• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

REALISASI PROYEK KERJA

IV. l.l. Tahap awal

IV.3. Analisis Tabel Tunggal

Analisa tabel tunggal yang dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap variabel yang diteliti. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian di lapangan adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Jenis Kelamin No Jenis Kelamin F % 1. Pria 42 42 2. Wanita 58 58 Total 100 100 P. 1/FC. 4

Tabel 1 menunjukkan bahwa, dari 100 orang responden, kaum wanita terdiri atas 58 orang (58%), sedangkan responden pria berjumlah 42 orang (42%). Tidak ada pemilahan khusus perihal jenis kelamin responden dalam penelitian saya ini, selama sang responden memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tabel 2 Usia Responden No Usia Responden F % 1. 15-19 66 66 2. 20-25 33 23 3. 26-30 11 11 Total 100 100 P. 2/FC.5

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, 66 orang (66%) responden berusia antara 15 samapai 19 tahun. 23 orang (23%) responden berusia antara 20 sampai 25 tahun, dan 11 orang (11%) responden berusia antara 26 sampai 30 tahun. Dari tabel data usia sampel di atas, rentang usia antara 15 sampai 19 tahun merupakan rentang usia yang paling banyak sebagai responden. Hasil ini bukanlah suatu kesengajaan karena dalam mencari responden penulis melakukannya secara acak. Rentang usia berkaitan erat dengan frekuensi kehadiran mereka di Kampus Fakultas Hukum USU, tempat penelitian ini dipusatkan. Semakin muda usia responden semakin junior pula statusn kemahasiswaannya, artinya masih sangat banyak aktivitas perkuliahan yang masih harus mereka ikuti dengan tekun.

Tabel 3 Smester Responden No Usia Responden F % 1. Smester 3-4 66 66 2. Smester 5- 6 33 23 3. Di atas smester 6 11 11 Total 100 100 P. 3/FC.6

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, 66 orang (66%) responden berada di tingkat smester 3-4. 23 orang (23%) responden di tingkat smester 5-6. Responden terakhir, 11 orang (11%) berstatus mahasiswa tingkat atas, telah menghabiskan masa studi lebih dari 6 smester. Seperti yang diungkapkan pada tabel sebelumnya, usia berbanding lurus dengan jenjang perkuliahan yang telah ditempuh.

Tabel 4 Lama bergabung

Uraian Frequency Percent

Kurang dari sebulan 2 2

Lebih dari satu bulan Lebih dari 6 bulan

15 22

15 22

Lebih dari setahun 61 61

Total 100 100.0

Yang dimaksud dengan lama bergabung dalam tabel 5, dihitung sejak responden bersangkutan pertama kali mengikuti kegiatan pengkaderan di HMI Komisariat Fakultas Hukum USU. Sebab seseorang baru diakui sebagai kader, jika telah mengikuti salah satu jenjang pengkaderan yang baku diterapkan di HMI seluruh Indonesia. Durasi bergabung belum tentu melukiskan derajat status yang bersangkutan, dalam struktur keanggotaan maupun kepengurusan di HMI.

Hasilnya 61 orang ( 61 % ) sudah bergabung lebih dari setahun lamanya. Responden terbanyak kedua telah bergabung lebih dari 6 bulan, dengan jumlah 22 orang ( 22 % ). Sisanya, yang telah bergabung lebih dari sebulan sebanyak 15 orang ( 15 % ) dan yang baru saja bergabung 2 orang ( 2 % ).

Tabel 5

Jenjang training yang pernah diikuti

Uraian Frekuency Percent

Mop 79 79

LK 1 20 10

LK 2 1 1

Total 100 100

P.5/FC.8

Tabel di atas menggambarkan jenjang pelatihan di dalam tata laksana organisasi HMI, yang pernah diikuti oleh responden. Jenjang pelatihan ini sangat penting dalam karir berorganisasi para responden di tubuh HMI. Dari tingkatan pelatihan inilah status keanggotaan seseorang ditentukan. Dari pengakuan para responden, 79 orang ( 79 % ) sudah melalui Masa Orietasi Pengkaderan. Masa Orietasi Pengkaderan adalah jenjang training terendah dalam HMI, mereka yang

lulus pada tahap ini mendapat status sebagai anggota muda. 20 Orang ( 20 % ) telah lulus di tingkat berikutnya, yakni Latihan Kader Tingkat Satu. Hanya 1 orang ( 1%) yang sudah melewati Latihan Kader Tingkat Dua.

