KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
DAN
KETERAMPILAN BERBAHASA
(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa di SMP Swasta
Pertiwi Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh: DINDA SHOLIHA
060904055
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi dan Keterampilan Berbahasa (studi korelasi pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan.
Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, self disclosure, remaja dan proses belajar dan keterampilan berbahasa Inggis. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni sebuah studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variasi-variasi antara variabel komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris yang berkaitan dengan variabel keterampilan (kemampuan) berbahasa Inggris Siswa yang berdasarkan pada koefisiensi korelasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Pertiwi Medan yang duduk di kelas VIII-1,VIII-2,VIII-3 dengan jumlah 134 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 35% maka diperoleh 47 orang. teknik penarikan sampel menggunakan stratifikasi proporsional dan simple random sampling.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis junjung kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita diberi syafaatnya di yaumil mashar kelak.
Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang, Azhar Dalimunthe dan Hafsah Hanim yang telah banyak melimpahkankan kasih sayang dan dukungan baik materi maupun doa. Kepada saudara-saudaraku tersayang, kak Azwita Healthy dan Isty Hafriza serta adekku Mhd.Fikri Afdillah Dlmt, terimakasih untuk dukungan serta perhatian dan doanya kepada penulis. Rasa terimakasih juga penulis ucapkan untuk Andung Sayuti dan Atok tersayang, Alm. Hamid Abdullah, serta semua keluarga besar Hamid Abdullah yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu. Skripsi ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi dan Keterampilan Berbahasa (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan), dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU.
3. Ibu Dra. Dayana M,Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sampai penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Hj. Nuraini Harahap, M.Si selaku kepala sekolah SMP Swasta Pertiwi Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Swasta Pertiwi Medan.
5. Guru dan staf di SMP Swasta Pertiwi Medan, terutama untuk Guru Bahasa Inggris, Ibu Yusleli, S.Pd yang telah memberikan waktu dan perhatiannya kepada penulis dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk flickabele ku tersayang (fifah, arep, budi, dedek, dini, ila, ika, deya, Gezy) terimakasih untuk semua pengalaman menakjubkan dan kasih sayangnya selama ini, semoga kita semua sukses dalam meraih cita. Amin.
7. Buat teman terbaikku, Ara Auza, terimakasih untuk semua dukungan dan perhatiannya baik dalam duka maupun suka.
8. Buat teman-teman seperjuangan, Komunikasi 06 mari kita melanjutkan mimpi-mimpi kita menjadi orang sukses.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI Abstraksi
Kata Pengantar ...i
Daftar Isi ………ii
Daftar Tabel ……….iii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ………1
I.2 Perumusan Masalah ………...6
I.3 Pembatasan Masalah……….……..6
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…….….7
I.4.1 Tujuan Penelitian……….………7
I.4.2 Manfaat Penelitian……….…...7
I.5 Kerangka Teori……….….….7
I.5.1 Komunikasi……….…….8
I.5.2 Komunikasi Antar Pribadi……….……10
I.5.3 Self Disclosure………14
I.5.4 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa……….……15
I.5.5 Remaja……….…..18
I.6 Kerangka Konsep………....….19
I.7 Model Teoritis………...20
I.8 Operasional Variabel………20
I.9 Definisi Operasioana Variabel………...23
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi ………26
II.1.1 Pengertian Komunikasi………26
II.1.2 Proses Komunikasi………...…27
II.1.3 Fungsi Komunikasi………..30
II.1.4 Tujuan Komunikasi………..…31
II. 2 Komunikasi Antar Pribadi………...…..……31
II.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi………....…...…..31
II.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi……….………32
II.2.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi………32
II.2.4 Faktor-faktor yang Menumbuhkan Komunikasi Antar Pribadi……….………..33
II.3 Self Disclosure……….……....…37
II.4 Remaja ………..….…..39
II.4.1 Pengertian Remaja ………...…….39
II.4.2 Ciri-ciri Remaja……….…….…40
II.4.3 Tugas Perkembangan……….……44
II.5 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa……….…...45
II.5.1 Proses Belajar………..…..…45
II.5.2 Keterampilan Berbahasa Siswa………...…..47
II.5.3 Karakteristik Siswa……….….….…50
III.2 Lokasi Penelitian……….51
III.3 Populasi dan Sampel………..…..51
III.3.1 Populasi ………..……….51
III.3.2 Sampel………..……52
III.4 Teknik Penarikan Sampel………53
III.5 Teknik Pengumpulan Data……….….54
III.6 Teknik Analisis Data………...…55
III.7 Langkah-langkah Penelitian………57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………..…60
IV. 1.1 Sejarah Singkat SMP Swasta Pertiwi…………..….…60
IV. 1.2 Visi dan Misi……….……61
IV.1.3 Kegiatan Akademik……….…..62
IV.1.4 Sarana……….…63
IV.2 Analisis Tabel Tunggal………..63
IV.2.1 Karakteristik Responden………...….64
IV.2.2 Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris………69
IV.2.3 Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa………..…96
