• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT (Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT (Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

EKA SEPTIANA WULANDARI

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI

PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA

DENGAN METODE

SIMULATED PATIENT

(Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii Lembar Pengesahan

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT

(Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

2016

Oleh

EKA SEPTIANA WULANDARI

201110410311087

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra.Liza Pristianty,M.Si.,MM., Apt Ika Ratna Hidayati,S.Farm.,M.Sc.,Apt

(3)

iii Lembar Pengujian

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT

( Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal

22 April 2016

Oleh :

EKA SEPTIANA WULANDARI

201110410311087

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Dra.Liza Pristianty,M.,Si.,MM.,Apt Ika Ratna Hidayati,S.Farm., M.Sc.,Apt

NIP 196211151988102022 NIP UMM 112. 0907. 0480

Penguji III Penguji IV

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya yang tiada henti, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Profil Pelayanan Swamedikasi Penanganan Gejala Demam Pada Balita Dengan

Metode Simulated Patient (Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota

Malang )”dengan sebaik-baiknya.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana S–1 pada Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Bapak Yoyok Bekti Prasetyo,

M.Kep.,Sp.Kom

2. Ibu Dra.Liza Pristianty,M.Si.,MM., Apt selaku dosen pembimbing

utama dan Ibu Ika Ratna Hidayati,S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku dosen pembimbing dua yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Hidajah Rachmawati, S.Si.,Apt.,Sp, FRS dan ibu Nailis Syifa’, S.

Farm.,M.Sc.,Aptselaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan

saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

4. Para Dosen pengajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi yang

telah mengantarkan dalam menyelesaikan studi di Jurusan Farmasi.

5. Bapak H. Miftahol Arifin dan Ibu Hj. Sri Wahyuni selaku kedua orang

tua, Dise Arinna Faradila dan Ramzi Maulana selaku saudara atas doa, dukungan, pengorbanan, kesabaran, dan rasa sayangnya sehingga sampai saat ini saya dapat menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi.

6. Hendra Tri Juwandana yang telah memberikan motivasi, doa,

(5)

v

7. Ibu Siti Karnaningsih atas sambungan doa, motivasi dan rasa sayangnya

sehingga sampai saat ini saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Hastuti MS, S. Farm.,M.Sc., Apt selaku Apoteker ditempat saya bekerja, yang selalu memberikan saya motivasi, saran dan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temanku yang telah membantu dan memberikan dukungan

sehingga terselesaikan skripsi ini.

10.Seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang.

Tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca skripsi ini. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, dan bagi peneliti pada khususnya.

Malang, April, 2016

Penyusun

(6)

vi

RINGKASAN

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT

( Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

Pelayanan Kefarmasian telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang

mengacu kepada pharmaceutical care. Pelayanan kefarmasian di apotek

mencangkup pelayanan resep dan swamedikasi. Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO, 1998). Salah satu kondisi sakit yang penanganannya banyak dilakukan secara swamedikasi oleh masyarakat adalah demam. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi normal . Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 – 37,2 ºC. Derajat suhu

dikatakan demam adalah jika suhu rectal ≥ 38,0 ºC atau suhu oral ≥ 37,5 ºC atau

suhu aksila ≥ 37,2º C. Salah satu upaya yang sering dilakukan orang tua untuk menurunkan demam anak adalah memberikan obat antipiretik. Orangtua tidak mengetahui suhu minimum pemberian antipiretik. Antipiretik hanya dapat diberikan apabila demam anak diatas 38,5 ºC, demam yang diikuti rasa tidak nyaman, atau demam pada anak yang memiliki riwayat kejang demam atau penyakit jantung. Anak dibawah 3 bulan tidak boleh diberi obat antipiretik. Dosis pemberian antipiretik untuk anak juga perlu diperhatikan sesuai dengan berat badan. Semua jenis antipiretik mempunyai efek samping, maka perlu diberikan informasi yang jelas tentang cara penggunaannya pada pasien, sehingga

