• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam menyusun suatu strategi pengembangan wilayah, sebelumnya perlu dilakukan suatu analisa yang mendalam. Pada penelitian ini metode analisis data

yang digunakan adalah dengan Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,

Opportunities and Threats Analysis), yaitu analisis potensi/kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/kendala. Analisis ini diawali dengan inventarisasi dan klasifikasi terhadap permasalahan/kelemahan dan kelebihan/kekuatan baik secara internal pengembangan wilayah di Kota Metro, maupun secara eksternal yang berasal dari lingkungan di luar Kota Metro.

Langkah-langkah yang harus di lakukan adalah (1) Input stage (analisis data

input dan Analisis Lingkungan Strategis), (2) Matching stage (analisis

pencocokan), (3) Desicion stage (analisis pengambilan keputusan).

Analisis Data Input

Proses analisis dimulai dengan pendalaman atau identifikasi lingkungan strategis, kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor internal dan faktor eksternal. Proses analisis akan menghasilkan beberapa asumsi atau peluang strategis untuk mendapatkan faktor-faktor kunci keberhasilan (Utami , 2008).

Analisis Lingkungan Strategis. Lingkungan strategis yang mempengaruhi kinerja dalam proses perencanaan dan pengembangan wilayah di Kota Metro dibagi atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal, mencakup kekuatan

(S = Strengths) dan kelemahan (W = Weakness). Sementara yang tergolong dalam

faktor eksternal adalah peluang (O = Opportunities) dan ancaman (T = Threaths).

Dari hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, diperoleh daftar faktor internal dan eksternal dalam usaha pengembangan wilayah di Kota Metro sebagaimana berikut:

Faktor Internal

Kekuatan, faktor internal yang merupakan suatu kekuatan untuk pengembangan wilayah adalah:

1. Potensi lahan yang mempunyai kelas kesesuaian lahan permukiman dan jalan dalam pengembangan wilayah Kota Metro masih luas (± 6.461 Ha) atau 90% dari total luas wilayah.

2. Persentase luas lahan kelas S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai) untuk pengembangan permukiman dan jalan lebih luas dibandingkan kelas yang sama untuk tanaman padi, jagung dan peternakan. Lahan kelas S1 permukiman dan jalan seluas 90% sedangkan lahan kelas S2 untuk padi, jagung dan peternakan rata-rata 15%.

3. Kondisi eksisting lahan yang belum terbangun di Kota Metro masih luas

lebih kurang 55% dari luas wilayah, sehingga potensi pengembangan sektor industri pengolahan sebagai sektor unggulan masih besar.

4. Topografi di Kota Metro yang dominan relatif datar dengan kemiringan

lereng 3–8% meliputi 80% luas wilayah.

5. Luas wilayah Kota Metro yang kecil (68,74 Km2) memudahkan dalam

perencanaan pengembangan wilayah.

6. Tingkat kepadatan penduduk yang masuk kriteria sedang (24 jiwa/ha).

7. Kebutuhan lahan untuk pembangunan fasilitas umum dengan kriteria

standar pelayanan minimal (SPM) sebesar 52,98 Ha masih dapat terpenuhi dalam kelas lahan permukiman.

8. Kondisi eksisting jumlah fasilitas umum yang ada sebagian besar sudah memenuhi kriteria standar pelayanan minimal terutama fasilitas pendidikan.

Kelemahan, faktor internal yang merupakan suatu kelemahan adalah sebagai berikut:

1. Terdapat lahan seluas 1.664 Ha yang termasuk lahan kelas S2 untuk

pertanian tetapi kondisi eksisting penggunaan lahan sebagian menjadi permukiman.

2. Kondisi eksisting luas jalan masih dibawah standar pelayanan minimal untuk permukiman kota.

3. Terdapat hanya satu sektor yang berkembang dan layak menjadi sektor

111

yakni sektor industri pengolahan dengan nilai backward linkage 1,368 dan nilai forward linkage 1,008.

Faktor Eksternal

Peluang, beberapa peluang yang mendukung pengembangan wilayah di Kota Metro adalah:

1. Berkembangnya teknologi sistem informasi geografi (SIG) dalam

perencanaan evaluasi sumberdaya lahan.

2. Kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi daerah sehingga Kota

Metro mempunyai otoritas dalam pengembangan wilayah.

3. Potensi kerjasama atau kemitraan dengan daerah sekitar dalam

pengembangan wilayah.

