M U I DAN OPI N I PU BLI K
(Studi Deskriptif Opini Mahasiswa Anggota HMI KOMISARIAT Fakultas Hukum USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram
Bunga Bank Oleh MUI Di Internet)
Diajukan Oleh :
ADH AR K H AN SI AM BAT ON
0 4 0 9 0 4 0 9 4
DEPART EM EN I LM U K OM U N I K ASI
FAK U LT AS I LM U SOSI AL DAN I LM U POLI T I K
U N I V ERSI T AS SU M AT ERA U T ARA
M EDAN
FATWA MUI DAN OPINI PUBLIK
(Studi deskriptif opini mahasiswa anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum
USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram Bunga Bank oleh MUI Di Internet )
ABSTRAKSI
Skripsi ini meneliti tentang opini mahasiswa anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU, terhadap fatwa bunga bank haram yang ada di internet. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap fatwa bunga bank haram, kredibilitas dan kemampuan MUI dalam membina komunikasi eksternal, khususnya yang diperantarai oleh media internet.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden. Setiap kuesioner berisi 27 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan bebas. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Arikunto (1998:120).
Di mana penentuan jumlah sampel penelitian adalah dengan ketentuan apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% atau 20% - 25% atau lebih. Dari metode tersebut didapat jumlah sampel sebanyak 100 orang responden, dari jumlah keseluruhan populasi sebanyak 500 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive
sampling dan accidental sampling. Analisis data sendiri dilakukan dengan
menggunakan analisis tabel tunggal.
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur supaya menjadi insan akademisi sejati, akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini. Tidak lupa pula shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, manusia tanpa dosa yang mengenalkan
penulis dengan Tuhannya.
Selama pengerjaan penelitian ilmiah ini begitu banyak halangan dan
rintangan saya hadapi. Yang terkadang begitu menguras tenaga serta emosi. Yang
seakan ingin memaksa penulis untuk menyerah di tengah jalan. Namun
sesungguhnya Allah SWT tidaklah memberi cobaan kepada seorang hamba,
melebihi kemampuan hamba yang bersangkutan. Di balik kesulitan pasti ada
kemudahan bagi insan yang mau mengambil pelajaran. Hal itu terbukti dari
banyaknya pihak yang sudi membantu penyelesaian skripsi ini. Mereka adalah
orang-orang yang tidak mungkin saya lupakan jasa-jasanya. Karena dorongan
moril maupun bantuan materil yang telah mereka berikan, memiliki andil sangat
besar bagi kesuksesan penelitian ilmiah ini. Begitu banyak pihak yang telah
terlibat ataupun dilibatkan dalam penelitian ilmiah ini. Namun karena
keterbatasan tempat dan waktu, hanya sebagian kecil diantara mereka yang bisa
penulis cantumkan namanya. Berikut sebait ucapan terima kasih tiada terhingga
dan lantunan doa “Semoga kiranya Allah SWT membalas kebaikan mereka semua
yang namanya tersebut di bawah ini dengan balasan yang lebih baik”
1. Bapak Prof. Dr, Badaruddin, Msi, selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. Zakaria, selaku Pudek I FISIP USU yang telah memberikan
3. Ibu Dra. Fatmawardy, Msi, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
4. Ibu Dra. Dayana, Msi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
5. Ibu Dra. Mazdalifah, Msi, selaku Dosen Wali.
6. Kak Emilia Ramadhani, selaku Dosen Pembimbing Peneliti yang dengan
sabar membimbing, memotivasi dan selalu menyediakan waktu untuk
berdiskusi mendengar keluh kesah peneliti.
7. Para Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selalu memberikan
pengetahuan serta teladan dan patut ditiru oleh peneliti untuk terus belajar dan
meraih cita-cita.
8. Kak Ros, Kak Icut, Ibu Dewi, Maya, untuk semua bantuan yang dengan ikhlas
yang diberikan kepada peneliti.
9. Kepada Kedua Orangtua saya Bapak Nasrin Siambaton dan Ibu saya
Rosmawarni Simatupang yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil.
10.Kepada Saudara-saudara penulis, kakak, abang, dan adik yang telah
mendukung penulis dalam memberikan dukungan.
11.Teman-teman seperjuangan saya Budi, Tomi, Riko, Erik, Dimas, Adit,
Pampam, Wan, Ridho yang bersedia menemani dan memberikan dukungan
yang sangat berarti bagi peneliti dan mengajarkan peneliti arti pertemanan.
12.Arif BSP yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini hingga
13.Para responden yaitu anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU yang
bersedia membagi pengalaman dan pelajaran berharga kepada saya tanpa
peran serta para responden penelitian ini tidak akan terwujud.
14.Kawan-kawanku di Gang Roma, Bulaw, Tito, Ari, Edo, Kurlep, dll.
Penulis menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada
mereka yang telah membantu namun namanya tidak tercantum dalam lembaran di
atas. Juga kepada pihak-pihak yang sengaja atau tidak pernah tersakiti oleh
penulis. Baik itu sebelum, selama maupun sesudah penelitian ini terselenggara.
Dan sebagai sebuah karya manusia biasa, pastilah karya ilmiah yang
penulis hasilkan memiliki banyak kekurangan. Baik itu ditinjau dari segi isi,
tekhnik penulisan, metodelogi dan hasil penelitian. Oleh karena itu, sebersit harap
timbul di hati penulis, kelak kiranya ada orang atupun pihak-pihak yang berkenan
menyempurnakan penelitian ini.
