• Tidak ada hasil yang ditemukan

ATM Nama

R. HRD Nama

4.2.5 Eksisting Site Terpilih

a. Site terletak di Jl. Lebak Bulus 1, Cilandak, Jakarta Selatan.

b. Bentuk site berupa persegi panjang dan memiliki luas site sebesar 2 hektar dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut (Gambar 4.20)

c. Lingkungan sekitar site berupa perkantoran, apartemen dan pemukiman warga d. Lokasi sangat strategis, memiliki pencapaian yang mudah

e. Terletak di perempatan jalan sehingga memiliki 2 akses jalan f. Batas-batas site terpilih:

x Batas Utara : Apartemen

x Batas Timur : Pemukiman Warga x Batas Selatan : Jl. Lebak Bulus 1

Site berada di Cilandak pada zona 06.060.R.10.b dimana memiliki ketentuan RDTR sebagai berikut:

- Koefisien Dasar Bangunan : 30%

- Koefisien Lantai Bangunan : 2,5 - Ketinggian Bangunan : 8 lantai - Koefisien Dasar Hijau : 45%

- Koefisien Tapak Basement : 40 4.2.6 Analisis Pengolahan Site

a. Analisis Pola Sirkulasi dan Pencapaian Tujuan

Tujuan dari analisis pola pencapaian adalah untuk menentukkan Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE) menuju tapak berdasarkan dasar pertimbangan yang ada.

Dasar Pertimbangan

Berikut ini adalah dasar pertimbangan untuk menentukka pola pencapaian pada tapak yang terpilih:

x Letak ME diusahakan mudah dicapai dan terlihat jelas bagi penghuni maupun pengunjung

x Letak ME berada dekat dengan jalur kendaraan umum

x Letak akses yang tidak mengganggu sirkulasi lalu lintas umum x Letak akses yang menunjang kegiatan akomodasi

Gambar 4. 20 Kondisi Eksisting Site Terpilih (Sumber: Google street view dan Dokumentasi Pribadi, 2016) Gambar 4. 20 Bentuk dan Ukuran Site

Terpilih

(Sumber: Google earth, 2016)

Analisa dan Hasil

Tabel 4. 24 Alternatif Main Entrance pada Tapak

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4

Pencapaian melalui Jl.

Kaimun Jaya (6m, dapat dilalui 2 mobil)

Pencapaian melalui Jalan yang berada di utara tapak

Pencapaian melalui Jl.

H Naseri (3,5m, 1 jalur)

Pencapaian melalui Jl.

Lebak Bulus 1 (15m, dapat dilalui 2 mobil) Gang kecil namun

memiliki akses langsung ke Jl. TB Simatupang

Gang kecil dimana sisi sisinya merupakan pemukiman warga

Gang kecil dimana sisi sisinya merupakan pemukiman warga

Jalan Besar

Kondisi jalan cukup ramai

Kondisi jalan sepi Kondisi jalan sepi Kondisi jalan ramai

(Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

Lokasi site dikelilingi oleh 4 jalan yaitu, Jl. Lebak Bulus 1, Jl. Kaimun Jaya, Jl. H Naseri dan jalan pemukiman warga. Jl. Lebak Bulus 1 merupakan jalan utama yang memiliki lebar jalan 15 m dan merupakan jalan yang akan mengalami pengembangan menurut RDTR Jakarta Selatan. Jalan ini cukup ramai dilalui dan menjadi alternatif ketika terjadi kemacetan pada Jl. TB Simatupang. Jl. Kaimun Jaya merupakan jalan yang berada di sisi barat tapak dengan lebar 6 m. Jalan ini cukup ramai dilalui karena memiliki akses langsung menuju Jl. TB Simatupang. Jl.H Naseri merupakan jalan yang berada di tengah tengah pemukiman warga sehingga jalan ini cukup sempit dan

c. Pencapaian penggunaan yang menggunakan transportasi umum Hasil

Dari analisis di atas maka pencapaian terhadap site terpilih pada alternative 4 (Jl.