Ancaman, faktor lingkungan yang menjadi ancaman pengembangan wilayah yakni: Perkembangan kabupaten/kota lain dalam mengembangkan sektor-sektor perekonomiannya menjadi sektor unggulan termasuk sektor industri pengolahan.

Analisis Faktor Internal

Hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh faktor internal yang lebih dominan terdapat pada potensi lahan yang mempunyai kelas kesesuaian lahan permukiman dan jalan masih luas, topografi kota metro yang relatif datar, tingkat kepadatan penduduk yang masuk kriteria sedang, kondisi eksisting lahan yang belum terbangun masih luas, kebutuhan lahan untuk pembangunan fasilitas umum masih dapat terpenuhi dalam kelas kesesuaian permukiman, hanya satu sektor unggulan yang berkembang, kondisi eksisting lahan yang sesuai untuk pertanian

sebagian sudah menjadi permukiman. Faktor–faktor tersebut merupakan bagian

dari kekuatan dan kelemahan yang perlu diperhitungkan atau mempengaruhi dalam pengembangan wilayah Kota Metro, sedangkan kondisi eksisting luas jumlah fasilitas sektor pendidikan diatas standar pelayanan minimal merupakan faktor peluang terakhir yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan

wilayah di Kota Metro. Adapun secara rinci hasil analisis faktor internal pada Tabel 64.

Tabel 64 Analisis faktor internal pengembangan wilayah Kota Metro

Faktor Internal Strategis Bobot Rating Skor Komentar Kekuatan:

1. Potensi lahan yang mempunyai kelas kesesuaian lahan permukiman dan jalan dalam

pengembangan wilayah Kota Metro masih luas

0,13 4 0,52 Potensi Pengem- bangan permuki man dan jalan masih tinggi 2. Persentase luas lahan kelas S1 (sangat sesuai) dan

S2 (sesuai) untuk pengembangan permukiman dan jalan lebih luas dibandingkan kelas yang sama untuk tanaman padi, jagung dan peternakan

0,10 2 0,20

3. Kondisi eksisting lahan yang belum terbangun di Kota Metro masih luas

0,10 3 0,30

4. Topografi di Kota Metro yang dominan relatif datar

0,12 4 0,48

5. Luas wilayah Kota Metro yang kecil 0,06 3 0,18 6. Tingkat kepadatan penduduk yang masuk kriteria

sedang

0,11 4 0,44

7. Kebutuhan lahan untuk pembangunan fasilitas umum dengan kriteria SPM masih dapat terpenuhi dalam kelas lahan permukiman.

0,08 3 0,24

8. Kondisi eksisting jumlah fasilitas umum yang ada sebagian sudah memenuhi kriteria standar

pelayanan minimal terutama fasilitas pendidikan.

0,05 1 0,05

Kelemahan:

1. Kondisi eksisting lahan yang sesuai untuk pertanian sebagian menjadi permukiman.

0,05 3 0,15 Pengem- bangan sektor unggulan 2. Kondisi eksisting luas jalan masih dibawah

standar pelayanan minimal untuk permukiman kota

0,10 1 0,10

3. Hanya satu sektor yang berkembang menjadi sektor unggulan

0,10 2 0,20

Jumlah 1,00 2,86

Sumber: Hasil analisis, 2008

Analisis Faktor Eksternal

Hasil identifikasi faktor eksternal selanjutnya dilakukan tahap analisis faktor eksternal yakni peluang dan ancaman sebagaimana Tabel 65 berikut:

113

Tabel 65 Analisis faktor eksternal pengembangan wilayah Kota Metro

Faktor Eksternal Strategis Bobot Rating Skor Komentar Peluang:

1. Berkembangnya teknologi sistem informasi geografi (SIG) dalam perencanaan evaluasi sumberdaya lahan. 0,29 4 1,16 Potensi kerjasama dengan daerah sekitar dalam pengemba- ngan wilayah 2. Kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi

daerah memberikan wewenang dalam pengembangan wilayah

0,18 2 0,36

3. Potensi kerjasama atau kemitraan dengan daerah sekitar dalam pengembangan wilayah

0,27 3 0,81

Ancaman:

1. Perkembangan kabupaten/kota lain dalam mengembangkan sektor-sektor perekonomian menjadi sektor unggulan termasuk sektor industri pengolahan. 0,26 1 0,26 Potensi sektor unggulan daerah sekitar Jumlah 1,00 2,59

Sumber: Hasil analisis, 2008

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor eksternal yang dominan adalah perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) evaluasi sumberdaya lahan, potensi kemitraan dengan daerah sekitar, kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi daerah dan perekembangan sektor-sektor unggulan di daerah lain. Perkembangan pembangunan di daerah lain dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan dapat menjadi ancaman bagi pengembangan wilayah di Kota Metro, karena pada saat ini hanya satu sektor saja di Kota Metro yang layak dijadikan sebagai sektor unggulan. Perkembangan faktor ini berada di luar wilayah Kota Metro, sehingga dibutuhkan kerjasama antar wilayah terkait untuk memaksimalkan kemampuan dan meminimalkan ancaman yang dimulai sejak penyusunan perencanaan pengembangan wilayah. Perkembangan teknologi SIG dalam evaluasi sumberdaya lahan dapat digunakan dalam pengembangan wilayah sehingga data-data spasial evaluasi sumberdaya lahan yang dihasilkan dapat menjadi referensi perencanaan pengembangan wilayah.

Pencocokan

Langkah berikutnya adalah tahap pencocokan. Dengan menggunakan strategi silang, tahap pencocokan dengan matrik TOWS atau SWOT dalam

Analisis SWOT dihasilkan beberapa asumsi strategis sebagai bahan untuk pencapaian kemungkinan alternatif strategi pengembangan wilayah di Kota Metro. Strategi dan hasil dari pencocokan tersebut selanjutnya dilakukan proses

penetapan ”Asumsi Alternatif Strategis”. Matrik tahap pencocokan dari analisa ini

disajikan pada Tabel 66.

Sesuai matrik SWOT pada Tabel 66, diperoleh berbagai asumsi alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengembangan wilayah di Kota Metro yaitu:

Strategi Strenghts-Opportunities, yaitu: memanfaatkan kekuatan untuk meraih

peluang, dengan strategi yang mungkin dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG.

2. Memanfaatan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan

lahan dalam konteks otonomi daerah.

3. Memaksimalkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan

menjalin kerjasama dengan daerah sekitar.

Strategi Weaknesses-Opportunities, yaitu: meminimalkan kelemahan untuk

mencapai dan memanfaatkan peluang yang ada, dengan strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengimplementasikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian

lahan pertanian dan jalan.

2. Meningkatkan kerjasama dengan daerah sekitar dalam menumbuhkan

115

Tabel 66 Matrik SWOT strategi pengembangan wilayah Kota Metro

Faktor Internal Faktor Eksternal S W 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Potensi lahan

permukiman masih luas Potensi lahan kelas permukiman lebih luas dari lahan kelas pertanian Kondisi eksisting lahan belum terbangun lebih luas dari lahan terbangun Topografi relatif datar Luas wilayah yang kecil Tingkat kepadatan

penduduk kategori sedang Ketersediaan lahan yang luas untuk kebutuhan fasilitas umum

Kondisi eksisting jumlah fasilitas pendidikan diatas SPM 1. 2. 3. Kondisi eksisting lahan kelas pertanian sebagian sudah menjadi permukiman Kondisi eksisting luas jalan masih dibawah SPM permukiman kota Hanya satu sektor yang berkembang menjadi sektor unggulan Alternatif Strategis SO Alternatif Strategis WO O 1. 2. 3. Perkembangan teknologi SIG dalam evaluasi sumberdaya lahan

Kebijakan otonomi daerah

Potensi kerjasama antar daerah dalam pengembangan wilayah 1. 2. 3. Memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG

Memanfaatan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan lahan dalam konteks otonomi daerah Memaksimalkan

penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan menjalin kerjasama dengan daerah sekitar

1. 2. Mengimplementa- sikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian lahan pertanian dan jalan Meningkatkan kerjasama dengan daerah sekitar dalam menumbuhkan sektor-sektor unggulan

Asumsi Strategis ST Asumsi Strategis WT

T

1. Perkembangan daerah sekitar dalam memacu tumbuhnya sektor- sektor unggulan

1. Mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan 1. Memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan

Strategi Strengths-Threats, yaitu: strategi yang memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi ancaman, dengan strategi alternatif yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan.

Strategi Weaknesses-Threats, yaitu: merupakan taktik untuk bertahan yang

diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan internal serta menghindar dari ancaman-ancaman lingkungan, dengan strategi alternatif yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan.

Dokumen terkait