• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sumber Variabilitas Antara Dimensi Tubuh Pria dan Wanita

112

113 4.7 Analisis dan rancang :

NO Dimensi Ukuran Bangku Data Presentil

P50 1 D10 Tinggi Bahu Dalam Posisi

Duduk tinggi Bangku 50

2 D13 Panjang Lutut Lebar Bangku 67

3 D14 Panjang Politeal Panjang Bangku 42

4 D16 Tinggi politeal tinggi Bangku 36

5 D19 Lebar Pinggul Lebar Bangku 36

Jadi dapat kita tarik kesimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan bentuk dan dimensi produk yang kamu rancang. Dalam kaitan ini maka acuan perancangan suatu produk harus mampu berfokus pada dimensi dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Dan untuk tetap berfokus pada dimensi manusia maka gunakan kursi antropometri sebagai alat bantu pengukurannya.

Besarnya biaya cost

• Busa : Rp. 50.000

• Besi : Rp. 100.000

• Plastic : Rp. 150.000

Jadi total biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan kursi adalah Rp. 300.000

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum dan analisis data dalam laporan modul 1 ini, maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagi berikut:

1. Untuk merancang suatu fasilitas dan tempat kerja yang optimum demi kelancaran sistem kerja, dibutuhkan prinsip antropometri yang digunakan untuk mengantisipasi kecelakaan kerja maupun kenyaman dalam bekerja yang dapat diakibatkan oleh sistem yang tidak sesuai dengan prinsip ergonomis.

2. Dapat memahami keterbatasan dan kelebihan manusia dari sisi antropometri yang dapat dilihat dari 36 dimensi yang ada untuk memberikan informasi bagi perancangan suatu produk.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat berikan dalam praktikum antropometri adalah sebagai berikut:1. Praktikan hendaknya lebih teliti dalam mengambil data dan lebih cermat dalam membca keterangan data yang ditujukan pada pengambilan data 2. Praktikan sebaiknya memahami materi praktikum sebelum melakukan praktikum

115

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/313912458/MAKALAH-ANTROPOMETRI

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-26401-561308028-bab1-14082012031611.pdf

https://bukausaha.com/pengertian-antropometri/

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI I MODUL II

PERBAIKAN CARA KERJA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 11

1. MUHAMMAD ARDI (2070031001)

2. ADAM SAIFUL ISLAM (2070031020)

3. DIMAS NIHE (2070031008)

4. MUHAMAD IQBAL (2070031003)

5. DZAKI RAIFUDIN (2070031018)

6. SONYA DIALNALDO SAPUTRA (2070031011)

7. NUR FITRI AMIEN (1970032018)

LABORATORIUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INSDUSTRI

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA JAKARTA

2021

i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 2 “Pebaikan Cara Kerja” Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana.

KELOMPOK 11

NAMA NIM

1. MUHAMMAD ARDI (2070031001)

2. ADAM SAIFUL ISLAM (2070031020)

3. DIMAS NIHE (2070031008)

4. MUHAMAD IQBAL (2070031003)

5. DZAKI RAIFUDIN (2070031018)

6. SONYA DIALNALDO SAPUTRA (2070031011)

7. NUR FITRI AMIEN (1970032018)

Menyetujui, Mengetahui,

KaProdi Teknik Industri Jakarta, Desember 2021

Aries Abbas, S,T, M.M, M,T Herdryantama Ramadhan Saputra

NIDN 032905655051 NIM 1870031030

ii

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada ALLAH SWT yang telah membantu penyusun untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Karena tanpa pertolongan tuhan yang maha esa penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini sengaja di buat penyusun untuk menambah pengetahuan pembaca perancangan sistem kerja dan ergonomi, mengenai perbaikan cara kerja.

Penyusun mengambil isi pokok pembahasan dalam makalah ini dari berbagai sumber. Tetapi yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menambah pengetahuan pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada asisten dosen yang telah memberikan tugas kepada penyusun karena dengan tugas tersebut penyusun jadi lebih mengetahui mengenai perbaikan cara kerja.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada pembaca, meskipun makalah ini ada kelebihannya dan kekurangannya penyusun mohon kritik dan saranya agar penyusun bisa memperbaikiya.

