• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis tangkap lebih perikanan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi penangkapan perikanan selar kuning. Analisis tangkap lebih dalam penelitian ini dilakukan dalam rezim Open Access (OA) dan ditinjau dari sisi upaya penangkapan.

Harga riil rata-rata ikan selar kuning dan biaya riil rata-rata penangkapan ikan selar kuning yang diperoleh dalam penelitian ini berturut-turut adalah sebesar Rp 4 882 265.12/ton dan Rp 421 783.63/trip. Harga riil tersebut disubstitusikan ke dalam persamaan kurva total penerimaan TR = p(1.572920213E

0.002348519E2), sehingga diperoleh TR = 4 882 265.12(1.572920213E

Hasil tangkapan (ton)

Effort (Unit) OA 632.96 unit 54.68 ton MEY 316.48 unit 262.57 ton MSY 334.87 unit 263.37 ton 2007 2009 2010 2008 2011 2013 2012 Aktual Rata-rata

0.002348519E2) dan hasil substitusi biaya riil pada persamaan kurva total biaya adalah TC = 421 783.63E.

Persamaan rente lestari dapat diperoleh setelah mengetahui persamaan TR

dan TC, sehingga diperoleh π(E) = 7 257 629.86E–11 466.09E2. Pada perikanan yang dikendalikan dalam rezim OA rente ekonomi yang dihasilkan adalah nol (π(E) = 0), maka dapat dihasilkan keseimbangan upaya dalam kondisi OA yaitu sebesar 0 dan 632 unit. Karena upaya yang digunakan diasumsikan upaya yang positif, maka tingkat upaya aktual rata-rata berdasarkan data asli maupun data terkoreksi (396 unit) belum mendekati ataupun melewati tingkat upaya pada kondisi OA. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning belum mengalami economic overfishing.

Tingkat upaya pada kondisi MSY diperoleh dari hasil menurunkan fungsi produksi dengan mengasumsikan nilai turunan tersebut sama dengan nol adalah sebesar 334 unit. Walaupun tingkat upaya aktual rata-rata berdasarkan data asli maupun data terkoreksi (396 unit) telah melewati tingkat upaya pada kondisi MSY, namun kondisi perikanan aktual rata-rata belum dapat dikatakan mengalami

overfishing secara biologi. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kondisi perikanan aktual rata-rata hanya menunjukkan tingkat upaya yang berlebihan karena jika ditinjau dari titik keseimbangan penerimaan dan biaya pada kondisi perikanan aktual rata-rata tidak menyentuh dan berada dibawah kurva TR. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan bahwa kondisi perikanan aktual rata-rata masih belum efisien karena rente ekonomi yang lebih besar sebenarnya masih dapat diperoleh dengan mengacu pada kondisi MEY. Gambar 19 dan 20 menyajikan analisis tangkap lebih pada perikanan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu yang ditinjau dari tingkat upaya aktual rata-rata.

Sumber: Hasil penelitian (2014)

Gambar 19 Pengamatan overfishing berdasarkan tingkat upaya aktual rata-rata Penerimaan, Biaya (Rp) Effort (Unit) Aktual rata-rata 296.83 unit MEY 593.65 unit OA MSY 313,60 unit TC TR

Sumber: Hasil penelitian (2014)

Gambar 20 Pengamatan overfishing berdasarkan tingkat upaya aktual rata-rata (terkoreksi)

Gambar 19 dan 20 menjelaskan analisis tangkap lebih yang ditinjau berdasarkan tingkat upaya aktual rata-rata. Pada tingkat upaya aktual rata-rata berdasarkan data asli diperoleh nilai Total Revenue dengan persamaan (4.17) sebesar Rp 821 475 979.69 dan nilai Total Cost diperoleh dengan persamaan (4.18) sebesar Rp 167 387 846.01, sedangkan pada kondisi upaya aktual rata-rata berdasarkan data terkoreksi diperoleh nilai Total Revenue dengan persamaan (4.17) sebesar Rp 942 730 521.26 dan nilai Total Cost diperoleh dengan persamaan (4.18) sebesar Rp 167 387 846.01. Kedua kondisi penangkapan perikanan ini belum mengalami overfishing, baik secara biologi maupun ekonomi. Analisis tangkap lebih dalam penelitian ini juga ditinjau berdasarkan data aktual tahunan. Hal ini dilakuakan untuk mengetahui kondisi penangkapan perikanan selar kuning yang sebenarnya di Perairan Kepulauan Seribu pada tahun 2007-2013. Metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi tersebut adalah Copes’ ye Ball method. Penerapan metode tersebut disajikan dalam Gambar 21 dan 22. Penerimaan, Biaya (Rp) TC TR Effort (Unit) OA 632.96 unit MEY 316.48 unit 334,87 unit MSY Aktual rata-rata

Sumber: Hasil penelitian (2014)

Gambar 21 Pengamatan overfishing dengan Copes’ ye Ball method

Gambar 21 menggunakan data asli. Gambar tersebut menggambarkan belum terjadinya overfishing pada tahun 2007-2013, baik overfishing secara biologi maupun ekonomi. Berdasarkan pada metode Copes’ ye Ball, kondisi tersebut dapat dikatakan belum mengalami overfishing karena kontraksi diawali pada tahun 2007 dan ekspansi pada perikanan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu terjadi pada sebelah kiri kurva keseimbangan yield-effort (hasil tangkapan).

