• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

IV.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat hubungan diantara dua variabel, maka peneliti menggunakan rumus koefisien tata genjang (Rank Order Correlation Coeficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien. Spearman Rho menunjukkan hubungan antara variable X dan variable Y yang tidak diketahui sebaran datanya, uji korelasi Spearman ini dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 13.0

Tabel 68

Hasil uji korelasi Spearman dengan menggunakan piranti lunak SPSS 13.0

Correlations 1.000 .604** . .000 47 47 .604** 1.000 .000 . 47 47 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N komunikasi antar pribadi

keterampilan berbahasa Inggris Spearman's rho komunikasi antar pribadi keterampilan berbahasa Inggris

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Interpretasi out

Besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah 0, 604 dari output diatas dapat diketahui besarnya probabilitas adalah 0.000 lebih kecil dari 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima) dimana Ho adalah tidak terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa dan Ha adalah terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa. Dan dua tanda bintang (0,604**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada alfa 0,01.

Berdasarkan skala Guliford, dengan hasil rs = 0,604 berada pada skala 0,40- 0,70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dengan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi Medan. Selanjutnya untuk menguji signifikansi digunakan rumus di bawah ini :

Uji Tingkat Signifikansi :

r

r

s s N   1 2 thitung =

thitung = =

 

          = 5,083

Selanjutnya, nilai ttabel dapat dilihat melalui tabel distribusi nilai t. Untuk itu kita terlebih dahulu mencari nilai df, atau derajat kebebasan, dengan rumus :

df = N-2 (Bungin, 2004:203)

df = 47- 2 = 45

Karena nilai df = 45 tidak ditemukan dalam tabel, maka digunakan nilai df

= 60 dengan taraf signifikansi sebesar 5 % atau 0,05 maka ditemukan nilai 2,000 pada tabel.

Sehingga thitung > ttabel

5,083 > 2,000 ( Menyatakan hubungan yang signifikan)

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi antar Pribadi guru Bahasa Inggris dengan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi Medan. Kemudian untuk mengetahui besarnya kekuatan pengaruh antara variabel X (Komunikasi Antar Pribadi) terhadap variabel Y (keterampilan Berbahasa Inggris), digunakan rumus :

Kp = (rs2) x 100% Kp = (0,6042) x 100%

Kp= 0,36 x 100% Kp = 36%

Maka kekuatan pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan Berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi Medan 36%. Ini berarti hanya 36 % keterampilan berbahasa Inggris siswa dipengaruhi oleh Komunikasi Antar Pribadi guru Bahasa Inggris, selebihnya yaitu 64% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

IV.4. Pembahasan

Setelah analisis data dilakukan, yang meliputi analisis tabel tunggal dan analisis tabel silang dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Pengukuran tingkat hubungan diantara dua variabel yang linear menggunakan rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coeffecient) oleh Spearman yang menunjukkan hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebaran datanya, uji korelasi Spearman ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 13.0.

Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil rs = 0,604 yang berarti hipotesis diterima karena rs > 0. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0,604 berada pada skala 0,41 – 0,70 yaitu terdapat hubungan yang cukup berarti antara komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi.

Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi korelasi jika N > 0 digunakan rumus thitung pada tingkat signifikansi 0,05 yang hasilnya adalah 5,083 sementara nilai ttabel yaitu 2,000. Hasil thitung > nilai ttabel ini menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara Komunikasi Antar Pribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa. Lalu untuk mengetahui besarnya pengaruh komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak digunakan rumus Kp = (rs2) x 100%, dan diperoleh hasil 36%. Maka dapat disimpulkan pengaruh Komunikasi Antar Pribadi guru Bahasa Inggris dengan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi Medan sebesar 36%.

Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru Bahasa Inggris yang menyatakan bahwa guru sering memberikan sikap positif pada siswa seperti memberi motivasi, nasehat hingga pujian serta melatih siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Sikap terbuka juga diberikan oleh guru dengan memberi kesempatan pada siswa yang ingin bertanya tentang pelajaran yang kurang ia pahami. Dengan senang, guru akan membantu siswa agar dapat memahami materi pelajaran Bahasa Inggris. Tidak hanya berdiskusi tentang pelajaran Bahasa Inggris, guru dan siswa kerap berdiskusi tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia remaja karena mayoritas siswa kelas VIII SMP ini berusia 13-14 tahun.