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI ... iii 1.5 Sistematika pembahasan ... 3 BAB 2 ... 4 2.1 Pengertian Biomekanika ... 4 2.2 Tujuan Mempelajari Biomekanika ... 5 2.3 Hubungan Biomekanika dengan Ergonomi ... 6 2.4 Ruang Lingkup Biomekanika... 7 2.5 Pengertian RULA ... 8 2.6 Pengertian REBA ... 11 BAB 3 ... 14 3.1 ANALISA PERHITUNGAN SKOR RULA SEBELUM PERBAIKAN ... 15 3.1.1 Pengelasan pada besi ... 15 3.1.1.1 Tabel A Skor Postur Lengan (Wirst Posture Score) ... 15 3.1.1.2 Skor Lengan dan Pergelangan Tangan (Wrist and Arm Score) ... 16 3.1.1.3 Tabel B Skor Leher (Trunk posture score) ... 16 3.1.1.4 Skor leher, batang tubuh, dan kaki (neck, trunk & leg score) ... 17 3.1.1.5 Tabel C Skor leher, batang tubuh, dan kaki (Neck, trunk & leg score) .. 18 3.1.1.6 Skor RULA ... 18 3.1.2 Pengecatan pada besi... 19 3.1.2.1 Tabel A Skor Postur Lengan (Wirst Posture Score) ... 19 3.1.2.2 Skor Lengan dan Pergelangan Tangan (Wrist and Arm Score) ... 20 3.1.2.3 Tabel B Skor Leher (Trunk posture score) ... 20 3.1.2.4 Skor leher, batang tubuh, dan kaki (neck, trunk & leg score) ... 21 3.1.2.5 Tabel C Skor leher, batang tubuh, dan kaki (Neck, trunk & leg score) .. 21 3.1.2.6 Skor RULA ... 22

iv

3.2 ANALISA PERHITUNGAN SKOR REBA SEBELUMPERBAIKAN ... 22 3.2.1 Pengelasan pada besi ... 23 3.2.1.1 Tabel A leher, kaki, dan badan ... 23 3.2.1.2 Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas... 24 3.2.1.3 Tabel C Skor hasil tabel A dan B ... 24 3.2.1.4 Skor REBA... 25 3.2.2 Pengecatan pada besi... 25 3.2.2.1 Tabel A leher, kaki, dan badan ... 25 3.2.2.2 Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas... 26 3.2.2.3 Skor hasil tabel A dan B ... 26 3.2.2.4 Skor REBA... 27 3.3 ANALISA PERHITUNGAN SKOR RULA SESUDAH PERBAIKAN ... 27 3.3.1 Pengelasan pada besi ... 27 3.3.1.1 Tabel A Skor Postur Lengan (Wirst Posture Score) ... 27 3.3.1.2 Skor Lengan dan Pergelangan Tangan (Wrist and Arm Score) ... 28 3.3.1.3 Tabel B Skor Leher (Trunk posture score) ... 29 3.3.1.4 Skor leher, batang tubuh, dan kaki (neck, trunk & leg score) ... 29 3.3.1.5 Tabel C Skor leher, batang tubuh, dan kaki (Neck, trunk & leg score) .. 30 3.3.1.6 Skor RULA ... 30 3.3.2 Pengecatan pada besi... 31 3.3.2.1 Tabel A Skor Postur Lengan (Wirst Posture Score) ... 31 3.3.2.2 Skor Lengan dan Pergelangan Tangan (Wrist and Arm Score) ... 32 3.3.2.3 Tabel B Skor Leher (Trunk posture score) ... 32 3.3.2.4 Skor leher, batang tubuh, dan kaki (neck, trunk & leg score) ... 33 3.3.2.5 Tabel C Skor leher, batang tubuh, dan kaki (Neck, trunk & leg score) .. 33 3.3.2.6 Skor RULA ... 34 3.4 ANALISA PERHITUNGAN SKOR REBA SESUDAH PERBAIKAN ... 34 3.4.1 Pengelasan pada besi ... 34 3.4.1.1 Tabel A leher, kaki, dan badan ... 34 3.4.1.2 Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas... 35 3.4.1.3 Tabel C Skor hasil tabel A dan B ... 35 3.4.1.4 Nilai skor REBA ... 36 3.4.2 Pengecatan pada besi... 37 3.4.2.1 Tabel A leher, kaki, dan badan ... 37

