• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis SWOT (Strenght , Weakness, Opportunity , Threats)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisis SWOT (Strenght , Weakness, Opportunity , Threats)

Untuk memudahkan dalam memahami kondisi lingkungan pemasaran UD. Boenoet Shoes yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal, maka disusunlah hasil analisis ke dalam kelompok Strenght (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threats (ancaman).

Faktor-faktor berikut ini merupakan faktor-faktor kunci atau strategis yang mempengaruhi kegiatan pemasaran UD. Boenoet Shoes:

1. Strengths (Kekuatan) a. Harga terjangkau

Seperti yang dikemukakan oleh Widiana (2010: 75) peranan harga dalam keadaan persaingan yang makin ketat sangatlah penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, produsen harus secara jeli dalam menentukan harga jual agar produk yang ditawarkan dapat diterima konsumen.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menilai harga sepatu dan sandal yang ditetapkan UD. Boenoet Shoes selama ini menjadi salah satu faktor kekuatan karena harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Untuk produk sepatu berada pada kisaran harga antara Rp 150.000 sampai dengan Rp 300.000, sedangkan sandal berada pada kisaran harga Rp 130.000 sampai dengan Rp. 150.000. Dengan produk yang terbuat dari bahan kulit asli dan terjaga kualitasnya, penawaran harga tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi daya tarik ataupun daya saing produk jika dibandingkan dengan produk sejenis yang pada umumnya menawarkan harga yang relatif lebih tinggi.

b. Produk terjaga kualitasnya

Selama ini pemilik UD. Boenoet Shoes mempertahankan standar kualitas sepatu dan sandal yang diproduksi dengan tetap menggunakan bahan-bahan yang bermutu, misalnya menggunakan bahan kulit asli. Walaupun harga bahan baku terkadang naik secara drastis, pemilik lebih memilih menurunkan margin keuntungannya dari pada harus menurunkan standar kualitas sepatu atau sandal yang diproduksi. Alasannya karena pemilik berkeyakinan bahwa produk berkualitas akan selalu dicari konsumen meskipun dengan kenaikan harga secara bertahap. Disamping itu, sepatu dan sandal yang selesai dibuat selalu diperiksa sehingga terhindar dari kondisi cacat atau kurang sempurna.

c. Dikenal sebagai pengajin pertama di Kelurahan Bunut

UD. Boenoet Shoes berdiri sejak tahun 1993 atau setelah perusahaan Uni Royal tutup. Sehingga dikenal sebagai pengrajin yang pertama berdiri di sentra pembuatan sepatu dan sandal kelurahan Bunut. Pola pikir konsumen yang menganggap bahwa yang pertama berdiri merupakan yang terbaik dan paling berpengalaman, menjadikan UD. Boenoet Shoes lebih dipercaya dibanding dengan pengrajin lainnya. Kondisi ini sangat membantu dalam melakukan kegiatan pemasaran dan dapat dijadikan sebagai modal untuk bersaing dengan produsen lainnya.

d. Kemampuan membina hubungan baik dengan konsumen

Selama ini UD. Boenoet Shoes selalu menjaga hubungan baik dengan konsumennya. Dibuktikan dengan konsumen yang selalu melakukan pembelian ulang pada UD. Boenoet Shoes dan tidak mudah berpaling ke merek sepatu kulit

lainnya. Disamping itu kebanyakan pelanggan sudah dikenal dengan baik dan terjalin hubungan tidak hanya menyangkut urusan jual-beli sepatu atau sandal. Loyalitas konsumen ini juga memberikan keuntungan tersendiri seperti konsumen dengan sukarela mempromosikan sepatu atau sandal yang diproduksi kepada anggota keluarga ataupun rekan kerja konsumen tersebut.

e. Suasana kerja bersifat kekeluargaan

Suasana kerja yang dibangun dengan rasa kekeluargaan menjadikan para karyawan loyal dan termotivasi untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Hal ini cukup efekif untuk menjaga aset berupa karyawan terampil dari bujuk rayu pengusaha lainnya. Hal ini sering terjadi karena keberadaan karyawan terampil cukup langka, sementara untuk melatih karyawan sampai mahir membuat sepatu atau sandal membutuhkan waktu yang tidak singkat.