Kritikan juga selalu diterima dengan baik oleh guru jika Ia melakukan kekhilafan. Itu menunjukkan bahwa siswa berpartisipasi dan aktif setiap proses belajar berlangsung. Sebagai penghargaan atas kritik membangun tersebut, guru selalu memberi pujian pada siswa yang memberinya kritik atau saran.

Guru memahami setiap sikap siswanya dalam belajar, termasuk kelemahan siswa dalam belajar. Hal itu dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam setiap latihan harian, ujian mid semester dan ujian semester. Berbagai cara dilakukan

guru untuk mengurangi kelemahan siswa, diantaranya menasehati siswa, memotivasi siswa hingga memberitahu pada orang tua siswa agar anaknya diberi les tambahan seperti privat dirumah.

Komunikasi antar pribadi yang baik antara guru Bahasa Inggris dengan siswanya dapat menambah rasa positif sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi khususnya Bahasa Inggris. Keterbukaan yang diberikan guru kepada siswa juga memerlukan arus timbal balik dari siswa. Beberapa siswa merasa malu dan segan dengan guru sehingga menghambat mereka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan Bahasa Inggris. Diperlukan peran dari kedua belah pihak yaitu guru dan siswa agar selalu melakukan komunikasi antar pribadi agar dapat mempersempit jarak diantaranya.

Pelajaran Bahasa Inggris akan lebih baik jika selalu menggunakan Bahasa Inggris dalam tiap proses belajar. Akan tetapi guru mengakui ketidaksamarataan antara kemampuan siswa yang satu dengan yang lainnya, mengakibatkan proses belajar mengajar diselingi antara Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia. Beberapa siswa justru akan semakin tidak mengerti materi yang disampaikan guru jika guru selalu menggunakan Bahasa Inggris.

Hasil dari beberapa uji diatas merupakan akhir dari keseluruhan analisis data. Setelah nilai-nilai diperoleh maka dibuat beberapa kesimpulan pada bab V.

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut:

4. Komunikasi antar pribadi adalah faktor pendukung dalam proses belajar berlangsung. Adanya keterbukaan antara guru dan siswa dapat menjembatani terciptanya suasana harmonis sehingga proses belajar dapat efektif dan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris siswa. Dengan komunikasi antar pribadi, guru dapat mengetahui dan memahami kekurangan dan siswa. Informasi tentang kelemahan tersebut akan bersolusikan bantuan guru berupa pemecahan masalah, latihan-latihan, nasehat serta motivasi agar siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam Bahasa Inggris. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3 SMP Pertiwi Medan, peneliti menyimpulkan komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dengan siswanya sudah baik. Terbukti dengan jawaban-jawaban yang diberikan siswa umumnya berada pada skala baik. Siswa menyatakan guru terbuka pada tiap informasi, gagasan maupun kritik. Guru juga bisa memberikan suasana riang kedalam kelas. Namun kekurangan yang dirasakan beberapa siswa berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam proses belajar, yaitu intonasi yang terlalu cepat saat guru berbicara Bahasa Inggris.

5. Keterampilan berbahasa Inggris meliputi 4 aspek yaitu kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis. 4 aspek tersebut dapat dinilai secara terpisah, namun dalam proses belajar keempat kemampuan ini selalu beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa umumnya kemampuan siswa kelas VIII-1, VIII-2 dan VIII-3 SMP Swasta Pertiwi berada pada tingkat yang baik. terutama dalam hal memahami percakapan serta arti kata-kata dalam wacana Bahasa Inggris, juga baik dalam hal kelancaran membaca wacana. Kekurangan siswa yang terlihat pada penelitian, adalah rasa percaya diri siswa yang kurang.

