• Tidak ada hasil yang ditemukan

ATM Nama

R. HRD Nama

4.2.9 Analisis Tampilan Bangunan Tujuan

Tujuan dari analisis tampilan ini adalah mendapatkan panduan atau arahan dalam merancang tampilan dasar massa bangunan yang sesuai dengan perencanaan dan perancangan Apartemen dengan pendekatan desain biophilik di Jakarta Selatan.

Dasar Pertimbangan

x Kuantitas bahan dan warna harus ditentukan berdasarkan pada fungsi ruang.

x Penggunaan material alami lebih disukai dibandingkan dengan material sintetis Analisa

a. Bahan/Material

Dalam salah satu pola koneksi material dengan alam pada desain biophilik menyebutkan bahwa dalam pengaplikasian material atau bahan, penggunaan

dari material memiliki tekstur dan warna yang berbeda, dalam pengaplikasiannya perlu adanya penentuan kuantitas bahan serta warna berdasarkan fungsi ruang. Jika bahan dan warna diaplikasikan secara bersamaan, maka perbandingannya harus ada yang lebih tinggi salah satu.

b. Dinding

Dinding pada ruang dalam diupayakan tetap mengutamakan segi kesehatan yaitu menggunakan bahan finishing dinding dan system konstruksi yang mudah dibersihkan, tidak menyimpan debu dan warna yang dipilih merupakan warna hangat yang dapat memberikan efek relaks pada pengguna. Dinding tidak hanya sebagai pembatas ruangan, dinding pun dapat menjadi suatu elemen estetik dengan penambahan ornament-ornamen di permukaannya. Dalam menunjang penerapan Desain Biophilik, penambahan unsur alam pada dinding seperti green wall, ornament material alam, dan lukisan patra biomorphic dalam meningkatkan kesan alami dan dapat menurunkan tekanan darah diastolic, meningkatkan kreativitas dan meningkatkan kenyamanan. Kesan alami pada dinding pun dapat dihadirkan melalui finishing dinding yang mengekspose material secara jujur, seperti dinding batu bata ekspose, beton ekspose, batu kali dan guratan-guratan kayu.

c. Bahan Lantai

Dalam menentukkan bahan lantai perlu adanya penyesuaian dengan fungsi ruang dan suasana ruang yang hendak diciptakan. Bahan yang dapat digunakan sebagai lantai antara lain seperti keramik, marmer, parket kayu, karet, batu, semen dan vynil. Dalam zona hunian, lantai yang digunakan dapat berupa keramik ataupun parket kayu guna menciptakan kesan hangat. Untuk bagian sirkulasi dapat menggunakan keramik maupun lantai semen. Penggunaan lantai semen memberikan kesan lebih natural. Pada zona umum dapat menggunakan keramik ataupun marmer untuk memberikan kesan mewah.

d. Ruang Terbuka Hijau

x Penyediaan RTH pada Bangunan

Terdapat 2 prinsip dalam penyediaan ruang terbuka hijau pada bangunan apartemen

RTH dasar ini merupakan ruang terbuka hijau yang berada pada lantai dasar bangunan. Fungsi dari ruang terbuka hijau ini antara lain sebagai tempat bersantai, bermain, jogging, bersosialisasi, mengadakan event, dan berkebun.

Berikut ini merupakan perhitungan luas RTH dasar pada bangunan apartemen.

Luas site = 27.000 m2

KDH = 45%

Luas RTH = 27.000 m2 x 45% = 12.150 m2

Jadi, luas ruang terbuka hijau pada bangunan apartemen memiliki luas minimal 12.250 m2

- RTH berdasarkan Jumlah Penduduk

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, setiap unit lingkungan dengan jumlah penduduk 250 jiwa harus memiliki 1 Taman RT dengan luas minimal 250 m2 yang berada pada radius kurang dari 300 m dari unit-unit apartemen yang dilayani. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman. Berikut ini perhitungan penyediaan ruang terbuka hijau vertikal pada bangunan apartemen.

Jumlah unit:

1 BR = 2 orang x 72 unit = 144 orang 2 BR = 3 orang x 36 unit = 108 orang 2 BRD = 4 orang x 48 unit = 192 orang 3 BR = 5 orang x 14 unit = 70 orang

Jumlah perkiraan penghuni yaitu 514 orang. Jika setiap 250 orang = 1 Taman RT, maka dengan jumlah penghuni 514 orang dibutuhkan 2 Taman RT.

x Lokasi Ruang terbuka Hijau

Lokasi ruang terbuka hijau pada bangunan apartemen terdapat pada bagian dasar dan tersebar pada bagian vertikal. Setiap unit hunian memerlukan adanya koneksi visual terhadap alam oleh karena itu, keberadaan ruang terbuka hijau secara vertikal di

Tabel 4. 25 Analisa Jenis Tanaman

Jenis Tanaman Analisa Nama Tanaman

Tanaman Peneduh Memiliki daun lebat, dapat tumbuh tinggi, menaungi dari

panas matahari dan hujan, sebagai tempat burung

bersarang.

Pohon Ketapang, Pohon flamboyant, Pohon Trembesi

dan Pohon Liang liu

Tanaman Indoor Penyerap polutan, ukuran tanaman cenderung kecil, menetralisir racun dan mengasilkan udara segar dalam

ruangan

Lidah mertua, Spider plan, Lidah buaya, Sirih gading, Krisan, vergreen Cina, Palen

bamboo, Heart life philodendron, Peace lily dan

Pakis Boston

Jenis Tanaman Analisa Nama Tanaman

Tanaman Rambat Menciptakan udara segar, menjadi ornamentasi bangunan,

perlindungan terhadap sinar matahari

Dolar rambar, Li Kuan Yu, Thunbergia dan Flame of Irian.

Tanaman Ground Cover Menjaga permukaan tanah, menguragi erosi

Rumput jepang, Rumput gajah, Anggrek tanah, Bawang-bawangan, Lily paris, Sutra

Bombay, Lantana Camara Tanaman Holtikultura Dibudidayakan sebagai sumber

makanan dan obat

Sayuran hidroponik:

Selada, Sawi, Kangkung Sayuran media tanah:

Cabai, Tomat, Terong, Kacang Panjang

Obat-Obatan:

Sambiloto, Mahkota dewa, Kumis kucing, Jeruk nipis, Brotowali, Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Temu kunci, Temu ireng dan lengkuas

Bunga Mempercantik taman, sumber

makanan serangga dan kupu-kupu, memiliki bunga sepanjang tahun,cocok pada

iklim tropis

Asoka, Kembang Sepatu, Alamanda, dan Amarilis

(Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

Jenis tanaman yang akan digunakan yaitu tanaman peneduh, tanaman indoor, tanaman hias, tanaman holtikultur, dan tanaman rambat. Berdasarkan pertimbangan desain biophilik, dalam penerapannya pada taman, jumlah keanekaragaman tanaman lebih diutamakan dibandingkan luas. Contohnya manusia akan lebih tertarik pada sebuah taman dengan jenis tanaman yang beraneka ragam dibandingkan dengan lapangan luas hijau namun hanya ditanami dengan rumput. Tidak hanya itu, jenis tanaman yang dipilih ini juga mempertimbangkan untuk kelangsungan serangga

x Air

Air merupakan elemen penting dalam penerapan desain biophilik pada bangunan.

Sebuah lanskap yang di dalamnya terdapat unsur air mampu menciptakan suatu respon restorative yang lebih tinggi dan umumnya memiliki preferensi yang lebih besar dibandingkan dengan pemandangan yang tidak terdapat unsur air di dalamnya.

Mendengarkan, merasakan atau bersentuhan dengan air juga dapat mengurangi stress (Alvarsson et al., 2010; Pheasant et al., 2010). Berikut ini merupakan penerapan elemen air pada bangunan, yaitu:

Kolam

Jenis kolam yang dipilih adalah reflecting pond dan kolam koi. Reflecting pond dapat berada di dalam ataupun luar bangunan. Manfaat adanya kolam dalam sebuah bangunan antara lain suara gemericik air dapat memberikan efek menenangkan bagi manusia, menurunkan suhu pada iklim mikro. Kolam ikan koi juga mampu memberikan efek menanangkan dengan melihat pergerakan ikan yang ada di dalam kolam. Kolam identik dengan adanya nyamuk, oleh karena itu sebagai langkah antisipasi adalah penanaman tanaman pengusir nyamuk pada kolam, seperti serai wangi, lavender, dan zodia.

Water Features

Water features dapat diaplikasikan pada interior maupun eksterior bangunan. Pada interior, water feature yang digunakan adalah yang dapat dinikmati oleh indera penglihatan dan pendengaran. Sementara pada eksterior, water features akan didesain agar manusia dapat mendengarkan suara air, melihat, merasakan dan bersentuhan langsung dengan air. Bentuk yang dipilih pada bagian eksterior adalah bentuk-bentuk yang menyerupai elemen air pada alam.

x Elemen Penutup Tanah

Elemen penutup tanah pada area taman antara lain tanaman, bebatuan, paving block,

x Elemen lainnya

Elemen lainnya antara lain pergola, tempat duduk, lampu taman, petunjuk arah dan sculpture. Tempat duduk dapat digunakan untuk tempat bersantai ataupun berbincang-bincang di taman sehingga hubungan sosial antar manusia dapat terjalin..

4.2.10 Analisis Sistem Utilitas Bangunan

Dokumen terkait