Medan, Maret 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK --- i
KATA PENGANTAR --- ii
DAFTAR ISI --- v
DAFTAR TABEL --- viii
BAB I PENDAHULUAN --- 1
1.1. Latar belakang masalah --- 1
1.2. Perumusan Masalah --- 4
1.3. Batasan Masalah --- 5
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian --- 5
1.4.1. --- T ujuan Penelitian --- 5
1.4.2. --- M anfaat Penelitian --- 6
1.5. Kerangka Teori --- 6
1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa --- 7
1.5.2. Model Komunikasi satu Tahap (One Step of Communication) --- 7
1.5.3. Cyber Space --- 9
1.5.4. Opini Public --- 11
1.5.5. Fatwa MUI Mengenai Bunga Bank --- 12
1.6. Kerangka Konsep --- 18
BAB II URAIAN TEORITIS --- 21
2.1. Komunikasi --- 21
2.1.1. Komunikasi Massa --- 24
2.1.2. Komunikasi Massa ini --- 27
2.1.3. Media Massa --- 28
2.1.4. Komunikasi Spiritual --- 30
2.2. One Step Flow --- 32
2.3. Opini Publik --- 35
2.3.1. Pengertian Opini Publik --- 35
2.3.2. Proses Pembentukan Opini Publik --- 39
2.3.3. Kekuatan Opini Publik --- 41
2.4. Internet --- 42
2.4.1. Sekilas Mengenai Internet --- 43
2.4.2. Pemanfaat Internet --- 44
2.5. Kontroversi Bunga dari Sudut Pandang Agama Islam ---- 46
2.6. Riba --- 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN --- 52
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian --- 52
3.1.1. Propil Kepengurusan HMI Komisari Hukum USU periode 2009-2010. --- 61
3.2. Sejarah Singkat Majelis Ulama --- 68
3.3. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia --- 71
3.3.1. Visi --- 71
3.3.3. Orientasi MUI --- 72
3.3.4. Peran MUI --- 74
3.4. Metodologi Penelitian --- 76
3.4.1. Metode Penelitian --- 76
3.4.2. Lokasi Penelitian --- 76
3.5. Populasi dan Sampel --- 77
3.5.1. Populasi --- 77
3.5.2. Sampel --- 77
3.6. Teknik Pengumpulan Data --- 78
3.7. Teknik Analisis Data --- 79
BAB IV PEMBAHASAN --- 80
4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data --- 80
4.1.1. Tahap Awal --- 80
4.1.2. Pengumpulan Data --- 80
4.2. Proses Pengolahan Data --- 81
4.2.1. Penomoran Kuesioner --- 81
4.2.2. Editing --- 81
4.2.3. Coding --- 81
4.2.4. Inventarisasi Variabel --- 81
4.2.5. Menyediakan Kerangka Tabel --- 82
4.2.6. Tabulasi Data --- 82
4.3. Analisis Tabel Tunggal --- 82
4.4. Pembahasan --- 105
5.1. Kesimpulan --- 108
DAFTAR TABEL
Tabel 6 : Posisi dalam struktural HMI Komisariat Fakultas Hukum USU --- 86
Tabel 7 : Frekuensi membaca berita / artikel seputar fatwa-fatwa MUI--- 87
Tabel 8 : Frekuensi mengakses website MUI --- 88
Tabel 9 : Jenis media pemasok utama informasi mengenai MUI --- 89
Tabel 10 : Frekuensi membaca fatwa haram bunga bank oleh MUI --- 90
Tabel 11 : Opini responden mengenai fatwa-fatwa MUI --- 90
Tabel 12 : Opini responden mengenai fatwa haram bunga bank oleh MUI--- 91
Tabel 13 : Tingkat kepercayaan kepada tokoh dan lembaga MUI --- 92
Tabel 14 : Tingkat ketertarikan responden pada fatwa bunga bank haram --- 92
Tabel 15 : Urgensi fatwa bunga bank haram bagi para responden. --- 93
Tabel 16 : Sikap mengenai fatwa MUI, bunga bank haram --- 94
Tabel 17 : Fatwa MUI sebagai rujukan persoalan keagamaan --- 95
Tabel 18 : Frekuensi penggunaan website MUI--- 96
Tabel 19 : Penilaian terhadap isi website resmi MUI --- 96
DAFT AR RI WAY AT H I DU P
Nama : Adhar Khan Siambaton
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 6 September 1984
Agama : Islam
Anak : Ke – 4 dari 5 Saudara
Alamat : Jln. Harapan Pasti Gg. Mukmin.
Pendidikan : 1. SD Negeri 0640929 Tahun 1991-1998
2. SMP Negeri 6 Tahun 1998-2001
3. SMA Swasta Nurhasanah Tahun 2001-2004
Nama Orang tua
Ayah : Nasrin Siambaton
Ibu : Rosmawarni Simatupang
Pekerjaan Orangtua
Ayah : Pensiunan PNS
FATWA MUI DAN OPINI PUBLIK
(Studi deskriptif opini mahasiswa anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum
USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram Bunga Bank oleh MUI Di Internet )
ABSTRAKSI
Skripsi ini meneliti tentang opini mahasiswa anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU, terhadap fatwa bunga bank haram yang ada di internet. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap fatwa bunga bank haram, kredibilitas dan kemampuan MUI dalam membina komunikasi eksternal, khususnya yang diperantarai oleh media internet.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden. Setiap kuesioner berisi 27 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan bebas. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Arikunto (1998:120).
Di mana penentuan jumlah sampel penelitian adalah dengan ketentuan apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% atau 20% - 25% atau lebih. Dari metode tersebut didapat jumlah sampel sebanyak 100 orang responden, dari jumlah keseluruhan populasi sebanyak 500 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive
sampling dan accidental sampling. Analisis data sendiri dilakukan dengan
menggunakan analisis tabel tunggal.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi di abad 21, menyebabkan pergeseran besar di
berbagai bidang kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Pergeseran paling besar
dan paling mudah diamati adalah bagaimana cara manusia berkomunikasi. Dahulu
penemuan kertas dan alat tulis sempat dianggap sebagai pencapaian terbesar
manusia, namun kini peranan kertas dan alat tulis telah digeser oleh kemajuan
bidang multi media. Jika dahulu media cetak dan elektronik dianggap sebagai
media massa paling efektif, kini dunia multi medialah yang jadi primadona. Dunia
multi media atau lazimnya disebut sebagai internet, memang memiliki
kemampuan menyediakan informasi yang jauh lebih banyak dan lengkap daripada
media-media konvensional lainnya. Apalagi internet juga menyatukan semua
kemampuan yang merupakan andalan media massa sebelumnya, yakni
kemampuan visual, audio dan audio visual. Dari segi efisiensi dan efektifitas,
internet juga menempati posisi terdepan dibandingkan media lainnya. Internet
membuat kita tidak perlu repot-repot menebangi pohon, hanya untuk
menyampaikan beberapa informasi yang sehari kemudian mungkin akan basi dan
media penyampainya akan berakhir di tempat sampah.
Dengan semua sifat “ supernya ” tidak heran jika hampir semua perusahaan
media massa yang dahulu hanya fokus pada salah satu sistem media, entah itu
cetak maupun elektronik, kini mulai membangun divisi multi media juga.
bahkan media audio visul juga merasa perlu mengukuhkan eksistensi mereka di
internet melalui situs-situs, Metro TV.com, RCTI. Com dan lain-lain. Peningkatan
pengetahuan dan semakin terjangkaunya sarana pendukung, membuat internet
lambat laun menjadi sumber informasi andalan bagi berbagai kalangan di
Indonesia, utamanya di kalangan pelajar dan mahasiswa di kota-kota besar. Dari
mulai mencari bahan tugas belajar sampai ajang bersosialisasi, mereka lakukan di
media berjuluk “dunia maya”
Dengan daya jangkaunya yang tidak mengenal batasan geografis dan
kemampuan up date informasi setiap saat, internet menjadi media yang sangat
kondusif dalam kampanye pembentukan opini publik. Terlebih lagi internet secara
harfiah tidak pernah melakukan proses seleksi, baik itu kepada para pengguna
maupun isi informasi yang di up load. Kuatnya pengaruh internet dalam
pembentukan opini publik di Indonesia, terbukti jelas pada kasus Ketua KPK (
Bibit-Chandra ) dan perseteruan Prita Mulyasari versus Rumah Sakit Omni
Internasional. Dalam kedua kasus tersebut, opini publik telah menjelma menjadi
hakim dan jaksa, yang menentukan akhir kedua kasus hukum di atas. Opini publik
dalam sebuah negara penganut mazhab demokrasi, sering kali menjelma bagai
Dewa. Dalam tatanan hukum fomal Indonesia sendiri, eksistensi opini publik juga
sangat diakui. Atas dasar kepentingan umum ( salah satu indikatornya adalah
desakan opini publik ), jaksa bisa melakukan proses penghentian sebuah perkara,
yang lazim disebut proses “ deponering ”
Salah satu isu menarik dalam proses pembentukan opini publik adalah fatwa
haram bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI. MUI sebagai salah satu wadah
arahan bagi umat mengenai hukum bunga bank dalam pandangan umat Islam.