2. Weaknesses (Kelemahan) a. Minimnya promosi produk

Selama ini UD. Boenoet Shoes belum melakukan kegiatan promosi secara kontinyu atau dapat dikatakan cenderung pasif. Promosi yang dilakukan sebatas

mengikuti undangan pameran dari pihak pemerintah ataupun mitra seperti PT Jamsostek dan PTPN IV. Disamping itu, UD. Boenoet Shoes juga terlalu

mengandalkan promosi dari mulut ke mulut sehingga eksistensi UD. Boenoet Shoes terus mengalami penurunan akibat minimnya promosi sementara para pesaing melakukan hal yang sebaliknya.

b. Merek Dagang belum terdaftar

Selama ini merek Boenoet Shoes yang digunakan sebagai merek dagang belum terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Hal ini menimbulkan ancaman berupa munculnya produk tiruan yang berkualitas dibawah produk asli yang dapat menurunkan brand image yang dibangun UD. Boenoet Shoes. Disamping itu, ketiadaan izin menyebabkan kesulitan dalam pengembangan atau ekspansi wilayah pemasaran ke daerah lain ataupun ke tempat-tempat yang memiliki potensi untuk dimasuki karena pada umumnya calon konsumen akan meragukan kualitas dari produk yang tidak memiliki legalitas.

c. Pembukuan belum teratur

Sistem pembukuan yang diterapkan oleh UD. Boenoet Shoes relatif belum tertata dengan rapi. Hal ini mengacu kepada bukti pencatatan mengenai arus kas, arus barang dan sebagainya belum dapat memberikan informasi yang jelas mengenai keadaan usaha saat ini. Sehingga bukti tersebut belum dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan dimasa depan. Hal ini cukup menyulitkan karena keputusan yang akan di ambil menjadi lebih mengedepankan insting dari pemilik usaha, bukan berdasarkan data fakta mengenai keadaan usaha.

d. Menggunakan peralatan sederhana

Proses produksi sepatu dan sandal masih menggunakan peralatan sederhana hasil modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses produksi. Penggunaan peralatan sederhana menjadikan produk yang dihasilkan sangat bergantung pada keterampilan karyawan yang dimiliki. Hal ini dapat

sangat mengganggu jalannya usaha ataupun kualitas produk apabila karyawan tidak dalam kondisi prima ataupun karyawan yang sudah terampil membuat sepatu atau sandal berhenti bekerja, sedangkan tenaga kerja terampil sulit didapatkan. Peralatan sederhana juga berimbas pada waktu pengerjaannya. Bila ada pesanan dalam jumlah besar ataupun waktu yang singkat, dapat dipastikan UD. Boenoet Shoes akan sangat kewalahan dalam proses pengerjaannya.

e. Modal usaha terbatas

Permodalan merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Selama ini, UD. Boenoet Shoes sangat tergantung pada modal yang telah berputar pada kegiatan usaha. Apabila arus penjualan produk tersendat, maka akan sangat mempengaruhi kelancaran dari pengadaan bahan baku yang berimbas pada aktivitas produksi selanjutnya. Disamping itu, apabila akan melakukan penambahan modal usaha, UD. Boenoet Shoes mengalami kendala untuk memenuhi persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar adalah adanya ketentuan mengenai agunan.

f. Saluran distribusi belum optimal

Selama ini produksi yang dilakukan UD. Boenoet Shoes masih kurang memaksimalkan pasar karena adanya keterbatasan dalam hal saluran distribusi. Produksi lebih difokuskan untuk memenuhi permintaan lokal, dengan sesekali menerima order satuan dari agen penjualan di Pekan baru, Medan dan Binjai. Kenyataan ini sangat disayangkan melihat masih terdapat potensi calon konsumen

yang bisa dimanfaatkan apabila mampu melakukan pemasaran secara optimal dan kontinyu ke daerah tersebut atau bahkan ke daerah lainnya.

g. Mode kurang mengikuti perkembangan

Mode sepatu dan sandal yang ditawarkan saat ini, merupakan mode yang sudah sejak lama diproduksi. Sehingga tidak jarang konsumen lebih menyukai menempah sepatu atau sandal di Boenoet Shoes dengan membawa contoh mode sendiri. Hal ini mengindikasikan diperlukan banyak referensi mode agar sepatu dan sandal yang diproduksi sesuai dengan perkembangan mode saat ini.

3. Opportunities (Peluang)

a. Mitra Binaan PT Jamsostek Dan PTPN IV

Dengan menjadi mitra binaan PT Jamsostek dan PTPN IV memberikan keuntungan tersendiri terhadap usaha pengembangan dan pemasaran produk UD. Boenoet Shoes. Diantaranya bantuan yang diterima berupa pinjaman modal usaha sebesar 10 juta dengan bunga dibawah 1 persen dan jangka waktu pengembaliannya selama 2 tahun. Selain pinjaman modal usaha, UD. Boenoet Shoes juga berkesempatan mengikuti beberapa pameran seperti yang pernah diadakan PT Jamsostek di Bandung. Acara ini cukup membantu dalam mengenalkan produk-produk yang dihasilkan UD. Boenoet Shoes.

b. Selalu menjadi perwakilan daerah untuk mengisi stan pameran Di tengah minimnya perhatian pemerintah, UD. Boenoet Shoes termasuk pihak yang paling diuntungkan karena kedekatannya dengan pemeritah jika dibandingkan dengan pengrajin sepatu kulit lainnya di Kelurahan Bunut. Selama ini apabila ada pameran, seperti Pekan Raya Sumatera Utara, sepatu dan sandal

Merek Boenoet menjadi satu-satunya merek sepatu dan sandal yang diikutsertakan dalam pameran tersebut. Kesempatan mengikuti pameran tentunya memberikan nilai tambah tersendiri bagi Merek Boenoet Shoes dimata konsumen. Disamping menjadi ajang untuk menawarkan produk, kegiatan pameran juga membantu UD. Boenoet Shoes dalam berpromosi dan melakukan positioning sebagai produk paling unggul di antara produk lain yang diproduksi di Kelurahan Bunut. Hal ini karena produk yang berhak mengikuti pameran untuk mewakili daerah adalah produk unggulan dari daerah tersebut.

c. Permintaan terhadap sepatu dan sandal kulit

Tidak dapat dipungkiri bahwa sepatu kulit bagi karyawan kantor merupakan atribut yang wajib dikenakan. Sehingga peluangnya masih cukup terbuka lebar mengingat jumlahnya sangat banyak. Selain itu, perkembangan akan mode berpakaian juga membuka peluang sepatu atau sandal santai yang diproduksi untuk dipasarkan mengingat sepatu dan sandal yang diproduksi menonjolkan beragam mode yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen.

d. Ketersediaan bahan baku terjamin

Bahan baku pembuatan sepatu dan sandal yang digunakan oleh UD. Boeneot Shoes adalah kulit asli dari hewan lembu yang sudah mengalami

proses pengolahan. Kulit yang digunakan terdiri dari empat jenis kulit, yaitu PS (bahan lebih tebal dan keras), CLK (bahan lebih lunak), baldu/GS, dan garut. Keseluruhan bahan baku tersebut merupakan bahan buatan Bandung yang dibeli dari grosir bahan baku kulit yang terdapat di kota Medan.

Selama ini belum pernah terjadi kelangkaan ataupun kesulitan dalam mendapatkan bahan baku. Pemilik UD. Boenoet Shoes cukup datang langsung atau meminta dilakukan pengiriman dengan menggunakan jasa ekspedisi untuk

mendapatkan bahan baku tersebut. Ketersediaan bahan baku memberikan jaminan kelancaran proses produksi dan menjadi faktor pendukung apabila UD. Boenoet Shoes berencana melakukan pengembangan atau penambahan

jumlah produksi.

e. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

Adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan kemudahan untuk melakukan promosi dan membangun komunikasi. Jarak bukan lagi menjadi sebuah masalah karena adanya kemajuan di bidang ini. Selain itu biaya yang harus dikeluarkan untuk berpromosi menjadi cenderung lebih murah jika dibanding dengan menggunakan media konvensional. Disamping itu, membuka kesempatan untuk memperluas wilayah pemasaran dengan menjangkau konsumen yang selama ini belum terjangkau atau membuka kerjasama dengan agen penjualan yang ada di daerah lain.

4. Threaths (Ancaman)

a. Fluktuasi Harga Bahan Baku

Harga yang tidak stabil sangat berpengaruh terhadap biaya produksi sepatu atau sandal. Penurunan harga bahan baku tidak akan menjadi masalah berarti. Namun, berbeda keadaannya apabila harga bahan baku mengalami kenaikan. Biasanya kenaikan harga bahan baku tidak serta merta diikuti dengan kenaikan harga jual produk, karena mempertimbangkan konsumen akan berpaling ke

produk lainnya. Sehingga kebijakan yang biasanya diambil UD. Boenoet Shoes adalah menurunkan margin keuntungannya dan mengurangi jumlah produksi untuk sementara waktu hingga harga stabil atau kenaikan harga dapat diterima konsumen.

b. Hadirnya produk subtitusi

Saat ini banyak beredar sepatu maupun sandal yang terbuat dari bahan menyerupai kulit. Ditambah lagi semakin menjamurnya produk sepatu dan sandal import dari china yang terbuat dari bahan plastik. Model dan tampilan produk-produk subtitusi tersebut juga tidak berbeda jauh dengan sepatu atau sandal yang terbuat dari bahan kulit asli. Keberadaan produk subtitusi ini dapat mengakibatkan konsumen berpaling karena harga yang ditawarkan juga jauh lebih murah dan mudah didapatkan.

c. Kehilangan tenaga kerja terampil

Hal Ini bisa saja terjadi disebabkan semakin berkurang dan langkanya tenaga kerja terampil. sehingga banyak pengusaha sepatu atau sandal dari luar daerah yang mencari tenaga kerja terampil sampai ke keluarahan Bunut dengan menjanjikan upah yang lebih besar. Jika sampai hal ini terjadi, maka akan menjadi sebuah kerugian besar karena akan mengganggu kelancaran proses produksi. Alasan lainnya adalah untuk melatih tenaga kerja yang baru hingga mahir dibutuhkan waktu yang tidak singkat.

Tabel 4.1 Identifikasi Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threaths Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

1. Harga terjangkau

2. Produk terjaga kualitasnya

3. Dikenal sebagai pengrajin pertama di Kelurahan Bunut

4. Kemampuan membina hubungan baik dengan konsumen

5. Suasana kerja bersifat kekeluargaan

1. Minimnya promosi produk 2. Merek dagang belum terdaftar 3. Pembukuan belum teratur

4. Menggunakan peralatan sederhana 5. Modal usaha terbatas

6. Saluran distribusi belum optimal

7. Mode kurang mengikuti perkembangan

Opportunities (Peluang) Threaths (Ancaman) 1. Mitra Binaan PT Jamsostek

Dan PTPN IV

2. Selalu menjadi perwakilan daerah untuk mengisi stan pameran

3. Permintaan terhadap sepatu dan sandal kulit

4. Ketersediaan bahan baku terjamin 5. Perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi

1. Fluktuasi harga bahan baku 2. Hadirnya produk subtitusi

3. Kehilangan tenaga kerja terampil

Dokumen terkait