Sumber: Hasil penelitian (2014)

Gambar 22 Pengamatan overfishing dengan Copes’ ye Ball method (terkoreksi) Hasil tangkapan (ton)

Effort (Unit)

Hasil tangkapan (ton)

Effort (Unit) MEY MSY OA 2012 2009 2010 2007 2008 2011 2013 MEY MSY OA 2010 2009 2012 2013 2008 2007 2011

Gambar 22 menggunakan data terkoreksi. Pada Gambar 22 juga tidak menggambarkan terjadinya overfishing pada tahun 2007-2013, baik overfishing

secara biologi maupun ekonomi. Kontraksi pada kondisi penangkapan ini juga diawali pada tahun 2007 dan ekspansi terjadi pada sebelah kiri kurva keseimbangan yield-effort, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 22.

6.5 Rekomendasi Kebijakan

Hasil analisis bioekonomi terhadap sumberdaya ikan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu yang diperoleh dalam penelitian ini akan didasarkan pada tahun terakhir (2013) sebagai rekomendasi untuk menentukan kebijakan bagi penentu kebijakan. Pada tahun 2013 (baik berdasarkan data asli maupun data terkoreksi) berdasarkan hasil analisis tangkap lebih belum mengalami overfishing,

baik overfishing secara biologi dan ekonomi. Namun tingkat upaya penangkapan selar kuning pada tahun 2013 menunjukkan tingkat upaya yang sebenarnya masih dapat menyerap banyak tenaga kerja dengan mangacu pada hasil analisis bioekonomi pada kondisi MEY. Oleh karena itu, kebijakan yang sebaiknya diterapkan dalam kegiatan penangkapan ikan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu adalah penambahan jumlah upaya penangkapan (unit alat tangkap) yang disesuaikan dengan kondisi MEY (baik berdasarkan data asli maupun data terkoreksi) untuk dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, menghasilkan rente ekonomi yang maksimum, dan juga tetap bisa menjaga kelestarian dari sumberdaya ikan selar kuning itu sendiri. Hasil analisis bioekonomi pada kondisi MEY maupun MSY (baik berdasarkan data asli maupun data terkoreksi) dalam penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk penetapan jumlah penambahan upaya penangkapan tersebut.

Selain rekomendasi kebijakan di atas, dari hasil kegiatan penelitian yang dilakukan di lapang juga menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan yang sebaiknya diterapkan atau diperbaiki. Pertama, proses pendataan yang dilakukan terhadap kegiatan penangkapan ikan di Perairan Kepulauan Seribu, khususnya kegiatan penangkapan selar kuning, sebaiknya lebih diperinci agar data yang dihasilkan dapat lebih lengkap baik secara runtun waktu, lokasi penangkapan atau

perairan pulau, dan lebih sesuai dengan kondisi di lapangan. Pendataan yang dilakukan dengan baik dan tepat dapat menghasilkan data yang lebih faktual, sehingga evaluasi atau penelitian yang dilakukan terhadap kegiatan penangkapan ikan, khususnya ikan selar kuning di Perairan Kepulauan Seribu, menjadi lebih tepat dan kebijakan yang diperoleh dari hasil evaluasi maupun penelitian menjadi lebih sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan di lapangan. Kedua, harga solar yang terdapat dilokasi penelitian, Pulau Sebira, lebih tinggi dari harga solar normal pada umumnya. Hal ini disebabkan jarak Pulau Sebira yang jauh dari daratan Jakarta, sehingga membutuhkan biaya pengangkutan solar yang lebih besar untuk mencapai Pulau Sebira dan terbatasnya ketersediaan bahan bakar solar. Penentu kebijakan dalam hal ini diharapkan mampu meringankan beban biaya yang ditanggung oleh nelayan dengan memberikan bantuan jasa transportasi untuk pengiriman bahan bakar solar satu atau dua kali dalam satu minggu. Sehingga harga bahan bakar solar yang diterima oleh nelayan Pulau Sebira diharapakan dapat sama dengan harga normal bahan bakar solar pada umumnya.

VII SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait