BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
7. Analisis Tabulasi Silang
Analisis tabulasi silang pertama dilakukan untuk menentukan hubungan konvergensi IFRS dengan manajemen laba. Variabel konvergensi IFRS dan manajemen laba dalam analisis pertama ini merupakan data nominal. Perhitungan koefisien hubungan menggunakan
koefisien Phi dan Cramer’s V. Berikut akan disajikan hasil analisis crosstabs serta pembahasannya.
a. Hubungan Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba
Berikut ini akan disajikan hasil tabel silang antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba pada tabel 18, serta hasil koefisien hubungan antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba pada tabel 19.
Tabel 18. Tabel Silang Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba
KonvergensiIIFRS Belum IFRS Sudah IFRS Total M an aj em e n L ab a Minimization Income 131 1 132 Maximization Income 7 137 144 Total 138 138 276
Berdasarkan tabel 18, dari 276 perusahaan terdapat sebanyak 132 perusahaan melakukan minimization income, dan 144 perusahaan melakukan maximization income. Sebagian besar perusahaan yang belum melakukan konvergensi IFRS melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba. Hal tersebut dapat diketahui dari tabel 18, sebanyak 131 perusahaan melakukan minimization income pada saat belum melakukan konvergensi IFRS, sedangkan yang melakukan maximization income hanya 7 perusahaan.
Sebagian besar perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS melakukan manajemen laba dengan cara menaikan laba. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 19, yang menunjukkan bahwa terdapat 137 perusahaan yang melakukan maximization income pada saat sudah melakukan konvergensi IFRS, sedangkan yang melakukan minimization income hanya ada 1 perusahaan. Berdasarkan tabel 18, perusahaan yang belum melakukan konvergensi IFRS cenderung melakukan manajemen laba dengan minimization income. Perusahaan yang sudah melakukan konvergensi IFRS cenderung melakukan manajemen laba dengan maximization income
Kekuatan hubungan antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba diketahui dengan menginterpretasikan koefisien Phi
dan Cramers’s V. Berikut akan disajikan hasil perhitungan koefisisen Phi dan Cramer’s V dalam tabel 19.
Tabel 19. Koefisien Hubungan Konvergensi IFRS dengan Manajemen Laba
Koefisien Value
Phi .943
Cramer’s V .943
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 19, nilai koefisien Phi sebesar 0,943, hal ini berarti terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba. Nilai koefisien Cramer’s V
sebesar 0,943, hal ini berarti terdapat hubungan yang kuat antara konvergensi IFRS dengan manajemen laba. Angka koefisien Cramer’s
V sama dengan koefisien Phi, denagn arah hubungan positif. Arah hubungan positif bearti apabila konvergensi IFRS meningkat, maka manajemen laba juga meningkat.
b. Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba
Analisis tabulasi silang kedua dilakukan untuk menentukan hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba dilakukan dengan menguji tiga hubungan. Pertama hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba (minimization income dan maximization income). Kedua hubungan asimetri informasi dengan minimization income. Ketiga hubungan asimetri informasi dengan maximization income.
1) Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba (Maximization Income dan Minimizastion Income)
Berikut ini akan disajikan hasil analisis tabulasi silang asimetri informasi dengan manajemen laba (minimization income dan maximization income) pada tabel 20, serta koefisien hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba pada tabel 21.
Tabel 20. Tabel Silang Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba (Minimization Income dan Maximization Income)
IManajemen Laba Minimization Income Maximization Income Total Asime tr i In for m asi Sangat Rendah 33 51 84 Rendah 71 75 146 Tinggi 26 12 38 Sangat Tinggi 2 6 8 Total 132 144 276
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 20, pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah terdapat 33 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 51 melakukan maximization income. Pada kategori tingkat asimetri informasi rendah terdapat 71 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 75 melakukan maximization income. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi terdapat 26 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 12 perusahaan melakukan maximization income. Pada kategori tingkat asimetri informasa sangat tinggi
terdapat sebanyak 2 perusahaan melakukan minimization income, dan sebanyak 6 perusahaan melakukan maximization income. Berdasarkan tabel 20, tingkat asimetri informasi tidak menentukan cara manajemen laba. Tingkat asimetri informasi dalam suatu perusahaan tidak menentukan cara perusahaan dalam melakukan manajemen laba (minimization income dan maximization income). Terdapat perbedaan jumlah yang tidak menentu dari setiap kategori asimetri informasi dalam kaitannya dengan manajemen laba (minimization income dan maximization income), maka tingkat asimetri informasi tidak memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi pola manajemen laba (minimization income dan maximization income).
Kekuatan hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba (minimization income dan maximization income) diukur dengan koefisien Lambda. Berikut ini hasil perhitungan koefisien Lambda pada tabel 21.