Namun meskipun eksistensi MUI sebagai lembaga pemberi fatwa telah diakui
oleh pemerintah Republik Indonesia maupun dunia internasional, tetap saja opini
umat Islam Indonesia masih terbelah. Hal ini dikarenakan sistem perbankan
belum ada di zaman Nabi Muhammad SAW, sehingga tidak ada fatwa jelas dan
tegas dari Rasullah, yang bisa jadi patokan bagi umatnya.
Secara umum, pemberitaan mengenai fatwa bunga bank haram bisa
digolongkan dalam tiga kategori, yakni :
1. Setuju dengan fatwa MUI, bahwa bunga bank haram.
Pemberitaan yang nadanya bersikap setuju dengan fatwa MUI, bahwa
bunga bank adalah haram antara lain dimuat diwebsite : Viva News.com (
Senin, 14 Juni 2010 pukul 15.42 Wib )
2. Tidak setuju dengan fatwa MUI bahwa bank haram.
Pemberitaan yang nadanya bersikap tidak setuju dengan fatwa MUI,
bahwa bunga bank adalah haram antara lain dimuat oleh : Berita Suara
Media.com ( Selasa, 06 April 2010, Pukul 16.31 Wib)
3. Tidak berpihak pada salah satu dari dua pendapat diatas.
Pemberitaan yang bersikap tidak berpihak dengan salah satu dari kedua
pendapat di atas antara lain dimuat oleh : ANTARA News.com ( Senin, 5
April 2010, Pukul 22.07 wib )
Salah satu elemen masyarakat yang menarik untuk dikaji opininya mengenai
isu di atas adalah, dari kalangan mahasiswa, terutama yang mengambil jurusan
ilmu hukum dan aktif di organisasi kemahasiswaan. Para mahasiswa ini tentunya
Karena dalam kurikulum pendidikan sarjana hukum di Indonesia, juga diwajibkan
mempelajari konsep-konsep dasar hukum Islam. Terlebih lagi para mahasiswa
yang aktif dalam organisasi bernafaskan Islam, seperti HMI. Sebagai wadah
kreatifitas mahasiswa muslim, HMI memberikan keleluasaan bagi setiap
komisariat di bawahnya untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bisa
mendukung kematangan akademis para anggota komisariat bersangkutan. Hal
yang umum dilakukan adalah, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan diskusi
maupun seminar mengenai topik-topik terkait dengan program studi para
anggotanya. Dan mengingat isu seputar halal haramnya bunga bank dalam kajian
hukum Islam, telah lama menjadi isu kontroversial di kalangan umat, topik ini
pastilah jadi bahan kajian menarik bagi para anggota HMI Komisariat Hukum
USU. Apalagi selama ini HMI Komisariat Hukum USU cukup aktif dalam
melakukan pembinaan kepada para anggotanya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik mengetahui opini
mahasiswa yang tergabung dalam HMI komisariat Fakultas Hukum USU terhadap
fatwa haram bunga bank oleh MUI.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut : “ bagaimana opini mahasiswa anggota HMI
Komisariat Fakultas Hukum USU terhadap pemberitaan fatwa haram bunga bank
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah :
1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang hanya memaparkan suatu situasi atau
peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis atau membuat prediksi.
2. Penelitian ini dilakukan terbatas pada opini publik terhadap pemberitaan fatwa
bunga bank haram oleh MUI di internet.
3. Objek penelitian ini adalah mahasiswa USU yang bergabung dengan HMI
Komisariat Hukum USU.
4. Penelitian dilakukan pada bulan Juli- Agustus 2010. Karena pada bulan Juni
masyarakat masih disibukkan oleh pemilihan Wali kota / Wakil wali Kota
Medan periode 2010-2015.
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan akan mendorong
seseorang untuk melakukan usaha sedapat mungkin agar tujuan tersebut dapat
dicapai.
1.4.1. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui opini mahasiswa yang tergabung dalam HMI
Komisariat Hukum USU terhadap pemberitaan fatwa haram bunga
bank oleh MUI di
internet.
2. Untuk mengetahui tingkat kredibilitas dan pengetahuan mahasiswa
mengenai fatwa- fatwa dan organisasi MUI itu sendiri.
3. Untuk mengetahui opini mahasiswa muslim anggota HMI Komisariat
Hukum USU mengenai pemberitaan fatwa bunga bank haram oleh
MUI di internet.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya Komunikasi Massa.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan
bacaan di perpustakaan program studi Ilmu Komunikasi FISIP USU.
3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi MUI dalam mengambil keputusan / fatwa dan metode
sosialisasinya ke masyarakat.
1.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana akan disoroti (Nawawi, 1995 : 39-40).
Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep),
definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang
gejala-gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004 : 6).
Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan antara lain :
1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia.
Menurut Astrid S. Susanto, komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang
yang mengandung arti / makna ( Arifin, 1988 : 25 ).
Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur, yakni:
a. Komunikator ( communicator, source, sender )
b. Pesan ( messege )
c. Media ( channel, media )
d. Komunikan ( communicant, communicate, receiver, recipient )
e. Efek ( effect, impact, influence ) ( Effendy, 1992 : 10 )
Dari berbagai macam cara komunkasi yang dilakukan di dalam
masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa. Komunikasi
dan kedua komunikasiuntuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa
adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khlayak,
dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memilih – milih media. ( Rivers,
2003 : 18 )
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu mengetahui bahwa terdapat empat
karakteristik komunikasi massa,yakni ( Effendi, 1993 : 81 – 83 ):
a. Komunikasi massa bersifat umum
Pesan komunkasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka
untuk semua orang.
b. Komunikan bersifat heterogen
Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang – orang yang heterogen
yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat
berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan
masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis – jenis; maka oleh kerena itu
mereka berbeda pula dalam kepentingan, standart hidup dan derajat
kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.
c. Media massa menimbulkan keserempakan.
Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk
tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
d. Hubungan komunikator – komunikan bersifat non – pribadi
Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan
orang yang dikenal hanya dalam perannya yang bersifat umum sebagai
komunikator.
1.5.2. Model komunikasi satu tahap ( one step flow of communication )
Model ini merupakan pengembangan dari model jarum Hipodermik.
Kerena itu, pesan yang disampaikan disalurkan melalui media massa langsung
ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara. Namun pesan itu tidak
mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang sama pada
setiap komunikan.
Model satu tahap ini mengakui bahwa :
1). Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat.
2). Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, pemahaman dalam ingatan yang
selektif mempengaruhi suatu pesan.
