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia selain dengan menjamin terpenuhinya layanan kualitas pendidikan, pembangunan pendidikan juga dapat diupayakan dengan meningkatkan ketersediaan guru di daerah 3T hal ini sesuai dengan strategi pembangunan pendidikan Indonesia sehingga dibentuk beberapa program untuk mendukung ketersediaan guru di daerah 3T yaitu seperti program Sarjana Mengajar daerah 3T (SM3T), program ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan kekurangan tenaga pendidik di daerah 3T dan membantu kegiatan belajar mengajar sebagai tenaga pendidik di sekolah di daerah 3T.

Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak kepala sekolah program ini dijalankan dengan sangat baik di Pulau Salura, sekolah-sekolah disana sangat terbantu dengan adanya tenaga pendidik baru dalam mendukung proses belajar mengajar, menciptakan inovasi pembelajaran, mendukung terciptanya manajemen sekolah yang baik da n meningkatkan motivasi belajar anak didik. Program kedua ialah program Guru Garis Depan (GGD), program ini memiliki tujuan yang sama ialah untuk membangun pendidikan di daerah 3T

57

dalam hal ketersediaan tenaga pendidik. Program ini diharapkan dapat mendukung kegiatan belajar mengajar di daerah 3T dan meningkatkan motivasi belajar anak didik. Di Pulau Salura program ini sudah berjalan dengan sangat baik hingga saat ini masih terdapat tenaga pendidik yang berasal dari program GGD ini. Tenaga pendidik ini sangat membantu ketersediaan guru di Pulau Salura baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, kedua program yang dikhususkan untuk membangun pendidikan di daerah 3T dengan meningkatkan ketersediaan guru dapat disimpulkan berjalan dengan baik di Pulau S alura dan kedua program ini dilaksanakan tepat pada sasaran.

Dokumen terkait