Lebak Bulus 1) sebagai pencapaian utama dan alternative 1 (Jl. Kaimun Jaya) sebagai pencapaian sekunder dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Kemudahan akses dan ketersediaan jalan yang lebar. Jalan Lebak Bulus 1 pun berada tidak jauh dari Jl. TB Simatupang dan sering dilalui oleh pengguna jalan b. Jl. Lebak Bulus 1 memiliki lebar jalan yang cukup untuk dilewati segala jenis

kendaraan dan didukung oleh Jl. Kaimun Jaya

c. Berdasarkan pertimbangan di atas, Jl. Lebak Bulus 1 terpilih sebagai main entrance. Jl. Kaimun Jaya memiliki akses langsung menuju Jl. TB Simatupang, namun lebar jalan cenderung sempit sehingga Jl. Kaimun Jaya dipilih sebagai side entrance

b. Analisis View Tujuan

Tujuan dari analisis view dan orientasi adalah untuk menentukan orientasi bangunan dan spot view yang sesuai dengan kebutuhan ruang pada zona kegiatan.

Dasar pertimbangan

Berikut ini merupakan dasar pertimbangan yang dibutuhkan guna menganalisis faktor view pada tapak yang terpilih.

Analisis

a. View dari tapak yang diilustrasikan pada (Gambar 5.21)

1. Pada sisi utara, view pada ketinggian 5m merupakan pemukiman warga.

Namun, pada ketinggian diatas 10m dapat terlihat Jl. TB Simatupang dan hiruk pikuk kota Jakarta

2. Pada sisi barat, view pada ketinggian 5m merupakan area residential dari South Quarter. Namun, pada ketinggian diatas 10m dapat terlihat sungai, perumahan warga dan perkantoran

3. Pada sisi selatan, view pada ketinggian 5m merupakan pemukiman warga 4. Pada sisi barat, view pada ketinggian 5m merupakan pemukiman warga b. View Menuju Tapak yang diilustrasikan pada (Gambar 5.22)

1. View utama dari Jl. Lebak Bulus 1. Pada titik ini, site dapat terlihat dengan jelas karena Jl. Lebak Bulus 1 cukup lebar. Pada bagian selatan tapak dapat dioptimalkan untuk point of interest bangunan dikarenakan posisi ini merupakan akses main entrance ke bangunan.

2. View kedua dari Jl. Kaimun Jaya yang merupakan view dari akses side entrance

3. View ketiga dan keempat dari Jalan di sebelah utara tapak dan Jl. H Naseri yang merupakan view dari pemukiman penduduk

c. Analisis Kebisingan dan Klimatologi Tujuan

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukkan respon bangunan terhadap matahari, angin dan kebisingan pada tapak.

Gambar 4. 22 Analisa View Menuju Site (Sumber: Analisa Pramarti, 2016) Gambar 4. 21 Analisa View dari Site

(Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

x Mengoptimalkan angin sebagai penghawaan alami pada bangunan

x Meminimalisir kebisingan di sekitar tapak yang masuk ke dalam bangunan x Respon zoning bertujuan untuk menghasilkan respon desain yang tepat terhadap

kondisi matahari, angin dan kebisingan.

Analisa a. Kebisingan

Berdasarkan ilustrasi (Gambar 4.23), Jl. Lebak Bulus 1 dan Jl. Kaimun Jaya merupakan jalan yang cukup ramai dan sering dilalui oleh kendaraan sehingga kedua jalan tersebut merupakan posisi yang memiliki sumber kebisingan yang cukup tinggi.