3) Untuk setiap komunikan, terjadi efek yang berbeda.
Selanjutnya model komunikasi satu tahap ini memberikan kebebasan
seluas-luasnya kepada saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek
komunikasi secara langsung.
1.5.3. Cyber space
Cyberspace adalah tempat kita berada ketika mengarungi dunia informasi
global interaktif yang bernama internet. Secara fisik internet tidak lain adalah
sekumpulan komputer, tersebar di seluruh dunia yang dihubungkan satu sama lain
melalui jaringan telekomunikasi satelit global dan kabel telepon lokal. Menurut
fiksi ilmiah, William Gibson yang membayangkan adanya dunia maya atau virtual
di dalam jaringan komputer yang mensimulasikan dunia nyata kita sehari-hari.
Jaringan komputer telah hadir di antara kita lebih dari 25 tahun, dan dalam
beberapa tahun terakhir kita menyaksikan percepatan yang amat dahsyat dengan
hadirnya jaringan internet tersebut. Dalam hal ini La Quey (1997:9) menyatakan
bahwa internet terus berubah tumbuh dan menjadi semakin baik dan menimbulkan
dampak hebat pada kehidupan kita. Internet tidak lagi sekedar jaringan komputer
yang nyata secara fisik, tetapi merupakan media penerbitan, saluran komunikasi
dan perpustakaan.
Misi awal internet adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk
mengakses data dari sejumlah sumberdaya perangkat keras komputer yang mahal.
Namun sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang tidak
dapat diabaikan. Internet adalah semacam jagat raya yang terus menerus
berkembang. Dalam bola dunia cyber ini, berbagai orang dari penjuru dunia
berkomunikasi melalui zona waktu yang berbeda tanpa saling bertatap muka dan
informasinya tersedia selama 24 jam sehari dari ribuan tempat. Yang
membedakan internet dari jaringan global lainnya adalah tingkat interaksi dan
kecepatan yang amat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya.
Internet memungkinkan orang berbicara, setiap orang mempunyai
pendapat dan semua pendapat itu tampaknya bermuara pada internet. Internet
adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar
orang secara elektronis. Informasi mengenai suatu peristiwa tertentu dapat
1.5.4. Opini Publik.
Definisi Opini Publik “Opini publik adalah unsur-unsur dari pandangan,
perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian, keadaan, dan
desas-desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu”
Definisi publik oleh John Dewey . “ Publics are spontaneous groups of
citizens who share the indirect effects of a particular action” ( Publik adalah
kelompok spontan dari suatu penduduk yang berbagi tindakan khusus secara tidak
langsung )
Publik adalah tentang hal yang semestinya bagi orang orang : hubungan,
perasaan/emosi, bangsa, negara bagian atau suatu komunitas, dll. Publik juga
didefinisikan sebagai orang di suatu bangsa yang tidak menggabungkan diri
dengan pemerintahan di suatu bangsa.
Perbedaan Publik dengan Masyarakat : Masyarakat lebih luas ruang
lingkupnya daripada Publik. Publik lebih spontan, sedangkan masyarakat lebih
teratur.
Publik adalah masyarakat yang tertarik dengan suatu hal(tergantung dengan
masalah/hal yang dihadapi).
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
dalam satu komunitas yang teratur. Definisi masyarakat dari segi istilah menurut
Drs.Sidi Gazalba mengutamakan dua perkara, pertama, interaksi manusia dengan
manusia, hidup berkelompok dan dalam masyarakat yang teratur. Kedua,
pemelihara interaksi yang teratur dalam kelompok. Masyarakat merupakan
pergaulan hidup, pengaulan antara manusia dengan kelompok. Institut masyarakat
bertanggungjawab mempertahankan hubungan yang teratur antara individu
dengan individu.
1.5.5. Fatwa MUI mengenai bunga Bank.
KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
BUNGA (INTERSAT/FA’IDAH) Majelias Ulama Indonesia,
MENIMBANG :
a. bahwa umat Islam Indonesia masih mempertanyakan status hukum bunga
(interst/fa’idah) yang dikenakan dalam transaksi pinjaman (al-qardh) atau
utang piutang (al-dayn), baik yang dilakukan oleh lembaga keuangan,individu
maupun lainnya;
b. bahwa Ijtima’Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia pada tanggal 22 Syawal 1424
H./16 Desember 2003 telah menfatwakan tentang status hukum bunga;
c. bahwa karena itu, Majelis Ulama Indonesia memnadang perlu menetapkan
MENGINGAT :
1. Firman Allah SWT, antara lain :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya maka yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan
Allah tiadak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran,dan selalu
berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
shaleh,mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya.Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum di pungut) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya.Dan jika (orang-orang berhutang itu) dalam kesukaran,mereka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu,lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Hai
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan (Ali’Imran [3]: 130).
2. Hadis-hadis Nabi s.a.w., antara lain :
Dari Abdullah r.a., ia berkata : “Rasulullah s.a.w. melaknat orang yang
memakan orang yang memakan (mengambil) dan memberikan riba.” Rawi
berkata: saya bertanya:”(apakah Rasulullah melaknat juga) orang yang
menuliskan dan dua orang yang menajdi saksinya?” Ia (Abdullah) menjawab :
“Kami hanya menceritakan apa yang kami dengar.” (HR.Muslim).
Dari Jabir r.a.,ia berkata : “Rasulullah s.a.w. melaknat orang yang memakan
(mengambil) riba, memberikn, menuliskan, dan dua orang yang
menyaksikan.” Ia berkata: “mereka berstatus hukum sama.” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah bersabda: “Akan datang kepada
umat manusia suatu masa dimana mereka (terbiasa) memakan riba. Barang
siapa tidak memakan (mengambilnya)-nya,ia akan terkena
debunya.”(HR.al-Nasa’i).
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba adalah tujuh
puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa orang
yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibn Majah). Dari Abdullah, dari Nabi
s.a.w., beliau bersabda: “Riba mempunyai tujuh puluh tiga pintu
(cara,macam).” (HR. Ibn Majah). Dari Abdullah bin Mas’ud: “Rasulullah
s.a.w. melaknat orang yang memakan mengambil) riba, memberikan, dua
orang yang menyaksikannya.” (HR. Ibn Majah) Dari Abu Hurairah r.a., ia
berkata, Rasulullah bersabda: “Sungguh akan datang kepada umat manusia
memakan riba. Barang siapa tidak memakan (mengambil)-nya,ia akan terkena
debunya.”(HR. Ibn Majah).