diharapkan petugas apotek melakukan patient assessment, memberikan

(7)

vii

Penelitian ini menggunakan metode simulated patient. Pengamatan

dilakukan di 29 apotek wilayah kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pasien simulasi dan mengamati,pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh petugas apotek. Data yang didapat berupa variabel patient assessment, informasi farmakologi dan non farmakologi. Dalam pengamatan tersebut dilakukan pencatatan dalam check list dan dipresentasikan melalui tabel, diagram, perhitungan angka, dan presentase.

Dari data yang diperoleh terlihat sebanyak 100% apotek melakukan

patient assessment terkait penanganan gejala demam pada balita. Informasi yang paling banyak ditanyakan oleh petugas apotek adalah “siapa pasiennya” (83%), usia pasien (100%), tanda dan gejala (38%). Semua apotek memberikan

rekomendasi berupa pemberian obat dan obat yang paling banyak diberikan

(8)

viii ABSTRACT

SELF MEDICATION PROFILE TO HANDLING FEVER SYMPTOMS IN CHILDREN USED SIMULATION PATIENT METHOD

(Studi in The Drugstores Around Lowokwaru, Malang)

Eka Septiana Wulandari

Pharmacy services has changed orientation from drug oriented to patients oriented which direct to pharmaceutical care. Pharmaceutical services in community pharmacy would consist with prescription and non-prescription services. Most people taking self medication for first step to treat the disease, one of fever. Fever is a symptom that often affects children. Fever can be treated with medication without a prescription. Antipyretic can be used as a fever drug that can be bought without a prescription at a drugstore. During the pharmacy service, the pharmacist must obtain information related to the disease suffered by the patient before giving the drug, pharmacological information and non pharmacological information.

This study aimed to determine the profile of self-medication to handle symptoms of fever in children using simulated patient. Studies in the pharmacy area Lowokwaru, Malang. The study was conducted at 29 drugstore in Lowokwaru, Malang. This study uses simulated patients in conducting scenario. Round-up of information from drugstore staff, development of pharmacological and non-pharmacological therapies have recorded, noted, and being analyzed. The research showed that , variable patient assessment most frequently asked by the pharmacist is an indicator of asking "who is sick" as many as 24 people (83%), which asked the age of 29 (100%), and asking for signs and symptoms of 11 people (38%). Information pharmacology delivered by the pharmacist includes drug content (90%), indication (100%), dose (100%), time usage (100%), side effects (100%), duration of use (100%), medicine storage (100%), contraindications (100%), warning (86%), and suggested compress fever (69%). A total 73% of the drug information granted after being given question directives. This service is carried out by as much as 10% of pharmacists, 55% is done by skilled techniques of pharmacy and 35% performed by other employees.

(9)

ix ABSTRAK

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI PENANGANAN GEJALA DEMAM PADA BALITA DENGAN METODE SIMULATED PATIENT

( Studi di Apotek Wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang )

Eka Septiana Wulandari

Pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada asuhan kefarmasian. Layanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep dan tanpa resep. Kebanyakan masyarakat menggunakan obat sendiri sebagai langkah pertama untuk mengobati penyakit, salah satunya demam. Demam adalah gejala yang sering menyerang anak-anak. Demam dapat diobati dengan obat-obatan tanpa resep. Antipiretik dapat digunakan sebagai obat demam yang dapat dibeli tanpa resep di apotek. Selama pelayanan kefarmasian, apoteker harus mendapatkan informasi terkait penyakit yang diderita oleh pasien sebelum memberikan obat, informasi terkait farmakologi dan informasi non farmakologi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan sendiri untuk

menangani gejala demam pada anak menggunakan metode simulated patient.