IV.3 Analisis Tabel Silang………..….117
IV.4 Uji Hipotesis………129
IV.5 Pembahasan……….……132
V.2 Saran ……….137 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 1 : Operasional variabel ………21
Tabel 2 : Data populasi………52
Tabel 3 : Sampel………..54
Tabel 4 : Fasilitas sekolah………63
Tabel 5 : Jenis kelamin responden……….………..64
Tabel 6 : Usia responden……….65
Tabel 7 : Pekerjaan ayah responden………66
Tabel 8 : Pekerjaan ibu responden………..67
Tabel 9 : Pelajaran yang disukai responden………..………..67
Tabel 10 : Mengikuti bimbingan belajar Bahasa Inggris diluar sekolah……….………..68
Tabel 11 : Frekuensi belajar Bahasa Inggris dalam kelas……….69
Tabel 12 : Diskusi tentang Bahasa Inggris pada guru diluar jam belajar ………...70
Tabel 13 : Cara penyampaian informasi………..71
Tabel 14 : Informasi yang diberikan guru………...72
Tabel 15 : Manfaat informasi yang diberikan guru ………73
Tabel 16 : Memberi informasi manfaat Bahasa Inggris………..74
Tabel 17 : Bertukar fikiran dengan guru Bahasa Inggris………75
Tabel 19 : Kesempatan bertanya………77
Tabel 20 : Menceritakan kesulitan belajar Bahasa Inggris pada guru…...78
Tabel 21 : Mengakui kesulitan belajar………...79
Tabel 22 : Cara guru menyampaikan gagasan ……….….81
Tabel 23 : Sikap guru saat mendengar kesulitan belajar ……….….82
Tabel 24 : Mengetahui kelemahan serta memahaminya………83
Tabel 25 : Nasehat yang diberikan guru………84
Tabel 26 : Cara penyampaian pesan……….……….85
Tabel 27 : Empati guru saat siswa sedang sakit………86
Tabel 28 : Motivasi yang diberikan guru………..87
Tabel 29 : Orientasi masalah……….88
Tabel 30 : Keterbukaan pada pendapat yang diberikan siswa…….…….89
Tabel 31 : Keterbukaan pada kritik……….….90
Tabel 32 : Sikap guru saat siswa kurang tepat menjawab pertanyaan….91 Tabel 33 : Rasa percaya pada informasi, gagasan dan materi guru…….92
Tabel 34 : Pujian yang diberikan guru……….93
Tabel 35 : Keterbukaan pada saran dan ide………94
Tabel 36 : Sikap guru saat mengetahui kelemahan siswa………….…...95
Tabel 37 : Pengunaan bahasa Inggris siswa pada saat proses belajar berlangsung……….96
Tabel 38 : Penggunaan Bahasa Inggris guru saat mengajar………97
Tabel 39 : Pengunaan Bahasa Inggris siswa diluar pelajaran…………..98
Tabel 41 : Kecepatan menangkap makna dalam percakapan………….100
Tabel 42 : Kemampuan mengartikan ekspresi serta intonasi………….101
Tabel 43 : Respon terhadap percakapan Bahasa Inggris………102
Tabel 44 : Latihan mendengar percakapan Bahasa Inggris …………...103
Tabel 45 : Kemampuan memahami arti tulisan dalam wacana ……… 104
Tabel 46 : Pelafalan kata saat membaca wacana ………...104
Tabel 47 : Identifikasi ciri-ciri bahasa Inggris dalam wacana …….…..105
Tabel 48 : Kelancaran membaca wacana Bahasa Inggris ………….…106
Tabel 49 : Latihan membaca wacana Bahasa Inggris ………...106
Tabel 50 : Lafal ucapan saat berbicara Bahasa Inggris……….….107
Tabel 51 : Mengungkapkan gagasan dalam percakapan Bahasa Inggris………..……….108
Tabel 52 : Interaksi dalam percakapan Bahasa Inggris………..………108
Tabel 53 : Rasa percaya diri siswa………..……...109
Tabel 54 : Latihan berbicara dalam Bahasa Inggris………110
Tabel 55 : Motivasi dari guru………..….…. 111
Tabel 56 : Pemahaman kosa kata bahasa Inggris……….….….…112
Tabel 57 : Pemahaman tata bahasa………...…..113
Tabel 58 : Kemampuan menyusun kata……….…..…..114
Tabel 59 : Mengungkapkan ekspresi dalam bentuk tulisan…..….……114
Tabel 60 : Latihan menulis dalam Bahasa Inggris……….…..…..115
manfaat bahasa inggris dengan pengunaan
Bahasa inggris……….….…118 Tabel 63 : Hubungan antara empati guru yaitu mengetahui
kelemahan siswa dengan kemampuan siswa mengungkapkan gagasan dalam percakapan
Bahasa Inggris……….….120 Tabel 64 : Hubungan antara cara penyampaian pesan dengan
kecepatan menangkap makna percakapan Bahasa Inggris…...122 Tabel 65 : Hubungan antara pujian yang diberikan guru dengan
kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata
Bahasa Inggris………..…..124
Tabel 66 : Hubungan antara keterbukaan guru terhadap kritik dengan kemampuan siswa dalam menyusun kata………..…126 Tabel 67 : Hubungan antara sikap menerima kekurangan siswa dengan
rasa percaya diri dalam berbicara Bahasa Inggris………….…128 Tabel 68 : Hasil uji korelasi Spearman dengan menggunakan
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi dan Keterampilan Berbahasa (studi korelasi pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan.
Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, self disclosure, remaja dan proses belajar dan keterampilan berbahasa Inggis. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni sebuah studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variasi-variasi antara variabel komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris yang berkaitan dengan variabel keterampilan (kemampuan) berbahasa Inggris Siswa yang berdasarkan pada koefisiensi korelasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Pertiwi Medan yang duduk di kelas VIII-1,VIII-2,VIII-3 dengan jumlah 134 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 35% maka diperoleh 47 orang. teknik penarikan sampel menggunakan stratifikasi proporsional dan simple random sampling.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia
lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang ada disekitar, dan apa yang ada di dalam dirinya.
Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Banyak pakar
menilai komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang yang tidak berkomunikasi cenderung akan terisolasi dengan lingkungannya.
Harold D. Lasswell (Cangara, 1998:2) menyatakan salah satu dasar mengapa manusia
berkomunikasi agar ia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari
pengalamannya maupun dari informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan
tersebut melibatkan berbagai komponen pengajaran, yang dapat memberikan kontribusi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Yusuf (1990:25) fungsi
komunikasi dalam pembelajaran adalah sebagai alat untuk mengubah perilaku sasaran,
dalam hal ini adalah perilaku edukatif. Kita belajar menjadi menusia melalui komunikasi.
Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi menerjemahkan pesan-pesan dari
lingkungan yang diterimanya.
Komunikasi pembelajaran menurut Yusuf (1990:25) adalah proses komunikasi
yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Komunikasi yang dimaksud adalah
komunikasi guru dengan murid dalam kegiatan pembelajaran tatap muka, baik secara
individual maupun secara kelompok, dalam bentuk verbal maupun non verbal dan
dibantu dengan media / sumber belajar.
Arus pesan dapat koheren apabila informasi yang ditampilkan individu, baik
komunikator dapat memahami alur dan urutan informasi tentang cara berfikir, perasaan
maupun tindakan orang lain maka berarti telah terjalin interaksi antar pribadi yang
bersifat koherensi. Koherensi membantu memahami komunikasi dan mencegah kesalah
pahaman antar individu, sehingga komunikasi menjadi efektif.
Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Di dalam belajar, baik formal maupun nonformal pasti ada kesulitan atau hambatan yang kita sebut dengan masalah belajar. Hampir semua kecakapan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap manusia di bentuk, dimodifikasikan dan dikembangkan melalui proses belajar. Kimble dan Garmezy menyatakan
“Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of
reinforced practice” (Brown, 2000:7) yaitu belajar adalah suatu kecenderungan dengan perubahan tingkah laku yang relatif bersifat permanen dan sebagai hasil dari praktek yang bersifat. Lebih lanjut, Kimble dan Garmezy menegaskan ada beberapa ciri belajar di antaranya:belajar adalah perolehan; belajar adalah retensi
(penyimpanan) terhadap informasi atau keterampilan organisasi kognitif; belajar adalah keaktifan, memusatkan perhatian dan kesadaran; belajar adalah secara relatif bersifat permanen; belajar meliputi bentuk-bentuk praktek yang bersifat menguatkan dan belajar adalah perubahan tingkah laku. Sedangkan aspek hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran meliputi keterampilan kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Di zaman yang modern seperti ini, bahasa merupakan aspek penting dalam
menambah nilai kualitas seorang manusia di lingkungannya. Melalui bahasa yang
digunakan sesorang kita dapat mengetahui cara berfikir, karakteristik serta wawasan
objek-objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa, kita mengabstraksikan pengalaman
kita, dan yang lebih penting mengkomunikasikannya pada orang lain. Dalam retorika,
kita mengenal bahasa dapat memberi “wibawa” terlebih jika ia bisa menguasai lebih dari
satu bahasa asing.
Mata pelajaran bahasa mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata
pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini terletak pada
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa belajar bahasa
bukan saja belajar kosakata dan tatabahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus
berupaya menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan
komunikasi. Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai suatu bahasa jika ia belum
dapat menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional, 2007:1180), kata keterampilan berasal dari kata
terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan
keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. ~bahasa kecakapan
seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.
Keterampilan bahasa terbagi dalam: keterampilan reseptif dan keterampilan produktif.
Keterampilan reseptif meliputi keterampilan mendengar (listening) dan keterampilan
membaca (reading), sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara
(speaking) dan keterampilan menulis (writing).
Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris
sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Bahasa Inggris merupakan bahasa
global yang tidak asing dan dapat dengan mudahnya kita jumpai dalam keseharian.
Indonesia. Demi kebutuhan akan Bahasa Inggris, para orang tua kerap berlomba-lomba
mengenalkan bahasa dunia itu pada anaknya sejak ia mulai bisa berbicara.
Akan tetapi realitas yang ada pada kegiatan belajar bahasa, Bahasa Inggris
khususnya, siswa cenderung pasif dan tidak mengaplikasikan ilmu yang ia serap secara
maksimal. Metode belajar pun melakukan pembenahan agar dapat meningkatkan mutu
siswa setelah belajar. Pendekatan komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar sangat
menekankan kebutuhan siswa belajar bahasa. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Inggris
secara komunikatif perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dapat
mempengaruhi pengajaran bahasa Inggris, yaitu: lingkungan bahasa yang ada di
masyarakat, karakteristik siswa, dan kualitas guru pengajarnya (Depdiknas, 2003:20).
Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris
secara komunikatif. Guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat
melakukan analisis terhadap karakteristik siswa secara keseluruhan dan bukan hanya
berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa di dalam penampilan komunikasinya.
Usia remaja yaitu 12-15 tahun, merupakan masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan-perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi,
sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini
dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis,
fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak
berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Secara tidak langsung,
perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada proses belajar, dimana para siswa
cenderung untuk acuh tak acuh pada pelajaran yang di terimanya. Pengasahan terhadap
hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar
itu perlu peran orang dewasa seperti guru yang memiliki intensitas yang hampir sama
dengan orang tuanya.