3. Ijma’ ulama tentang keharaman riba dan bahwa riba adalah salah satu dosa
besar (kaba’ir) (lihat antara lain: Nawawi, Majmu’Syarch
al-Muhadzdzab, [t.t.: Dar al-Fikr,t.th.],juz 9,h 391)
MEMPERHATIKAN :
1. Pendapat para Ulama ahli fiqh bahwa bunga yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman (utang piutang, al-qardh wa al-iqtiradh) telah memenuhi kriteria riba
yang di haramkan Allah SWT., seperti dikemukakan,antara lain,oleh :
Al-Nawawi berkata, al-Mawardi berkata: Sahabat-sahabat kami (ulama mazhab
Syafi’I) berbeda pendapat tentang pengharaman riba yang ditegaskan oleh
al-Qur’an, atas dua pandangan.Pertama, pengharaman tersebut bersifat mujmal
(global) yang dijelaskan oleh sunnah. Setiap hukum tentang riba yang
dikemukakan oleh sunnah adalah merupakan penjelasan (bayan) terhadap
kemujmalan al Qur’an, baik riba naqad maupun riba nasi’ah. Kedua, bahwa
pengharaman riba dalam al-Qur’an sesungguhnya hanya mencakup riba
nasa’yang dikenal oleh masyarakat Jahiliah dan permintaan tambahan atas
harta (piutang) disebabkan penambahan masa (pelunasan). Salah seorang di
antara mereka apabila jatuh tempo pembayaran piutangnya dan pihang
berhutang tidak membayarnya, ia menambahkan piutangnya dan
menambahkan pula masa pembayarannya. Hal seperti itu dilakukan lagi pada
saat jatuh tempo berikutnya. Itulah maksud firman Allah : “… janganlah kamu
riba dalam pertukaran mata uang (naqad) terhadap bentuk riba yang terdapat
dalam al-Qur’an.
a. Ibn al-‘Araby dalam Ahkam al-Qur’an :
b. Al-Aini dalam ‘Umdah al-Qary :
c. Al-Sarakhsyi dalam Al-Mabsuth :
d. Ar-Raghib al-Isfani dalam Al-Mufradat Fi Gharib al-Qur;an :
e. Muhammad Ali al-Shabuni dalam Rawa-I’ al-Bayan :
f. Muhammad Abu Zahrah dalam Buhuts fi al-Riba :
g. Yusuf al-Qardhawy dalam fawa’id al-Bunuk :
h. Wahbah al-Zuhaily dalam Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh :
2. Bunga uang atas pinjaman (Qardh) yang berlaku di atas lebih buruk dari riba
yang di haramkan Allah SWT dalam Al-Quran,karena dalam riba tambahan
hanya dikenakan pada saat jatuh tempo. Sedangkan dalam system bunga
tambhan sudah langsung dikenakan sejak terjadi transaksi. Ketetapan akan
keharaman bunga Bank oleh berbagai forum Ulama Internasional, antara lain:
a. Majma’ul Buhuts al-Islamy di Al-Azhar Mesir pada Mei 1965
b. Majma’ al-Fiqh al-Islamy Negara-negara OKI Yang di selenggarakan di
Jeddah tgl 10-16 Rabi’ul Awal 1406 H/22 28 Desember 1985.
c. Majma’ Fiqh Rabithah al-Alam al-Islamy, keputusan 6 Sidang IX yang
diselenggarakan di makkah tanggal 12-19 Rajab 1406 H.
d. Keputusan Dar Al-Itfa, kerajaan Saudi Arabia,1979
e. Keputusan Supreme Shariah Court Pakistan 22 Desember 1999.
3. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
4. Keputusan Sidang Lajnah Tarjih Muhammdiyah tahun 1968 di
Sidoarjo yang menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya Lembaga Perbankan
yang sesuai dengan kaidah Islam.
5. Keputusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di Bandar
Lampung yang mengamanatkan berdirinya Bank Islam dengan system tanpa
Bunga.
6. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tentang Fatwa Bunga
interest/fa’idah), tanggal 22 Syawal 1424/16 Desember 2003.
7. Keputusasn Rapat Komisi Fatwa MUI, tanggal 11 Dzulqa’idah 1424/03
Januari 2004;28 Dzulqa’idah 1424/17 Januari 2004;dan 05 Dzulhijah 1424/24
Januari 2004.
Dengan memohon ridha Allah SWT MEMUTUSKAN
MEMUTUSKAN : FATWA TENTANG BUNGA (INTERST/FA`IDAH): Pertama : Pengertian Bunga (Interest) dan Riba
1. Bunga (Interest/fa’idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman uang (al-qardh) yang di per-hitungkan dari pokok pinjaman tanpa
mempertimbangkan pemanfaatan / hasil pokok tersebut,berdasarkan tempo
waktu,diperhitungkan secara pasti di muka,dan pada umumnya berdasarkan
persentase.
2. Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena
penagguhan dalam pembayaran yang di perjanjikan sebelumnya, dan inilah
Kedua : Hukum Bunga (interest)
3. Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi
pada jaman Rasulullah SAW, Ya ini Riba Nasi’ah. Dengan demikian, praktek
pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk Riba, dan Riba Haram
Hukumnya.
4. Praktek Penggunaan tersebut hukumnya adalah haram,baik dilakukan oleh
Bank, Asuransi,Pasar Modal, Pegadian, Koperasi, Dan Lembaga Keuangan
lainnya maupun dilakukan oleh individu.
Ketiga : Bermu’amallah dengan lembaga keuangan konvensional
5. Untuk wilayah yang sudah ada kantor / jaringan lembaga keuangan Syari’ah
dan mudah di jangkau, tidak di bolehkan melakukan transaksi yang di
dasarkan kepada perhitungan bunga.
6. Untuk wilayah yang belum ada kantor / jaringan lembaga keuangan Syari’ah,
diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di lembaga keuangan
konvensional berdasarkan prinsip dharurat / hajat.
1.6. Kerangka Konsep
Menurut Kerlinger ( 1971 ) konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasi hal – hal khusus ( Rakhmat 2004 :12 ). Sedangkan Nawawi
(1995 : 45) merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang
bersifat keritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan
Variabel teoritis Variabel operasional
Pemberitaan Fatwa haram bunga bank
oleh MUI di internet.
• informatif • Edukatif • Persuasif
Opini publik mahasiswa anggota HMI
Komisariat Fakultas Hukum USU.
• Kognitif • Afektif • Konatif
Karakteristik responden • Jenis kelamin
• Usia
• Smester
• Lama bergabung.
• Training yang pernah diikuti. • Posisi
1.7. Defenisi Operasional
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat
operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Pemberitaan Fatwa haram bunga bank oleh MUI di Internet • Informatif : Berita Fatwa MUI sebagai sumber informasi bagi umat
Islam.
• Edukatif : Berita Fatwa MUI sebagai sumber ilmu bagi umat Islam.
• Persuasif : Kemampuan berita-berita Fatwa MUI mempengaruhi
2. Variabel opini publik
Kognitif : seseorang dari tidak tahu menjadi jadi tahu tentang sesuatu
sebagai efek dari komunikasi.
Afektif : sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju
terhadapsesuatu Persahabatan, kegunaan sosial dan lain-lain,
sebagai efek dari komunikasi.
Konatif : Perubahan tingkah laku. Efek komunikasi yang mendorong /
membuat seseorang melakukan sesuatu perbuatan / kegiatan.
3. Karakteristik Responden
Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden (wanita atau pria).