v

3.4.2.2 Tabel B lengan bawah, pergelangan tangan, dan lengan atas... 38 3.4.2.3 Skor hasil tabel A dan B ... 38 3.4.2.4 Skor REBA... 39 BAB 4 ... 40

4.1 ANALISIS HASIL PRAKTIKUM KEDUA DENGAN MEMBANDINGANNYA DENGAN

PRAKTIKUM PERTAMA (ANALISIS LEVEL CIDERA RULA DAN REBA)... 40 4.2 JELASKAN KONTRIBUSI MODUL SEBELUMNYA (MODUL I) TERHADAP

PRAKTIKUM MODUL II INI ... 40 4.3 LAKUKAN ANALISIS TERHADAP PRAKTIKUM II SEHINGGA DAPAT DISIMPULKAN APAKAH SISTEM KERJA YANG DIUSULKAN LEBIH BAIK ... 41 BAB 5 ... 42 5.2 SARAN ... 42 DAFTAR PUSAKA ... vi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Penulis melakukan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomis Perbaikan Cara Kerja ini dikarenakan ada beberapa maksud dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

a. Dapat mengetahui apakah perlu memperbaiki cara kerja yang telah kami lakukan pada praktikum sebelumnya melalui tabel REBA dan RULA

b. Sebagai acuan dasar untuk menyelesaikan masalah Ergonomi kerja pada saat bekerja

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan laporan akhir praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomis modul 2 tentang Perbaikan Cara Kerja

1.2 Latar Belakang Masalah

Ergonomi kerja adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi pekerja saat sedang bertugas, cara kerja atau SOP kerja juga sangat menetukan nilai efektivitas dan efisiensi pekerja.

Cara kerja atau SOP yang sebelumnya telah dibuat mungkin kurang efektif, efisien dan menimbulkan resiko cidera yang tinggi bagi pekerja seiring berkembangnya suatu perusahaan yang akhirnya tidak dapat berproduksi secara optimal.

Untuk itu, solusi untuk menyelesaikannya yaitu dengan mengevaluasi cara kerja yang lama dengan cara kerja baru yang lebih efektif, efisien dan untuk mengurangi resiko cidera pekerja saat sedang bertugas sehingga perusahaan dapat berproduksi dengan optimal.

2 1.3 Perumusan Masalah

a. Bagaimana cara mengetahui tingkat resiko cidera yang ditimbulkan dari cara kerja yang telah dibuat ?

b. Apakah dalam mengevaluasi cara kerja yang telah dibuat dengan cara kerja yang baru akan efektif untuk menurunkan resiko cidera saat sedang bekerja ?

1.4 Pembatasan masalah

Dalam dunia kerja ada beberapa faktor yang berperan untuk jalannya pekerjaan tersebut, maka dari itu diperlukan perancangan cara kerja yang tepat sehingga proses kerja dapat berjalan secara optimal dan menghasilkan output kerja yang berkualitas, serta pekerja dapat bekerja dengan kondisi yang nyaman, aman, dan sehat.

Salah satu penyebab terhambatnya produktifitas adalah perancangan cara kerja yang tidak tepat, sehingga harus dilakukan analisa gerakan pekerja yang mungkin dapat dievaluasi untuk dilakukan perubahan cara kerja yang lebih efektif dan efisien bagi pekerja dan produktif bagi perusahaan.

3 1.5 Sistematika pembahasan

Pengumpulan Data

Mulai

Pengolahan Data

Asistensi

Pengumpulan Laporan Akhir

Responsi

SELESAI

Ya / Diterima

Ditolak

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Biomekanika

Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan–gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya, lingkungan kerja dan lain-lain untuk meningkatkan performansi dan meminimisasi kemungkinan cidera.

Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih baik, dimana kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.

Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi kemampuan-kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Pada ilmu kedokteran, biomekanika dibagi menjadi 2 (dua) pandangan, yaitu:

1. Ilmu Kinetika, merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor gaya yang menyebabkan benda bergerak atau diam.

2. Ilmu Kinematika, adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat gerakannya atau sudutnya apakah penuh atau tidak.

5

Melalui sistem automatic dan biomechanic, faktor-faktor manusia teknik terfokus pada sistem musculoskeletal. Ini merupakan sendi yang memiliki dua segmen yaitu segmen distal dan segmen proximal.

Dalam melakukan tugas-tugas yang manipulatif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.

2. Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah 15%.

3. Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.

4. Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan ketelitian.

Dalam biomekanika, pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan, yaitu:

1. Single- segment Static Model

Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gaya reaksi siku (RE) dan momen reaksi siku (ME).

2. Two-segment Static Model

Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gaya reaksi bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS)

2.2 Tujuan Mempelajari Biomekanika

 Untuk menjelaskan tiap komponen dari seluruh sistem tubuh dan interaksinya.

 Untuk mensimulasikan kondisi berbahaya, sulit untuk diukur atau waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan sebuah pekerjaan.

 Untuk memperkirakan resiko yang mungkin muncul dari sebuah pekerjaan dan memperkirakan beban maksimal yang aman untuk diangkat.

6

2.3 Hubungan Biomekanika dengan Ergonomi

Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain perancangan. Ergonomi juga berkaitan dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.

Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, meminimumkan resiko kesalahan serta supaya didapatkan optimasi dan efisiensi kerja.

Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan, dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun makro. Karena yang dipelajari adalah dampak dari teknologi dan produk-produknya, maka pengetahuan yang khusus dipelajari akan berkaitan dengan teknologi seperti biomekanika, antropometri teknik, teknologi produksi, lingkungan fisik, dan lain-lain. Biomekanika dapat digunakan dalam merancang sistem kerja dengan pertimbangan gerak tubuh manusia agar operator yang bekerja dapat bekerja dengan nyaman dan aman sehingga terciptanya sistem kerja dengan gerakan tubuh yang ergonomi.

Dengan terciptanya suasana yang ergonomi, dapat meningkatkan performansi, efisiensi, dan produktivitas kerja operator.

Dari penjelasan tersebut maka biomekanika memiliki hubungan yang erat dengan ergonomi. Keterkaitan biomekanika dengan ergonomi adalah dengan menerapkan biomekanika maka dapat dirancang dan diciptakan sistem kerja serta gerakan tubuh operator dalam bekerja sehingga operator bekerja secara ergonomis, mampu memaksimalkan produktivitas dan keselamatan operator serta meminimumkan terjadinya cedera.

7 2.4 Ruang Lingkup Biomekanika

Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Pendekatan biomekanika memandang tubuh manusia sebagai suatu sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang saling terkait dan terhubung satu sama lain, melalui sendi-sendi dan jaringan otot yang ada. Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan untuk mengimbangi tegangan-tegangan tersebut.

Biomekanika terdiri dari dua macam gerakan yaitu kinematik dan kinetik. Kinematik mempelajari gerakan baik mengenai perpindahannyam kecepatan dan percepatan tanpa memperhatikan penyebab gerakan. Kinetik berhubungan dengan kerja gaya-gaya pada benda dan akibat (hasil) kerja gaya-gaya tersebut.

Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. General Biomechanic

Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak.

Dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform).

b. Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).

2. Occupational Biomechnic

Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material

8

dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat.

Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan biomekanik. Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot.

Rangka tubuh manusia tersusun atas berbagai bentuk tulang yang saling berhubungan. Secara garis besar, tulang-tulang itu dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan bagian tubuh yang disusunnya, yaitu tulang tengkorak sebanyak 23 buah, tulang badan sebanyak 67 buah, dan tulang anggota badan sebanyak 122 buah. Untuk menghuungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain maka diperukan artikulasi atau sendi. Otot adalah kumpulan sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Sel-sel otot mempunyai kemampuan berkontraksi dan berelaksasi.