Studi di apotek wilayah Lowokwaru, Malang. Penelitian dilakukan pada 29 apotek di Lowokwaru Malang. Penelitian ini menggunakan metode pasien simulasi dalam melakukan skenario. Pengumpulan keterangan dari staf apotek, pengembangan terapi farmakologi dan non farmakologi direkam, dicatat, dan ,dianalisis.

Hasil penelitian menunjukkan, variabel patient assessment yang paling sering ditanyakan oleh petugas apotek adalah indikator menanyakan“siapa yang sakit” sebanyak 24 orang (83%), yang menanyakan usia 29 orang (100%), dan yang menanyakan tanda dan gejala sebanyak 11 orang (38%). Informasi farmakologi yang disampaikan oleh petugas apotek meliputi kandungan obat (90%), indikasi (100%), dosis (100%), waktu pemakaian (100%), efek samping (100%), durasi penggunaan (100%), penyimpanan obat (100%), kontraindikasi (100%), peringatan (86%), dan menyarankan kompres demam (69%). Sebanyak 73% informasi terkait obat diberikan setelah diberi pertanyaan arahan. Pelayanan ini sebanyak 10% dilakukan oleh apoteker, 55% dilakukan oleh tenaga tekhnik kefarmasian dan 35% dilakukan oleh karyawan lain.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 TinjauanTentang Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care).. 7

2.1.1 Definisi Asuhan Kefarmasian ... 7

2.1.2 Elemen Pelayanan Kefarmasian ... 7

2.1.3 Proses Asuhan Kefarmasian ... 8

2.2 Tinjauan Tentang Swamedikasi ... 8

2.2.1 Definisi Swamedikasi... 8

2.2.2 AlasanPenggunaanSwamedikasi ... 9

2.2.3 Swamedikasi yang Rasional ... 9

2.2.4 Kriteria Obat yang Digunakan dalam Swamedikasi ... 10

2.2.5 Peran Apoteker dalam Swamedikasi ... 10

2.2.6 Hal yang Harus Dikuasai oleh Seorang Apoteker... 11

2.2.7 Tanggung Jawab Apoteker dalam Swamedikasi... 13

2.3 Tinjauan Tentang Informasi Obat ... 14

2.4 Swamedikasi Demam ... 15

2.5 Penatalaksanaan Demam ... 16

2.5.1 Terapi Non-Farmakologi ... 16

(11)

xi

2.6 Tinjauan Tentang Apotek ... 18

2.6.1 Definisi Apotek ... 18

2.6.2 Tugas dan Fungsi Apotek ... 18

2.7 Tinjauan Antipiretik ... 18

2.8 Tinjauan Tentang Asetaminofen ... 19

2.8.1 Farmakokinetik ... 19

2.8.2 Farmakodinamik ... 19

2.8.3 Dosis Asetaminofen ... 19

2.9 Tinjauan Obat Golongan Asam Propionate ... 20

2.10Tinjauan Tentang Golongan Pirazolon ... 21

2.11Tinjauan Tentang Asam Mefenamat ... 21

2.12Tinjauan Tentang Asetosal ... 22

2.13Tinjauan Perhitungan Dosis Anak Berdasarkan Berat Badan... 22

2.14Tinjauan Tentang Metode Simulated Patient ... 23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 25

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 26

4.1 Jenis Penelitian ... 26

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.3 Populasi Penelitian ... 26

4.4 Sampel Penelitian ... 26

4.5 Kriteria Inklusi ... 26

4.6 Kriteria Ekslusi... 27

4.7 Variabel Penelitian ... 27

4.8 Instrumen Penelitian... 28

4.8.1 Skenario... 28

4.8.2 Check List ... 31

4.9 Definisi Operasional... 32

4.10Kerangka Operasional Penelitian ... 35

4.11Validitas Instrumen ... 36

BAB V HASIL PENELITIAN ... 38

5.1 Gambaran Umum ... 38

5.2 Uji Validitas ... 38

5.3 Hasil Tahapan Patient Assesment ... 39

5.3.1 Petugas Apotek Menanyakan “Siapa Pasiennya” ... 39

5.3.2 Usia Pasien ... 40

5.3.3 Berat Badan Pasien ... 40

5.3.4 Jenis Kelamin Pasien... 40

5.3.5 Tanda dan Gejala... 41

(12)