Usia : Umur responden saat mengisi kuesioner. Tingkatan umur
responden yang akan dijadikan sampel yaitu 17-30 tahun.
Smester : Tingkat pendidikan terakhir di Fakultas Hukum USU, dari
responden yang akan dijadikan sampel.
Lama bergabung : Dihitung sejak responden tercatat bergabung di HMI
Komisariat Fakultas Hukum USU.
Training : Kegiatan pengkaderan yang pernah diikuti responden di
HMI.
Posisi : Kedudukan struktural responden di HMI Komisariat
BAB II
URAIAN TEORITIS
Teori memegang peranan amat penting dalam melakukan penelitian,
karena teori merupakan landasan berfikir untuk mendukung pemecahan masalah
dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori menurut
Kerlinger (dalam Singarimbun, 1989:37) yakni serangkaian asumsi, konsep,
konstrak, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena social secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Adapun teori-teori
yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
II.1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu
communico yang artinya membagi (Cangara,1998:17).
Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktifitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran guna terciptanya ide bersama,
memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks.
Sebuah defenisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell, bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan
(pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikas) dan apa
Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap. Dalam hal ini ada upaya dari komunikator selaku penyampai
pesan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat dari komunikan atau sasaran
komunikasi (Effendy,1999:12).
H.A.W. Widjaja (2000:13), berpendapat bahwa komunikasi merupakan
suatu hubungan dimana terdapat tukar menukar pendapat atau informasi diantara
pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu
hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Delozier, komunikasi melibatkan berbagai tanda-tanda informasi
baik yang berbentuk verbal, nonverbal dan paralinguistik. Tanda-tanda nonverbal
meliputi ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, rasa, ruang
dan waktu, sentuhan serta bau. Sedangkan tanda paralingustik adalah
tanda-tanda yang terdapat diantara komunikasi verbal dan nonverbal yang meliputi
kualitas suara seperti kecepatan berbicara, tekanan suara dan vokalisasi yang
digunakan untuk menunjukkan makna dan emosi tertentu (Jahi,1993:3).
Defenisi-defenisi komunikasi di atas tentunya belum mewakili semua
defenisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun, sedikit
banyaknya dapat memberi gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon
dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja serta tidak terbatas
pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam
proses komunikasi terdapat tiga unsure yang sangat penting, yaitu komunikator,
pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer, yaitu : proses penyampaian pikiran oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang
(symbol) sebagai media atau saluran.
2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu : proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama.
Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang
relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy,1999:33).
b. Ciri Komunikasi
Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari
komunikasi, antara lain :
1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
a) Komunikasi Lisan (Oral Communication)
b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication)
2. Komunikasi Niverbal (Nonverbal Communication)
a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication)
b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication)
4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33)
c. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Komunikasi mempunyai suatu tujuan. Adapun tujuan komunikasi menurut
Onong U. Effendy (1999 :55), adalah :
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion)
3. Mengubah prilaku (to change the behaviour)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama
(Effendy,1999)., yaitu:
1. Menyampaikan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
II.1.1. Komunikasi Massa
Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat
manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu
sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisai
media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada
sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan
dikonsumsi oleh audience (Sendjaja,2002:2.1). Komunikasi massa juga
pengoprasian terutama sifat khalayak yang luas, heterogen, dan anonim, sifat
bentuk komunikasi yang di karakterisiasikan sebagai komunikasi yang umum
serta sifat komunikatornya yang terorganisir (Rakhmat, 1985:3).
Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner
(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang (Rakhmat,2001:188). Sedangkan menurut
Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa Adalah sebuah
proses dimana pesan – pesan yang diperoleh secara masal/tidak sedikit itu
disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.
Ada beberapa sifat yang melakat dalam komunikaSi massa dan sekaligus
membedakannya dengan bentuk komunikasi lainnya (Liliweri,1991: 37-39):
1. Sifat Komunikator
Sesuai dengan hakekatnya dalam sifat penggunaan media secara profesional
dengan teknologi tingi melalui usaha – usaha industri maka pemilikan media
massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur
dan penjelmaan tugas, fungsi – fungsi serta misi tertentu. Oleh karenanya,
maka berbagai pesan yang terbit dari satu media massa sebenarnya bukan lagi
milik perorangan tetapi hasil rembukan, olahan redaksi atau keputusan dari
kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam organisasi pemilik media ini terdapat
pula gatekeeper. Fungsi gatekeeper ini dalam badan – badan usaha pers
umumnya dilakukan oleh editor yang berfungsi menyunting naskah supaya
sesuai dengan misi organisasi, khalayak yang dituju maupun konteks yang
2. Sifat Pesan
Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai tempat di
muka bumi. Tidak ada pesan komunikasi massa yang hanya ditujukan kepada
suatu masyarakat tertentu.
3. Sifat Media Massa
Sebenarnya salah satu ciri yang paling khas dalam komunikasi massa adalah
sifat media massa. Komunikasi massa nampaknya lebih bertumpu pada
andalan teknologi pembagi pasan dengan menggunakan jasa industri untuk
memperbanyak dan melipatgandakannya.Bantuan industri mengakibatkan
berbagai pesan akan menjangkau khalayak dengan cara yang cepat serta
tepatdan terus menerus. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara
komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan
menjangkau berbagai titik –titik pemukiman manusia di muka bumi pada
waktu yang sama.
4. Sifat Komunikan
Komunikan dalam suatu komunikasi massa dalah khalayak. Khalayak
merupakan masyarakt umum sangat beragam, heterogen dalam segi
demografis, geografis, maupun psikografis. Jumlah keanggotaan komunikan
itu sangat besar, bisa puluhan, ribuan, jutaan, diantara mereka tidak saling
mengenal satu dengan yang lainnya namun pada suatu waktu dan mungkin
pada tempat yang relatif sama mereka memperoleh jenis pesan yang sama dari
media massa tertentu.
Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, berdasarkan teori
hirarki efek yaitu : (a) efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan
khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap
sesuatu yang diperolehnya.; (b) efek afektif dimana pesan komunikasi massa
mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat
menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senagnya terhadap sesuatu
akibat membaca surat kabar, mendengar radio, atau menonton televisi; (c)
efek konatif, yaitu akibat pesan komunikasi massa orang mengambil
keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
6. Sifat Umpan Balik
Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda
daripada umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi.
Pengembalian reaksi terhadap suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi
pada saat yang sama melainkan ditunda setelah suatu media itu beredar, atau
pesannya itu memasuki kehidupan masyarakat tertentu.
II.1.2. Komunikasi Massa ini terdiri dari :
a). Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication)
− Surat Kabar (daily)
− Majalah (magazine)
b). Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication)
− Radio
− Film
− Lain-lain
2. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari:
a). Surat
b). Telepon
c). Pamflet
d). Poster
e). Lain-lain (Effendy,1999).
II.1.3. Media Massa
Media massa mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc. Quail,
1991:3) :
1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan pekerjaan, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang
terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan
norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan
institusi sosial lainnya. Dilain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen
dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya lain.