Pada jalan di sebelah utara dan timur site cenderung lebih tenang karena sisi sisi tersebut merupakan pemukiman warga.

b. Klimatologi

Berdasarkan ilustrasi (Gambar 4.24), intensitas angin yang bertiup dari utara ke selatan atau sebaliknya lebih besar dibandingkan dengan angin yang bertiup dari barat ke timur atau sebaliknya, namun kemungkinan adanya angin yang bertiup pada arah barat-timur bisa saja terjadi. Pada bagian utara tapak, angin tidak terhalang oleh bangunan tinggi karena di bagian utara tapak merupakn perumahan warga dengan ketinggian 5-7m. Hal ini juga terjadi pada bagian selatan, angin dapat mengalir dengan bebas.

Berdasarkan ilustrasi (Gambar 4.24), analisis mengenai pergerakkan matahari pada

Gambar 4. 23 Analisa Klimatologi (Sumber: Analisa Pramarti, 2016) Gambar 4. 24 Analisa Kebisingan

(Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

x Cahaya matahari dari arah timur merupakan sinar matahari yang dapat berpotensi sebagai sumber pencahayaan alami bagi bangunan, sinar matahari yang dipancarkan pun tidak memberikan efek panas yang berlebihan.

x Cahaya matahari pada siang hari ketika matahari tepat berada di atas bangunan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaan alami melalui skylight.

x Cahaya matahari di arah barat tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai pencahayaan alami dikarenakan cahayanya yang cenderung redup dan memberikan panas yang cukup tinggi ke dalam bangunan

x Diperlukan secondary skin sebagai penghalang panas matahari yang datang dari arah barat.

Hasil

a. View

Untuk merespon analisa view dari luar maupun view ke dalam bangunan, maka hasil dari analisa peletakkan zoning pada tapak sebagai berikut (Gambar 4.25):

x Zona umum diletakkan di area dasar sisi selatan site agar mudah pencapaiannya, mudah dilihat dari jalan dan memiliki posisi yang dekat dengan main entrance

x Zona pengelola diletakkan dibagian tengah site dan di lantai 2 dikarenakan zona ini membutuhkan view ke luar namun bersifat semi private

x Zona Penunjang diletakkan pada lantai 1, 2 dan 8. Pada lantai 8, view menuju keluar bangunan dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi pengunjung, sementara diletakkan di lantai 1 dan 2 atas dasar pertimbangan pencapaian.

x Zona Hunian berada mulai dari lantai 3 sampai lantai 7 dengan posisi dominan berada di bagian utara site karena bagian utara memiliki view terbaik.

b. Kebisingan

Untuk merespon analisa bangunan terhadap kebisingan, maka hasil dari analisa peletakkan zoning pada tapak sebagai berikut (Gambar 4.25):

x Zona umum diletakkan di area dasar sisi selatan site karena zona ini dekat dengan main antrance dan tidak membutuhkan suasana yang tenang.

x Zona Penunjang diletakkan dibagian tengah site dan di lantai 2 dikarenakan zona ini tidak membutuhkan suasana yang tenang sehingga tidak masalah apabila diletakkan dekat dengan sumber kebisingan. Namun tetap ada barrier tanaman pada sisi selatan site.

x Zona Pengelola diletakkan pada lantai 2 sisi selatan menuju tengah karena x Zona Hunian berada mulai dari lantai 3 sampai lantai 8 dengan penambahan

zona hijau di bagian selatan dan barat guna meredam kebisingan.

Penzoningan Akhir

Hasil Penzoningan Akhir adalah sebagai berikut (Gambar 4.26):

x Zona umum terdapat di bagian selatan site dimana letak tersebut paling dekat dengan main entrance.

x Zona Pengelola terletak di bagian level 2 berdekatan dengan zona penunjang x Zona Service terletak di bagian paling utara site berdekatan dengan side

entrance dan zona penunjang

x Zona penunjang dibagi menjadi 2 yaitu pertama berapda di bagian selatan pada level satu dan kedua berada di bagian level 2 berdampingan dengan zona pengelola

x Zona hunian berada pada level 3-8 berdampingan dengan zona hijau x Zona Hijau pada level satu merupakan 45% dari luas bangunan 4.2.7 Analisis Bentuk dan Gubahan Massa

Tujuan

U Gambar 4. 26 Zoning Akhir

(Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

Dasar Pertimbangan

- Desain bentuk dan peletakkan massa dirancang sesuai dengan pertimbangan orientasi, analisis site, kebutuhan ruang, bentuk dan pola sesuai dengan desain biophilik.

