• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

IV.2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi antar pribadi guru dan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Pertiwi Medan. Tidak semua dari variabel X dan variabel Y yang disilangkan dan dianalisa dalam bentuk silang. Peneliti hanya menampilkan item-item penting dari variabel penelitian.

Kumpulan data yang akan disajikan dan dianalisa dalam tabel silang ini terdiri dari:

1. Hubungan antara pemberian informasi manfaat Bahasa Inggris dengan penggunaan Bahasa Inggris.

2. Hubungan antara empati guru yaitu mengetahui kelemahan siswa dengan kemampuan siswa mengungkapkan gagasan dalam percakapan Bahasa Inggris.

3. Hubungan antara cara penyampaian pesan dengan kecepatan menangkap makna percakapan Bahasa Inggris.

4. Hubungan antara pujian yang diberikan guru dengan kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata Bahasa Inggris.

5. Hubungan antara keterbukaan guru terhadap kritik dengan kemampuan siswa dalam menyusun kata.

6. Hubungan antara sikap menerima kekurangan siswa dengan rasa percaya diri dalam Bahasa Inggris.

Tabel 62

Hubungan antara pemberian informasi manfaat Bahasa Inggris dengan penggunaan Bahasa Inggris

Penggunaan Bahasa Inggris saat proses belajar

Tidak pernah Sangat minim, sekedarnya saja Hanya ketika berinteraksi dengan guru total N O Informasi manfaat Bahasa Inggris pada

siswa F % F % F % F % 1 Tidak pernah 0 0 0 0 1 2.1 1 2.1 2 Jarang 0 0 1 2.1 0 0 1 2.1 3 Pernah 3 6.4 16 34.0 6 12.8 25 53.2 4 Sering 5 10.6 8 17.0 7 14.9 20 42.6 Total 8 17.0 25 53.2 14 29.8 47 100 Sumber : P.11/FC.14 – P.36/FC.36

Tabel 61 menunjukkan hubungan antara pemberian informasi manfaat Bahasa Inggris oleh guru dengan penggunaan Bahasa Inggris siswa. 1 responden menyatakan tidak pernah diberi pengetahuan tentang manfaat bahasa inggris oleh guru, menggunakan Bahasa Inggris hanya ketika berinteraksi dengan guru. 1

responden menyatakan jarang mendapat informasi tentang manfaat Bahasa Inggris dari guru, penggunaan Bahasa Inggris sangat minim dan sekedarnya saja. 3 responden menyatakan pernah diberi informasi tentang manfaat Bahasa Inggris oleh guru menyatakan tidak pernah menggunakan Bahasa Inggris dalam proses belajar. Sebanyak 16 responden pernah diberi informasi tentang manfaat Bahasa Inggris oleh guru menggunakan Bahasa Inggris sekedarnya saja dan sangat minim. Sedangkan 6 responden yang pernah diberi informasi tentang manfaat Bahasa Inggris mengaplikasikan Bahasa Inggrisnya hanya ketika berinteraksi dengan guru Bahasa Inggris. Responden yang menyatakan sering diberi informasi tentang manfaat Bahasa Inggris, sebanyak 5 orang tidak pernah menggunakan Bahasa Inggris saat proses belajar berlangsung, 8 responden menyatakan sangat minim dan sekedarnya saja menggunakan Bahasa Inggris, 7 responden menyatakan Bahasa Inggris hanya digunakan saat berinteraksi dengan guru saja.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang pernah diberi informasi tentang manfaat Bahasa Inggris oleh guru sangat minim menggunakan Bahasa Inggris pada saat proses belajar berlangsung berjumlah 16 orang (34,%). Meskipun guru sudah memberikan informasi tentang manfaat Bahasa Inggris kepada siswa akan tetapi belum tentu siswa bisa menggunakan Bahasa Inggris walau mereka sedang berada di kelas Bahasa Inggris. Informasi tentang Bahasa Inggris akan menambah pengetahuan serta motivasi siswa tentang pentingnya Bahasa Inggris di zaman globalisasi seperti sekarang.

Tabel 63

Hubungan antara empati guru yaitu mengetahui kelemahan siswa dengan kemampuan siswa mengungkapkan gagasan dalam percakapan Bahasa

Inggris

Kemampuan responden mengungkapkan gagasan dalam percakapan

Buruk Kurang Baik

Sangat baik Total N o Menceritakan kesulitan belajar Bahasa Inggris F % F % F % F % F % 1 Tidak pernah 0 0 3 6.4 9 19.1 4 8.5 16 34.0 2 Jarang 1 2.1 0 0 13 27.7 3 6.4 17 36.2 3 pernah 0 0 1 2.1 5 10.6 6 12.8 12 25.5 4 Sering 0 0 1 2.1 0 0 1 2.1 2 4.3 Total 1 2.1 5 10.6 46 60.5 14 29.8 47 100 Sumber : P.15/FC.18 – P.48/FC.48

Tabel 62 menunjukkan hubungan antara empati guru yaitu mengetahui kelemahan siswa dengan kemampuan siswa mengungkapkan gagasan dalam percakapan Bahasa Inggris. Sebanyak 3 responden yang tidak pernah menceritakan kesulitan belajar Bahasa Inggris kepada guru, merasa kurang mampu mengungkapkan gagasan dalam percakapan, 9 responden yang tidak pernah menceritakan kesulitan belajar kepada guru Bahasa Inggris merasa kemampuannya dalam Bahasa Inggris baik, 4 responden yang tidak pernah menceritakan kesulitan belajar merasa kemampuannya mengungkapkan gagasan sangat baik. Responden yang jarang menceritakan kesulitan dalam belajar merasa kemampuannya dalam mengungkapkan gagasan buruk berjumlah 1 orang. Sebanyak 13 responden merasa kemampuannya baik dalam mengungkapkan gagasan menyatakan jarang menceritakan kesulitan dalam belajar, 3 responden

menyatakan kemampuannya sangat baik dalam mengungkapkan gagasan walaupun jarang menceritakan kesulitan belajar Bahasa Inggris pada guru. Responden yang pernah menceritakan kesulitannya dalam belajar merasa kurang mampu dalam mengungkapkan gagasan saat berbicara Bahasa Inggris, sebanyak 1 orang. 5 responden yang pernah menceritakan kesulitan belajar merasa kemampuannya dalam mengungkapkan gagasan baik dan 6 responden yang pernah menceritakan kesulitan belajar merasa kemampuannya sangat baik saat mengungkapkan gagasan. 1 responden yang sering menceritakan kesulitan belajar pada guru merasa kurang mampu mengungkapkan gagasan dalam percakapan dan 1 responden menyatakan sering menceritakan kesulitan belajar merasa kemampuannya dalam mengungkapkan gagasan sangat baik.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang jarang menceritakan kesulitan belajar pada guru merasa kemampuannya baik dalam mengungkapkan gagasan yaitu berjumlah 13 orang (27,7%). Saat guru pernah memberikan tentang informasi Bahasa Inggris dalam intensitas yang lebih tinggi, kemampuan responden dalam menungungkapkan gagasan juga ikut meningkat bila dibandingkan dengan responden yang menyatakan jarang dan tidak pernah menceritakan kesulitan belajar pada guru Bahasa Inggris.

Tabel 64

Hubungan antara cara penyampaian pesan dengan kecepatan menangkap makna percakapan Bahasa Inggris

Kecepatan menangkap makna percakapan Bahasa Inggris

Kurang Baik Sangat baik Total N

O

Cara penyampaian pesan (nasehat)

F % F % F % F % 1 Berbicara dengan intonasi

tinggi

0 0 1 2.1 0 0 1 2.1

2 Berbicara sambil lalu 3 6.4 0 0 0 0 3 6.4

3 Hanya menatap mata tanpa ada kedekatan fisik

6 12.8 6 12.8 1 2.1 13 27.7

4 Mendekati siswa dan berbicara seraya menatap mata

14 29.8 15 31.9 1 2.1 30 63.8

Total 23 48.9 22 46.8 2 4.3 47 100

Sumber : P.21/FC.24 – P.38/FC38

Tabel 63 menunjukkan hubungan antara cara penyampaian pesan dengan kecepatan menangkap makna percakapan Bahasa Inggris. Sebanyak 1 orang responden merasa kemampuannya dalam menangkap makna percakapan baik walau guru menyampaikan pesan pada siswa dengan intonasi tinggi. 3 responden merasa kemampuannya dalam menangkap makna percakapan kurang jika guru berbicara sambil lalu. Kemampuan 6 responden dalam menangkap makna percakapan dirasa kurang jika guru hanya menatap mata responden tanpa ada kedekatan fisik, hasil yang sama yaitu 6 responden tingkat kecepatannya dalam menangkap makna percakapan lebih baik walau guru hanya menatap mata tanpa ada kedekatan fisik dan 1 responden merasa kemampuannya sangat baik dalam

menangkap pesan dari guru walaupun tidak ada kedekatan fisik dan hanya menatap mata responden. 14 responden masih merasa kecepatannya dalam menangkap makna percakapan kurang walau guru memberi pesan dengan mata menatap responden dan mendekati responden. 15 responden justru menyatakan kecepatan dalam menangkap makna percakapan baik jika guru menyampaikan pesan dengan mendekati responden dan menatap matanya. 1 responden menyatakan kecepatannya dalam menangkap makna percakapan sangat baik apabila guru menyampaikan pesan dengan menatap mata siswa seraya mendekatinya.

Dapat disimpulkan mayoritas responden sebanyak 15 orang (31,9%) menyatakan kecepatannya dalam menangkap makna percakapan baik apabila guru menyampaikan pesan dengan mendekati siswa dan menatap matanya. Terbukti adanya keterlibatan komunikasi non-verbal mempunyai efek pada proses pemaknaan bahasa.

Tabel 65

Hubungan antara pujian yang diberikan guru dengan kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata Bahasa Inggris

Kemampuan melafalkan kata dengan baik

Kurang Baik Sangat baik Total N

O

Pujian yang diberikan guru

F % F % F % F % 1 Tidak pernah 4 8.5 8 17.0 1 2.1 13 27.7 2 Jarang 1 2.1 9 19.1 1 2.1 11 23.4 3 Pernah 1 2.1 14 29.8 4 8.5 19 40.4 4 Sangat sering 1 2.1 3 6.4 0 0 4 8.5 Total 7 14.9 34 72.3 6 12.8 47 100 Sumber : P.32/FC.33 – P.47/FC.4

Tabel 64 menunjukkan hubungan antara pujian yang diberikan guru dengan kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata Bahasa Inggris. Responden yang tidak pernah dipuji menyatakan kemampuannya dalam melafalkan kata kurang sebanyak 4 orang. 8 responden menyatakan kemampuannya baik dalam melafalkan kata-kata walaupun tidak pernah dipuji guru. 1 responden justru merasa kemampuannya dalam pelafalan kata sangat baik walau tidak pernah dipuji guru Bahasa Inggris. Responden yang menyatakan jarang dipuji guru merasa kemampuannya dalam pelafalan kurang sebanyak 1 orang, 9 responden merasa kemampuannya baik dalam pelafalan kata walau jarang dipuji dan 1 responden yang jarang dipuji justru merasa sangat baik dalam pelafalan kata-kata Bahasa Inggris. 1 responden menyatakan dirinya pernah dipuji guru merasa masih kurang mampu dalam melafalkan kata-kata Bahasa Inggris dengan baik, 14 responden merasa kemampuannya dalam melafalkan kata dengan baik pernah

dipuji oleh guru dan 4 responden merasa sangat mampu melafalkan kata-kata Bahasa Inggris juga menyatakan pernah dipuji oleh guru. 1 responden sangat sering dipuji oleh guru, namun masih merasa kurang mampu melafalkan kata dengan baik dan 3 responden yang sangat sering dipuji guru merasa kemampuannya baik dalam melafalkan kata-kata Bahasa Inggris.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden merasa kemampuannya dalam melafalkan kata dengan baik pernah dipuji oleh guru Bahasa Inggris yaitu berjumlah 14 orang responden (29,8%). Pujian merupakan salah satu pembangkit semangat dan menambah rasa positif seseorang. Pujian juga dapat menjadi “pengakuan” yang dapat memotivasi seseorang agar dapat mempertahankan sifat dan kemampuannya tersebut. Pujian diperlukan oleh siswa pada saat proses belajar berlangsung agar dapat menambah rasa optimis dan rasa percaya diri siswa dalam belajar sehingga ia tidak pantang menyerah.

Tabel 66

Hubungan antara keterbukaan guru terhadap kritik dengan kemampuan siswa dalam menyusun kata

Kemampuan menyusun kata

Kurang Baik Sangat baik Total N

O

Keterbukaan guru terhadap kritik siswa

F % F % F % F % 1 Tidak menerima saran dan

kritik dari siswa

1 2.1 0 0 0 0 1 2.1

2 Kurang menerima saran dan kritik

1 2.1 3 6.4 0 0 4 8.5

3 Menerima dan

berterimakasih atas saran dan kritik

12 25.5 23 48.9 7 14.9 42 89.4

Total 14 29.8 26 55.3 7 14.9 47 100

Sumber : P.28/FC.29 – P.56/FC.56

Tabel 65 menunjukkan adanya hubungan antara keterbukaan guru terhadap kritik, dengan kemampuan siswa dalam menyusun kata. Responden merasa kurang mampu dalam menyusun kata Bahasa Inggris apabila guru tidak menerima saran dan kritik dari siswa sebanyak 1 orang. 1 responden merasa kemampuannya dalam menyusun kata-kata kurang jika guru yang kurang menerima saran dan kritik dari siswa, 3 responden menyatakan kemampuan dalam menyusun kata-kata baik walau guru kurang menerima saran dan kritik siswa. 12 responden masih merasa kurang mampu dalam menyusun kata padahal guru menerima dan akan berterimakasih atas saran dan kritik dari siswa. 23 responden merasa kemampuannya dalam menyusun kata lebih baik, apabila guru yang

menerima dan berterimakasih atas saran dan kritik dari siswa, 7 responden justu merasa sangat baik dalam menyusun kata-kata Bahasa Inggris dengan sikap keterbukaan dari guru saat ada yang mengkritik serta memberi saran.

Dengan demikian dapat disimpulkan mayoritas responden merasa kemampuannya dalam menyusun kata-kata baik jika guru terbuka pada saran dan kritik apabila melakukan kesalahan yaitu sebanyak 23 orang (48,9%). Keterbukaan seseorang terhadap masukan atau saran dan kritik dapat membuka peluang orang lain untuk dapat lebih mendekatkan diri. Keterbukaan guru terhadap saran dan kritik siswa juga mempunyai efek jika dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam merangkai kata-kata. Dengan niat ingin mengkritik guru saja, otak siswa sudah bekerja untuk menyusun kata-kata tersebut agar dapat tersampaikan pada guru. Jika suatu kali guru memberikan reaksi menolak pada kritikan yang diberikan siswa tanpa alasan, baik langsung maupun tidak langsung stereotype siswa juga akan membentuk pandangan bahwa guru selalu benar dan tidak boleh di kritik. Efeknya, hal itu akan menghambat kreatifitas siswa.

Tabel 67

Hubungan antara sikap menerima kekurangan siswa dengan rasa percaya diri dalam berbicara Bahasa Inggris

Rasa percaya diri siswa berbicara Bahasa Inggris

Kurang Baik Sangat baik Total N

O

Sikap guru saat siswa kurang tepat menjawab

pertanyaan

F % F % F % F % 1 Merendahkan diri siswa

dihadapan teman-teman

1 2.1 0 0 0 0 1 2.1

2 Hanya mengatakan jawaban siswa masih belum tepat

7 14.9 9 19.1 1 2.1 17 36.2

3 Menghargai jawaban siswa dan memberitahu jawaban yang benar

13 27.7 16 34.0 0 0 29 61.7

Total 21 44.7 25 53.2 1 2.1 47 100

Sumber : P.29/FC.30 – P.50/FC.50

Tabel 66 menunjukkan adanya hubungan antara sikap menerima kekurangan siswa dengan rasa percaya diri dalam berbicara Bahasa Inggris. Sebanyak 1 responden merasa kurang percaya diri berbahasa Inggris menyatakan guru merendahkan diri responden dihadapan teman-teman karena salah menjawab pertanyaan dari guru. 7 responden merasa masih kurang percaya diri berbicara Bahasa Inggris walau saat salah menjawab, guru hanya mengatakan jawabannya masih belum tepat. 9 responden merasa rasa percaya dirinya lebih baik, saat Ia salah menjawab dan guru hanya mengatakan jawaban responden belum tepat. 1 responden merasa sangat percaya diri walau guru hanya berkata jawabannya belum benar jika ia melakukan kesalahan. 13 responden merasa rasa percaya dirinya kurang walaupun saat siswa salah menjawab, guru menghargai jawaban

siswa dan memberitahu jawaban yang benar. 16 responden merasa percaya diri jika saat salah menjawab pertanyaan guru menghargai jawabannya dan memberitahu jawaban yang benar.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sebanyak 16 orang (34,0%) menyatakan rasa percaya dirinya baik, jika saat salah menjawab pertanyaan dari guru, guru menghargai jawaban responden dan memberitahu jawaban yang benar. Sikap menerima yang ditampilkan guru terlihat berdampak positif pula pada rasa percaya diri siswa. Dimana responden yang menyatakan guru menghargai kelemahannya dalam pelajaran Bahasa Inggris, merasa lebih percaya diri berbicara Bahasa Inggris.

Dokumen terkait