3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang, untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf
4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan
saja dalam pengertian perkembangan untuk seni dan simbol, tapi juga dalam
pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan
kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian
normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
Media massa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia karena media
massa yang merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih
bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan
pengaruh sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa
yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia zaman sekarang ini.
Menurut Cangara (2002: 134-135), karakteristik media massa yaitu:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak
orang, yakni melai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian
informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau
umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangn waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana
4. Memakai peraltan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana
saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.
II.1.4. Komunikasi Spritual
A. Definisi dan makna komunikasi spiritual
Menurut Nina syam (2006) komunikasi spiritual adalah komunikasi yang
terjadi antara manusia dan Tuhan atau dapat pula difahami bahwa komunikasi
spiritual berkenaan dengan agama. Artinya: komunikasi yang didasari
nuansa-nuansa keagamaan. Karena agama mengajarkan kepada kita :
- Siapakah kita
- Apa tujuan hidup kita
- Mau kemana arah hidup kita
Untuk menjawab itu semua kita perlu melakukan komunikasi spiritual.
Hakikat komunikasi adalah proses pencipta makna dengan menggunakan
simbol-simbol atau tanda. Allah menebarkan simbol-simbol atau
tanda-tanda melalui dua ayat yaitu
1. Ayat quraniyah (tulisan-tulisan Al-Qur’an) yang berisi perintah dan larangan.
2. Yang kedua, ayat kauniyah, (berbentuk alam semesta) yang antara lain: Allah
telah menciptakan bumi, langit, gunung, dan lain-lainnya, demikian pula
peristiwa-peristiwa alam seperti tsunami, banjir dan lain sebagainya.Hal ini
merupakan tanda-tanda komunikasi Allah dengan makhluknya. Dalam konteks
dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui amalan-amalan batin, seperti
sholat, berdoa zikir dan lain-lain. Pada waktu kita sholat sesungguhnya kita
sedang melakukan berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan bertindak sebagai
komunikan (penerima pesan) , sedang kita bertindak sebagai komunikator
(pengirim pesan). Komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan, bila
direnungkansecara saksama, sesungguhnya dipengarui oleh suara hati kita
yang bersih. Suara hati kita yang bersih inilah yang disebut kecerdasan
spiritual. Menurut Ary Ginanjar(2001) kecerdasal spiritual tidak sama dengan
ritual. Ritual adalah bagian dari kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual atau spiritual quotieont (SQ), Zohar dan Marshall
(Ginanjar,2001:46) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatka perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk
menilai bahwa tindakan seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan
intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif. Sedangkan dalam
ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual
terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan.
IQ, EQ dan SQ secara konprehensif ( Ginanjar, 2001:47 )
B. Tujuan komunikasi spiritual
Tujuan utama berkomunikasi antara manusia dan Tuhan yaitu:
2. Peningkatan kualitas ibadah
3. Peningkatan kualitas akhlak
4. Tercapainya perdamaian hakiki
5. Keselamatan dunia akhirat
II.2. One Step Flow
Dalam penelitian ini, peneliti akan menetapkan model komunikasi massa Alir Satu Tahap (one-step flow model) sebagai landasan. Model ini menyatakan saluran media massa berkomunikasi secara langsung kepada komunikate, dalam arti pesan- pesan media mengalir tanpa harus melalui opinion leader. Model ini mengakui pesan-pesan komunikasi sama tetapi efek yang ditimbulkan tidak selalu sama pada masing-masing penerima. .
One-step flow model mengakui media massa bukanlah allpowerful (berkuasa penuh), dan tidak semua media
mempunyai kekuatan yang sama. Aspek-aspek seleksi penyaringan dari khalayak seperti selective exposure (hal-hal yang disukai), selective perception (persepsi), dan selective retention (ingatan) mempengaruhi dampak pesan. One-step flow
model mempengaruhi kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda di kalangan audiens penerima terhadap
pesan-pesan media yang sama.(Wiryanto,2000:32-33).
Bagan 1.1
One-step flow model dapat digambarkan sebagai berikut :
One-step flow mode
l
Umpan balik tidak harus sama
( Sumber : Wiryanto,2000:33 )
Berdasarkan model di atas maka jika diaplikasikan kepada masalah penelitian dapat dilihat pada bagan 1.2 yang menggambarkan hubungan antara fatwa mengenai bunga Bank haram di internet sebagai media komunikasi MUI dengan mahasiswa Fakultas Hukum USU sebagai berikut:
Bagan 1.2
Model hubungan Fatwa Bunga Bank Haram oleh MUI dengan internet sebagai media komunikasi
Tanggapan
MUI sebagai komunikator menyampaikan pesan atau informasi melalui internet sebagai salah satu media massa kepada komunikate yaitu masyarakat khususnya Mahasiswa Fakultas Hukum USU.
Pesan-pesan media
massa audience Mass
Pesan Fatwa MUI tentang Bunga Bank di
internet
Setelah mendapatkan informasi atau pesan tersebut mahasiswa
memberikan umpan balik yang berupa tanggapan mereka terhadap fatwa MUI di internet.
Sedangkan tanggapan itu sendiri menurut Kottler adalah: “ Serangkaian reaksi dari penerima setelah melihat atau mendengar pesan-pesan yang dikirim oleh pihak pengirim. Pendengar akan menanggapi atau mengambil tindakan setelah mendengar iklan tersebut ”. (Kottler,1992:107).
Khalayak memberikan tanggapan terhadap pesan-pesan media massa dapat diterangkan melalui teori selective influence yang terdiri dari empat prinsip yaitu :
1. Selective Attention
Pertama, perbedaan individu dalam merespon pesan-pesan terjadi hanya karena perbedaan dalam struktur kognitif yang mereka miliki. Cara pandang, berfikir, berpengetahuan, kepercayaan setiap individu terhadap sesuatu yang baru termasuk isu yang disampaikan tidaklah sama. Karena itu setiap individu hanya akan memilih jenis pesan yang paling berkesan saja yang bisa mempengaruhi dia untuk mengikuti pendapat yang disampaikan.
Kedua, karena keanggotaan seseorang dalam masyarakat ada dalam berbagai kelompok sosial maupun kemasyarakatan maka ada dugaan memilih perhatian terhadap pesan tertentupun sangat dipengaruhi kelompok itu.
2. Selective Perception
Karena adanya perbedaan dalam faktor-faktor kognitif; minat dan
kepercayaan, pengetahuan, sikap dan kebutuhan, nilai-nilai maka individu secara selektif mempersepsi suatu pesan yang menerpanya. Dengan demikian terdapat perbedaan penerimaan pesan yang dipersepsi oleh penerima karena terdapat perbedaan kognisi itu.
3. Selective Recall
Seseorang cenderung memilih kembali hanya pesan-pesan yang diingat saja. Jadi prinsip ini meskipun pararel dengan seleksi pada perhatian namun setiap orang memilih pesan yang paling berkesan saja.
Selective action dalam sebuah informasi mengarahkan untuk memutuskan
tindakan yang dipilhnya setelah menimbang keuntungan dan kerugian dari semua informasi yang diterima.
