• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SWOT

Dalam dokumen Kajian Ekonomi Regional Banten (Halaman 32-36)

KAJIAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK DOMBA DAN POLA PEMBIAYAANNYA

DI KELURAHAN JUHUT KECAMATAN KARANGTANJUNG KABUPATEN PANDEGLANG

Pada tahun 2010 KBI Serang melalui Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM melaksanakan kajian mengenai “ Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Domba dan Pola Pembiayaannya di Kelurahan Juhut Kecamatan Karangtanjung Kabupaten Pandeglang”. Selain diharapkan akan meningkatkan pendapatan peternak, pengembangan peternakan sangat berpotensi menghasilkan pupuk organik yang dapat digunakan bagi peningkatan produktifitas pertanian tanaman bahan makanan (Tabama) seperti padi dan sayuran yang merupakan komoditi penyebab inflasi yang cukup signifikan. Sebagaimana diketahui pemakaian pupuk kimia selama ini menyebabkan tingginya biaya produksi petani, sehingga pemakaian pupuk organik dapat menekan biaya produksi disamping pasar tabama dengan memakai pupuk oragnik sedang meningkat saat ini. Dengan demikian pengembangan peternakan sejalan dengan pengembangan pertanian tanaman bahan makanan sehingga kedepan diharapkan dapat dilaksanakan kajian lanjutan mengenai Sistem Agribisnis Terpadu di lokasi yang sama.

SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity

(peluang) dan threats (ancaman). Analisis SWOT dalam kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran secara deskriptif antara kemampuan internal (kekuatan dan kelemahannya) dan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Dari gambaran (kekuatan dan kelemahan) dan (peluang dan ancaman), selanjutnya dapat dirumuskan strategi dan tindakan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman dalam Program Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu Kabupaten Pandeglang. Sistematika analisis dilakukan mengikuti ruang lingkup kajian kelayakan pengembangan usaha yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Gambaran Program Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap berbagai aspek sebagai berikut :

22

A. Aspek Pasar dan Pemasaran

No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan

1 Aspek Pasar dan Pemasaran

Mata rantai distribusi dalam pemasaran domba di Kabupaten Pandeglang kurang efisien. Terutama jika melalui jalur distribusi 4 tingkat, harga yang diterima petani sekitar 72,30% s.d 74,53% dari harga yang dibayar konsumen.

Peluang pasar masih sangat terbuka. Baik pasar lokal (Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten), DKI Jakarta, maupun Nasional.

Gapoktan kedepan perlu diberdayakan agar mampu mengembangkan fungsinya menjadi pelaku pasar. Dengan demikian, tataniaga ternak hidup akan terkait erat dengan kegiatan budidaya (on farm ), memperpendek rantai distribusi sehingga pemasaran domba menjadi efisien.

B. Aspek Teknis Produksi

No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan

2 Aspek Teknis Produksi

Rencana perbaikan ruas jalan menuju:

a. Kampung Mauk dan Kampung Cinyurup pengaspalan ( PNPM Mandiri Perdesaan , 2010) dan hotmix (DPU Kab. Pandeglang, 2011). b. Kp. Ciodeng – Kp. Balangendong (DAU APBD Kab. Pandeglang, 2011) c. Jalan Gang di Kp. Cinyurup sepanjang 1.950 m (ABT 2010 APBD Kabupaten, DPU). (Sumber: Lurah Juhut,2010) * Pemberian pakan belum

efisien. Secara kuantitas berlebih, namun tidak memperhatikan komposisi sesuai kebutuhan berdasarkan status fisiologik ternak.

a. Penyuluhan tentang nutrisi dan tata laksana pemberian pakan.

b. Memperbanyak penyediaan tanaman leguminose pohon dan rumput gajah, melalui kegiatan: bantuan pengadaan bibit, pendampingan penanaman, monitoring pertumbuhan tanaman, dan monitoring pemberian pakan.

* Bibit domba cukup tersedia, baik domba lokal ataupun jenis unggul.

c. Bibit domba Sumber pengadaan bibit

domba unggul seperti domba garut dari Jawa Barat. Sehingga bagi peternak kecil dengan kemampuan terbatas (61,36% responden) merasa menghadapi kendala untuk mendapatkan bibit domba unggul.

Ketergantungan bibit unggul dari luar daerah sekaligus merupakan peluang bagi Kampung Ternak Juhut untuk melakukan pengembangan peternakan domba berbasis usaha pembibitan ternak rakyat (Village Breeding Center/VBC)

Perlu dilakukan fasilitasi pengembangan usaha berbasis usaha pembibitan ternak rakyat, dengan pola pemuliaan inti terbuka (open nucleus breeding schem. ). * Sumber pengadaan bibit

domba lokal dari daerah Selatan Pandeglang (Kecamatan Panimbang, Sobang, Cibaliung), Kabupaten Serang dan Lebak.

b. Pakan ternak Tersedia sumber hijauan pakan ternak yang melimpah dengan perkiraan daya tampung domba sebanyak 24.610 ekor.

* Pemberian pakan masih didominasi rumput liar + herba (73,31%) dan dedaunan (18,65%). Pemberian leguminose masih sedikit ( leguminose pohon 2,52%, leguminosa sisa tanaman sayuran 2,99%). Pemberian rumput gajah juga masih sedikit (2,54%).

a. Lokasi Lokasi sesuai untuk pengembangan usaha ternak domba : 1) Mempunyai kecocokan lingkungan untuk dapat berproduksi; 2) Sosio kultur masyarakat yang mendukung; 3) Ketersediaan hijauan pakan ternak yang melimpah;(4) Cukup strategis dan dekat dengan pasar; 5) Aman.

Terdapat tiga ruas jalan yang kondisinya kurang bagus/rusak, yaitu jalan menuju Kampung Mauk, Kampung Cinyurup, dan Kampung Ciodeng – Balangendong.

23

No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan

2 Aspek Teknis

Produksi

* Letak kandang terlalu dekat dengan rumah. * Kapasitas kandang terbatas.

Perlu masukan teknologi nutrisi, peningkatan manajemen pemeliharaan (perbaikan pemberian kualitas pakan pada induk masa laktasi dan perawatan anak-anak domba dengan lebih baik ), kesehatan hewan dan perkandangan.

Masih diperlukan diseminasi IPTEK, Pelatihan/ Sekolah Lapang, Studi Banding.

f. Tenaga Kerja Cukup tersedia tenaga

terampil yang secara sosio kultur terbiasa memelihara domba.

Tingkat penguasaan IPTEK dan ketrampilan masih terbatas (jika dikaitkan dengan kebutuhan pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis)

e. Perkandangan Peternak mampu

membangun kandang secara swadaya

Penyuluhan tentang perkandangan yang baik

* 63% responden peternak tidak melakukan pemisahan antara anak periode pra sapih dengan anak periode pasca sapih. Dan 40% tidak melakukan pemisahan antara induk masa kering dengan induk bunting dan masa laktasi.

d. Reproduksi Litter size dan selang

beranak sudah bagus (rataan litter size kelahiran pertama 1,58%, kelahiran kedua 1,91%, kelahiran ketiga 1,8%; rataan selang beranak pertama – beranak kedua, dan beranak kedua – beranak ketiga masing-masing 8 bulan.

Mortalitas anak sampai dengan pasca sapih relatif tinggi, terutama yang berasal dari kelahiran pertama rata-rata mencapai 13,5% .

   

C. Aspek Manajemen dan Kelembagaan

No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan

3 Aspek Manajemen dan Kelembagaan

* Mengakar dimasyarakat, karena ditopang oleh ”modal sosial” yang cukup kuat yaitu penerapan nilai-nilai kebersamaan dan kejujuran serta prinsip transparansi dan musyawarah.

* Tingkat pendidikan SDM Pengurus Gapoktan rendah rata-rata hanya tamat SD, sehingga mereka memiliki keterbatas pengetahuan dan ketrampilan teknis, administratif atau pun manajerial.

Perlu dilakukan Penguatan Kelembagaan, melalui:

* Dipercaya masyarakat dan instansi pembina.

* Belum memiliki aturan tertulis. a. Pendampingan administrasi kelembagaan dan administrasi keuangan. * Keterbatasan kemampuan keuangan/ modal dan belum memiliki akses terhadap keuangan bank/non bank.

* Adanya dukungan kebijakan: SK Bupati Pandeglang tentang (1) Penetapan Lokasi Kampung Ternak Domba Terpadu ; (2) Pembentukan Tim Teknis Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu. * Pembinaan SDM pengurus Kelompok Tani/Gapoktan masih minim. c. Pembinaan SDM Pengurus Kelompok Tani dan Gapoktan

* Bantuan penyediaan input produksi (terutama ternak bibit), bimbingan teknis, sekolah lapang dan penelitian.

* Belum dimilikinya Dokumen Rencana Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu (Grand Design .

d. Penyusunan Dokumen Rencana Pengembangan Kampung Ternak Domba Terpadu (Grand Disain). b. Pendampingan pengembangan Gapoktan menjadi Kelembagaan Formal, misal menjadi Koperasi Serba Usaha yang memungkinkan memiliki unit-unit usaha Simpan Pinjam, Produksi dan Pemasaran. a. Kelembagaan

Petani (Kelompok Tani dan Gapoktan)

b. Peran Lembaga Pembina

24

D. Aspek Keuangan

No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan

* Pengembangan usaha pada skala 12 induk + 1 pejantan layak untuk dilaksanakan, karena: NPV positif (Rp.10.602.107,-), IRR 34,49% > tingkat suku bunga(13,5%), Net B/C 1,63 > 1, PbP 3,34 tahun masih dalam periode proyek ( < 4 tahun) .

* Skala usaha rata-rata per peternak masih kecil (4 ekor induk).

* Biaya produksinya relatif rendah (tidak perlu membeli hijauan pakan ternak) sehingga peternak memperoleh manfaat biaya.

* Kemampuan permodalan peternak terbatas/lemah.

* Peternak umumnya tidak memiliki agunan yang memenuhi syarat. * Tidak mempunyai akses terhadap lembaga keuangan bank/non bank

4 Aspek Keuangan Terdapat beberapa skema

kredit yang memungkinkan untuk dapat diakses, seperti: a) KUR Kupedes/ Mikro BRI; b) KKP-E; c) Kredit PKBL Bank BUMN; d) Kredit Mikro Utama Jabar Banten.

Fasilitasi akses kredit perbankan bagi petani/ peternak yang memiliki rencana pengembangan usaha dan dinilai layak (feasible).

E. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Strategi/Langkah yang Diperlukan

5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

* Memberikan manfaat sosial ( meningkatkan kebersamaan dan kerjasama ).

Kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan rumah tangga masih kecil (5,86%), karena:

Dengan skala usaha 4 ekor induk (jika telah lunas dan telah melakukan pen jualan hasil produksinya), kontribusi pendapatan yang berasal dari ternak domba akan meningkat menjadi 35,9%;

a. Sosialisasi potensi pendapatan usaha ternak domba pola pengembangbiakan dan pembesaran anak pada skala ekonomi.

* Kehadiran usaha ternak domba secara umum diterima masyarakat sekitar.

* Umumnya peternak belum melakukan penjualan hasil produksi ternaknya (masih dalam periode pengembalian anak domba untuk perguliran);

* Jika skala usaha ditingkatkan menjadi 12 ekor induk + 1 pejantan, usaha ternak domba potensial berperan sebagai sumber pendapatan utama.

b. Memfasilitasi peternak untuk dapat

mengembangkan usahanya pada skala ekonomi.

* Memberikan manfaat ekonomi, terutama sebagai penghasil pupuk kandang dan sebagai tabungan.

* Skala usaha masih kecil rata-rata 4 ekor induk.

* Potensi dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya di pemukiman padat Kampung Cinyurup RT 2, 3 dan 4.

Perlu fasilitasi pengadaan lahan/areal khusus untuk perkandangan kelompok bagi peternak RT.2, RT.3 dan RT.4 Kampung Cinyurup.

* Ada potensi ketidak setujuan warga non peternak khusus di RT 2, 3 dan 4 Kp. Cinyurup pada saat populasi domba semakin banyak.

Perlu diupayakan pendirian industri kompos yang dikelola gapoktan/koperasi dengan biaya swadayamasyarakat dan dibantu lembaga/dinas/instani terkait. b. Dampak Lingkungan

Memberikan dampak positif terhadap lingkungan berupa pemanfaatan kotoran domba sebagai pupuk organik yang dapat memelihara kesuburan tanah.

* Apabila jumlah ternak meningkat pesat maka berpotensi didirikan industri kompos shg dapat mengurangi dampak negatif kotoran terhadap lingkungan sekitar kandang disamping terdapat tambahan pendapatan bagi peternak dari menjual kotoran ternak ke industri kompos. Kompos dapat dijual ke petani sayuran/buah2an/ padi atau pedagang tanaman hias (pasar terbuka karena pertumbuhan perumahan di kota tangerang, serang dan cilegon cukup tinggi). a. Sosial Ekonomi

25

Dalam dokumen Kajian Ekonomi Regional Banten (Halaman 32-36)

Dokumen terkait