Peranan guru dalam membimbing siswa bisa dirasakan pada siswa yang berada
pada fase remaja awal yang sedang duduk di Sekolah Menengah Pertama. SMP Swasta
Pertiwi Medan misalnya. Umumnya, siswa yang bersekolah di SMP ini mempunyai latar
belakang ekonomi menengah keatas sehingga siswa cenderung kurang peka pada proses
belajar dan sangat ketergantungan terhadap lingkungannya. Adanya dukungan,
keterbukaan, empati dan rasa positif dari guru akan membantu proses belajar Bahasa
Inggris lebih efektif dan dapat memberi hasil yang baik pada keterampilan berbahasa
siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Komunikasi Antar Pribadi Dan Keterampilan Berbahasa (Studi
Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap
Keterampilan Berbahasa Siswa SMP Swasta Pertiwi Medan) “
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka penulis
mengajukan perumusan masalah sebagai berikut,
“Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dalam
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan”
I.3 Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan akan
mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar
menjadi lebih jelas. Pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan
2. Peneliti hanya terbatas pada pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa
Inggris dan keterampilan berbahasa siswa.
3. Objek penelitian kegiatan ini adalah murid kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3 SMP
Swasta Pertiwi Medan.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi guru dalam meningkatkan
keterampilan Bahasa Inggris siswa.
2. Untuk mengetahui tingkat keterampilan berbahasa Inggris siswa.
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dalam
meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Pertiwi Medan.
I.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah
bacaan di Jurusan Ilmu Komunikasi mahasiswa FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna menambah khasanah
penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta
mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU mengenai komunikasi antar pribadi.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam
memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian
Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004:6) teori merupakan himpunan konstruk atau
konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan
relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam menentukan
tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.5.1 Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan manusia yang lain.
Manusia mempunyai keinginan untuk bersosialisasi dan berbaur dan menciptakan suatu
relasi. Manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana yang merupakan dasar dari
eksistensi manusia yang ingin bermasyarakat.
Secara epistimologis istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasala dari bahasa Latin yakni communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan
pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang
terjadi adalah bermuara pada usaha untuk memdapatkan kesetaraan makna atau
pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut.
Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk
hidup. Dr. Everett Kleinjan dalam buku Cangara (2006:1) menyatakan bahwa komunikasi
adalah bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia
ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi
Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan hasratnya kepada orang
lain, merupakan awal dari keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui
lambang-lambang isyarat (non verbal), kemudian disusun dengan keterampilan untuk
dasar manusia yaitu “keingintahuan” yang sangat kuatt dalam diri manusia tentang
berbagai kejadian dan fenomena di dunia ini mendorong manusia untuk terus-menerus
mengumpulkan, saling menukar dan mengemdalikan informasi (Roger Fidler, 2003:
83-84), juga menjadi tonggak penting manusia untuk melakukan komunikasi.
Shannon dan Weaver (Cangara, 2006:19) menyatakan komunikasi adalah bentuk
interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau
tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi
juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Lasswell menjelaskan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Menurut L.Tubbs dan Moss (Rakhmat, 2005:13) komunikasi efektif
menimbulkan 5 hal yaitu:
a. Pengertian
b. Kesenangan
c. Mempengaruhi sikap
d. Hubungan sosial yang baik
e. Tindakan
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya komunikasi
merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak hanya memberitahukan dan
mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran dan fakta.
Komunikasi bertujuan menyalurkan ide atau pesan untuk mengubah sikap, pandangan,
I.5.2 Komunikasi Antar Pribadi
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang – orang yang saling berkomunikasi. Reardon (Liliweri,
1991:13) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai paling sedikit
enam ciri:
1. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong
2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja
3. Kerapkali berbalas-balasan
4. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang antar pribadi,
5. serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan
6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna
Untuk lebih memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi, De Vito dalam
Liliweri (1991:13) memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi :
1. Keterbukaan (openess),
Keterbukaan merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap
situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan
untuk memberikan tanggapan kita di masa kini. Dalam keterbukaan, komunikator dan
komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara
bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling
memahami dan mengerti pribadi masing – masing.
Johnson (Supratiknya, 1995:14) mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan
kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan,
atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.
Empati adalah keterampilan seseorang untuk memproyeksi dirinya kepada
peranan orang lain. Menurut Sugiyo (2005:5) empati dapat diartikan sebagai menghayati
perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.. Sedangkan
Jumarin (2002: 97) menyatakan bahwa empati tidak saja berkaitan dengan aspek kognitif,
tetapi juga mengandung aspek afektif, dan ditunjukkan dalam gerakan, cara
berkomunikasi (mengandung dimensi kognitif, afektif, perseptual, somatic/kinesthetic,
apperceptual dan communicative). Maksudnya adalah adanya keterlibatan aktif yang
dapat terlihat melalui ekspresi wajah dan gerak gerik, konsentrasi terpusat pada kontak
mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik serta sentuhan sepantasnya.
3. Dukungan (supportiveness)
Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari
komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam proses penyampaian pesan.
Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas
serta meraih tujuan yang didambakan. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005:6)
dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi,
lebih-lebih dari komunikator. Rakhmat (2005:133) mengemukakan bahwa sikap supportif
adalah sikap yang mengurangi sikap defensif . Orang yang defensif cenderung lebih
banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari
pada memahami pesan orang lain.
Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari
pihak-pihak yang berkomunikasi.
R.Gibb (Rahmat, 2005:134) menyebutkan beberapa perilaku yang menimbulkan
perilaku suportif:
b. Orientasi masalah, yaitu mengajak untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi secara bersamasama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
c. Spontanitas, yaitu sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
d. Provisionalisme, yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri sendiri, mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan sehingga wajar kalau pendapat dan keyakinan diri sendiri dapat berubah.
4. Rasa positif (positiveness)
Setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif,
rasa positif menghindarkan pihak – pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau
prasangka yang mengganggu jalinan interaksi.
Sugiyo (2005:6) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan
bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri
komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hendaknya antara komunikator dengan
komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi
tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi
tidak dapat terjadi.
5. Kesetaraan (equality)
Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadi lebih kuat, apabila
memiliki kesetaraan tertentu seperti kesetaraan pandangan, sikap, ideologi dan
sebagainya. Rahmat (2005:135) mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah
sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan
diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan,
kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas
perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu
mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa
Ketika kita dihadapkan dengan komunikasi antar pribadi maka yang menjadi
dasar asumsi pertanyaan kita adalah mengapa kita harus berkomunikasi? Kerlinger
(Liliweri, 1991:45) mengemukakan bahwa hubungan dengan orang lain ternyata
mempengaruhi kita. Kita tergantung kepada orang – orang yang lain karena mereka juga
berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya, informasi yang
dibagikannya, semangat yang disumbangkannya dan masih banyak pengaruh yang
lainnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkomunikasi antar pribadi
disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum atau tidak dimiliki
seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya.
Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang yang sifatnya dialogis yaitu berupa percakapan. Selain
itu komunikasi antarpribadi memiliki keuntungan tersendiri, yakni arus balik bersifat
langsung sehinggga komunikator mengetahui tanggapan dari komunikannya.
I.5.3 Self Disclosure
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap
orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk
hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang perkenalan yang
ditunjukkan dengan jendela johari
Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri
Diketahui orang lain 1 terbuka 2 buta
3 tersembunyi 4 tidak dikenal
Tidak diketahui
orang lain
Gambar di atas melukiskan bahwa dalam mengembangkan hubungan dengan
orang lain terdapat empat macam kemungkinan yang akan dihadapi.
Bidang 1. menggambarkan kondisi dimana dua orang mengembangkan hubungan yang
terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah dalam hubungan mereka.
Bidang 2. menggambarkan masalah hubungan antara kedua pihak yang diketahui oleh
orang lain namun tidak oleh diri sendiri
Bidang 3. menggambarkan masalah tersebut diketahui diri sendiri namun tidak dengan
orang lain.
Bidang 4. komunikan dan komunikator sama–sama tidak mengetahui masalah hubungan
di antara mereka
Keadaan yang ideal adalah seperti yang ditunjukkan pada bidang 1, dimana
komunikan dan komunikator saling mengetahui masing–masing. Namun setiap orang
memiliki peluang dalam mengungkapkan maupun tidak mengungkapkan masalah yang
dihadapinya.
I.5.4 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan
peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan
pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan (Mulyati,
2005:5). Sekolah adalah tempat berinteraksi yang saling mempengaruhi diantara
insan-insan yang terdiri atas pelajar dan pengajar, berlangsung secara terarah dalam suasana
ilmu pengetahuan dan dapat membimbing pelajar introvert bisa menjadi insan yang aktif
dan dinamis. Apabila pelajar mengurung diri, pasif dan tidak mau berinteraksi dengan
gagasan dan prakarsanya, ia tidak menggunakan lembaga sekolah dan kampus dengan
berbagai fasilitasnya itu sebagai tempat untuk membina ilmu pengetahuan dan untuk
Dalam hubungan ini, sudah tentu peranan para pengajar untuk memotivasi
mereka sungguh penting. Diharapkankan para pengajar harus menjadi insan ekstrovert,
yaitu aktif, dinamis, optimis, toleran, berhati terbuka, dan mudah bergaul agar tidak
mempunyai kesenjangan yang jauh antara guru dan siswa sehingga membuat proses
belajar menjadi efektif (Effendy, 2006:107).
Menurut teori belajar, manusia memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga
proses yaitu asosiasi, imitasi dan peneguhan (Rakhmat, 2005:271).
Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Misalnya, kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang mengerikan.
Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang di dengar. Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model.
Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan positif yang dinyatakan ketika
seseorang mengucapkan kata-kata dengan benar. Orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan).
Keterampilan bahasa siswa mencakup kemampuan mendengar, membaca,
berbicara, dan menulis.
- Mendengar (Listening Skill), merupakan keterampilan bahasa dalam mendengar
seseorang yang berbicara melalui percakapan yang memiliki tujuan komunikatif
dengan struktur linguistik. Mencakup juga respon verbal serta ekspresi dan
intonasi lawan bicara.
- Berbicara (speaking skill),berarti mampu mengucapkan berbagai makna melalui
percakapan yang memiliki tujuan komunikatif dengan struktur linguistik.
Dibutuhkan rasa percaya diri agar dapat mengungkapkan gagasan ataupun
- Membaca (reading skill), berarti mampu memahami berbagai makna,
mengidentifikasi ciri kebahasaan dan melafalkan kata-kata dalam berbagai teks
tulis yang memiliki tujuan komunikatif dan berstruktur linguistik.
- Menulis (writing skill), berarti mampu menguasai tata bahasa (grammar), kosa
kata (vocabulary), serta dapat merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang
baik dan benar dalam berbagai makna yang memiliki tujuan komunikatif dan
berstruktur linguistik.
Tujuan pembelajaran bahasa adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam
bahasa secara lisan maupun tulisan secara lancar dan sesuai dengan konteks sosialnya
(Depdiknas, 2003: 15). Standar kompetensi siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris untuk
tingkat SMP/MTs (Depdiknas, 2003:4) adalah sebagai berikut:
- Mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik sastra
maupun non sastra
- Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
- Mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan
kecepatan yang memadai
- Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan
- Mampu mengekspresikan berbagai ragam sastra
I.5.5 Remaja
Menurut Hurlock (2002:206) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Monks, dkk (2004:262) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Berdasarkan batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja
relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal
Menurut Erickson (Gunarsa,2003:7) masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja dan
berimbas pada lingkungan sosialnya.
Gunarsa (2003:67) merangkum beberapa ciri remaja yang dapat menimbulkan
berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kegelisahan. Keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat terpenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dah keluwesan tingkah laku.
2. Pertentangan pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orangtua.
3. Berkeinginan mencoba hal-hal yang belum diketahuinya. 4. Ketidakstabilan emosi.
5. Menghayal dan berfantasi.
6. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. 7. Senang bereksperimentasi.
I.6 Kerangka konsep
Kerangka yaitu hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat
kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat
mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa.
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni
istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan. Kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai,
setelah dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki.
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan
mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Variabel bebas merupakan sejumlah gejala faktor, unsur-unsur yang menentukan
atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor lain yang pada gilirannya gejala atau
faktor yang kedua itu disebut variabel terikat (Nawawi, 1995:56)
2. Variabel terikat (y)
Variabel terikat ialah sejumlah gejala atau faktor yang dipengaruhi oleh adanya
variabel bebas bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah keterampilan berbahasa siswa.
3. Karakteristik Responden
Variabel antar berada diantara variabel bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai
penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. variabel antara dalam
penelitian ini adalah karakteristik identitas responden.
I.7 Model teoritis
Karakteristik
Responden
Variabel Terikat (y)
Keterampilan
Variabel Bebas (x)
Komunikasi Antar
I.8 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas,
Tabel 1 Operasional Variabel
Variabel teroritis Variabel operasional
Variabel teoritis (x)
Komunikasi antar pribadi guru
a. Keterbukaan:
- Memberi informasi
- Membagi perasaan
- Membagi pengalaman
- Kejujuran
- Cara penyampaian gagasan
b. Empati:
- Memahami sikap
- Memahami perasaan
- Mengetahui kelemahan
- Cara penyampaian pesan
c. Dukungan:
- Motivasi
- Orientasi masalah
- Deskripsi
- Spontanitas
- Provisionalisme
d. Rasa positif:
- Menghargai
- Rasa percaya
- Situasi
- Pujian
- Persepsi
- Rasa hormat
- Kesopanan
- Sikap menerima
Variabel terikat (y)
Keterampilan bahasa siswa
a. Keterampilan mendengar:
- Memahami percakapan
- Menemukan makna lisan
- Ekspresi dan intonasi
- Respon verbal
b. Keterampilan membaca:
- Memahami makna tulisan
- Melafalkan kata
- Identifikasi ciri kebahasaan
- Kelancaran membaca
c. Keterampilan berbicara:
- Lafal ucapan (pronounciation)
- Mengungkapan gagasan
- Interaksi
- Rasa percaya diri
d. Keterampilan menulis:
- Kosa kata
- Tata bahasa
- Penyusunan kata
- Mengungkapkan ekspresi
Karakteristik responden a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan orang tua
I.9 Definisi operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang
telah di kelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk
pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional
juga merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu penelitian lain yang akan
menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)
1. Variabel bebas (komunikasi antar pribadi guru)
a. Keterbukaan, yaitu sikap saling terbuka antara guru Bahasa Inggris dan siswa
dalam mengungkapkan idea tau gagasan bahkan permasalahan secara bebas
(tidak ditutupi) tanpa rasa takut atau malu. Kedua belah pihak mengerti
pribadi masing-masing.
b. Empati, yaitu kemampuan seorang guru Bahasa Inggris untuk
memproyeksikan dirinya kepada siswa.
c. Dukungan, yaitu setiap ide, pendapat atau gagasan yang disampaikan guru
Bahasa Inggris mendukung apa yang diutarakan siswa. Dukungan yang
diberikan guru akan menambah rasa positif dan semangat dalam kegiatan
belajar.
d. Rasa positif, yaitu setiap perkataan, ide tau gagasan siswa mendapat
tanggapan yang positif dari guru Bahasa Inggris dan menghindari prasangka
serta curiga yang dapat mengganggu jalannya interaksi.
e. Kesetaraan, yaitu adanya persepsi, ideologis serta sikap yang sama antara
2. Variabel terikat (keterampilan berbahasa Siswa)
a. Keterampilan mendengar, yaitu kemampuan siswa dalam mendengar
kata-kata, kalimat maupun percakapan dalam Bahasa Inggris.
b. Keterampilan membaca, yaitu kemampuan siswa dalam membaca kata-kata
Bahasa Inggris, mempunyai kosa kata yang banyak serta mampu membaca
cepat dan mengetahui ide pokok dari sebuah wacana.
c. Keterampilan berbicara, yaitu kemampuan siswa dalam pengucapan kata-kata
bahasa inggris serta berbicara dalam Bahasa Inggris.
d. Keterampilan menulis, yaitu kemampuan siswa dalam menguasai tata Bahasa
Inggris.