Tabel 21. Koefisien Hubungan Asimetri Informasi dengan Manajemen Laba (Minimization Income dan Maximization Income)
Value Lambda Asimetri Dependent .000 Manajemen Laba Dependent .106 Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 21, besarnya koefisien lambda jika manajemen laba sebagai variabel dependen didapat hasil 0,106. Hal tersebut berarti tingkat asimetri informasi dapat meningkatkan prediksi atas manajemen laba sebesar 10,6%. Jika asimetri informasi sebagai variabel dependen, akan diperoleh koefisien lambda sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa variabel manajemen laba tidak dapat memprediksi tingkat asimetri informasi, atau dapat dikatakan memiliki hubungan yang sangat lemah dan positif. 2) Hubungan Asimetri Informasi dengan Minimization Income
Berikut ini akan disajikan hasil analisis tabulasi silang asimetri informasi dengan minimization income pada tabel 22, serta koefisien hubungan asimetri informasi dengan minimization income pada tabel 23.
Tabel 22. Tabel Silang Asimetri Informasi dengan Minimization Income Minimization Income Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi Total Asime tr i in for m asi Sangat Rendah 11 25 2 1 39 Rendah 12 22 12 1 47 Tinggi 10 20 12 0 42 Sangat Tinggi 0 4 0 0 4 Total 33 71 26 2 132
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 22, ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat rendah jumlah perusahaan yang melakukan
minimization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 11, 25, 2, dan 1 perusahaan. Pada kategori asimetri informasi sangat rendah perusahaan banyak melakukan minimization income pada kategori rendah. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori rendah jumlah perusahaan yang melakukan minimization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 12, 22, 12, dan 1 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi rendah perusahaan banyak melakukan minimization income pada kategori rendah.
Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori tinggi jumlah perusahaan yang melakukan minimization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 10, 20, 12, dan 0 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi tidak ada perusahaan yang melakukan minimization income pada kategori sangat tinggi. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi perusahaan banyak melakukan minimization income pada kategori rendah. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat tinggi perusahaan hanya melakukan minimization income pada kategori rendah, yaitu sebanyak 4 perusahaan.
Berdasarkan tabel 22, pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah hingga sangat tinggi perusahaan banyak
melakukan minimization income dengan kategori rendah. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat asimetri informasi belum tentu tingkat minimization income semakin tinggi pula. Kekuatan hubungan asimetri informasi dengan minimization income diukur dengan menggunakan koefisien Gamma. Berikut ini tabel hasil perhitungan koefisien Gamma hubungan asimetri informasi dengan minimization income.
Tabel 23. Koefisien Korelasi Hubungan Asimetri Informasi dengan Minimization Income
Koefisien Value
Gamma .177
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 23, nilai koefisien gamma sebesar 0,177 yang berarti tingkat asimetri informasi dengan minimization income memiliki hubungan yang sangat lemah dengan arah hubungan positif. Arah hubungan positif berarti apabila tingkat asimetri meningkat maka tingkat minimization income juga akan meningkat.
3) Hubungan Asimetri Informasi dengan Maximization Income
Berikut ini merupakan hasil analisis tabulasi silang hubungan asimetri informasi dengan maximization income pada tabel 24, serta koefisien hubungan asimetri informasi dengan maximization income pada tabel 25.
Tabel 24. Tabel Silang Asimetri Informasi dengan Maximization Income
Maximization Income
Sangat
Rendah Rendah Tinggi
Sangat Tinggi Total Asime tr i In for m asi Sangat Rendah 15 20 16 0 51 Rendah 9 38 26 2 75 Tinggi 2 4 5 1 12 Sangat Tinggi 0 2 4 0 6 Total 26 64 51 3 144
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 24, ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat rendah jumlah perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 15, 20, 16, dan 0 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori rendah. Pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah tidak ada perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat tinggi. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori rendah jumlah perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 9, 38, 26, dan 2 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi rendah perusahaan banyak melakukan maximization income pada kaetgori rendah.
Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori tinggi jumlah perusahaan yang melakukan maximization income pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi secara berturut-turut, yaitu sebanyak 2, 4, 5, dan 1 perusahaan. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori tinggi. Ketika tingkat asimetri informasi pada kategori sangat tinggi perusahaan hanya melakukan maximization income pada kategori rendah dan tinggi, yaitu sebanyak 2 dan 4 perusahaan.
Berdasarkan tabel 24, pada kategori tingkat asimetri informasi sangat rendah dan rendah perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori rendah. Pada kategori tingkat asimetri informasi tinggi dan sangat tinggi perusahaan banyak melakukan maximization income pada kategori tinggi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat asimetri informasi belum tentu tingkat maximization income semakin tinggi pula. Kekuatan hubungan asimetri informasi dengan maximization income diukur dengan menggunakan koefisien Gamma. Berikut ini tabel hasil perhitungan koefisien Gamma hubungan asimetri informasi dengan maximization income.
Tabel 25. Koefisein Korelasi Hubungan Asimetri Informasi dengan Maximization Income
Koefisien Value
Gamma .292
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 25, nilai koefisien gamma sebesar 0,292 yang berarti tingkat asimetri informasi dengan maximization income memiliki hubungan yang lemah dengan arah hubungan positif. Arah hubungan positif berarti apabila tingkat asimetri informasi meningkat, maka tingkat maximization income juga meningkat.