Sistematika penulisan laporan penelitian Tugas Akhir dengan judul “Ergonomi Antropometri” penulis membahas pemahaman tentang Antropometri yang berisikan mengenai pengertian, konsep, dan metodelogi dari permasalahan yang sedang dibahas. Lalu bagaimana cara menganalisis indeks masa tubuh yang datanya sudah dikumpulkan dari hasil praktikum sebelumnya.
3 Pengumpulan Data
Mulai
Pengolahan Data
Asistensi
Pengumpulan Laporan Akhir
Responsi
SELESAI
Ya / Diterima
Ditolak
4
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi
Secara etiomologi, ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomo yang berarti peraturan atau hukum. Pengertian ergonomi adalah peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk sikap kerja.
Pengertian ergonomi sebagai salah satu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan nyaman
(Ginting, 2010).
2.2 Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya manusiadan metri yang berarti ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya.
Antropometri menurut Stevenson ( 1989 ) dan Nurmianto ( 1991 ) adalah suatu kumpulan data secara numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean ( rata-rata ) dan standar deviasinya dari satu distribusi normal Antropometri mengkaji masalah tubuh manusia.
Informasi ini diperlukan untuk merancang suatu sistem kerja agar menunjang kemudahan pemakaian, keamanan dan kenyamanan dari suatu pekerjaan, sehingga antropometri dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi tubuh ( termasuk bentuk dan ukuran tubuh ) dengan disain alat – alat yang digunakan manusia. Antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang
5
distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
2.3.1 Umur/Usia
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
Manusia dapat digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu : a. Balita
b. Anak-anak c. Remaja d. Dewasa, dan e. Lanjut usia.
2.3.2 Jenis kelamin (sex)
Pada umumnya dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan diantara rata-rata dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh karenanya data antropometri sangat diperlukan dalam perancangan sebuah alat atau produk. Secara umum pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
1. Suku bangsa (etnik),
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
6 2. Sosio ekonomi
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
3. Posisi tubuh (posture)
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
2.4 Jenis pengukuran antropometri
Antropometri memiliki peran penting dalam beberapa bidang, misalkan dalam bidang perancangan industri, desain pakaian, ergonomi, dan arsitektur.
Dalam bidang-bidang tersebut, data mengenai distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal, nyaman dan aman digunakan. Selain itu, antropometri akan terus digunakan karena perubahan dimensi tubuh manusia yang bersifat terus menerus.Perubahan ini didorong karena perkembangan gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), sehingga kemudian dibutuhkan perhitungan berkala mengenai data antropometri yang diperlukan.
2.5 Cara mengukur antropometri tubuh manusia
Dalam melakukan pengukuran antropometri, terdapat dua alat yang digunakan.
Alat ini mampu membantu seseorang untuk mengukur dimensi tubuh dengan lebih cermat. Saat ini, ada dua alat yang digunakan untuk mengukur dimensi tubuh manusia, yakni:
2.5.1. Kursi antropometri
Alat ukur lain yang biasanya digunakan dalam mengukur ruang lingkup dimensi tubuh manusia adalah Kursi Antropometri. Beberapa tahun yang lalu, kursi antropometri terbuat dari bahan kayu yang sangat konvensional. Sehingga
7
terkadang bisa terjadi kesalahan dalam perhitungan. Kendati demikian, saat ini telah dibuat kursi antropometri yang lebih modern dengan menggabungkan teknologi listrik dalam perhitungannya. Sehingga meskipun pengukuran dilakukan secara manual. Namun, perhitungan yang dihasilkan akan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.
2.5.2 Portable Antropometri / Anthropometer Kit
Selain kursi antropometri, dalam melakukan pengukuran antropometri tubuh manusia, kita juga bisa menggunakan alat antropometri portable. Biasanya alat portable antropometri atau yang dikenal pula dengan anthropometry measurement kit, merupakan alat alat yang terdiri dari antropometer, sliding caliper, spreading caliper dan juga jangka sorong. Alat ini sangat praktis untuk digunakan dan dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Portable Antropometri biasanya digunakan untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan kerja.
Pengukuran dimensi tubuh manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai macam instrument. Salah satu alat ukur antropometri yang populer digunakan adalah portable antropometri. Portable antropometri merupakan alat ukur antropometri yang terdiri dari beberapa bagian didalamnya. Beberapa bagian tersebut adalah:
a. Satu Set Alat Antropometer b. Branches Measurement Curve c. Small Spreading Calliper d. Sliding Calliper
Alat di atas memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing. Dan yang terpenting, alat ini digunakan untuk kepentingan pengukuran dimensi tubuh manusia yang lebih efektif dan modern. Alat ini juga dikenal dengan Antropometri Kit jenis GPM Martin. Karena alat ini ditemukan oleh Rudolf Martin. Portable Antropometri sendiri memiliki fungsi dan kegunaan yang beragam. Selain itu, instrument ini juga seringkali digunakan dalam Bidang Kesehatan.
8
2.6 Kegunaan Portable Antropometri dalam Bidang Kesehatan
Pengukuran antropometri dalam bidang kesehatan merupakan sebuah keharusan dan menjadi urgensi yang penting. Dalam bidang kesehatan, pengukuran antropometri dilakukan secara berkala. Seringkali, pengukuran antropometri digunakan dalam penelitian secara berkala. Selain ini digunakan untuk mengetahui data dari suatu populasi dengan syarat tertentu.
Fungsi dari pengukuran antropometri dalam bidang kesehatan adalah :
• Mengetahui perkembangan tubuh populasi yang diteliti
• Data yang dapat digunakan dapat dianalisis terkait dengan status gizi yang mempengaruhi pertumbuhan atau berkembangan
• Digunakan sebagai acuan dalam pembuatan produk massal yang ergonomis
• Membantu menemukan variable-variable yang berhubungan dengan perkembangan atau pertumbuhan dimensi manusia.
Beberapa fungsi di atas dapat tercapai dengan baik apabila pengukuran antropometri tersebut digunakan dengan menggunakan antropometri kit atau portable antropometri. Hal ini karena dalam satu set Portable Antropometri, terdapat beberapa alat yang ada didalamnya. Alat alat ini dapat mewakili seluruh pengukuran yang dibutuhkan, seperti pengukuran tinggi tubuh, pengukuran pada kepala dan pengukuran pada bagian yang melintang. Beberapa foto dibawah ini adalah pengukuran yang dilakukan menggunakan alat-alat dalam Portable Antropometri Set.
9
2.6.1 Fungsi dan Keunggulan dari Portable Antropometri
• Dapat mengukur tiggi, lebar, panjang, dan kedalaman pada dimesi tubuh manusia.Dalam set alat ukur antropometri, tidak hanya tinggi maupun lebar yang bisa diukur. Namun juga kedalaman dari suatu objek. Selain itu, alat ini tidak hanya bisa mengukur dimensi tubuh yang berbentuk lurus namun melengkung atau melintang.
• Terdapat 4 instrument yang dapat menunjang pengukuranSeperti yang telah disebutkan, alat ini terdiri dari empat instrument yang saling melengkapi satu sama lain. Alat-alat ini dibuat dengan mementingkan presisi yang sesuai. Selain itu, bahan masing-masing alat adalah stainless steel.
• Mudah digunakan karena pengukuran yang digunakan sederhana.Instrumen Portable Antropometri merupakan istrumen yang dapat digunakan oleh siapapun. Hal ini karena pengguaannya yang memang dibuat untuk lebih friendly. Selain itu, koper yang melengkapi alat ini membuat pengukuran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Alat ini akan sangat pas digunakan dalam pengukuran terutama dalam bidang penelitian kesehatan.
(Gambar 1,1)
Pengukuran Kepala Menggunakan Spreading Calliper
(Gambar 1,2) Pengukuran Kepala
Menggunakan Sliding Calliper
(Gambar 1,3)
Pengukuran tubuh Menggunakan Antropometri dan Branches
Measurement Curve
(Gambar 1,3)
Pengukuran tubuh Menggunakan Antropometer
10
• Telah teruji ketepatan, daya tahan dan kemudahan penggunaan.Portable Antropometri telah teruji ketahanan dan daya tahan pula. Bahan pembuatan dari instrument ini sendiri merupakan stainless steel mulai dari antropometer, branches measurement curves, sliding calliper dan spreading calliper. Selain itu, penggunaanya juga lebih mudah dibanding alat lain karena bentuknya yang sederhana dan simple.
2.7 Antropometri Kit Stunting Edition
Stunting merupakan permasalahan yang berhubungan dengan kondisi tubuh anak kerdil. Untuk mencegah stunting, maka dilakukan pengukuran antropometri secara berkala. Untuk itu, alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran pun berbeda dengan alat yang ada di atas. Karena alat ini digunakan untuk bayi, anak hingga dewasa, maka alat yang digunakan sangat diperhatikan keamanannya.
2.7.1 Pengukuran Antropometri secara Berkala Pasca Kelahiran
Selain melakukan hal-hal yang sudah kami jelaskan di atas, sebagai orang tua mereka harus rutin melakukan pengecekan antropometri secara berkala, bisa di posyandu atau melakukannya secara mandiri di rumah.
Orang tua harus mengajak anak mereka mengikuti program posyandu agar sang anak memperoleh imunisasi serta perkembangannya dapat dicek dan dipantau; apakah tinggi dan berat badannya sudah sesuai dengan umurnya.
11
2.7.2 Alat Ukur Antropometri Kit Untuk Stunting
(Gambar 2.1) Antropometri Kit SK – 92
(Gambar 2.2) Antropometri Kit SK – 95
(Gambar 2.3) Antropometri Kit SK – 95
(Gambar 2.4) Antropometri Kit SK – 95
12
2.8 Jenis pengukuran antropometri statis dan dinamis 2.8.1 ANTROPOMETRI STATIS
Antropometri statis dapat diartikan dengan perhitungan dimensi struktur tubuh.
Antropometri statis merupakan pengukuran tubuh dalam posisi diam atau posisi statis. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi badan, ukuran kepala, panjang lengan dan lain sebagainya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
o Umur
o Jenis kelamin o Suku bangsa o Pekerjaan
Beberapa cara pengukuran Antrometri Statis yaitu dengan Uji kenormalan data dan Uji keseragaman data.
A. Uji kenormalan data
Uji kenormalan data dilakukan agar data yang didapat benar-benar mewakili populasi yang diteliti sehingga data yang didapatkan bersifat akurat dan valid. Uji kenormalan data biasa dilakukan dengan menggunakan software SPSS 25 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Masukkan semua data yang telah dikumpulkan pada apllikasi SPSS 2. Klik Analyze → Nonparametric Test → Legacy Dialogs → 1-sample K-S 3. Masukkan data yang ingin diuji kenormalannya pada Test Variable
List→centang tanda Normal pada kolom bawah → Klik OK
B. Uji keseragaman data
Uji keseragaman data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 25 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Masukan semua data yang telah dikumpulkan pada aplikasi SPSS
13
2. Klik Analysze → Quality Control → Control Chart → Individual Movinf Range
3. Masukkan data yang ingin diuji keseragamannya pada pada proses measurement → Klik OK.
2.8.2 ANTROPOMETRI DINAMIS
Bila antropometri statis berhubungan dengan perhitungan dengan bentuk tubuh ketika diam. Maka sesuai dengan namanya, antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan maupun ciri-ciri fisik seseorang dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya.
2.8.3 Terdapat tiga bentuk pengukuran dinamis yaitu:
o Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti bagaimana keadaan mengenai cara kerja dari suatu aktivitas dalam pekerjaan dan lain sebagainya.
o Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Hal ini berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan dalam pekerjaan.
Misalkan bagi pegawai pabrik, tentunya jangkauan karyawan ke alat mesin akan sangat berpengaruh.
o Pengukuran variabilitas kerja, yang didasarkan pada aktivitas apa saja yang dilakukan dalam mekanisme kerja seseorang.
Pengukuran Antropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan. Selain itu, hal ini berpengaruh dengan upaya manusia untuk membuat produk massal. Di mana selain itu, produk diharapkan dapat memiliki nilai ergonomi yang tinggi.
14
BAB III
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1.Rekapitulasi Data Antropometri Seluruh Praktikan Dalam Satu Tabel.
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12
15
D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24
pl ppl tl ttl lsb lba lp td tp pla plb ptrd
16
D25 D26 D27 D28 D29 D30 D31 D32 D33 D34 D35 D36
pbtd pk ik pt it prts prs tgtb tgtd pgtd spl sppk
1 56 38 20 20 10 171 87 200 127 60 205 30
ANTROPOMETRI STATIS DATA DINAMIS
17
3.2.Uji Kenormalan, Uji Keseragaman, dan Uji Kecukupan Data 3.2.1. Uji Kenormalan
D1. TINGGI TUBUH POSISI TEGAK Tabel 3.2.1.1 TINGGI TUBUH POSISI TE GAK
D1
N 32
Normal Parametersa,b Mean 171.75 Std.
Test Statistic .108
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D2. TINGGI MATA
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D2
N 32
Normal Parametersa,b Mean 160.06
Std. Deviation 2.972 Most Extreme Differences Absolute .100
Positive .100
Negative -.088
Test Statistic .100
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
18
D3. TINGGI BAHU
D3
N 32
Normal Parametersa,b Mean 147.03
Std. Deviation 3.157 Most Extreme Differences Absolute .113
Positive .113
Negative -.108
Test Statistic .113
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D4. TINGGI SIKU
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D4
N 32
Normal Parametersa,b Mean 102.56 Std.
Test Statistic .135
Asymp. Sig. (2-tailed) .147c
19
D5. TINGGI PINGGUL
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D6. TINGGI TULANG RUAS D6
N 32
Normal Parametersa,b Mean 65.78 Std.
Test Statistic .117
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05.
sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 dite D5
N 32
Normal Parametersa,b Mean 100.41 Std.
Test Statistic .114
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
20
D7. TINGGI UJUNG JARI D7
N 32
Normal Parametersa,b Mean 63.94 Std.
Test Statistic .112
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D8. TINGGI DALAM POSISI DUDUK D8
N 32
Normal Parametersa,b Mean 58.78 Std.
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
21
D9. TINGGI MATA DALAM POSISI DUDUK
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D10. TINGGI BAH DALAM POSISI DUDUK D10
N 32
Normal Parametersa,b Mean 50.00 Std.
Test Statistic .091
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D9
N 32
Normal Parametersa,b Mean 57.00 Std.
Test Statistic .091
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
22
D11. TINGGI SIKU DALAM POSISI DUDUK
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D12. TEBAL PAHA
D12
N 32
Normal Parametersa,b Mean 18.50 Std.
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D11
N 32
Normal Parametersa,b Mean 31.84 Std.
Test Statistic .294
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
23
D13. PANJANG LUTUT
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D14. PANJANG POPLITEAL
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D13
N 32
Normal Parametersa,b Mean 67.31 Std.
Test Statistic .143
Asymp. Sig. (2-tailed) .096c
D14
N 32
Normal Parametersa,b Mean 41.72 Std.
Test Statistic .141
Asymp. Sig. (2-tailed) .105c
24
D15. TINGGI LUTUT
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D16. TINGGI POPLITEAL D16
N 32
Normal Parametersa,b Mean 36.59 Std.
Test Statistic .124
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D15
N 32
Normal Parametersa,b Mean 55.22 Std.
Test Statistic .126
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
25
D17. LEBAR SISI BAHU D17
N 32
Normal Parametersa,b Mean 44.31 Std.
Test Statistic .156
Asymp. Sig. (2-tailed) .047c
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D18. LEBAR BAHU BAGIA ATAS
D18
N 32
Normal Parametersa,b Mean 42.31 Std.
Test Statistic .140
Asymp. Sig. (2-tailed) .116c
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
26
D19. LEBAR PINGGUL
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D20. TEBAL DADA
D20
N 32
Normal Parametersa,b Mean 56.09 Std.
Test Statistic .115
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D19
N 32
Normal Parametersa,b Mean 36.34 Std.
Test Statistic .185
Asymp. Sig. (2-tailed) .007c
27
D21. TEBAL PERUT
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima
D22. PANJANG LENGAN ATAS
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D21
N 32
Normal Parametersa,b Mean 38.63 Std.
Test Statistic .111
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
D22
N 32
Normal Parametersa,b Mean 32.13 Std.
Test Statistic .107
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
28
D23. PANJANG LENGAN BAWAH D23
N 32
Normal Parametersa,b Mean 34.69 Std.
Test Statistic .162
Asymp. Sig. (2-tailed) .032c
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D24. PANJANG RENTANG TANGAN KE DEPAN
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D24
N 32
Normal Parametersa,b Mean 76.56 Std.
Test Statistic .135
Asymp. Sig. (2-tailed) .149c
29
D25. PANJANG BAHU GENGGAMAN TANGAN KE DEPAN D25
N 32
Normal Parametersa,b Mean 56.19 Std.
Test Statistic .105
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D26. PANJANG KEPALA D26
N 32
Normal Parametersa,b Mean 28.53 Std.
Test Statistic .120
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
30
D27. LEBAR KEPALA D27
N 32
Normal Parametersa,b Mean 29.28 Std.
Test Statistic .129
Asymp. Sig. (2-tailed) .189c
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D28. PANJANG TANGAN
D28
N 32
Normal Parametersa,b Mean 20.28
Std. Deviation 3.295 Most Extreme Differences Absolute .108
Positive .099
Negative -.108
Test Statistic .108
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
31
D29. LEBAR TANGAN D29
N 32
Normal Parametersa,b Mean 10.00 Std.
Test Statistic .168
Asymp. Sig. (2-tailed) .022c
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D30. PANJANG RENTANGAN TANGAN KE SAMPING D30
N 32
Normal Parametersa,b Mean 170.97 Std.
Test Statistic .163
Asymp. Sig. (2-tailed) .029c
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima
32
D31. PANJANG RENTANGAN SIKU D31
N 32
Normal Parametersa,b Mean 87.94 Std.
Test Statistic .111
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D32. TINGGI GENGGAMAN TANGAN KE ATAS DALAM POSISI BERDIRI
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D32
N 32
Normal Parametersa,b Mean 189.97 Std.
Test Statistic .446
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
33
D33. TINGGI GENGGAMAN TANGAN KEATAS DALAM POISI DUDUK D33
N 32
Normal Parametersa,b Mean 127.25 Std.
Test Statistic .120
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D34. PANJANG GENGGAMAN TANGAN KE DEPAN
Data dinyatakan tidak normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05. sehingga data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal dan H0 tidak diterima.
D34
N 32
Normal Parametersa,b Mean 64.16 Std.
Test Statistic .418
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
34
D35. SUDUT PUTARAN LENGAN D35
N 32
Normal Parametersa,b Mean 204.97 Std.
Test Statistic .109
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
D36. SUDUT PUTARAN PERGELANGAN TANGAN D36
N 32
Normal Parametersa,b Mean 29.38 Std.
Test Statistic .115
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Data dinyatakan normal, karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05. sehingga data dapat dikatakan berdistribusi normal dan H0 diterima.
35 3.2.2 UJI KESERAGAMAN
D1. Tinggi Tubuh Posisi Gerak
D2. Tinggi Mata
Data D1 dinyatakan tidak Seragam dikarenakan melewati garis atas (UCL) dan garis bawah (LCL)
Data D2 dinyatakan tidak Seragam dikarenakan melewati Batas Garis atas (UCL) dan garis bawah (LCL)
36
D3. Tinggi Bahu
D4. Tinggi Siku
Data D4 tidak Seragam dikarenakan melewati Batas garis Atas ( UCL ) dan melewati garis bawah ( LCL )
Data D3 dinyatakan dinyatakan tidak Seragam dikarenakan melewati Batas Garis atas (UCL) dan garis bawah (LCL)
37
D5. Tinggi Pinggul
D6. Tinggi Tulang Ruas
Data D5 tidak Seragam dikarenakan melewati Batas garis Atas ( UCL ) dan Batas garis Bawah ( LCL )
Data D6 tidak Seragam dikarenakan melewati Batas Garis Atas ( UCL )
38
D7. Tinggi Ujung Jari
Data D7 dinyatakan Seragam karna tidak melewati garis Atas (UCL ) dan Bawah ( LCL )
D8. Tinggi Dalam Posisi Duduk
Data D8 dinyatakan Seragam karna tidak melewati garis Atas ( UCL) dan Bawah ( LCL )
39
D9. Tinggi Mata Dalam Posisi Duduk
D10. Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk
Data D9 tidak Seragam dikarenakan melewati batas Garis Atas ( UCL )
Data D10 dinyatakan Seragam karna tidak melewati garis Atas ( UCL ) dan
Data D10 dinyatakan Seragam karna tidak melewati garis Atas ( UCL ) dan