- Desain bentuk dan peletakkan massa disesuaikan dengan kebutuhan ruang, hubungan ruang dan zonasi ruang yang memungkinkan kemudahan akses bagi penghuni untuk dapat menikmati ruang terbuka hijau.

- Bentuk massa bangunan mengambil unsur dasar dari bentuk-bentuk bimorphic yang ada di alam.

Analisa

a. Lanskap Eksisting

Pada eksisting site, terdapat beberapa pohon besar yang telah tertanam pada site. Dalam penerapan konsep desain biophilik dimana bangunan bekerjasama dengan alam, maka keberadaan pepohonan ini penting adanya dan sebisa mungkin dimanfaatkan secara utuh.

Dalam pemilihan dan penentuan bentuk massa bangunan perlu adanya pertimbangan yang dilihat dari bentuk penerapan pola desain biophilik yaitu penerapan bentuk-bentuk alami pada massa bangunan atau pengaplikasian pada bagian struktur, dinding maupun plafond. Dilihat dari karakteristiknya, bentuk dasar ruang yang berasal dari bentuk alam dan memiliki bentuk paling efisien dari segi ruang dan

bahan bangunan adalah segi enam. Bentuk segi enam memiliki kelebihan yaitu ketika masing-masing dari bentuk tersebut disusun, mereka saling mengisi satu sama lain sehingga tidak ada ruang yang tersisa. Selain itu, segi enam memiliki kekuatan yang kokoh apabila dijadikan struktur. Dalam penentuan bentuk massa bangunan apartemen yang direncanakan, perlu adanya beberapa pertimbangan, yaitu:

- Koneksi unit hunian dengan ruang hijau

- Posisi core sebagai lokasi sistem transportasi vertikal pada bangunan

Dalam analisis ini, pengembangan bentuk dasar segi enam menghasilkan 3 buah bentuk. Bentuk segi enam analisis ini telah mengalami transformasi bentuk dengan cara menduplikasi, menggabungkan, mengurangi dan menambahkan bentuk hingga tercapai bentuk yang sesuai dengan kriteria. Pada (Gambar 4.28), bentuk dasar segi enam diperbanyak hingga 3 buah lalu tercipta sebuah bentuk baru. Bentuk inilah digunakan sebagai dasar dari pengembangan bentuk selanjutnya. Bentuk yang diciptakan dibuat berbeda dan saling mengisi antara satu dengan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar ketika bentuk tersebut disusun secara vertikal dapat menciptakan ruang-ruang baru yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Perbedaan bentuk juga dapat memberikan lebih banyak sudut pandang dari dalam bangunan dan memberikan kesan dinamis.

Hasil

Penerapan bentuk segi enam sebagai bentuk dasar yang kemudian akan ditransformasikan menjadi modul melalui proses duplikasi, perakutan dan penggabungan, serta mirroring. Modul yang telah tercipta kemudian disusun secara berselang-seling dan terjadi beberapa pengurangan bentuk guna menciptakan bentuk massa yang dinamis dan menciptakan ruang-ruang kosong untuk dimanfaatkan sebagai roof garden.

Gambar 4. 28 Pengembangan Bentuk Dasar Segi Enam pada Massa yang Direncanakan (Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

Gambar 4. 29 Gambaran Bentuk Gubahan Massa pada Apartemen (Sumber: Analisa Pramarti, 2016)

4.2.8 Analisis Struktur Bangunan

Dokumen terkait