Dalam HMI sendiri, jenjang training tertinggi adalah Latihan Kader Tingkat ke tiga. Selain mayoritas responden adalah mahasiswa tingkat awal, minimnya keikutsertaan responden di training berikutnya, di sebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah kesibukan kuliah. LK 1, LK 2 sampai LK 3 memakan waktu tidak sedikit dan harus terfokus di satu lokasi selama berhari-hari.

Tabel 6

Posisi dalam struktural HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Uraian Frekuency Percent

Anggota muda 79 79

Anggota kepengurusan 21 21

Total 100 100

P.6/FC.9

Data tabel 6 menunjukkan semua responden yang baru melewati jenjang pelatihan Masa Orientasi Pengkaderan, sebanyak 79 orang ( 79 % ) tidak terlibat dengan kepengurusan HMI Komisariat Fakultas Hukum USU. Etikanya, mereka yang telah mengikuti setidaknya jenjang Latihan Kader Tingkat Satu, yang berhak terlibat aktif di kepengurusan. Itulah sebabnya hanya 21 orang ( 21% ) responden saja yang tercatat sebagai pengurus di HMI Komisariat Hukum USU. Pengecualian hanya berlaku jika, dalam satu komisariat jumlah lulusan training LK 1 ke atasnya tidak mencukupi.

Tabel 7

Frekuensi membaca berita / artikel seputar fatwa-fatwa MUI Uraian Frekuency Percent

Jarang 57 57

Sering 32 32

Sangat sering 11 11

Total 100 100

P.7/FC.10

Tabel 7 menghitung frekuensi para responden membaca informasi seputar fatwa-fatwa MUI. Dari tabel di atas kita bisa mengukur pula popularitas MUI di mata para responden. Namun tentu saja popularitas ini belum mampu menunjukkan tingkat kepercayaan responden pada MUI. Mayoritas responden 57 orang ( 57%) mengaku jarang. 32 Orang ( 32 % ) mengaku sering. Sisanya 11 responden ( 11%) mengaku sering.

Pertanyaan dalam tabel ini tidak terpaku pada informasi yang termuat di internet saja. Selain mengukur popularitas, data di atas penting untuk melihat seberapa jauh para responden mengenali MUI. Semakin sering mereka mengakses informasi seputar fatwa-fatwa MUI, dengan sendirinya pasti tercipta kedekatan. Namun kedekatan bukan berarti telah terjadi saling kesepahaman dalam banyak fatwa.

Tabel 8

Frekuensi mengakses website MUI Uraian Frekuency Percent

Jarang 89 89

Sering 10 10

Sangat sering 1 1

Total 100 100

P.8/FC.11

Jika dalam tabel sebelumnya tidak mempersoalkan jenis media yang dijadikan sumber informasi, tidak demikian dengan tabel 9. Dari seratus responden, 89 orang ( 89%) menyatakan jarang mengakses informasi dari website

resmi MUI. 10 ( 10 % ) Responden menyatakan sering. Responden tersisa, 1 orang ( 1 % ) menyatakan sangat sering.

Data di atas menunjukkan masih kurangnya minat responden untuk mengakses website MUI. Informasi mengenai MUI lebih dominan dipasok oleh media jenis lainnya. Bahkan demi kepentingan akurasi penelitian ini, banyak responden diminta peneliti untuk melihat website MUI. Para responden yang sering dan sangat sering mengakses website, adalah mereka yang pernah mempunyai kepentingan pribadi dengan MUI. Salah satu kepentingan itu adalah untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang terkait dengan agama Islam atau MUI.

Tabel 9

Jenis media pemasok utama informasi mengenai MUI Uraian Frekuency Percent

Media cetak 80 80 Radio 1 1 Televisi 18 18 internet 1 1 Total 100 100 P.9/FC.12

Pertanyaan mengenai media yang sering jadi sumber informasi mengenai MUI terjawab oleh tabel di atas. Media cetak jadi pilihan 80 orang ( 80 % ). responden. Media televisi berada di tempat kedua, dengan 18 orang ( 18 % ). Radio dan internet masing-masing dipilih oleh 1 orang ( 1 % ) responden.

Media cetak dipilih karena media jenis ini adalah media yang paling akrab dengan para responden, paling mudah dijangkau. Dibandingkan radio dan televisi, media cetak memuat lebih sering dan lebih lengkap informasi mengenai MUI. Dari media cetak, para responden tidak hanya mendapatkan informasi seputar fatwa belaka. Alasan memilih media cetak juga karena sifatnya yang fleksibel, bisa disesuaikan dengan waktu luang responden. Informasi paling menarik dari MUI menurut responden adalah seputar fatwa-fatwa mereka, yang sering jadi kontroversi.

Tabel 10

Frekuensi membaca fatwa haram bunga bank oleh MUI Uraian Frekuency Percent

Jarang 90 90

Sering 10 10

Total 100 100

P.10/FC.13

Tabel di atas menjelaskan intensitas para responden bersinggungan dengan

masalah utama penelitian ini. 90 Orang responden ( 90 % ) menjawab jarang. 10 ( 10 % ) Orang menjawab sering. Semua responden juga mengakui informasi

mengenai fatwa bunga bank haram, mereka dapati pertama sekali bukan dari website MUI. Semua responden juga mengetahui kalau MUI pernah mengeluarkan fatwa haramnya bunga bank bagi umat Islam. Dan mereka mengetahuinya sebelum mereka diminta menjadi responden penelitian ini.

Tabel 11

Opini responden mengenai fatwa-fatwa MUI

Uraian Frekuency Percent

Kurang jelas 5 5

Jelas 55 55

Sangat jelas 40 40

Total 100 100

Tabel 11 merangkum opini para responden mengenai seluruh farwa MUI, yang pernah dibaca atau mereka ketahui. Mayoritas responden yang berjumlah 55 orang ( 55%) menjawab jelas. Sangat jelas, menjadi jawaban yang dipilih oleh 40 responden ( 40 % ). Hanya 5 orang ( 5 % ) responden yang memilih menjawab kurang jelas.

Para responden yang menganggap fatwa-fatwa tersebut kurang jelas, adalah mereka yang pada fatwa tertentu berseberangan pendapat sangat jauh dengan MUI. Belum tentu pula responden yang menjawab jelas dan sangat jelas, sepakat dengan fatwa-fatwa tersebut. Defenisi jelas di sini adalah kemudahan para responden menangkap maksud dan dasar fikiran, dari semua fatwa MUI yang mereka ketahui.

Tabel 12

Opini responden mengenai fatwa haram bunga bank oleh MUI Uraian Frekuency Percent

Kurang jelas 7 7

Jelas 93 93

P.12/FC.15

Beda tabel 13 dengan tabel sebelumnya adalah,opini yang diminta terkait hanya pada fatwa haram bunga bank oleh MUI. Hampir seluruh responden, 93 orang ( 93 % ) menjawab jelas. Sisanya 7 orang ( 7 % ) menjawab jelas. Fatwa haram bunga bank ini, adalah salah satu fatwa MUI yang paling populer di kalangan responden. Sama seperti keterangan yang terangkum dalam uraian tabel sebelumnya, defenisi jelas di sini adalah kemudahan para responden menangkap maksud dan dasar pemikiran pengeluaran fatwa.

Tabel 13

Tingkat kepercayaan kepada tokoh dan lembaga MUI Uraian Frekuency Percent

Tidak percaya 17 17 Kurang percaya 19 19 Percaya 45 45 Sangat percaya 19 19 Total 100 100 P.13/FC.16

Data tabel 13 mencerminkan tingkat kredibilitas MUI dan tokoh-tokohnya,

di mata para responden. 45 Orang (45%) responden menyatakan percaya. 19 Orang (19%) menyatakan sangat percaya. Kurang percaya 19 orang

(19%). Yang menarik ada 17 orang (17%) responden tidak percaya.

Kesimpulannya tingkat kepercayaan responden pada MUI, cukup tinggi. Total ada 64 orang yang sangat percaya dan percaya pada MUI. Para responden yang kurang dan tidak percaya, punya dua alasan utama. Alasan pertama, adanya anggapan MUI sering tidak independen. Alasan kedua, menurut sepengetahuan responden, banyak tokoh MUI terlibat sebagai tokoh partai politik.

Tabel 14

Tingkat ketertarikan responden pada fatwa bunga bank haram Uraian Frekuency Percent

Tidak menarik 17 17 Kurang menarik 10 10 Menarik 19 19 Sangat menarik 54 54 Total 100 100 P.14/FC.17

Fatwa mengenai haramnya bunga bank sangat menarik bagi para responden. Terbukti dari tabel 14, mayoritas responden yang berjumlah 54 orang (54 %) menganggapnya sangat menarik. 19 Orang (19%) menganggap menarik. 17 Orang menganggapnya tidak menarik. Minoritas responden, 10 orang (10%) menganggap kurang menarik.

Fatwa mengenai bunga bank dianggap mayoritas responden, sangat berhubungan erat dengan kehidupan mereka. Kontroversi yang muncul dari fatwa MUI ini menambah minat para responden. Sepuluh dari 17 responden yang menganggap fatwa ini tidak menarik, menganggap fatwa ini terlambat dikeluarkan. Sedangkan ke sepuluh orang yang menganggapnya kurang menarik, karena sudah punya pendirian sendiri perihal bunga bank. Pendirian mereka tidak terpengaruh sama sekali dengan adanya fatwa MUI.

Tabel 15

Urgensi fatwa bunga bank haram bagi para responden. Uraian Frekuency Percent

Tidak penting 17 17

Penting 83 83

Total 100 100

P.15/FC.18

Tabel 15 menunjukkan pandangan responden pada fatwa MUI mengenai bunga bank. Dalam hal ini pendapat para responden terbelah dua. Yang menyatakan penting, hampir seluruh responden, 83 orang (83 %). 17 Responden (17%) menyatakan tidak penting. 17 Responden ini menyatakan hampir tidak mungkin menghindari berhubungan dengan bank-bank konvensional. Lebih dari

separuh responden yang menyatakan penting, menganggap fatwa MUI bisa menghilangkan keragu-raguan mereka.

Tabel 16

Sikap mengenai fatwa MUI, bunga bank haram Uraian Frekuency Percent

Tidak setuju 30 30 Kurang setuju 31 31 Setuju 39 39 Sangat setuju 10 10 Total 100 100 P.16/FC.19

Tabel 16 menunjukkan tanggapan responden terhadap fatwa yang dikeluarkan MUI mengenai bunga bank. 39 Orang (39%) setuju dengan kesimpulan fatwa tersebut. 10 Orang (10%) sangat setuju. Responden yang tidak setuju jumlahnya 30 orang (20%). Responden yang masih kurang setuju 31 orang (31%).

Para responden yang kurang setuju, berpendapat masih banyak perbedaan pandangan di kalangan para ulama. Sedangkan responden yang berpendapat tidak setuju, berpendapat bahwa bunga yang haram itu bukan sistem bunga yang diterapkan di bank-bank resmi. Ada yang mengkaitkan bunga bank dengan laju inflasi. Maksudnya bunga yang diberikan bank, sebenarnya hanya mempertahankan daya beli uang yang disimpan di sana. Pendapat paling menarik adalah dari tiga orang responden yang tidak setuju. Mereka menganggap bunga bank halal, karena banyak ustad yang juga menabung di bank konvensional.

Tabel 17

Fatwa MUI sebagai rujukan persoalan keagamaan Uraian Frekuency Percent

Tidak pernah 20 20 Jarang 70 70 Sering 5 5 Sangat sering 5 5 Total 100 100 P.17/FC. 20

Data tabel 17 menunjukkan, lebih dari separuh responden, 70 orang responden(70%) jarang menjadikan fatwa MUI sebagai rujukan persoalan-persoalan keagamaan mereka. 20 Orang responden (20%) menjawab tidak pernah. Yang menjawab sering dan sangat sering masing-masing 5 orang ( 5 % ).

Jawaban dalam tabel di atas menerangkan sejauh mana peranan MUI, dalam kehidupan beragama para responden. Responden yang menjawab tidak pernah dan jarang, menyatakan bahwa mereka mempunyai tempat bertanya tersendiri. Sedangkan yang menjawab sering dan sangat sering, menganggap MUI adalah lembaga resmi dan terpercaya. Kesimpulannya, peranan MUI tidak terlalu besar dalam kehidupan beragama para responden.

Tabel 18

Frekuensi penggunaan website MUI Uraian Frekuency Percent

Jarang 99 99

Sangat sering 1 1

Total 100 100

P.18/FC.21

Tabel di atas merupakan tolak ukur popularitas website MUI di mata para responden. Hasilnya sangat memprihatinkan. Hampir seluruh responden, 99 orang (99%) jarang mengakses situs resmiMUI. Hanya satu responden terakhir yang mengaku sangat sering mengakses situs tersebut. Satu-satunya responden yang sering mengakses website tersebut beralasan, dari sana ia bisa mendapatkan informasi yang terjamin keasliannya.

Tabel 19

Penilaian terhadap isi website resmi MUI Uraian Frekuency Percent

Tidak lengkap 20 20 Kurang lengkap 10 10 Lengkap 69 69 Sangat lengkap 1 1 Total 100 100 P.19/FC.22

Tabel 19 menunjukkan penilaian terhadap situs resmi MUI. 69 Responden (69%) menilai sudah lengkap. 20 Responden (20%) menilai tidak lengkap. 10 Responden (10%) menilai kurang lengkap. Hanya 1 orang (1%) menyatakan sangat lengkap.

Sebagian responden yang menilai website MUI tidak lengkap, pernah gagal mencari informasi yang mereka inginkan di sana. Sedangkan responden yang beranggapan sudah dan sangat lengkap, melihat fatwa-fatwa MUI sudah tercantum semua dan mudah diakses di sana. Dalam hal ini bisa dikatakan, website resmi MUI sudah cukup memadai.

Tabel 20

Pandangan terhadap bunga bank Uraian Frekuency Percent

Haram 39 39

Halal 61 61

Total 100 100

P.20/FC.23

Tabel 20 berisi pandangan awal para responden terhadap bunga bank.

Yang menyatakan halal lebih banyak, 61 orang (61%). Yang menyatakan haram 39 orang (39%) responden. Pertanyaan ini penting sebagai dasar pengukuran

kemampuan persuasif MUI sebagai komunikator. Pengukuran tersebut coba diupayakan peneliti dalam uraina tabel berikutnya.

Tabel 21

Pengaruh fatwa MUI terhadap perubahan sikap responden pada bunga bank

Uraian Frekuency Percent

Tidak berubah 52 85

Berubah 9 15

Total 61 100

P.21/FC.24

Tabel 21 menunjukkan kemampuan MUI sebagai komunikator dalam mempengaruhi komunikannya, dalam hal ini adalah para responden. Dari 61 responden yang sejak awal berpendapat bunga bank halal, 52 orang (85%) tetap pada pendiriannya. Hanya 9 orang (15%) yang terpengaruh dan berubah pendapat. Secara statistik, fungsi persuasif fatwa MUI terlihat kurang sukses. Namun ini bukan semata faktor kualitas pesan dan media penyampai belaka. Kontroversi bunga bank telah dimulai sejak sistem perbankan mulai memasuki negeri-negeri muslim. Dan perbedaan pendapat tersebut masih berlangsung hingga kini.

Tabel 22

Pengaruh fatwa MUI terhadap perubahan sikap responden pada bank syariah

Uraian Frekuency Percent

Tidak berubah 50 50

Berubah 50 50

Total 100 100

Tabel 22 masih berhubungan dengan kemampuan persuasif MUI. Sebab fatwa haram bunga bank oleh MUI terkait erat dengan eksistensi bank syariah. MUI baru mengeluarkan fatwa ini ketika pertumbuhan bank syariah dari tahun ke tahun, terus menggembirakan. Dengan tersedianya layanan transaksi syariah yang memadai, MUI berharap umat memiliki alternatif solusi bertransaksi. Tanpa adanya alternatif solusi, fatwa haram bunga bank hanya akan menjauhkan umat dari kemajuan di sektor ekonomi.

Perubahan sikap responden pada bank syariah sedikit banyaknya pasti terkait erat dengan adanya fatwa MUI ini. 50 Orang responden ( 50 % ) mengaku padangan mereka berubah terhadap bank syariah, dengan adanya fatwa MUI. Sisanya 50 orang (%) mengaku tidak ada perubahan sama sekali. Mereka yang tidak berubah sama sekali ini, secara garis besar terbagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama adalah mereka yang tidak sependapat dengan fatwa MUI.

Golongan kedua adalah mereka yang telah pernah menggunakan jasa bank-bank syariah.

Tabel 23

Pengaruh fatwa MUI terhadap tingkat kenyamanan bertransaksi di bank konvensional dan syariah

Uraian Frekuency Percent

Bank konvensional 67 67

Bank syariah 33 33

Total 100 100

Tabel 23 menunjukkan pandangan para responden terhadap tingkat kenyamanan bertransaksi, masih dihubungkan dengan fatwa MUI. Hasilnya, 67 orang (67%) memilih bank konvensional. 33 Orang (33%) responden memilih lebih nyaman dengan jasa bank syariah.

Dari wawancara singkat peneliti dengan para responden, hubungan yang dimaksud tidak bisa terdeskripsi secara jelas. Lebih besarnya dukungan positif pada bank konvensional, tidak terkait erat dengan ada tidaknya fatwa MUI. Namun lebih karena faktor-faktor internal dari bank bersangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian responden, akan terjawab pada tabel berikutnya.

Tabel 24

Alasan pemilihan bank tempat bertransaksi Uraian Frekuency Percent

Sistemnya 10 10

Kelengkapan produk, fasilitas dan layanan

90 10

Total 100 100

P.24/FC.27

Seperti yang telah diterangkan pada uraian di atas, tabel 24 merupakan pelengkap dari jawaban tabel sebelumnya. Dari seratus responden hanya 10 orang (10%) yang menjadikan syariah tidaknya sistem sebuah bank, sebagai dasar penentuan pilihan tempat bertransaksi. 90 Orang lainnnya ( 90 % ) mendasarkan pilihannya pada kelengkapan produk, fasilitas dan layanan.

Kelompok responden yang minoritas adalah mereka yang benar-benar sepaham dan mendukung penuh fatwa MUI mengenai bunga bank haram. Mereka

lebih mementingkan masalah halal haram, daripada faktor internal bank itu sendiri. Meski demikian, bukan berarti mayoritas responden lebih memilih bank konvensional. Para responden yang lebih nyaman dengan bank syariah pun, mendasarkan kelengkapan produk, fasilitas dan layanan, dalam menjatuhkan pilihan bank tempat bertransaksi. Keterjangkauan lokasi kantor pelayanan, menjadi alasan mayoritas para responden dalam memilih bank.

Tabel 25

Tingkat kepuasan pada layanan bank syariah Uraian Frekuency Percent

Tidak puas 1 4 Kurang puas 4 16 Puas 19 76 Sangat puas 1 4 Total 25 100 P.25/FC.28

Dari data tabel di atas dapat diketahui, satu orang (4%) mengaku tidak puas. Kurang puas ada 4 orang (16 %). Mayoritas menyatakan puas, 19 orang (76%). Sangat puas hanya satu orang (4%).

Pertanyaan pada tabel 25 hanya ditujukan kepada reponden yang mengaku punya tabungan di bank syariah. Pertanyaan juga tidak mempersoalkan kepemilikan tabungan ganda, di bank konvensional dan syariah sekaligus. Responden yang mengaku tidak puas dan kurang puas, mengeluhkan sulitnya menjangkau kantor pelayanan dan kekurangan fasilitas pendukung seperti ATM. Namun mereka tetap menabung di bank bersistem syariah dengan pertimbangan

keberkahannya. Penilaian paling positif pada pelayanan bank syariah, terletak pada keramahan para pegawainya. Selain keramahan, transaksi di bank syariah belum seramai di bank konvensional pada umumnya, sehingga antriannya tidak sepadat bank konvensional. Ini jadi poin tambahan bagi kenyamanan para nasabah, seperti yang dituturkan beberapa responden kepada peneliti.

Tabel 26

Kepemilikan tabungan di bank konvensional Uraian Frekuency Percent

Ya 61 61

Tidak 49 49

Total 100 100

P.26/FC.29

Tabel 26 berisi data para responden yang memiliki tabungan di bank konvensional, 61 Orang (61%) mengaku punya. 49 Orang (49%) mengaku tidak punya. Beberapa responden mengaku punya tabungan di bank syariah dan bank konvensional. Para responden yang memiliki dua tabungan, mengaku sudah terlanjur menabung di bank konvensional. Kalau tabungan bank konvensional ditutup bisa rugi, terpotong biaya tutup buku.

Tabel 27

Tindakan para penabung bank konvensional Setelah mengetahui fatwa bunga bank haram Uraian Frekuency Percent Tetap menabung seperti

biasa 60 98 Memindahkan tabungan ke bank syariah 1 2 Total 61 100 P.27/FC.30

Pertanyaan di tabel 27 ditujukan kepada mereka yang memiliki tabungan di bank konvensional. Dari 61 orang, 60 orang (98%) tetap akan menabung seperti biasa. 1 Orang (2%) responden menyatakan punya niat memindahkan tabungannya. Keengganan para responden memindahkan tabungan, bukan semata karena ketidak sepakatan dengan fatwa MUI.

Masalah jangkauan pelayanan adalah alasan utama bank syariah kurang dilirik banyak responden, sebagai bank mereka. Keengganan lain dilatar belakangi faktor loyalitas konsumen. Bahkan ada responden yang telah menabung di suatu bank konvensional, sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Faktor keluarga keluarga ternyata juga berpengaruh pada motif memilih bank. Maksudnya responden bersangkutan menabung di bank tertentu, karena ada anggota keluarga terlebih dahulu menabung di sana. Biasanya anggota keluarga yang dimaksud adalah orang tua, kakak atau abang kandung. Kesamaan tempat menabung memudahkan transaksi antara responden dan keluarganya, utamanya dalam hal pengiriman / penerimaan uang.

Rencana menabung di bank syariah

setelah mengetahui fatwa MUI bunga bank haram Uraian Frekuency Percent

Ya 3 10

Tidak 27 90

Total 30 100

P.28/FC.31

Total ada tiga puluh orang responden yang belum memiliki tabungan sama sekali. Dari jumlah tersebut, 27 orang (90%) tidak berniat membukan tabungan di bank syariah. Hanya 3 orang ( 10%) saja yang menyatakan niat menabung di bank syariah.

Ternyata dalam penelitian ini, masih banyak responden yang sama sekali belum punya tabungan atau tidak lagi tercatat sebagai penabung aktif. Baik itu di bank syariah maupun bank konvensional. Uraian tabel 29 ini menggambarkan rencana para responden di masa depan, terkait pengelolaan tabungan. Tujuh orang responden yang tidak memiliki tabungan dan tidak berniat menabung di bank syariah, adalah mereka yang tidak mendukung fatwa MUI. Lima orang lainnya, belum memiliki rencana membuka tabungan dalam waktu dekat. Lima belas orang tersisa, berniat akan membuka tabungan di bank konvensional.

Penelitian yang dilakukan ini kembali menegaskan, persoalan halal haramnya bunga bank, tetaplah menjadi isu kontroversial di kalangan umat Islam. Entah sampai kapan silang pendapat ini bakal terus terjadi. Meski MUI sebagai komunikator memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari para responden, hal itu belum tentu berpengaruh pada sikap mereka terhadap fatwa bunga bank haram. Salah satu sebabnya adalah belum maksimalnya fungsi bank syariah, sebagai alternatif solusi bertransaksi. Sementara itu, tingkat ketergantungan kepada

Dokumen terkait