Sistem lever adalah suatu tungkai panjang yang dapat bergerak pada suatu titik tertentu yaitu pada axis yang terletak sepanjang lever tersebut.

Pada tubuh manusia ada beberapa sistem lever dimana tulang berfungsi sebagai alat pengungkit atau tuas.

2.5 Pengertian RULA

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh

9

seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb) (Andrian, 2013).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’ sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi: jumlah gerakan, jerja otot statis, gaya, postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan, dan waktu kerja tanpa istirahat.

Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dikembangkan untuk :

1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas.

2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat menyebabkan kelelahan otot.

3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasional.

Pengembangan dari rapid upper limb assessment melalui 3 buah tahapan, yaitu pertama adalah merekam posisi kerja, kedua adalah penggunaan dari sistem skor, yang ketiga adalah penentuan level untuk mengetahui tingkat resiko yang ada bagi tubuh dan menentukan perbaikan apa yang disarankan (McAtamney And Corlett, 1993).

1. Pengembangan untuk pencatatan postur tubuh

Untuk menghasilkan suatu metode yang mudah digunakan maka tubuh dibagi ke dalam 2 segmen yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari lengan bagian atas dan bawah termasuk

10

wrist. Sedangkan group B terdiri dari leher, punggung, dan kaki, semua bagian tubuh dari group B digunakan untuk memastikan bahwa ada kemungkinan bagian tubuh tersebut mempengaruhi postur tubuh saat bekerja.

Pemberian nilai untuk posisi tubuh dari masing-masing group adalah sebagai berikut :

a. Grup A terdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai berikut :

 Posisi lengan atas

 Posisi lengan bawah

 Posisi tekukan telapak tangan dan posisi telapak tangan yang mengalami tekukan dan putaran

b. Grup B terdiri dari beberapa posisi yaitu sebagai berikut :

 Posisi dari leher

 Posisi punggung

 Posisi kaki

2. Pengembangan sistem skor untuk penggolongan bagian tubuh

Sebuah nilai tunggal dibutuhkan dari grup A dan grup B yang mana mewakili tingkatan atau pembobotan postur dari sistem musculoskeletal yang terdapat dalam kombinasi postur bagian tubuh. Kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan skor penggunaan otot (muscle use score) dan skor untuk gaya atau pembebanan (force/load score), dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk muscle use score ketentuan adalah bila postur tubuh tetap dalam jangka waktu yang lama (memegang dalam waktu lebih dari 1 menit) atau melakukan pengulangan gerakan kira-kira 4 kali dalam waktu 1 menit maka skor bertambah menjadi 1.

11

b. Untuk force/load score dapat ditentukan dari lamanya bekerja. Untuk waktu kerja 4-6 jam maka skor menjadi 1, sedangkan untuk waktu kerja lebih dari 6 jam skor menjadi 2.

3. Pengembangan skor akhir dan daftar langkah perbaikan Setelah tadi melakukan pencarian nilai untuk grup A dan grup B maka langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan pencarian skor akhir untuk mengetahui apakah postur tubuh dari operator tersebut mengandung tingkat bahaya atau tidak, dengan penggabungan dari muscle use score dan force/load score.

2.6 Pengertian REBA

Rapid Entire Body Assesment (REBA) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan “The Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang paling unggul.

Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada

12

penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya.

Pengembangan dari percobaan metode REBA adalah:

1. Untuk mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh yang pantas untuk resiko musculoskeletal pada berbagai macam tugas.

2. Untuk membagi tubuh kedalam bagian-bagian untuk pemberian kode individual, menerangkan rencana perpindahan.

3. Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis (kelompok bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang, contohnya pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali berjalan kaki), tidak cocok dengan perubahan posisi yang cepat.

4. Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban adalah penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa dilakukan dengan tangan.

5. Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk manipulasi beban manual.

6. Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan indikasi dalam keadaan terpaksa.

Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.

REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Hal ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja.

Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap, yaitu:

13

1. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.

2. Tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja.

3. Tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.

4. Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur

4. Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur

Dokumen terkait