Dalam model ini dijelaskan bahwa umpan balik dari komunikate tidak selalu sama walaupun informasi atau pesan dan media yang digunakan sama. Hal ini disebabkan karena adanya seleksi penyaringan dari khalayak atau mahasiswa, seleksi penyaringan itu antara lain perbedaan persepsi, perbedaan minat.
Oleh karena itu tanggapan yang akan diberikan mahasiswa pun akan berbeda. Mahasiswa akan memberikan tanggapan setelah menerima pesan yang disampaikan oleh MUI melalui jaringan internet. Tanggapan tersebut dapat berupa perubahan pandangan, perubahan sikap bahkan perubahan tingkah laku.
II.3. Opini Publik
II.3. 1. Pengertian Opini Publik
Menurut William Albig (Sunarjo, 1984 : 31), opini adalah suatu
pemyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan atau "an opinion is some
expression on controversial point". Selanjutnya Albig mengemukakan bahwa
pendapat atau opini itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontroversial atau
sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut.
Suatu hal atau sesuatu masalari yang nyata dan jelas tidak dapat menjadi subjek
opini publik. Subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah
yang baru. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai rasa ragu-ragu
terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya
perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur tersebut mendorong untuk saling
mempertentangkannya. Dengan demikian, pengertian opini mempunyai dua
unsur, yaitu:
1. Pernyataan,
2. Mengenai masalah yang bertentangan. Pendapat atau opini itu tidak akan
timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan.
ditunjukan dengan tingkah laku atau dengan suatu bentuk tingkah laku yang
lain.
Sunarjo (1984 : 24) menjelaskan opini (pendapat) mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan;
b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat;
c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.
Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984 : 19), publik atau khalayak ramai
adalah sejumlah orang yang mempunyai minat sama terhadap suatu persoalan
tertentu. Mempunyai minat yang sama tidak berarti mempunyai pendapat yang
sama. Dengan demikian, publik adalah sejumlah orang yang berminat dan merasa
tertarik terhadap suatu masalah dan berhasrat mencari suatu jalan keluar dan
dengan mewujudkan tindakan yang konkret.
Sedangkan pengertian publik menurut Soekamto adalah kelompok yang
tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui media
komunikasi baik media komunikasi secara umum misalnya pembicaraan secara
pribadi, desas-desus, melalui media komunikasi massa misalnya surat kabar,
radio, televisi dan sebagainya.
Bogadus mengatakan bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara
yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya
mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah (Sumarno,
1990: 24).
Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990 : 108) mengemukakan ciri-ciri publik
1. Dikonirontasikan atau dihadapkan pada suatu isu;
2. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut;
3. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.
Para ilmuwan mengungkapkan berbagai rumusan yang satu sama lain
berbeda akan batasan opini publik. Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990 : 70)
menyatakan bahwa opini publik adalah sejumlah akumulasi pendapat individual
tentang suatu isu dalam pembicaraan secara terbuka dan berpengaruh terhadap
sekelompok orang. Dengan demikian, opini publik terbentuk melalui suatu
kegiatan berupa debat pembicaraan, atau pertukaran informasi antara
individi-individu yang berada dalam suatu kelompok.
Sedangkan menurut Clyde, opini publik adalah penilaian sosial mengenai suatu
masalah yang penting dan berarti, berdasarkan proses perukaran-pertukaran yang
sadar dan rasional oleh khalayaknya (Sumarno, 1990 : 19).
Irish dan Protho (Susanto, 1985 : 91) menyatakan bahwa suatu pendapat
harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai opini publik. Hal ini
disebabkan karena sesuatu yang belum dinyatakan belum bisa disebut opini
karena belum mengalami proses komunikasi. Suatu pendapat akan menjadi isu
apabila mengandung unsur kemungkinan pro dan kontra suatu pendapat (tentang
suatu kejadian) yang telah dinyatakan. Dengan demikian, ia akan menimbulkan
adanya pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya.
Selanjutnya Irish dan Protho (Susanto, 1985 : 92) menambahkan bahwa
suatu isu akan menjadi isu sosial apabila ia menyebabkan orang lain akan
atas persoalan yang dibahas oleh pendapat semula. Dengan demikian, opini publik
merupakan opini yang mengandung unsur-unsur berikut:
1. Adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial;
2. Adanya publik yang secara spontan terpikat kepada masalah tersebut,
melibatkan diri ke dalamnya dan berusaha memberikan pendapatnya.
3. Adanya kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang
kontroversial tersebut.
Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan
bahwa opini publik adalah (Sunarjo, 1984 : 32) :
1. Opini publik merupakan persatuan pendapat (sintesa dari
pendapat-pendapat orang banyak);
2. Sedikit banyaknya mendapat dukungan dari sejumlah orang;
3. Dalam opini publik orang menyatakan persetujuan atau tidak setuju terhadap
gagasan atau terhadap suatu situasi, kejadian atau peristiwa.
4. Opini publik merupakan kesatuan perasaan (emosi) dan akal, karenanya
opini mudah berubah misalnya dari setuju menjadi tidak setuju;
5. Opini publik dapat dibentuk dan karena opini itu bukan suatu fakta maka
belum tentu benar;
6. Opini publik mungkin sekali dilakukan dengan timbulnya suatu aksi,
misalnya demonstrasi atau unjuk pendapat;
7. Tidak boleh dilupakan bahwa terbentuknya opini publik selalu memulai
diskusi sosial.
Menurut Cutlip dan Center, opini publik merupakan hasil penyatuan
pendapat para individu tentang masalah-masalah yang bersifat umum
(Sastropoetro, 1990 : 52).
Mengenai suatu persoalan (isu) yang dianggap aktual, tiap individu dapat
mempercakapkannya tanpa acara, waktu dan tempat. Percakapan yang berupa
pertukaran-pikiran dan kadang-kadang berdebat sengit itu berlangsung di jalan, di
kantor, di rumah makan atau waning kopi, di tempat-tempat pertemuan atau
dimana saja, dimana masing-masing pihak yang terkait mengajukan pendapatnya
berlandas pada fakta atau perasaan (sentimen), prasangka (prejudice), harapan,
ketakutan, kepercayaan, pengalaman, prinsip-prinsip, pendirian, tradisi, keyakinan
dan sebagainya. Persoalan yang didiskusikan iu dalam prosesnya mengacu pada
suatu kondisi yang terkonsolidasi dan jelas hingga terwujud bentuk-bentuk
pendapat tertentu (Sumarno, 1990 : 19).
Selanjutnya dikemukakan bahwa. orang-orang yang mempunyai opini atau
pendapat yang tegas, mendasarkannya kepada alasan-alasan yang rasional yang
berarti dasar-dasar yang masuk akan dan dapat dimengerti oleh orang lain. Jadi
seperti telah dikemukakan terlebih dahulu dan perlu diulangi kembali ialah ada
tiga sebab yang menimbulkan perbedaan pendapat, yaitu :
1. Perbedaan pandangan terhadap fakta
2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan
3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan
Dasar-dasar yang rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi