• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 ANALISIS .................................................................................................................. V-1

5.3 ANALISIS ANALISIS SUBSISTEM KAWASAN MINAPOLITAN

5.3.4 Analisis Subsistem Output

Pemasaran perikanan tangkap di wilayah pesisir Kabupaten Jember semuanya dibawa ke TPI Puger. Di TPI tersebut ikan ditimbang dan dijual ke para pengepul, pengambek serta pedagang ikan. Sedangkan pemasaran hasil perikanan budidaya kolam dijual dalam bentuk ikan segar yang diambil oleh pengepul dan pedagang dari para pembudidaya langsung. Secara detail, diagram distribusi pemasaran ikan tangkap dan ikan budidaya kolam dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5. 12 Diagram Alir Pemasaran Perikanan Tangkap

Gambar 5. 13 Diagram Alir Pemasaran Perikanan Budidaya

Hasil penangkapan ikan oleh nelayan di Kecamatan

Puger, Gumukmas, Kencong, dan Ambulu

Pengepul/ Pengambek

Pedagang

ikan Pasar ikan lokalPemasaran :

Restaurant dan rumah makan TPI

Puger

Pemasaran : Pabrik : Surabaya, Jakarta

Probolinggo, Banyuwangi, Situbondo, Lamongan, Tuban

Pelaku industry Pengolahan Ikan

Pengepul

Pedagang

ikan Pasar ikan lokalPemasaran :

Restaurant dan rumah makan di Jember Hasil budidaya

perikanan kolam

Pemasaran :

Gurami : Jember, Bali, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo (Puspa Agro)

Lele : Jember, Lumajang, Bali, Semarang, Pati

Nila/Tombro : Jember , Bali, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo

Laporan Akhir V-28

Tabel 5. 12 Analisis Pengembangan Agro Output Perikanan dan Pemasaran

Variabel Sub Variabel Penjelasan Potensi Permasalahan

Agroutput

Perikanan Produk Olahan Hasil Belum adanya produk olahan yangberasal dari hasil perikanan budidaya air tawar/kolam.

•Sudah adanya hasil produk olahan perikanan tangkap yakni Ikan kering / asin, pindang, asapan, terasi, abon, petis

- Sumber daya produksi yang melimpah dapat menjadi potensi untuk pengembangan inovasi produk olahan baik dari hasil perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.

- Keterbatasan modal (biaya produksi dirasa sangat besar) bagi para pelaku industri kecil produk olahan ikan.

- Teknologi yang digunakan untuk melakukan proses pengolahan masih tradisional (manual).

- Produk olahan masih terbatas dan masih dalam skala lokal.

- Pengetahuan dalam proses pengolahan produk ikan masih kurang optimal sehingga belum ada produk olahan / inovasi dari budidaya ikan air tawar / kolam

- Masih jarang dilaksanakan penyuluhan atau pelatihan tentang pengolahan produk hasil olahan ikan.

Limbah Hasil

Produksi Sebagian limbah dapat dipergunakanyakni : Ikanpakan lele

Tetesan ikan asapan /pindangpetis

Adanya pemanfaatan dari limbah produksi sehingga tidak

menimbulkan kerugian pada lingkungan

- Limbah ikan yang mati masih banyak yang dibuang dan mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau tidak sedap dan tumpukan sampah di pinggir jalan perkampungan di sekitar TPI

Sistem Pemasaran Pemasaran Pemasaran ikan masih tergantung

pengepul dan pengambek. Rantai pemasaran terlalu panjangsehingga terdapatlosisdalam rantai pemasaran dan

nelayan/pembudidaya kurang

Adanya permainan harga oleh para pengepul/pengambek Harga penjualan ikan yang

Laporan Akhir V-29

Variabel Sub Variabel Penjelasan Potensi Permasalahan

mendapatkan hasil yang

maksimal. Belum ada ruang display danpemasaran yang terpusat sehingga harga jual menjadi lebih stabil (pusat informasi pasar).

Kemitraan Adanya kemitraan dengan pemerintah

maupun swasta Adanyanelayan dan kelompok-kelompokpembudidaya perikanan kolam yang bekerja sama dengan swasta untuk pemasaran.

pabrik pengolahan ikan di Surabaya PT. Siska Artan dan Jakarta CV. Kimkee

Bantuan kemitraan pemerintah-nelayan-pembudidaya masih belum bisa berjalan secara merata. Nelayan dan Pembudidaya

mengeluhkan kekurangan modal usaha

Belum ada kemitraan yang solid antara

nelayan/pembudidaya dengan investor maupun pedagang.

Laporan Akhir V-30

Sub sistem penunjang merupakan penyedia jasa bagi sub sistem minapolitan input, subsistem minapolitan proses dan subsistem minapolitan output. Termasuk ke dalam sub sistem ini adalah penelitian dan pengembangan, perkreditan atau koperasi, transportasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, sistem informasi dan dukungan kebijaksanaan pemerintah (mikro ekonomi, tata ruang, makro ekonomi).

Informasi Perikanan

Informasi perikanan tangkap dan perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Jember hanya berupa informasi-informasi tentang informasi mengenai teknis perikanan masih secara umum. Hal ini karena kurang maksimalnya fungsinya organisasi/kelompok-kelompok perikanan yang berfungsi untuk koordinasi penjualan hasil perikanan dan informasi teknologi perikanan, sehingga perlu adanya upaya sosialisasi kepada organisasi kelompok-kelompok perikanan di Kabupaten Jember.

Kredit atau Koperasi Perikanan

Belum maksimalnya sistem dan kinerja dari koperasi menyebabkan para nelayan sulit untuk meminjam modal untuk usaha. Oleh karena itu, kedepannya perlu adanya peningkatan SDM dan pelatihan keterampilan para pengurus koperasi di masing-masing kelompok perikanan yang ada sehingga para nelayan ataupun pembudidaya dapat mengakses dan meminjam kredit.

Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan, pelatihan dan bantuan perikanan yang ada dirasakan masih kurang merata karena adanya sistem penggiliran dalam keikutsertaan kegiatan penyuluhan sehingga sangat berpengaruh terhadap produktivitas perikanan yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu penyuluhan perikanan secara lebih luas dan merata. Penyuluhan dan pelatihan kepada pelaku usaha perikanan misalnya dapat berupa: melatih teknis, kewirausahaan dalam bidang produksi, manajemen keuangan,manajemen pemasaran, manajemen SDM, disain, processing dan labeling

bagi pengusaha-pengusaha kecil.

Sarana dan prasarana perikanan

Sarana dan prasarana perikanan yang ada diantaranya berupa irigasi kolam/tambak, prasarana jalan, pasar, TPI, jaringan listrik, telekomunikasi, terminal dan sebagainya. Pada wilayah Kecamatan Puger sarana dan prasarana

Laporan Akhir V-31

prasarana penunjang pengembangan komoditas perikanan mutlak diperlukan mengingat keberhasilan usaha sangat ditentukan oleh jumlah, kualitas dan tingkat penyebaran berbagai sarana dan prasarana tersebut.

Organisasi nelayan dan pembudidaya

Pada wilayah Kabupaten Jember kelompok-kelompok perikanan terdapat di masing-masing desa di tiap kecamatan dengan kegiatan berupa kordinasi penjualan hasil produksi perikanan dan informasi perikanan. Selain itu juga sebagai salah satu sarana wadah dalam mengaspirasikan pendapat para nelayan ataupun pembudidaya. Organisasi/kelompok-kelompok nelayan dan pembudidaya di wilayah Kabupaten Jember keberadaanya sangat menunjang rencana pengembangan kawasan minapolitan, untuk menunjang pengembangan minapolitan ini perlu dilaksanakan program penyuluhan berkala, terkait teknis dan pengelolaan usaha ikan kepada para nelayan maupun pembudidaya perikanan air tawar.

Tabel 5. 13 Matriks Analisis Pengembangan Subsistem Penunjang Minapolitan Kabupaten Jember

No. Variabel Potensi Masalah

1. Informasi

Perikanan Terdapat saranapemasaran berupa TPI Puger yang berada Di Kecamatan Puger

Adanya BBI di Kabupaten Jember

Terdapat kelompok nelayan dan

pembudidaya di masing-masing desa di tiap kecamatan yang berpotensi.

Kurangnya tersedianya informasi budidaya perikanan mengenai proses pengelolaan lahan/kolam dan pengolahan hasil produksi untuk budidaya air tawar.

Belum ada bantuan kredit untuk pengembangan perikanan budidaya air tawar khususnya

Peranan penyuluh (jumlah dan SDM) masih kurang.

Materi yang disampaikan oleh PPL ke nelayan/pembudidaya biasanya tidak bisa diaplikasikan sepenuhnya di lapangan karena terkendala modal dan SDM

Kurang maksimalnya peran kelompok nelayan dan kelompok pembudidaya dalam kegiatan produksi perikanan, terutama dalam kemitraan dengan investor

Kurangnya informasi mengenai harga perikanan di pasar

Harga jual rendah/tidak stabil

Kurangnya informasi pemasaran yang dimiliki oleh nelayan/pembudidaya, karena terkait tentang informasi pemasaran banyak dikuasai oleh para pengepul/pengambek 2. Kredit dan koperasi perikanan 3. Pendidikan dan Pelatihan 4. Sarana dan Prasarana Perikanan 5. Organisasi Nelayan & Pembudidaya 6. Informasi pasar

Laporan Akhir V-32 5.4 ANALISIS PARTISIPATIF

Analisis partisipatif digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi pelaku-pelaku yang berbeda beserta kepentingannya terhadap suatu rencana, program atau proyek. Hasil yang diharapkan dari analisis partisipatif ini adalah:

• Memperoleh gambaran mengenai semua lembaga dan kelompok yang berperan di daerah tersebut;

• Menyelidiki kepentingan dan prioritas dari pihak-pihak tersebut;

• Meneliti kekhawatiran dan konflik antara kelompok yang berbeda serta memberikan wawasan tentang potensi dan kelemahan yang dimiliki setiap kelompok;

• Menelaah konsekuensi dan implikasi yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan proyek.

Data dalam analisis partisipatif meliputi, kelompok stakeholder, kepentingan, konflik, potensi, kelemahan dan implikasi dari rencana yang akan dilaksanakan. Kelompok stakeholder merupakan kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengembangan minapolitan berdasarkan komoditas perikanan, sesuai dengan usaha atau bidang mata pencaharian, minat dan fungsi. Kepentingan yang dimaksud adalah keinginan atau harapan dari kelompok penduduk yang berhubungan dengan bidang usaha mereka yang perlu diperhatikan oleh perencana.

Konflik yang dicantumkan merupakan pertentangan kepentingan antar kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Potensi merupakan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kelompok penduduk. Kelemahan merupakan faktor penghambat keberhasilan dari kelompok penduduk. Implikasi diperlukan untuk menampung dan merencanakan program, mengurangi kelemahan dan mengembangkan potensi yang ada dalam kelompok. Analisis partisipatif pengembangan minapolitan berdasarkan komoditasnya di wilayah perencanaan adalah:

Laporan Akhir V-33

Tabel 5. 14 Analisis Partisipatif Pengembangan Komoditas Perikanan Tangkap dan Budidaya

No. Pelaku Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Kelemahan Implikasi/konsekuensi

1. Nelayan

Tangkap Hasil produksi tangkapbaik

Permintaan/kebutuhan hasil perikanan tangkap tinggi Ketersediaan sarana prasarana perikanan yang memadai Ketersediaan modal

Harga jual hasil produksi tinggi

Hasil produksi tangkap menurun

Ketergantungan dengan faktor iklim saat melaut

Ketersediaan sarana prasarana perikanan tangkap tidak memadai

Harga jual hasil produksi rendah 1 dan 3 1 dan 4 1 dan 5 1 dan 6 1 dan 7 Peningkatan produksi tangkap Peningkatan SDM Nelayan Peningkatan harga jual hasil produksi Keterbatasan modal Keterbatasan alat melaut Monopoli harga jual oleh pengambek Program penyuluhan Penyediaan sarana prasarana (alat tangkap) Program penyediaan modal melalui sarana koperasi

2. Pembudidaya

Kolam Harga jual hasilproduksi tinggi

Hasil produksi stabil dan meningkat

Kualitas hasil produksi baik Permintaan/kebutuhan ikan tinggi Ketersediaan sarana prasarana perikanan Kemudahan pemenuhan bibit

Harga jual ikan rendah

Hasil produksi budidaya menurun

Kualitas hasil produksi menurun Permintaan/kebutuhan ikan rendah Ketersediaan sarana prasarana perikanan tidak memadai Keterbatasan bibit unggulan 2 dan 5 2 dan 6 2 dan 7 Peningkatan produksi budidaya Peningkatan SDM Pembudidaya Peningkatan harga jual hasil produksi Keterbatasan modal Fluktuasi harga pakan pabrikan (konsentrat) Fluktuasi harga jual hasil budidaya Keterbatasan pengolahan hasil budidaya Program penyuluhan Program penyediaan modal melalui koperasi Program peningkatan harga jual hasil budidaya melalui pengembangan produk olahan

Program penyediaan pakan buatan yang terjangkau

3. Pengusaha produk olahan ikan

Harga jual produk olahan tinggi

Biaya produksi rendah

Permintaan/kebutuhan produk olahan ikan tinggi

Harga jual produk olahan rendah

Biaya produksi tinggi

Permintaan/kebutuhan produk olahan ikan menurun

3 dan 5

3 dan 7 Peningkatanproduksi olahan Peningkatan SDM Peningkatan Keterbatasan modal Keterbatasan SDM Minimnya diversifikasi Program penyediaan modal Program Penyediaan alat produksi Program penyuluhan Program jaminan

Laporan Akhir V-34

No. Pelaku Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Kelemahan Implikasi/konsekuensi

sarana prasarana olahan Peningkatan daya saing produk olahan produk

olahan kemudahanpemasaran produk olahan (berbasis UKM)

4. Pengambek Harga beli hasil perikanan budidaya dan tangkap rendah

Permintaan/kebutuhan tinggi

Kebutuhan modal nelayan tangkap tinggi

Harga beli ikan tinggi

Permintaan/kebutuhan rendah menurun Kebutuhan modal nelayan menurun/ sudah terpenuhi 4 dan 1

4 dan 7 Kemampuanpemenuhan modal yang tinggi Pemberian modal nelayan yang mudah Peningkatan pendapatan nelayan Harga hasil produksi yang sudah ditetunkan oleh pasar Program penyediaan sistem informasi pasar Program kerjasama bidang pemodalan dengan koperasi sehingga tidak ada monopoli harga hasil produksi nelayan 5. Pengepul Harga beli hasil

perikanan budidaya dan tangkap rendah

Permintaan/kebutuhan tinggi

Harga beli ikan tinggi

Permintaan/kebutuhan hasil budidaya menurun 5 dan 1 5 dan 2 5 dan 3 5 dan 7 Kemampuan

pasar baik Keterbatasansarana prasarana pemasaran Keterbatasan informasi pasar Program penyediaan sarana prasarana pemasaran Program penyediaan sistem informasi 6. Pedagang ikan

segar Harga jual hasilperikanan budidaya dan tangkap tinggi

Hasil produksi perikanan budidaya dan tangkap baik

Permintaan/kebutuhan hasil perikanan

budidaya dan tangkap tinggi

Harga jual ikan rendah

Hasil produksi tangkap dan budidaya menurun

Permintaan/kebutuhan ikan rendah 6 dan 1 6 dan 2 6 dan 3 6 dan 7 Kemampuan

pasar baik Keterbatasansarana prasarana pemasaran

Program penyediaan sarana prasarana pemasaran

Laporan Akhir V-35

No. Pelaku Kepentingan Kekhawatiran Konflik Potensi Kelemahan Implikasi/konsekuensi

7. Pemerintah Harga jual hasil perikanan budidaya dan tangkap tinggi

Hasil produksi

perikanan tangkap dan budidaya baik Permintaan/kebutuhan ikan tinggi Peningkatan pendapatan nelayan dan pembudidaya Peningkatan pendapatan daerah

Harga jual hasil perikanan budidaya dan tangkap rendah

Hasil produksi perikanan budidaya dan tangkap menurun

Permintaan/kebutuhan ikan rendah Pendapatan nelayan dan pembudidaya menurun Pendapatan daerah menurun 7 dan 1

7 dan 2 Peningkatanpendapatan

Peningkatan SDM Peningkatan informasi pasar Masih minimnya SDM, modal, sarana pendukung bagi para pelaku perikanan (pembudidaya dan nelayan) Program pelatihan SDM diberikan kepada pelaku perikanan (pembudidaya dan nelayan) secara berkala dan rutin.

Pemberian modal dan bantuan sarana prasarana bagi pelaku perikanan guna peningkatan produksi perikanan

Laporan Akhir V-36 5.5 ANALISIS KELEMBAGAAN

Peran dan fungsi beberapa lembaga masyarakat yang menunjang rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember dapat dibedakan menjadi dua sesuai dengan kegiatan perikanan dan dapat dilihat pada diagram venn berikut ini.

Gambar 5. 14 Diagram Venn Kelembagaan Perikanan Tangkap

Dari diagram venn kelembagaan perikanan tangkap tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 6 lembaga yang terkait dengan masyarakat. Masing-masing lembaga tersebut memiliki fungsi, peran dan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pelaku perikanan tangkap terutama terkait rencana pengembangan konsep kawasan minapolitan Kabupaten Jember. Adapun analisis untuk masing-masing kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut. • Penyuluh Perikanan

Petugas penyuluh perikanan memiliki peranan yang penting dalam perkembangan kawasan minapolitan. Penyuluh memiliki fungsi memberikan pelatihan dan penyuluhan serta informasi teknologi perikanan pada pelaku perikanan tangkap (nelayan).

Masyarakat Pembeli Swasta Pengepul Penyuluh (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan)

Kelompok Perikanan

Tangkap PedagangLokal

Laporan Akhir V-37

• Pengepul

Pengepul merupakan salah satu mata rantai awal pemasaran hasil produksi perikanan. Pengepul memiliki fungsi mengumpulkan hasil perikanan tangkap dan mendistribusikan ke pasar-pasar atau agen besar yang akan mengolah hasil perikanan.

• Pengambek

Pengambek merupakan salah satu unsur mata rantai yang tidak dapat dilepaskan dalam kegiatan perikanan tangkap. Pengambek memiliki fungsi ganda yaitu memberikan pinjaman modal operasional kepada nelayan dan sekaligus mengumpulkan hasil perikanan tangkap yang kemudian mendistribusikannya ke pasar-pasar atau agen besar yang akan mengolah hasil perikanan tersebut. Secara umum keberadaan pengambek ini sangat dibutuhkan oleh pelaku perikanan tangkap, dimana dengan adanya pinjaman modal yang mudah nelayan dapat melaut dan mendapatkan hasil tangkap. Akan tetapi salah satu syaratnya adalah semua hasil tangkap nelayan tersebut harus dijual kepada pengambek sesuai harga yang ditentukan oleh pengambek dan tentunya dibawah harga pasar/ pengepul lain. Sistem kerjasama seperti ini berlaku selama pinjaman modal tersebut belum dilunasi.

• Pedagang Lokal

Pedagang lokal dalam rantai pemasaran hasil produksi perikanan memiliki peran yang sama dengan pengepul, namun yang membedakan adalah kapasitas dan wilayah pemasaran. Pedagang lokal biasanya memasarkan hasil perikanan tangkap di pasar-pasar lokal dengan kapasitas yang kecil. Biasanya yang mengambil peran sebagai pedagang lokal ini adalah keluarga nelayan ataupun masyarakat sekitar.

• Pembeli Swasta

Pembeli Swasta tidak memiliki hubungan langsung dengan para pelaku perikanan tangkap, namun dalam rantai pemasaran hasil produksi perikanan cukup penting. Pembeli swasta biasanya memiliki hubungan langsung dengan pengepul ataupun pengambek. Meski tidak secara langsung terkait dengan nelayan, namun adanya kerjasama antara

Laporan Akhir V-38

pengepul dengan pembeli swasta secara tidak langsung meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

• Kelompok Perikanan Tangkap

Keberadaan kelompok perikanan sangat erat dengan nelayan karena kelompok perikanan merupakan wadah bagi para pelaku perikanan guna peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang perikanan.

Gambar 5. 15 Diagram Venn Kelembagaan Perikanan Budidaya

Dari diagram venn kelembagaan perikanan budidaya tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 5 lembaga yang terkait dengan masyarakat. Masing-masing lembaga tersebut memiliki fungsi, peran dan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pelaku perikanan budidaya terutama terkait rencana pengembangan konsep kawasan minapolitan Kabupaten Jember. Adapun analisis untuk masing-masing kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut. • Penyuluh Perikanan

Petugas penyuluh perikanan memiliki peranan yang penting dalam perkembangan kawasan minapolitan. Penyuluh memiliki fungsi memberikan pelatihan dan penyuluhan serta informasi teknologi perikanan pada pelaku perikanan budidaya.

• Pengepul Masyarakat Pembeli Swasta Pengepul Penyuluh (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan)

Kelompok Perikanan Budidaya

Pedagang Lokal

Laporan Akhir V-39

Pengepul merupakan salah satu mata rantai awal pemasaran hasil produksi perikanan. Pengepul memiliki fungsi mengumpulkan hasil perikanan budidaya dan mendistribusikan ke pasar-pasar atau agen besar yang akan mengolah hasil perikanan.

• Pedagang Lokal

Pedagang lokal dalam rantai pemasaran hasil produksi perikanan memiliki peran yang sama dengan pengepul, namun yang membedakan adalah kapasitas dan wilayah pemasaran. Pedagang lokal biasanya memasarkan hasil perikanan budidaya di pasar-pasar lokal dengan kapasitas yang kecil.

• Pembeli Swasta

Pembeli Swasta tidak memiliki hubungan langsung dengan para pelaku perikanan budidaya, namun dalam rantai pemasaran hasil produksi perikanan cukup penting. Pembeli swasta biasanya memiliki hubungan langsung dengan pengepul. Meski tidak secara langsung terkait dengan pembudidaya, namun adanya kerjasama antara pengepul dengan pembeli swasta secara tidak langsung meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan.

• Kelompok Perikanan Budidaya

Keberadaan kelompok perikanan/ KUB sangat erat dengan masyarakat pembudidaya ikan karena kelompok perikanan merupakan wadah bagi para pelaku perikanan guna peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya perikanan.

5.6 ANALISIS PENETAPAN KAWASAN 5.6.1 Analisis Struktur Ruang Minapolitan

Dasar pembentukan suatu kawasan minapolitan adalah pengembangan kawasan tertentu yang berbasis pada kegiatan perikanan. Secara sederhana akan dilakukan pengembangan kota perikanan dengan komoditas basis dari perikanan mulai dari basis produksi bahan baku hingga produksi olahan yang mampu memberikan pendapatan bagi penduduk Kabupaten Jember.

Laporan Akhir V-40

Berdasarkan Draft Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember Tahun 2011-2031, memutuskan bahwa pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember salah satunya adalah dengan pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Puger. Hal ini menjelaskan bahwa secara stuktur ruang wilayah dan tentunya dengan melihat potensi kegiatan perikanan tangkap dan budidaya yang terbesar, Kecamatan Puger menjadi pusat kawasan minapolitan di Kabupaten Jember.

Meskipun pembentukan struktur tata ruang Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember belum dibahas secara detail dalam RTRW nantinya akan tetap terdiri dari pusat, sub pusat dan sub-sub pusat kawasan sesuai dengan struktur tata ruang yang membentuk wilayah perkotaan pada umumnya. Struktur tata ruang suatu kawasan minapolitan terbentuk dari kecenderungan pergerakan dan arah pengembangan aktifitas di sektor perikanan dan sektor-sektor hilirnya. Dari sebab itu, dalam analisis penentuan struktur tata ruang Kawasan Minapolitan Kabupaten Jember, eksisting aliran input-output-pemasaran komoditas dan produk-produk serta arahan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten menjadi penentu utama dalam penentuan struktur tata ruang Kawasan Minapolitan di Kabupaten Jember.

Adapun penentuan pusat, sub pusat dan sub-sub pusat kawasan minapolitan Kabupaten Jember salah satunya dapat menggunakan pendekatan penetapan kawasan peruntukan perikanan baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap sesuai RTRW Kabupaten Jember Tahun 2011-2031, seperti berikut:

a. Kawasan Minapolitan Tangkap di Kecamatan Puger dengan hinterland di Kecamatan Kencong, Kecamatan Ambulu, Kecamatan Tempurejo dan Kecamatan Gumukmas

b. Kawasan Minapolitan Budidaya di Kecamatan Puger dengan

hinterlanddi Kecamatan Ambulu dan Kecamatan Gumukmas

Berdasarkan kebijakan RTRW tersebut didapatkan bahwa Kecamatan Puger merupakan pusat kawasan Minapolitan baik dari kegiatan perikanan

Laporan Akhir V-41

tangkap maupun perikanan budidaya. Akan tetapi guna menentukan pusat, sub-pusat dan sub-sub pusat kawasan Minapolitan Kabupaten Jember perlu dilakukan skoring dan pembobotan berdasarkan kriteria-kriteria kawasan minapolitan sehingga mampu menukung faktor kebijakan yang ada.

5.6.2 Skoring Dan Pembobotan Penentuan Prioritas Pengembangan Kecamatan Sebagai Kawasan Minapolitan

Tujuan utama skoring dan pembobotan disini adalah untuk mempertegas dan mendukung penetapan Kawasan Minapolitan sesuai kebijakan RTRW Kabupaten Jember Tahun 2011-2031. Hal ini dilakukan mengingat dalam belum adanya kebijakan teknis di bawah RTRW yang menjelaskan secara detail proses penetapan ataupun pemilihan pusat, sub pusat dan sub-sub pusat Kawasan Minapolitan di Kabupaten Jember. Adapun variabel dan indicator yang akan digunakan adalah didasarkan pada kriteria persyaratan suatu kawasan menjadi kawasan minapolis/pusat minapolitan. Dengan persyaratan sebagai berikut

1) Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komoditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan (on-farm) tetapi juga kegiatanoff-farmnya, yaitu mulai pengadaan sarana dan prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb). Kegiatan pengolahan hasil perikanan sampai dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengolahan, minawisata dsb).

2) Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis

3) Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain

Dokumen terkait