xii

5.3.7 Lama Gejala Penyakit ... 42

5.3.8 Tindakan Pertolongan Pertama ... 43

5.3.9 Riwayat Pengobatan ... 44

5.3.10 Riwayat Penyakit ... 45

5.3.11 Riwayat Alergi ... 45

5.4 Tahapan Pengembangan Asuhan Kefarmasian Terapi Farmakologi ... 47

5.4.1 Kandungan Obat... 47

5.4.2 Indikasi Obat ... 48

5.4.3 Dosis Obat ... 48

5.4.4 Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Keterangan Dosis Sesuai Kemasan dan Penyesuaian Berat Badan ... 49

5.4.5 Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan Penggunaan Sendok Takar di Rumah ... 49

5.4.6 Waktu Pemakaian Obat ... 50

5.4.7 Efek Samping Obat ... 50

5.4.8 Lama Pemakaian Obat ... 51

5.4.9 Tempat Penyimpanan Obat ... 51

5.4.10 Saran Tempat Penyimpanan Obat oleh Petugas Apotek..52

5.4.11 Lama Penyimpanan Obat ... 52

5.4.12 Saran Batas Waktu Penyimpanan Setelah Kemasan Dibuka ... 53

5.4.13 Identifikasi Kerusakan Obat ... 53

5.4.14 Kontraindikasi ... 54

5.4.15 Peringatan / Perhatian ... 54

5.5 Terapi Non Farmakologi ... 56

5.5.1 Kompres demam ... 56

5.5.2 Saran ... 57

5.6 Latar Belakang yang Memberikan Informasi ... 57

5.7 Rekomendasi Obat ... 58

BAB VI PEMBAHASAN ... 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1. Tabel dosis Asetaminofen ... 19 II.2. Tabel dosis Ibuprofen ... 21 II.3. Tabel Daftar Perkiraan Dosis Bayi dan Anak Terhadap

Dosis Dewasa yang Dihitung Berdasarkan Bobot Badan ... 23 IV.1. Tabel Variabel Penelitian ... 27 V.1. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan

“Siapa Pasiennya” ... 39 V.2. Tabel Distribusi petugas Apotek yang Menanyakan Usia Pasien ... 40 V.3. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Berat Badan

Pasien ... 40 V.4. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Jenis Kelamin Pasien ... 40 V.5. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Tanda dan

Gejala ... 41 V.6. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Suhu

Tubuh Pasien dan Penggunaan Termometer ... 42 V.7. Tabel Distribusi petugas Apotek yang Menanyakan Lama

Gejala Penyakit ... 43 V.8. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan

Tindakan Pertolongan Pertama ... 43 V.9. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat

Pengobatan ... 44 V.10. Tabel Distribusi Petugas yang Menanyakan Riwayat Penyakit

Pasien ... 45 V.11. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat

Alergi... 45 V.12. Tabel Distribusi Keseluruhan Petugas Apotek yang Melakukan

Patient Assessment ... 46 V.13. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Kandungan

Obat ... 48 V.14 . Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Indikasi

Obat ... 48 V.15. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Dosis

Obat ... 49 V.16. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Keterangan

(14)

xiv

V.17. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan

Penggunaan Sendok Takar di Rumah ... 50 V.18. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Waktu

Pemakaian obat ... 50 V.19. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan

Efek Samping Obat ... 51 V.20. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan

Lama Pemakaian Obat ... 51 V.21. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan

Tempat Penyimpanan Obat ... 52 V.22. Tabel Distribusi Saran Petugas Apotek Terkait Tempat

Penyimpanan Obat ... 52 V.23. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelasan Lama

Penyimpanan Obat ... 52 V.24. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Saran Batas

Waktu Penyimpanan Obat... 53 V.25. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Identifikasi

Kerusakan Obat ... 54 V.26. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Penjelasan

Kontra Indikasi Obat ... 54 V.27. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberikan Peringatan

Saat Pemakaian Obat... 55 V.28. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Terapi

Farmakologi ... 55 V.29. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Menyarankan Kompres

Demam ... 56 V.30. Tabel Distribusi Petugas Apotek yang Memberi Saran ... 57 V.31. Tabel Latar Belakang Petugas Apotek ... 57 V.31. Tabel Distribusi Obat yang Direkomendasikan Oleh Petugas

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1. Gambar Swamedikasi Demam ... 17 3.1. Gambar Kerangka Konseptual Penelitian ... 25 4.1. Gambar Kerangka Operasional Penelitian ... 35 5.1. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan

“Siapa Pasiennya” ... 39 5.2. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Umur,

Berat Badan dan Jenis Kelamin Pasien……… 41

5.3. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Tanda

dan Gejala Penyakit yang Dialami Oleh Pasien ... 41 5.4. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Suhu Tubuh dan Penggunaan Termometer untuk Mengukur Suhu Tubuh ... 42 5.5. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Lama

Gejala Penyakit ... 43 5.6. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Pertolongan

Pertama ... 44 5.7. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat

Pengobatan ... 44 5.8. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat

Penyakit ... 45 5.9. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menanyakan Riwayat

Alergi... 46 5.10. Gambar Distribusi Keseluruhan Petugas Apotek yang

Melakukan Patient Assessment ... 47 5.11. Gambar Distribusi Petugas Apotek yang Menjelaskan Terapi

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 77

2. Check List ... 78

3. Narasi Skenario ... 80

4. Hasil Uji Validasi ... 82

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

ASMETHO : Age, Medicine, Exactly, Time, Taken, History, Other, Doing

BNF : British National Formulary

C : Celcius

DRP : Drugs Related Problem

ENCORE : Explore, No medication, Care, Observe, Refer, Explain

F : Fahrenhait

FIP : International Pharmaceutical Federation

NAPN : National Association of Pediatrics Nurse

NSAID : Non Seroidal Anti Inflammatory Drugs

OWA : Obat Wajib Apotek

PO : Per Oral

SIT DOWN SIR : Site, Intensity, Type, Duration, With, N annoyed, Incidence, Relieved

(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Binfar.2009. Informasi Tentang Pengetahuan Obat Bebas dan Bebas

terbatas.Binfar, Jum’at 23 Oktober

2009.http://www.binfar.depkes.go.id/search_info.php, Diakses tanggal 20 Juli 2015.

BNF,org. 2011.BNF for Children: The essential resource for clinical use of medicines in Children, BMJ Group, London.

Benjamin,W and Benrimoj,S. 2008. Audio taping Simulated Patient

Encounters in Community. Hal 543-549.

Berardi, R and Lynda, S. 2008. PUD. In: Wells, Barbara G.,Dipiro, J.T.

Schwinghammer, T.L. And Dipiro, C.V. Pharmacotherapy Handbook,

Ed 7th. New York: The McGraw_Hill Companies inc, Hal 602.

Blenkinsopp, A and Paxton, P. 2002. Syptoms in the Pharmacy A Guide to The Management of Common Illness. United Kingdom: Blackwell Science Ltd., Hal 210.

Cipolle, R.J, et. al. 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York: Mc

Graw-Hill Companies.

Dinarello, C.A and Gelfand, J.A. 2005. Fever and Hyperthemia. In: Kasper, D.L., et. al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 6th ed. Singapore: The McGraw-Hill Company, 104-108.

DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M. (Eds). 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 7th ed, The McGraw-Hill Companies, New York.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik., 2007. Pedoman Penggunaan

Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Depkes, hal 30-2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027 Tahun 2004 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang – Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan . Jakarta.

Dlugosz, C.K. 2009. The Practitioner’s Quick Reference to Nonprescription

Drugs, In : Hartanto.H.dr dan Afifah, H.N, S.Farm,(Eds.) Rujukan Cepat Obat Tanpa Resep Untuk Praktisi. EGC, Jakarta.

FIP, 1999. Join Statement By The International Pharmaceutical Federation

(19)

xix

Graneto. J.W. 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine

of Midwestern University.

Hidayat, A. dan Alimul, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk

Pendidikan Kebidanan. Penerbit Salemba Medika : Jakarta. Halaman 122. Ismail, S. 2000.Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI.

Halaman 244-252.

Jepson, M.H. 1990. Patient Compliance and Counselling. In: D.M. Collett and

M.E Aulthon (Eds). Pharmaceutical Practice, Edinburgh: Churchill Livingstone, p.339-341.

Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm.Diakses pada tanggal 18 November 2015.

Katzung B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Medika:

Jakarta. Halaman 820.

Lacy. et. al. 2009. Drug Information Handbook, Lexi- Comp Inc.

Nelwan, R.H.H. 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata M., dan Setiati, S., Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat. Jilid Ketiga. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 1697-1699.

Notoadmodjo, S. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2009.Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun

2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.Jakarta : Pemerintah Republik

Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Puspitasari, H.P, Faturahman A and Hermansyah ,A. 2011.Do Indonesian

Community Pharmacy Workers Respon to Antibiotic Request Appropiately. Tropical Medicine and International Health, Blackwell Publishing: Hal 840-846.

Riandita, A. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam

Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak: Laporan Karya Tulis Ilmiah

Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Ruane, J.M. 2005. Essential of Research Methods. United Kingdom: Blackwell

(20)

xx

Rosenstein, B.J. 1997. Intisari Pediatri : Panduan Praktis Pediatri Klinik. Jakarta : Hipokrates.

Souvriyanti, E dan Soepardi, S. 2006.Gambaran Persepsi Orang tua Tentang Penggunaan Antipiretik Sebagai Obat Demam.Sari Pediatri, Vol. 8, No. 2, Hal 142 – 146.

Tan, H.T., Rahardja, K. 2009. Swamedikasi, Cara-cara Mengobati Gangguan

Sehari-hari dengan Obat-Obat Bebas Sederhana. Edisi kedua. Jakarta : P.T. Gramedia

Tatro, D.S. 2003. A to Z drug Facts and Comparisons. Electronic version, Book@Ovid.

Tim penyusun. 2012. ISO ( Informasi Spesialite Obat ) Indonesia, Vol

46.Jakarta : P.T. ISFI Penerbitan.

Tjay, H.T., Rahardja,K. 2007.Obat – Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek – Efek Sampingnya. Edisi Keenam.PT.Elex Media Komputindo. Jakarta.

Watson, M.C, Clealand ,J.A, Christie,M, Norris, P, and Granas, A.G. 2006. A systematic review of the use simulated patients and pharmacy practice research, The International journal of Pharmacy Practice, Hal 83-93. Watson, M.C & Christie ,M. 2009. Simulated Patient visits with immediate

feedback to improve the supply of OTC medicine, The International Journal of Pharmacy Practice. Hal 532-534.

Wilmana, P.F., dan Gan, S. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik

Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Dalam; Gan, S., Setiabudy, R., dan Elysabeth. eds. Farmakologi dan Terapi.Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, halaman 237 239.

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pelayanan Kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi dari pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat, namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (Permenkes RI No. 35 Tahun 2014 ).

Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep dan tanpa resep. Pelayanan obat tanpa resep dikenal dengan istilah pelayanan swamedikasi. Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO, 1998). Sedangkan menurut

International Pharmaceutical Federation (FIP) yang dimaksud dengan

swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat non resep oleh

(22)

2

6

adalah mengoptimalkan hasil terapi obat dan terapi obat dapat tercapai (Siregar, 2006).

Untuk menjamin kualitas layanan swamedikasi perlu dilaksanakan tahapan

– tahapan pelayanan swamedikasi. Tahapan pelayanan swamedikasi meliputi

patient assessment, penentuan rekomendasi, penyerahan obat dan pemberian informasi terkait terapi pada pasien. Patient assessment merupakan proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan (Depkes, 2006). Pada pelayanan swamedikasi diperlukan kegiatan

patient assessment agar dapat ditetapkan rekomendasi terapi yang rasional (Chua, 2006). Rekomendasi dapat berupa rujukan ke dokter, terapi obat maupun non obat.Selain itu masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka memperoleh informasi dari pasien antara lain

metode WWHAM (Who,What,How,Action,Medication), ASMETHOD

(Age,Self,Medicine,Exacly,Time,Taken,History,Other,Doing), SITDOWNSIR (

Site, Intensity, Type, Duration, Onset, With, N annoyed, Incidence, Relieved ), dan ENCORE ( Explore, No medication, Care, Observe, Rever, Explain )

(Blenkinsopp and Paxton, 2002). Apoteker di apotek dituntut untuk dapat memberikan informasi yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini sehingga masyarakat dapat terhindar dari

penyalahgunaan obat (drugs abuse) dan penggunaan obat yang salah (drug

misuse) (Depkes, 2006).

(23)

3

6

pasien dengan infeksi yang parah tetapi lebih sering terjadi pada pasien dengan pendarahan system saraf pusat (Dinarello and Gelfand, 2005)

Salah satu upaya yang sering dilakukan orang tua untuk menurunkan demam anak adalah memberikan antipiretik. Namun penelitian Blumental di Inggris mendapatkan bahwa 30% orangtua tidak mengetahui suhu tubuh normal, sehingga memberikan antipiretik pada anaknya pada suhu < 38 ºC. Penelitian Schimitt mendapatkan 56% orangtua memberikan antipiretik pada suhu 37,0 –

37,8º C,bahkan penelitian Al- Eissa dan kawan – kawan di Arab Saudi

menyebutkan bahwa 62% orangtua tidak mengetahui suhu minimum pemberian antipiretik (Soedibyo dan Souvriyanti, 2006). Antipiretik merupakan pilihan utama dalam penanganan gejala demam pada anak (Graneto, 2010). Contoh obat yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah Parasetamol. Parasetamol merupakan golongan para aminofenol non-opiat yang ditujukan untuk penggunaan analgesik dan antipiretik. Antipiretik hanya dapat diberikan apabila demam anak diatas 38,5 ºC, demam yang diikuti rasa tidak nyaman, atau demam pada anak yang memilikiriwayat kejang demam atau penyakit jantung. Antipiretik tidak boleh digunakan untuk anak dibawah 3 bulan. Dosis pemberian antipiretik untuk anak juga perlu diperhatikan sesuai dengan berat badan (Riandita, 2012) .Semua jenis antipiretik mempunyai efek samping, maka perlu diberikan informasi yang jelas tentang cara penggunaannya pada pasien. (Soedibyo dan Souvriyanti, 2006).