3. Karakteristik responden
a. Usia, yaitu umur responden 12-15 tahun.
b. Jenis kelamin, yaitu pria dan wanita.
c. Pekerjaan orang tua, yaitu pekerjaan orang tua responden.
I.10 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan sementara mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung
antar teori dan dunia empiris (Rakhmat kriyantono, 2004 :14)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak ada pengaruh antara peranan komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris
dan keterampilan berbahasa murid SMP Swasta Pertiwi
Ha: Ada pengaruh antara peranan komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dan
BAB II
URAIAN TEORITIS I. Komunikasi
I.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat keersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi (Cangara,2006 :18). Menurut Sugiyo, komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian otomatis keadaannya, sehingga sering tidak disadari bahwa ketrampilan berkomunikasi merupakan hasil belajar (Sugiyo, 2005: 1).
Dalam Cangara (2006: 18-19) terdapat beberapa definisi komunikasi, seperti:
Menurut Steven komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Sebuah definisi yang disampaikan oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri kepada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.
Everrett Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan, amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Rogers mencoba mendefinisikan hakikat suatu hubungan dengan suatu pertukaran informasi dengan adanya suatu perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengrtian dan orang-orang yang ikut serta dalam proses komunikasi.
Proses komunikasi hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy, 1999:11).
I.2 Proses Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi ada dua tahap yaitu Primer dan Sekunder.
a.Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media, bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya. Dalam proses komunikasi, media yang paling banyak digunakan adalah bahasa, karena mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain dalam bentuk ide, informasi atau opini.
Kata-kata mengandung dua jenis pengertian :
Denotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti sebagaimana tercantum dalam kamus atau sebenarnya (dictionary meaning)
Konotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti emosional atau mengandung penilaian tertentu / kiasan (emotional or evaluate meaning)
b.Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama dipakai karena relatif jauh atau jumlahnya banyak. Sarana itu, surat, telepon, fax, koran, majalah, radio, TV, film, e-mail, internet, dan lain-lain karena komunikan sebagai sasarnnya berada di tempat yang relatif jauh.
Jadi, proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan digunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, film, atau media lainnya. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Effendy, 1999:16)
Dalam model komunikasi David K.Berlo (1960), komunikasi terdiri dari 4 proses utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) (Cangara, 2006: 22-23).
L
Gambar 2 Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bias terdiri dari satu orang, tetapi bias juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepasa penerima, pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bias berupa ilmu pengetahuan, hibran, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, Content, atau Information.
Media
media telepon, telegram, telepon genggam, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik (TV, Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa.
Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirm oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai publik, khalayak, masyarakat, dll.
Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang baik itu negatif atau positif (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
Umpan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah artikel kepada suatu media massa. Lalu, bisa saja kita artikel kita ternyata bagus, namun ada beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media mengembalikan artikel kita untuk di edit ulang.
Lingkungan
Adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :
Lingkungan Fisik(Letak Geografis dan Jarak)
Lingkungan Sosial Budaya (Adat istiadat, bahasa, budaya, status sosial) Lingkungan Psikologis ( Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika
menerima pesan)
Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang, dan Malam)
I.3 Fungsi Komunikasi
- Menyampaikan Informasi (to inform) - Mengajarkan (to educate)
- Memperoleh hiburan (to entertain) - Membujuk (to persuade)
Pada fungsi komunikasi to inform (menyampaikan informasi), ditujukan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau publik yang di lakukan oleh komunikator guna menjadikan khalayak atau publik atau komunikan dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Sedangkan fungsi to educate (mendidik), dilakukan oleh komunikator untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat baik secara formal, non formal maupun informal sehingga mendorong pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. Fungsi komunikasi to entertain
(menghibur), yaitu fungsi yang dilakukan oleh komunikator untuk memberikan hiburan kepada khalayak atau publik atau komunikan. Dan fungsi terakhir adalah
To influence (mempengaruhi) yaitu membujuk, mempengaruhi atau membentuk suatu opini seseorang maupun publik, meyakinkan tentang informasi-informasi yang diberikannya sehingga benar-benar mengetahui situasi yang terjadi di lingkungannnya.
I.4 Tujuan Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :
2. Perubahan pendapat (Opinion Change). Memberikan berbagai informasi pada komunikan agar komunikan merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan.
3. Perubahan perilaku (Behaviour Change). Memberikan berbagai informasi pada komunikan dengan tujuan agar komunikan berubah perilakunya. 4. Perubahan sosial (Social Change / Social Participation). Memberikan
berbagai informasi pada komunikan/khalayak dengan tujuan agar khalayak mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.
II. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain dimana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan didalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyuman, menggeleng atau menganggukkan kepala. Komunikasi antar pribadi pada umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face)
II.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) dalam Liliweri (1991:12) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Effendy (1986b) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.
Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan member kesempatan seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya.
orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Juga Tan (1981) mengemukakan bahwa interpersonal communication
(komunikasi antar pribadi) adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991:12)
II.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi
Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991:14-19) adalah: 1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi spontan dan sambil lalu. 2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu
3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas
4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja
5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan
6. Komunikasi antar pribadi menghendakii paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan
7. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil
8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna. II.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
Adapun tujuan dari komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut : 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataanya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antar pribadi.
