• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

6.1. Analisis SWOT Kondisi Kemiskinan Kota Bogor

Analisis SWOT adalah analisis mengenai kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang dialami oleh satu pihak dalam menghadapi suatu permasalahan. Analisis SWOT pertama kali dikembangkan oleh Albert Humphrey dari Stanford University AS pada tahun 1960. Analisis SWOT merupakan metode yang ditujukan untuk menyusun strategi perencanaan (strategic planning) bagi program dan kegiatan organisasi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal organisasi yang bersangkutan. Kondisi internal organisasi dikelompokkan dalam kategori “S” (strength atau kekuatan) dan “W” (weakness atau kelemahan). Kondisi eksternal organisasi dikelompokkan dalam kategori “O” (opportunity atau peluang) dan “T” (threat atau ancaman).

Pihak yang dijadikan acuan sebagai pihak internal untuk menentukan analisis SWOT kemiskinan di Kota Bogor adalah seluruh komponen yang ada di Kota Bogor itu sendiri. Komponen tersebut dapat meliputi komponen pemerintah daerah, APBD, kondisi perekonomian, potensi sumberdaya manusia, kondisi geografis dan juga para pemangku kepentingan (stake holder). Adapun pihak eksternal yang dilihat dalam analisis ini adalah seluruh pihak yang ada di luar Kota Bogor yang memiliki pengaruh terhadap kemiskinan di Kota Bogor.

Berdasarkan analisis kondisi internal (kekuatan dan kelemahan), serta kondisi eksternal (peluang dan tantangan) yang berkaitan dengan permasalahan kemiskinan di Kota Bogor, teridentifikasi masing-masing empat komponen yang saling mempengaruhi. Komponen kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan permasalahan kemiskinan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 10. Adapun komponen peluang dan tantangan yang berkaitan dengan permasalahan kemiskinan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Komponen Kekuatan dan Kelemahan Yang Berkaitan Dengan Permasalahan Kemiskinan Di Kota Bogor

Komponen Kekuatan (Strengths)

1. Letak strategis Kota Bogor yang dekat dengan DKI Jakarta sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian.

2. Kondisi perekonomian Kota Bogor yang sangat baik ditandai dengan laju pertumbuhannya yang selalu meningkat.

3. Komitmen pemerintah daerah Kota Bogor untuk menuntaskan persoalan kemiskinan.

4. Penyelenggaraan program pendidikan, kesehatan, infrastruktur sebagai penunjang program pengentasan kemiskinan berjalan baik.

Komponen Kelemahan (Weakness)

1. Kurang terserapnya tenaga kerja dari penduduk miskin Kota Bogor pada berbagai kegiatan ekonomi di Kota Bogor.

2. Kondisi SDM penduduk miskin Kota Bogor yang kurang terampil sehingga belum dapat mengakses peluang ekonomi dengan baik.

3. Belum tersedianya data kemiskinan secara detail sehingga menyulitkan penyusunan target dan sasaran program secara tepat.

4. Program/kegiatan dalam APBD Kota Bogor yang belum sepenuhnya diarahkan untuk tujuan penanggulangan kemiskinan.

Sumber : Focus Group Discussion (2012)

Letak Kota Bogor yang berjarak kurang lebih 60 km dari Jakarta membuat posisinya menjadi strategis. Hampir setiap akhir pekan, masyarakat Jakarta berkunjung ke Kota Bogor untuk berlibur atau berwisata. Di samping itu sebagian penduduk Kota Bogor juga bekerja di Jakarta yang membawa peluang bagi mereka untuk membelanjakan uangnya di Kota Bogor. Semua potensi tersebut memberikan dampak posisif bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor. Kemungkinan tersebut ternyata memang terbukti dengan kenyataan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor selalu meningkat sejak tahun 2004-2011 pada kisaran antara 5,98 – 6,12 persen. Dua hal ini menjadi kekuatan (strengths) yang besar dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan di Kota Bogor.

Pada bagian lain sebagai komponen kekuatan (strength), pemerintah Kota Bogor juga memiliki komitmen yang baik untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan. Beberapa komitmen tersebut antara lain adalah :

1. Penetapan program penanggulangan kemiskinan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kota Bogor 2004 – 2009 yang dilanjutkan dengan menjadikannya sebagai skala prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor tahun 2009- 2014.

2. Dibentuknya Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD). 3. Penerapan konsep penanggulangan kemiskinan yang terdiri dari tiga fase

secara simultan, yaitu : fase penyelamatan (BOS, jamkesmas, raskin, PKH, jamkesda), fase pemberdayan (PNPM, KUBE), fase peningkatan ekonomi (pembiayaan perbankan dan lembaga keuangan).

Hal lain yang juga dipertimbangkan menjadi kekuatan (strength) adalah kenyataan penyelenggaraan program yang menunjang penanggulangan kemiskinan di Kota Bogor berjalan baik. Program-program tersebut adalah penyelenggaraan pendidikan (ditandai dengan RLS yang saat ini mencapai 9,85), kesehatan (ditandai dengan angka harapan hidup AHH mencapai 68,9 tahun) dan perbaikan infrastruktur jalan/jembatan. Program-program tersebut sekalipun tidak bersentuhan langsung dengan penduduk miskin namun memberikan dampak positif bagi penanggulangan kemiskinan.

Komponen kelemahan (weakness) yang perlu diperhatikan adalah kurang terserapnya tenaga kerja dari penduduk miskin Kota Bogor pada berbagai kegiatan ekonomi. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor cukup baik. Keadaan ini ditunjang oleh adanya kelemahan berupa kondisi SDM penduduk miskin Kota Bogor yang kurang terampil sehingga belum dapat mengakses peluang ekonomi dengan baik. Komponen kelemahan lain yang menghambat penanggulangan kemiskinan adalah bahwa data kemiskinan secara detail yang mencatat nama dan alamat (by name by address) belum memadai atau kurang aktual. Hal ini tentu menyulitkan dalam hal penetapan target dan sasaran program penanggulangan kemiskinan. Kelemahan lain yang juga mempengaruhi adalah ternyata program dalam APBD Kota Bogor belum sepenuhnya diarahkan untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Saat ini

dialokasikan sekitar Rp. 149 milyar untuk program penanggulangan kemiskinan. Namun besaran APBD tersebut tidak hanya berisi belanja langsung tapi juga termasuk belanja tidak langsung. Anggaran tersebut juga tersebar dalam beberapa SKPD dan tidak khusus berada di bawah SKPD yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang berkaitan langsung dengan penanggulangan kemiskinan seperti Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Bogor.

Sebagai komponen peluang (opportunities), kebijakan Pemerintah Pusat secara nasional dalam hal penanggulangan kemiskinan sangat membantu Pemerintah Kota Bogor. Program-program seperti bantuan operasional sekolah (BOS), jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), program keluarga harapan (PKH), program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri, kelompok usaha bersama (KUBE) merupakan program yang sangat membantu mengatasi persoalan kemiskinan di Indonesia.

Tabel 11. Komponen Peluang dan Ancaman Yang Berkaitan Dengan Permasalahan Kemiskinan Di Kota Bogor

Komponen Peluang (Opportunities)

1. Adanya dukungan dari pemerintah pusat yang menjadikan program penanggulangan kemiskinan sebagai program nasional.

2. Pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan Kota Bogor.

3. Banyaknya investor dari luar yang menanamkan investasinya di Kota Bogor.

4. Pihak akademis yang banyak memberikan dukungan konsep, kajian, penelitian dan literatur berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan.

Komponen Ancaman (Threats)

1. Migrasi penduduk ke Kota Bogor yang mengakibatkan kesempatan kerja penduduk miskin Kota Bogor berkurang.

2. Banyaknya produk dari luar Kota Bogor yang menyebabkan produk lokal kurang terserap pasar.

3. Penguasaan sumber daya alam dan aset Kota Bogor oleh swasta yang berpeluang menimbulkan kemiskinan baru.

4. Ancaman globalisasi dengan produk dan tenaga kerja asing yang akan mempengaruhi perekonomian khususnya di Kota Bogor.

Hal lain yang juga menjadi peluang (opprotunities) dalam penanggulangan kemiskinan adalah adanya situasi yang kondusif baik sosial maupun ekonomi dari daerah sekitar Kota Bogor sehingga memberikan dampak positif bagi Kota Bogor. Daerah-daerah tersebut antara lain Kab. Bogor, Kota Depok, DKI Jakarta, Kab, Sukabumi, Kota Sukabumi dan Kab. Cianjur. Peluang lain yang juga dipertimbangkan adalah keberadaan investor swasta dari luar Kota Bogor yang banyak menanamkan investasinya di bidang properti, hotel, restoran dan pusat perbelanjaan serta bidang lainnya. Keberadaan investor ini secara umum membantu meningkatkan perekonomian di Kota Bogor. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah adanya dukungan akademis dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Bogor. Dukungan tersebut berupa hasil-hasil penelitian, kajian, seminar dan diskusi yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Bahan-bahan tersebut sangat membantu stake holder dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan secara sistematis.

Komponen ancaman (threats) yang harus diantisipasi oleh stake holder dalam menanggulangi kemiskinan di Kota Bogor yang utama adalah kedatangan penduduk luar yang mencari nafkah di Kota Bogor. Fenomena ini menyebabkan berkurangnya lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja lokal secara masif. Meskipun hal ini tidak dapat dihindari namun antisipasi perlu dilakukan misalnya dengan mempersiapkan keterampilan penduduk miskin Kota Bogor agar dapat menangkap peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Selain penduduk luar, produk dari luar Kota Bogor juga mengancam produk lokal. Jika tidak diantisipasi hal ini akan memperlemah kondisi perekonomian masyarakat Kota Bogor. Ancaman yang tidak kalah besar adalah adanya penguasaan sumber daya dan aset oleh swasta yang berpotensi menimbulkan ketimpangan ekonomi bahkan kemiskinan baru dengan banyaknya penduduk lokal yang menepi ke pinggiran Kota Bogor.

Ancaman berikut yang perlu diantisipasi adalah globalisasi yang dampaknya bisa sangat besar karena melibatkan kekuatan asing. Adanya globalisasi membuat tidak ada lagi batas-batas negara yang menghambat pertukaran tenaga kerja maupun produk barang dan jasa untuk keluar atau masuk ke wilayah Indonesia termasuk Kota Bogor. Pada situasi seperti ini, kesiapan

sumberdaya manusia baik pengetahuan maupun keterampilannya sangat diperlukan.

Tabel 12. Hasil Analisis SWOT Penanggulangan Kemiskinan Di Kota Bogor

Komponen Bobot Rating Nilai

Kekuatan (Strengths)

1. Letak strategis Kota Bogor

2. Kondisi perekonomian Kota Bogor 3. Komitmen Pemkot Bogor

4. Program penunjang berjalan baik

0,15 0,2 0,1 0,1 3 3 2 2 0.45 0.6 0.2 0.2 Kelemahan (Weakness)

1. Kurang terserapnya penduduk miskin 2. Kondisi SDM penduduk miskin 3. Belum tersedianya data kemiskinan 4. APBD Kota Bogor belum mengarah

0,2 0,025 0,175 0,05 4 3 3 3 0.8 0.075 0.525 0.15 Peluang (Opportunities)

1. Dukungan Pemerintah Pusat

2. Pertumbuhan ekonomi daerah sekitar 3. Banyaknya investor luar

4. Dukungan akademis. 0,2 0,1 0,1 0,075 4 2 3 2 0.8 0.2 0.3 0.15 Ancaman (Threats) 1. Migrasi penduduk 2. Banyaknya produk luar 3. Penguasaan SDA oleh swasta 4. Ancaman globalisasi. 0,2 0,05 0,15 0,125 3 2 3 3 0.6 0.1 0.45 0.375

Berdasarkan hasil analisa SWOT dengan menghitung bobot dan rating masin-masing komponen, maka diketahui komponen kekuatan (strenghts) memiliki nilai 1.45 dan komponen kelemahan (weakness) memiliki nilai 1.55. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi internal, komponen kelemahan memiliki nilai lebih besar dari kekuatan. Adapun dari segi eksternal, komponen peluang (opportunities) memiliki nilai 1.45 dan komponen ancaman (threats) memiliki

nilai 1.525. Hal ini memperlihatkan bahwa secara eksternal ancaman lebih besar nilainya dari pada peluang.

Berdasarkan hasil analisis SWOT terlihat bahwa komponen yang paling dominan adalah kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Strategi penanggulangan kemiskinan di Kota Bogor sehubungan dengan hal tersebut harus menggunakan strategi W-T atau strategi “defensif”. Strategi ini menekankan pada upaya memperbaiki kelemahan untuk menghadapi ancaman.

6.2. Rekomendasi Program Penanggulangan Kemiskinan Kota Bogor

Dokumen terkait