6. Hasil dari uji hipotesa pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa dengan thitung > nilai ttabel yakni thitung pada tingkat signifikansi 0,05 yang hasilnya adalah 5,083 sementara nilai ttabel yaitu 2,000. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0,604 berada pada skala 0,41 – 0,70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara komunikasi antar pribadi antara anak dan ayah dengan perkembangan kecerdasan emosional anak di SMP Swasta Pertiwi Medan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dimana Ho adalah tidak terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dengan ketrampilan berbahasa Inggris siswa dan Ha adalah terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dengan ketrampilan berbahasa Inggris siswa. Besarnya pengaruh

V.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, khususnya ketika pengisian kuesioner, maka penulis menghimpun beberapa saran sebagai berikut :

1. Komunikasi antar pribadi yang terjalin antara guru dan siswa sudah terjalin cukup baik. Namun siswa diharapkan lebih berpartisipasi terhadap keterbukaan yang diberikan guru Bahasa Inggris demi kemajuan kemampuan Berbahasa Inggris siswa. Jauhkan perasaan tidak dekat dan malu dengan guru karena itu akan menghambat siswa dalam proses belajar.

2. Cara guru mengajar sudah baik meskipun dalam proses belajar masih diselingi dengan Bahasa Indonesia. Baiknya guru juga memperhatikan intonasi saat berbicara pada siswa terutama saat menggunakan Bahasa Inggris. Komunikasi dapat efektif apabila kedua belah pihak mempunyai satu pemaknaan yang sama terhadap suatu pesan. Untuk itu diperlukan komunikasi verbal yang baik antara guru dan siswa.

3. Kepada guru dan pihak sekolah baiknya membiasakan siswa agar aktif berbicara Bahasa Inggris. Dengan banyak latihan dan adanya kewajiban untuk berbicara Bahasa Inggris, kemampuan siswa juga akan ikut meningkat. Seperti pepatah, “Alah bisa karena biasa”.

4. Secara umum penelitian ini boleh dilanjutkan untuk lebih memperdalam mengenai pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa atau penelitian terkait lainya sehingga diperoleh manfaat yang lebih besar nantinya.

Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. Muhammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta

Brown, H.D. (2000). Principle of language learning and teaching. (4th ed). San Fransisco: Addison Wesley Longman, Inc.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo; Jakarta Darajad, Zakiah. 1995. Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhana Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas Effendi, Onong Uchana. 1999. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya

______________ . 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Adita Bakti; Bandung.

Fiddler, Roger. 2003. Mediamorfosis. Yogyakarta: Bentang

Fisher, B. Aubrey. 2004. Teori-teori Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Gunarsa, S. D. 2000. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.

Gunung Mulia.

____________. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK. Gunung Mulia.

Gofur, Abd. 2009. Modul Diklat Guru Bahasa Indonesia. Medan : Balai Diklat Keagamaan Medan.

Hurlock, E.B. 2002. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jumarin. 2002. “Dasar-dasar Konseling Lintas budaya”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Mongks, F. J, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai

Mulyana, Dedy. 2007. Komunikasi suatu Pengantar. Rosda Karya. Bandung Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada

University Press

Papalia, D Em, et al. 2001. Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill PressUndang-undang RI no.2 .1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Dian Tama

Purba, Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Rumini, Sri. Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Rineka

Cipta

Sagala, Syaiful. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Santrock, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono,S.W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sendjaja, Sasadjuasa.2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S

Sugiyo. 2005. “Komunikasi Antarpribadi”. Semarang: UNNES Press

Sulistyowati, Sofchah. 2001. Cara Belajar yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu

Sugiyo. 2005. “Komunikasi Antarpribadi”. Semarang: UNNES

Supratiknya. 1995. “Komunikasi antarpribadi Tinjauan Psikologis”. Yogyakarta: Kanisius

Yusuf. Pawit M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

ZulkifliL.2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya

Fagan. 2006. Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication. diakses melalui http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 tanggal 10 januari 2010

Referensi internet:

http://fusliyanto.wordpress.com/2009/10/12/keterampilan-berbahasa/ di akses

pada tanggal 15 Maret 2010

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.2006. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. di unduh dari

Dokumen terkait