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antar pribadi.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Hubungan demikian mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.
4. Mengubah sikap dan perilaku
Dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasi antar pribadi.
5. Bermain dan mencari hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir ama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena memberi suasan lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.
6. Membantu orang lain
Kita sering memberikan berbagai nasehat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antar pribadi adalah membantu orang lain (Widjaja, 2000 :12)
II.4 Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan antarpribadi
Pola-pola komunikasi antarpribadi (interpersonal) mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Bila diantara komunikator dan komunikan berkembang sikap curiga, maka makin sering mereka berkomunikasi makin jauh jarak yang timbul. Yang menjadi soal bukanlah intensitas melainkan kualitas dari komunikasi terjadi. Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik, yaitu: sikap percaya, sikap suportif dan keterbukaan.
a. Sikap percaya (trust)
2005:130). Menurut Johnson (1981), mempercayai meliputi membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada orang lain.
Keuntungan mempercayai orang lain di paparkan oleh Rakhmat (2004:130). Pertama, rasa percaya meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas pengiriman peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kedua, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab. Bila anda merasa kawan anda tidak jujur dan tebuka, anda pun akan memberikan respon yang sama. Akibatnya hubungan akan berlangsung secara dangkal dan tidak mendalam.
Sejauhmana kita percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Menurut Deutsch (1958), harga diri dan otoritarianisme mempengaruhi percaya. Orang yang harga dirinya positif akan cenderung mempercayai orang lain, sebaliknya orang yang mempunyai kepribadian otoriter cenderung sukar mempercayai orang lain.
Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu: menerima, empati, dan kejujuran.
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang terlihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai.
Sikap menerima tidaklah semudah yang dikatakan. Kita selalu cenderung menilai dan sukar menerima. Akibatnya, hubungan antarpribadi tidak akan berlangsung seperti apa yang kita harapkan. Bila kita tidak bersikap menerima, kita akan mengkritik, mengecam atau menilai. Sikap seperti ini akan menghancurkan rasa percaya. Orang enggan pula menerima kita karena takut pada akibat-akibat buruk yang akan timbul dari reaksi kita. Sikap menerima menggerakkan percaya, karena tidak akan merugikan orang lain.
Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya. Menerima berarti tidak menilai orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita senangi. Betapapun jeleknya perilakunya kita tetap berkomunikasi dengannya sebagai personal, bukan sebagai objek (Rakhmat, 2005: 131-132)
Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati telah didefinisikan bermacam-macam. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921) ; sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi (Scotland, et al, 1978:12) ; sebagai “imaginative intellectual and emotional participation in another person’s experience” (Bennet, 1979).
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakan.
Kejujuran adalah faktor yang ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Menerima dan empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima dapat ditanggapi sebagai sikap acuh tak acuh, dingin dan tak bersahabat; empati dapat ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, kita harus jujur mengungkapkan diri kita kepada orang lain. Kita harus menghindari terlalu banyak melakukan “penopengan” atau “pengelolahan kesan”. Kita tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan isi hatinya atau membungkus pendapat dan sikapnya dengan lambang-lambang verbal dan non verbal. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga. Ini mendorong orang lain untuk percaya kepada kita (Rakhmat, 2005:133)
b. Sikap suportif
Sikap suportif merupakan upaya mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang defensif cenderung tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Hal ini haruslah dihindari agar komunikasi antar pribadi dapat berlangsung efektif. Dalam penelitian Gibb (Rakhmat,2004:134) diungkapkan perilaku defensif antara lain:
1. Evaluasi, artinya penilaian terhadap orang lain; memuji dan mengancam. Dalam mengevaluasi kita menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif.
2. Control, perilaku control artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Melakukan control juga berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain. Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Karena itu control orang lain akan kita tolak.
3. Strategi, yaitu penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Anda akan menggunakan strategi bila orang menduga anda mempunyai motif-motif tersembunyi.
4. Netralitas, merupakan sikap impersonal – memperlakukan orang lain tidak sebagai objek. Bersikap netral bukan berarti objektif, melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain.
6. Kepastian. Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu-gugat.
c. Sikap terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism; sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan terlebih dahulu karakteristik orang dogmatis (Rakhmat, 2004: 136).
1. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan logika suatu proposisi, ia lebih banyak melihat sejauhmana proposisi itu sesuai dengan dirinya.
2. Berfikir simplistis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada kelabu. Baginya jika tidak salah maka benar.
3. Berorientasi pada sumber. Orang dogmatis mementingkan siapa yang berbicara bukan apa yang dibicarakan. Ia tunduk pada otoritas, karena -seperti umumnya orang dogmatis- ia cenderung lebih cemas dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.
4. Mencari informasi dari sumber sendiri. Orang-orang dogmatis hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri.
5. Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya. Ia akan mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaan sampai titik darah penghabisan.
6. Tidak mampu membiarkan inkonsistensi. Orang dogmatis tidak tahan hidup dalam suasana inkosisten. Informasi yang tidak konsisten dengan desakan dari dalam dirinya akan ditolak, distorsi atau tidak dihiraukan sama sekali.
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, dogmatism harus digantikan dengan sikap terbuka. III. Self Disclosure
tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain (Rakhmat, 2005:107).
Menurut Johnson (1981), beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita.
3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat-sifat kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif dan inteligen.
4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
5. Membuka diri berarti bersikap realistis. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik (Supratiknya, 2003:16).
Pembukaan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 2003:14)