(24)

4

6

hemolitik, kerusakan mukosa yang dapat mengakibatkan penurunan nilai sintesis prostaglandin lokal dan gangguan dari keseimbangan antara cyclogenase dan lipogenase (Indian Pediatric, 2010). Pemberiannya tidak dianjurkan sebagai antipiretik untuk anak – anak, karena melihat efek samping serius yang disebabkan. NSAID lain yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah metamizole. Metamizole merupakan NSAID golongan pirazolinon (Tjay dan

Rahardja, 2007). Metamizol bekerja menekan pembentukkan

prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek sampingnya adalah anemia aplastik, perdarahan saluran cerna, dan agranulositosis jika digunakan dalam jangka panjang dan dosis besar. Asam asetilsalisilat atau asetosal juga mempunyai efek antipiretik kuat. Efek samping yang paling sering terjadi adalah iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung, selain itu asetosal juga menimbulkan efek spesifik seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga berdengung). Pada anak – anak pemberian asetosal tidak dianjurkan karena beresiko terkena Sindrom Rye yang berbahaya. Sindrom ini bercirikan

muntah hebat, termangu – mangu, gangguan pernafasan, konvulsi dan ada kalanya

koma (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada anak balita pemberian dosis obat seringkali menimbulkan perbedaan. Mengingat pada anak masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, dimana organ tubuh belum berfungsi dengan sempurna, sehingga pada proses absorbsi , distribusi , metabolisme dan sekresi obat akan terganggu atau tidak maksimal terkadang menimbulkan efek samping yang lebih dibanding dengan efek terapi (Hidayat, 2008).

(25)

5

6

terhadap berbagai penyakit dan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Selain itu dosis pemberian obat pada balita harus diperhatikan sesuai dengan berat badan dan juga umurnya. Wilayah kecamatan Lowokwaru Kota Malang dipilih menjadi objek penelitian karena melihat banyaknya apotek yang ada di daerah ini. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kefarmasian di apotek wilayah kecamatan Lowokwaru Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Profil Pelayanan Swamedikasi Penanganan Gejala Demam Pada Balita di Apotek Wilayah Kecamata Lowokwaru Kota Malang, dengan

menggunakan metode simulated patient.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profil Pelayanan Swamedikasi Penanganan Gejala Demam Pada Balita Di Apotek Wilayah Kecamatan

Lowokwaru Kota Malang, dengan menggunakan metode simulated patient.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui profil patient assessment yang dilakukan petugas apotek terhadap klien yang datang dengan keluhan demam pada balitanya.

2. Mengetahui profil rekomendasi yang diberikan oleh petugas apotek terhadap klien yang datang dengan keluhan demam pada balitanya.

3. Mengetahui profil informasi terkait obat dan non obat yang diberikan oleh petugas apotek terhadap klien yang datang dengan keluhan demam pada balitanya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada apoteker agar bisa meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek, khususnya pelayanan swamedikasi.

2. Memberikan pandangan pada apoteker agar menjadi tenaga kesehatan yang paling berkompeten dalam masalah terkait sediaan farmasi

Referensi

Dokumen terkait

Informasi tentang nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, tanggapan dan jawaban pertanyaan klien, pemberian kesempatan kepada klien untuk bertanya, pelayanan sopan dan ramah,

PROFIL PELAYANAN SWAMEDIKASI OLEH PETUGAS APOTEK TERHADAP KASUS DIARE ANAK DI APOTEK WILAYAH KOTA MEDAN.. Tanggal Pengambilan Data

Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil tingkat pelayanan swamedikasi yang dilakukan oleh petugas apotek terhadap pasien penderita gastritis dan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil tingkat pelayanan swamedikasi yang dilakukan oleh petugas apotek terhadap pasien penderita gastritis dan untuk

profil tingkat pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh petugas apotek terhadap.. pasien penderita gastritis di apotek di wilayah

cara meminta obat ke petugas apotek; dan penggunaan obat yang terdiri dari nama obat yang dibeli, bentuk sediaan, jumlah obat, penggunaan obat sebelumnya, aturan pakai

meliputi alasan memilih obat, cara meminta obat ke petugas apotek dan terakhir yaitu penggunaan obat meliputi obat yang digunakan, lama penggunaan obat,

Untuk tahap patient assessment dilakukan oleh petugas apotek setelah diajukan pertanyaan yang mengarahkan khususnya pada variabel menanyakan keluhan yang