SINERGI DAN KONVERGENSI PROGRAM PENANGAN STUNTING DI DAERAH
A. PENDAHULUAN
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang terutama dalam seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) sehingga anak lebih pendek untuk usianya (Kementerian Kesehatan). Tolak ukurnya apabila tinggi badan berada di bawah minus dua standar deviasi panjang/tinggi anak seumuran.
Dampak stunting antara lain dampak prevalensi (meski turun namun nilai stunting pada “Baduta” masih 29,9 persen dan “Balita” masih 30,8 persen pada 2018), dampak kesehatan (gagal tumbuh, perkembangan kognitif dan motorik terhambat, dan gangguan metabolik saat dewasa), dan dampak ekonomi (potensi kerugian ekonomi sebesar 2-3 persen dari GDP tiap tahun, dan potensi keuntungan ekonomi sebesar 48 kali lipat dari penurunan stunting).
Dalam rangka percepatan pencegahan stunting, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) 1.000 HPK yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG. Dalam pembuatan kebijakan, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pencegahan stunting. Indikator dan target pencegahan stunting telah dimasukkan sebagai sasaran pembangunan nasional dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dan dalam penganggaran APBN, upaya ini dimasukkan dalam Anggaran Tematik APBN dengan tema Upaya Konvergensi Penanganan Stunting sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018. Secara kuantitatif bertujuan untuk mengidentifikasi output K/L dan mengalokasikan anggaran terkait percepatan pencegahan dan penurunan stunting. Sedangkan secara kualitatif untuk memastikan intervensi pencegahan/penurunan stunting dilakukan secara terintegrasi lintas sektor.
Kondisi di Riau
Di Provinsi Riau masih terdapat kabupaten/kota yang capaian angka harapan hidupnya dibawah rata-rata Provinsi. Rendahnya angka harapan hidup pada masing-masing kabupaten tersebut menunjukan masih rendahnya tingkat aksesibilitas
masyarakat terhadap layanan kesehatan, akses kesehatan, dan status gizi masyarakat yang terdiri dari anak dengan gizi buruk (wasting), anak pendek (stunting), maupun anak kurus (underweight).
Menurut hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) kementerian kesehatan tahun 2018 Balita dengan kelaziman (Prevalensi) Gizi Buruk pada tahun di Riau masih tinggi yakni 4,27%, sementara target pada RPJMD untuk gizi buruk 2018 1,2%. Begitu pula untuk balita dengan status gizi sangat pendek dan pendek sebesar 27,35 % sementara Target RPJMD tahun 2018 sebesar 25,2% yang artinya dari sekian balita yang diukur terdapat 25,2 % yang statusnya sangat pendek dan pendek.
Data secara detil hasil riskesdas 2018 terkait prevalensi status gizi dapat dilihat pada table berikut :
Tabel : 7.1 Prevalensi Status Gizi 2018
1 KAB KUANTAN SINGINGI 1,22 8,16 9,38 5,99 18,62 24,61 0,95 16,84 17,79 2 KAB INDRAGIRI HULU 3,44 9,40 12,84 12,78 19,43 32,21 2,32 15,36 17,68 3 KAB INDRAGIRI HILIR 6,97 8,76 15,73 11,24 20,96 32,20 5,29 20,34 25,63 4 KAB PELALAWAN 5,51 8,22 13,73 10,68 14,83 25,51 6,08 10,35 16,43 5 KAB S I A K 2,56 7,16 9,72 4,84 16,12 20,96 1,23 13,87 15,10 6 KAB KAMPAR 4,36 7,26 11,62 14,42 17,63 32,05 2,61 16,81 19,42 7 KAB ROKAN HULU 4,28 10,72 15,00 9,39 17,86 27,25 6,87 17,64 24,51 8 KAB BENGKALIS 3,32 4,42 7,74 13,28 18,99 32,27 4,39 8,12 12,51 9 KAB ROKAN HILIR 3,77 9,50 13,27 17,58 20,50 38,08 6,57 14,29 20,86 10 KAB KEPULAUAN MERANTI 5,74 7,59 13,33 9,46 20,41 29,87 6,22 12,68 18,90 11 KOTA PEKANBARU 5,40 8,10 13,50 4,81 11,18 15,99 4,67 10,61 15,28 12 KOTA D U M A I 1,20 4,80 6,00 4,69 12,57 17,26 1,08 8,97 10,05 JUMLAH RIAU 4,21 8,04 12,25 10,27 17,08 27,35 4,27 14,05 18,32
Kekuranggizian (underweight) Sangat
Kurus Kurus jumlah
Sangat Pendek No Kabupaten/Kota
Kekurusan (Wasting) Kependekan (stunting)
Pendek Jumlah Gizi Buruk Gizi Kurang Jumlah
Sumber : Riskesdas 2018
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa prevalensi status gizi balita di Riau berdasarkan riskesdas 2018 masih melebihi target yang ditetapkan dalam RPJMD, baik untuk status
Grafik 7.1 Perbandingan Data Riskesdas & RPJMD 2020
gizi sangat pendek, pendek, maupun gizi buruk. Menurut WHO 2010, kesehatan masyarakat dianggap bermasalah jika nilai prevalensinya sebagai berikut :
a. Prevalensi berat-kurang (underweight/BB/U) serius bila antara 20,0 - 29,0 persen, dan prevalensi sangat tinggi bila ≥30 persen.
b. Prevalensi tinggi bila kependekan (stunting/TB/U) sebesar 30 – 39 persen, dan prevalensi sangat tinggi bila ≥40 persen.
c. Prevalensi kekurusan (wasting/BB/TB) antara 10,0- 14,0 persen sebagai masalah serius, dan dianggap kritis bila ≥15,0 persen.
Dari indikator tersebut maka prevalensi berat-kurang (underweight) di Riau masuk kategori belum serius, prevalensi kependekan (stunting) masih belum tinggi, dan prevalensi kekurusan (wasting) masuk kategori serius.
Stunting (tumbuh pendek) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya.Biasanya hal ini terjadi dimana kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada awal kehidupan setelah lahir, tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena (1) praktek pengasuhan yang tidak baik, (2) terbatasnya layanan kesehatan, (3) kurangnya akses ke makanan bergizi, dan (4) kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Berdasarkan data riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 dapat dilihat perbandingan balita stunting di Riau sebagai berikut :
Selama lima tahun, tingkat prevalensi stunting di riau mengalami penurunan dari 36,8 % pada tahun 2013, menjadi 27,35 pada tahun 2018 sehingga mengalami penurunan prevalensi stunting sebesar 9,45%. Hal ini menunjukkan sudah ada peningkatan dalam program perbaikan gzi masyarakat, meskipun angka tersebut masih berada di atas target stunting RPJMD Riau sebesar 25,2%.
Sedangkan dalam tahun 2019, Dinas Kesehatan Propinsi Riau telah melakukan pemantauan terhadap 149.280 balita dari 601.00 balita sasaran (24,8%) se-kabupaten/kota di Provinsi Riau yang hasilnya sebagaimana terlihat pada table 7.2 Dari
Grafik 7.2 Data Tumbuh Pendek (Stunting) Riau
Sumber: Riskesdas 2013 dan 2018
36,8 27,35 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Riskesdas 2013 Riskesdas 2018 p er se n ta se
tabel tersebut terlihat bahwa status gizi stunting di Provinsi Riau sebesar 10,90 %, lebih rendah dari hasil riskesdas 2018 sebesar 27,35%.
Tabel :7.2 Hasil Pemantauan Gizi 2019
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi
Sedangkan dari sisi jumlah penderitanya, balita dengan gizi stunting sebagaimana terlihat pada grafik 7.3, dimana jumlah balita stunting terbanyak adalah Kab. Kampar sebanyak 3.128 orang, Kab.Indragiri Hilir sebanyak 2.021 orang, Kab. Bengkalis sebanyak 1.813 orang, Kab.Meranti sebanyak 1.745, Kab.Pelalawan sebanyak 1.742 orang, Kab.Rokan Hilir sebanyak 1.474 orang, Kota Pekanbaru sebanyak 1.248 orang, Rokan Hulu sebanyak 878, Kab.Indragiri Hulu sebanyak 831, Kab.Kuantan Singingi sebanyak 650, Kab.Siak sebanyak 455, dan Kota Dumai sebanyak 290 orang. Total Keseluruhan Provinsi Riau sebanyak 16.275 orang
B. Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting
Konvergensi berarti pemusatan pada satu titik tertentu dari berbagai kegiatan untuk penanggulangan Stunting. Hal ini Karen stunting disebabkan oleh faktor multidimensi,
1 KAB KUANTAN SINGINGI 1,64 4,45 6,09 3,39 8,60 11,99 1,44 7,12 8,56 2 KAB INDRAGIRI HULU 2,20 4,37 6,57 4,67 10,85 15,52 2,26 7,17 9,43 3 KAB INDRAGIRI HILIR 2,16 3,60 5,76 7,25 11,09 18,34 1,93 9,13 11,06 4 KAB PELALAWAN 2,26 4,34 6,60 4,02 6,69 10,71 1,33 5,16 6,50 5 KAB S I A K 1,22 4,53 5,75 5,09 9,12 14,21 2,15 8,21 10,37 6 KAB KAMPAR 2,56 5,68 8,24 4,36 7,74 12,10 1,47 7,11 8,58 7 KAB ROKAN HULU 1,99 4,40 6,39 3,05 7,89 10,94 1,51 8,78 10,28 8 KAB BENGKALIS 2,95 5,75 8,70 3,60 7,56 11,17 1,28 8,03 9,30 9 KAB ROKAN HILIR 1,29 3,33 4,62 2,08 3,80 5,88 0,82 3,63 4,45 10 KAB KEPULAUAN MERANTI 2,11 6,08 8,20 3,50 8,70 12,20 1,46 8,47 9,94 11 KOTA PEKANBARU 2,07 3,45 5,52 3,35 5,65 9,00 1,38 5,11 6,49 12 KOTA D U M A I 0,36 1,93 2,29 1,65 4,56 6,21 0,71 6,63 7,34 JUMLAH RIAU 2,06 4,52 6,59 3,73 7,17 10,90 1,37 6,61 7,98 Kabupaten/Kota No Sangat
Pendek Pendek Jumlah Gizi Buruk Gizi Kurang Jumlah Kekurusan (Wasting) Kependekan (stunting) Kekuranggizian (underweight) Sangat
Kurus Kurus jumlah
Grafik 7.3 Hasil Pemantauan Gizi 2019
Sumber: Dinkes Prov Riau (2019)
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 KUANTAN SINGINGI INDRAGIRI HULU INDRAGIRI HILIR PELALAWAN S I A K KAMPAR ROKAN HULU BENGKALIS ROKAN HILIR KEP. MERANTI KOTA PEKANBARU KOTA D U M A I Jumlah Orang
oleh karena itu harus ditangani multisektor. Secara umum, penyebab stunting menurut Kemenkes antara lain (1) praktek pengasuhan yang tidak baik, (2) terbatasnya layanan kesehatan, (3) kurangnya akses ke makanan bergizi, dan (4) kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Dari berbagai penyebab stunting, fokus pemerintah adalah penangan masalah kekurangan gizi kronis atau malnutrisi, Konsep malnutrisi menurut UNICEF adalah :
Gambar 1 : Konsep Malnutrisi
Sumber: Kementerian Kesehatan (2018)
Menurut Kemenkes (2018) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018, untuk mengatasi hal tersebut terdapat tiga kegiatan yang harus dilakukan yaitu digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
1. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi gizi spesifik ditujukan kepada anak dalam 1.000 (seribu) hari pertama kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, dan hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Intervensi spesifik berkontribusi sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari upaya penanganan stunting. Intervensi ini lebih ditujukan pada
upaya menangani penyebab langsung masalah gizi (asupan) makan dan penyakit infeksi) dan berada dalam lingkup kebijakan kesehatan.
Keluaran (output) yang dapat dikategorikan mendukung kegiatan ini adalah :
b) Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 (nol sampai dengan enam) bulan
c) lntervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 (tujuh sampai
dengan dua puluh tiga) bulan . 2. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi ini ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000 (reribu) HPK, Intervensi sensitive berkontribusi 70% (tujuh puluh persen) dari upaya penangan stunting. Intervensi ini untuk mengatasi penyebab tidak langsung yang mendasari terjadinya masalah gizi (ketahanan pangan, akses pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, serta pola asuh) dan terkait dengan kebijakan yang lebih luas tidak terbatas bidang kesehatan saja tetapi juga pertanian, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi, perlindungan sosial, dan pemberdayaan perempuan.
Keluaran (output) yang dapat dikategorikan mendukung kegiatan ini adalah : a) Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih
b) Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi.
c) Melakukan fortifikasi bahan pangan.
d) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan keluarga berencana
(KB)
e) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
f) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal) .
g) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
h) Memberikan pendidikan anak usia dini universal.
i) Memberikan pendiidkan gizi masyarakat.
j) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja
k) Menyediakan bantuan dan Jaminan sosial bagi keluarga miskin
l) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
3. Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan yang mendukung ditujukan untuk faktor-faktor mendasar yang berhubungan dengan status gizi seperti pemerintahan, pendapatan, dan kesetaraan. Investasi ini dapat berbentuk undang-undang, peraturan, kebijakan, investasi untuk pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kapasitas pemerintahan. Sebagian besar investasi yang menyasar pada penyebab tidak
langsung dan akar masalah gizi bukanlah hal yang langsung berkaitan dengan masalah gizi, dengan kata lain kegiatan yang dilakukan tidak secara eksplisit ditujukan untuk tujuan penanggulangan masalah gizi, namun intervensi ini dapat menjadi bagian penting dari perbaikan gizi.
Tiga kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2 : Program Intervensi Gizi
Sumber : Kemenkes (Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Stunting di Indonesia),2019
C. Penanganan Stunting Oleh Pemerintah
Konvergensi tidak hanya pada lokasi, namun juga pengintegrasian sumber pendanaan belanja K/L, DAK Fisik (bidang Kesehatan, Air Minum, Sanitasi, DAK Non Fisik (BOK,BOKB,Adminduk, BOP PAUD), Dana Desa dan hibah pada sektor tertentu yang relevan (air minum). Di Provinsi Riau Konvergensi penanganan stunting bersumber dari berbagai sumber dana yang secara total sebagai berikut :
Tabel 7.1 : Konvergensi Sumber Dana Stunting Riau (rupiah)
SumberDana Spesifik Sensitif Dukungan
K/L 10.805.182.423 202.125.469.674 11.859.360.499
DAK Fisik 11.596.536.556 546.287.764.514 -
DAK Non Fisik 4.389.969.780 3.104.033.800 2.758.297.000
APBD 11.905.828.808 134.482.872.915 19.851.666.641
Jumlah 41.942.822.657 984.687.521.393 34.469.324.140
Sumber : OMSPAN, Pemda
Dari tabel 7.1 tersebut, dapat dilihat bahwa konvrgensi sumber dana untuk penangana stunting di Riau yang dapat kami verifikasi berasal dari 4 (empat) sumber dana, yaitu : sumber dana dari DIPA K/L, Dana Transfer DAK Fisik, DAK Non Fisik, Dana Desa, dan Dana DIPA Pemerintah Daerah (APBD), sedangkan sumber dana yang lain seperti DBH, DID, dan dana transfer lainnya belum dapat kami verifikasi.
Persentase masing-masing sumber dana konvergensi, dapat dilihat pada grafik 7… sebagai berikut :
Grafik 7…. : Persentase sumber dana konvergensi stunting
Komposisi Realisasi Anggaran Penanganan Stunting berdasarkan jenis intervensi
Komposisi Realisasi Anggaran Penanganan Stunting berdasarkan Sumber dana
Sumber : OMSPAN, Pemda
Dari gafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah realisasi dana konvergensi secara keseluruhan sebesar Rp1,06 triliun, terdiri dari konvergensi spesifik sebesar Rp41,9 milyar (4%), konvergensi sensitif sebesar 984,6 milyar (93%), konvergensi pendampingan/dukungan sebesar Rp34,4 milyar (3%), sedangkan besarnya sumber dana dari DIPA K/L sebesar 21%, dana DAK Fisik sebesar 52%, Dana Desa 21%, DIPA APBD sebesar 16%, dan dana DAK Non Fisik sebesar 1%. Sehingga porsi terbesar penanganan stunting berasal dari dana DAK Fisik.
III.1 Analisis Penanganan Stunting pada Belanja K/L dalam APBN
1. Kelompok penanganan stunting intervensi Spesifik
4%
93% 3%
Spesifik Sensitif Dukungan
Rp1,06
Triliun
21% 52% 1% 10% 16%KL DAK DAK Non Fisik DD APBD
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Spesifik hanya terdapat pada kementerian Kesehatan (BA.024) dengan total terdapat 28 output, total pagu sebesar Rp11.585.458.000,-, total dengan realisasi Rp10.805.182.423,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi spesifik BA K/L
Sumber : OMSPAN
Dari table 7.1 dapat dijelaskan bahwa terdapat 28 output pada Kementerian Kesehatan di Riau untuk penangan stunting intervensi spesifik. Pada umumnya realisasi anggaran tidak ada satu outpun yang mencapai 100%, sedangkan realisasi outputnya telah efektif mencapai 100%, kecuali terdapat 6 (empat) output yang realisasinya dibawah 100% yaitu :
a) output : 02405082058004 Layanan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB dengan alasannya penyakit berpotensi KLB belum banyak terjadi.
b) Output 02405082058006 Layanan Imunisasi alasanya Surveilans KIPI tidak tercapai 100% (tidak ada kasus)
c) Output 02405082059005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria alasannya sediaan darah mikrokpis yang diuji silang tidak terlaksana 100% ( kab/Kota tdk mengirim sample)
d) Output 02405082059006 Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis alasannya Bimtek P2 ke Kab/Kota, 1 kab./Kota tidak terlaksana
e) Output 02405082060504 Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit frambusia alasannya pengiriman Logistik tdk terlaksana ( Logistik diambil oleh Kab./Kota)
f) Output 02407092065506 Program Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan alasannya Realisasi kegiatan hanya mencapai 95%
2. Kelompok penanganan stunting intervensi Sensitif
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Spesifik terdapat pada 7 (tujuh) kementerian dengan total terdapat 48 output, total pagu sebesar Rp281,2 milyar dengan realisasi Rp202,1 milyar, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 7. : Tabel intervensi sensitif BA K/L
Sumber : OMSPAN
Dari table 7.1 dapat dijelaskan bahwa terdapat 28 output untuk penangan stunting intervensi sensitif. Pada umumnya realisasi anggaran tidak mencapai 100% dengan alasan efisiensi kegiatan, sedangkan realisasi outputnya telah efektif mencapai 100%, kecuali terdapat 3 (tiga) output yang realisasinya dibawah 100% yaitu : a) Output 02503082104008 Bimbingan Perkawinan Pra Nikah dengan alasan
Telah terealisasi 100% dari pagu belanja yang dapat di bayarkan.
b) Output 03305072414004 Sistem Pengelolaan Air Limbah alasan salah pengtikan realisasi output, seharusnya diketik 23.424, namun diketik 23,42
Alokasi Realisasi % Target Realisasi % 1 Kementerian Pertanian (BA 018) 01811141816101 1 5.766.500.000 5.765.344.000 100,0 127,0 127,0 100,0
01811141816106 1 750.000.000 735.877.800 98,1 1,0 1,0 100,0 Sub total 2 6.516.500.000 6.501.221.800 99,8 128,0 128,0 100,0 2 Kementerian Kesehatan (BA 024) 02403065833002 1 1.336.408.000 1.257.153.261 94,1 1,0 1,0 100,0 02403065833004 1 274.301.000 193.860.700 70,7 1,0 1,0 100,0 02403065834501 1 143.656.000 141.356.000 98,4 763,0 763,0 100,0 02403065834504 1 84.944.000 82.743.600 97,4 2.947,0 2.947,0 100,0 02403065834505 1 191.202.000 158.110.800 82,7 1.276,0 1.276,0 100,0 02403065834506 1 133.636.000 122.756.000 91,9 18,0 18,0 100,0 02404072090505 1 100.000.000 93.283.000 93,3 1,0 1,0 100,0 02404072094505 1 212.174.000 200.213.800 94,4 1,0 1,0 100,0 Sub total 8 2.476.321.000 2.249.477.161 90,8 5.008,0 5.008,0 100,0 3 Kementerian Agama (BA 025) 02503082104008 13 2.039.000.000 1.678.329.296 82,3 9.290,0 8.170,0 87,9 02508122145014 1 34.686.000 31.968.000 92,2 50,0 50,0 100,0 Sub total 14 2.073.686.000 1.710.297.296 82,5 9.340,0 8.220,0 88,0 4 Kementerian Sosial (027) 02705072251001 1 3.030.920.000 2.650.952.850 87,5 1,0 1,0 100,0 Sub total 1 3.030.920.000 2.650.952.850 87,5 1,0 1,0 100,0 5 Kementerian PUPR (BA033) 03305072414004 3 202.753.349.000 130.170.736.114 64,2 48.274,0 24.873,4 51,5 03305072415005 1 3.347.500.000 2.476.427.400 74,0 1,0 1,0 100,0 03305072415007 2 10.300.000.000 8.561.423.750 83,1 40,0 40,0 100,0 03305072415008 14 46.363.210.000 43.536.957.858 93,9 41,1 41,1 100,0 Sub total 20 262.764.059.000 184.745.545.122 70,3 48.356,1 24.955,5 51,6 6 BPOM (063) 06301063165088 1 2.162.203.000 2.146.601.540 99,3 27,0 27,0 100,0 Sub total 1 2.162.203.000 2.146.601.540 99,3 27,0 27,0 100,0 7 BKKBN (068) 06801063331081 1 720.000.000 719.423.505 99,9 29.943,0 29.943,0 100,0 06801063331085 1 1.480.060.000 1.401.950.400 94,7 509,0 466,0 91,6 Sub total 2 2.200.060.000 2.121.373.905 96,4 30.452,0 30.409,0 99,9 Total 48 281.223.749.000 202.125.469.674 71,9 93.312,1 68.748,5 73,7 Output No
KODE BA/KL Kode Output Jumlah
satker
c) Output 06801063331085 Penguatan Peran PIK Remaja dan BKR dalam edukasi Kespro dan Gizi bagi Remaja putri sebagai calon ibu dengan alasan peserta kelompok remaja putri tidak semua bisa hadir.
3. Kelompok penanganan stunting Dukungan/pendampingan
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi dukungan/pendampingan Spesifik terdapat pada 5 (lima) kementerian dengan total terdapat 23 output, total pagu sebesar Rp12,4 milyar dengan realisasi Rp11,85 milyar, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi Dukungan BA K/L
Sumber : OMSPAN
Dari table 7.1 dapat dijelaskan bahwa terdapat 23 output tersebut pada umumnya realisasi anggaran belum mencapai 100% (hanya dua output yang sudah 100%), sedangkan realisasi outputnya telah efektif mencapai 100%, kecuali terdapat 5 (Lima) output yang realisasinya dibawah 100% yaitu :
a) Output : 02412102076501 Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan peserta kurang.
b) Output 02412102076505 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan alasan peserta kurang
c) Output 05401062895009 Publikasi/Laporan statistic Kesejahteraan Rakyat dengan alasan pengurangan publikasi/laporan
III.2 Analisis Penanganan Stunting pada Belanja DAK Fisik
Alokasi Realisasi % Target Realisasi % 1 Kementerian Pertanian (018) 01811141815115 1 220.000.000 219.768.393 99,9 3,0 3 100,0 sub total 1 220.000.000 219.768.393 99,9 3,0 3 100,0 2 Kementerian Kesehatan (024) 02401012038963 1 370.593.000 357.232.100 96,4 1,0 1 100,0 02403065833001 1 522.010.000 475.240.000 91,0 1,0 1 100,0 02404072087509 1 93.786.000 83.926.000 89,5 61,0 61 100,0 02412102076501 1 130.059.000 116.523.600 89,6 30,0 1 3,3 02412102076505 1 1.725.960.000 1.562.336.600 90,5 330,0 1 0,3 sub total 5 2.842.408.000 2.595.258.300 91,3 423,0 65 15,4 3 Kementerian PUPR (033) 03305072414003 1 814.452.000 806.174.696 99,0 9,0 9 100,0 03305072415003 2 3.092.372.000 2.813.591.455 91,0 13,0 13 100,0 sub total 3 3.906.824.000 3.619.766.151 92,7 22,0 22 100,0 4 BPS (054) 05401062895009 13 4.510.234.000 4.462.219.690 98,9 26,0 24 92,3 sub total 13 4.510.234.000 4.462.219.690 98,9 26,0 24 92,3 5 Bappenas (055) 05501065246608 1 962.491.000 962.347.965 100,0 1,0 1 100,0 sub total 1 962.491.000 962.347.965 100,0 1,0 1 100,0 Total Dukungan 23 12.441.957.000 11.859.360.499 95,3 475,0 115 24,2 Jumlah satker Anggaran Output
1. Kelompok penanganan stunting intervensi Spesifik
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Spesifik hanya Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan, kegiatan Penyediaan Obat dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) di Kab/Kota dengna pagu Rp11,5 miliar, output 44.119 paket obat.
2. Kelompok penanganan stunting intervensi Sensitif
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Sensitif terdapat 4 (empat) bidang yakni bidang air minum, bidang kesehatan, bidang sanitasi, dan bidang pendidikan dengan total pagu Rp534,6 miliar, dengan output tersebut dalam tabel.
III.3 Analisis Penanganan Stunting pada Belanja DAK Non Fisik
1. Kelompok penanganan stunting intervensi Spesifik
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Spesifik ada pada Kab.Meanti, Pekanbaru, Rohul, dan Inhu dengna pagu RP4,5 miliar dan realisasiRp4,38 miliar, dengna jumlah kegiatan 17 kegiatan/output
2. Kelompok penanganan stunting intervensi Sensitif.
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Sensitif ada pada Kota DUmai, Kab.Meranti, Kab.Rohuldengan pagu RP3,1 miliar dan realisasi Rp3,1 miliar, dengan jumlah kegiatan 16 kegiatan/output.
3. Kelompok penanganan stunting intervensi Dukungan
Pagu Volume output SATUAN Pagu Volume output SATUAN
Air Minum 62.210.360.355 11.958,75 SR Kesehatan 147.000.000 21,00 Buah 178.186.130.567 40.491,00 Paket 11.596.536.556 44.119,00 Paket 254.543.469.742 136,00 Unit sub total 432.729.600.309 Pendidikan 2.784.171.000 99,00 Paket 6.772.696.100 66,00 Ruang sub total 9.556.867.100 Sanitasi 1.292.593.000 4,00 Hektar 40.351.343.750 1.261,00 Unit sub total 41.643.936.750 TOTAL 546.287.764.514 11.596.536.556 44.119,00 Paket Sensitif Spesifik NAMA BIDANG
Alokasi Realisasi Jumlah Keg. Alokasi Realisasi Jumlah Keg. Alokasi Realisasi Jumlah Keg.
Dumai - - - 58.500.000 58.500.000 2 - - -Meranti 543.741.000 543.741.000 9 2.447.403.000 2.447.403.000 8 590.655.000 583.478.000 3 Pekanbaru 2.005.000.000 1.864.141.300 1 - - - - - -Rohul 1.378.647.200 1.378.647.200 6 598.130.800 598.130.800 6 2.134.480.000 2.134.480.000 3 Inhu 613.668.000 603.440.280 1 - - - 40.419.000 40.339.000 2 Total 4.541.056.200 4.389.969.780 17 3.104.033.800 3.104.033.800 16 2.765.554.000 2.758.297.000 8
Di Provinsi Riau yang melakukan penanganan stunting intervensi Sensitif ada pada Kab.Meranti, Kab.Rohul , dan Kab. Inhu dengan pagu RP2,76 miliar dan realisasi Rp2,75 miliar, dengan jumlah kegiatan 8 kegiatan/output.
III.3 Analisis Penanganan Stunting pada Belanja Dana Desa 1. Kelompok penanganan stunting intervensi spesifik
Di Provinsi Riau terdapat 194 jumlah kegiatan dari dana desa terkait penanganan stunting intervensi spesifik dengan total pagu sebesar Rp3.657.065.802,- dan total realisasi Rp3.279.605.090,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi spesifik Dana Desa
PEMDA
Anggaran Jumlah
kegiatan Alokasi Realisasi %
BENGKALIS 34 693.540.000 693.540.000 100 INHIL 35 282.066.397 248.802.290 88 KUANSING 23 511.217.900 511.217.900 100 MERANTI 34 974.820.100 974.820.100 100 PELALAWAN 26 244.306.800 244.285.800 100 ROHIL 2 60.000.000 60.000.000 100 ROHUL 34 784.303.605 446.438.000 57 SIAK 6 106.811.000 100.501.000 94 Total 194 3.657.065.802 3.279.605.090 90 Sumber :
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dari 13 pemda di Riau terdapat 8 pemda yang memiliki kegiatan penangan stunting intervensi spesifik yang berasal dari dana desa. Seluruh kegiatan tersebut berkaitan dengan Posyandu.
2. Kelompok penanganan stunting intervensi sensitif
Di Provinsi Riau terdapat 2.402 jumlah kegiatan dari dana desa terkait penanganan stunting intervensi sensitif dengan total pagu sebesar Rp3.657.065.802,- dan total realisasi Rp3.279.605.090,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi spesifik Dana Desa
PEMDA CLUSTER
Anggaran Jumlah
kegiatan Alokasi Realisasi %
BENGKALIS AIR BERSIH 10 445.564.872 445.564.872 100
LAINNYA 2 70.250.000 70.250.000 100
MCK 6 187.656.900 187.656.900 100
PAUD 131 4.943.544.448 4.943.544.448 100
POSYANDU 192 5.271.807.351 5.271.807.351 100
SUMUR 25 834.108.599 834.108.599 100
INHIL AIR BERSIH 24 830.340.970 771.087.550 93
DRAINASE 36 2.800.724.400 2.538.581.888 91
LAINNYA 7 413.211.250 409.211.250 99
MCK 19 1.148.213.300 1.040.140.600 91
PEMDA CLUSTER
Anggaran Jumlah
kegiatan Alokasi Realisasi %
POSYANDU 196 4.944.210.851 4.741.092.334 96
SUMUR 154 5.419.454.581 5.307.592.721 98
KAMPAR AIR BERSIH 20 1.087.850.300 874.338.250 80
LAINNYA 115 4.839.346.023 4.283.118.371 89
MCK 35 2.918.388.140 2.464.501.390 84
PAUD 54 2.033.552.637 1.833.356.837 90
POSYANDU 244 6.959.463.237 6.317.760.501 91
SUMUR 20 889.589.261 627.030.950 70
KUANSING AIR BERSIH 33 3.748.826.657 3.586.498.283 96
LAINNYA 15 2.453.670.300 2.392.974.050 98 MCK 29 3.364.782.843 3.330.195.848 99 PAUD 172 9.932.031.974 9.600.995.248 97 POSYANDU 161 9.009.777.002 8.733.348.071 97 RAGA DESA 5 588.665.400 588.665.400 100 SUMUR 18 1.760.128.034 1.758.414.107 100
MERANTI AIR BERSIH 7 395.949.000 392.915.000 99
MCK 10 343.037.921 343.037.921 100 POSYANDU 21 1.933.840.100 1.929.628.100 100 SUMUR 10 613.430.000 612.135.650 100 PELALAWAN LAINNYA 1 20.000.000 20.000.000 100 PAUD 37 1.938.581.750 1.938.581.750 100 POSYANDU 82 1.797.631.772 1.747.573.072 97 ROHIL MCK 2 114.502.200 114.502.200 100 PAUD 12 214.658.300 214.658.300 100 POSYANDU 18 791.303.200 791.303.200 100 SUMUR 18 524.786.300 524.786.300 100 ROHUL DRAINASE 1 88.900.000 41.300.000 46 LAINNYA 2 13.145.673 13.028.373 99 PAUD 66 2.809.532.720 1.521.292.523 54 POSYANDU 41 933.999.100 823.859.869 88
SIAK AIR BERSIH 10 412.890.179 411.717.279 100
LAINNYA 25 2.627.618.392 2.622.847.929 100 MCK 9 419.507.253 419.071.909 100 PAUD 44 3.861.042.393 3.772.275.574 98 POSYANDU 41 3.301.426.155 3.235.873.395 98 RAGA DESA 1 57.272.300 57.272.300 100 SUMUR 17 1.386.319.679 1.386.086.691 100 Total Total 2.402 104.437.107.824 98.653.080.490 94 Sumber :
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dari 13 pemda di Riau terdapat 9 pemda yang memiliki kegiatan penangan stunting intervensi sensitive yang berasal dari dana desa. Dari kegiatan tersebut, terdapat 2 kegiatan yang realisasinya masih rendah yaitu untuk kegiatan terkait dengan drainase dan PAUD di pemda Rokan Hulu sebesar 46% dan 54%.
III.5 Analisis Penanganan Stunting pada Belanja APBD 1. Kelompok penanganan stunting intervensi spesifik
Di Provinsi Riau terdapat 47 jumlah kegiatan terkait penanganan stunting intervensi gizi spesifik dengan total pagu sebesar Rp13.281.546.749,- dan total realisasi Rp11.905.828.808,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi spesifik APBD
Sumber :
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dari 13 pemda di Riau terdapat 10 pemda yang memiliki kegiatan penangan stunting intervensi spesifik. Untuk pemda Rohil dan Rohul, tidak memiliki kegiatan penanganan stunting untuk intervensi spesifik namun terdapat kegiatan intervensi stunting sensitif. Hanya terdapat 3 pemda yang mencapai target 100% yaitu pemda Kampar, Kepulauan Meranti, dan Pelalawan, dengan rincian output sebagai berikut :
g) penemuan dan penanganan kasus ibu hamil resti, kematian ibu, bayi dan balita (puskesmas)
h) fasilitas kesehatan yang melaksanakan pelayanan persalinan i) anak yang mendapatkan imunisasi rutin
j) anak usia 0 s.d 11 bulan mendapat imunisasi dasar k) pemberian makanan tambahan untuk balita gizi kurang l) pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK m) bayi 0-11 bulan mendapatkan pelayanan sesuai standar n) bayi 0-6 bulan mendapat asi eksklusif
o) memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit dan menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Jumlah
kegiatan Alokasi Realisasi %
Bengkalis 8 2.397.538.106 2.257.413.550 94 Dumai 4 341.148.000 126.587.400 37 Inhil 1 337.271.000 325.098.932 96 Kampar 6 1.540.241.500 1.540.241.500 100 Meranti 1 48.778.000 48.778.000 100 Pekanbaru 8 1.009.566.348 818.669.093 81 Pelalawan 5 4.163.892.490 4.163.892.490 100 Provinsi Riau 10 1.903.611.305 1.359.379.443 71 Rohil Rohul Siak 3 1.414.500.000 1.141.999.400 81 Inhu 1 125.000.000 123.769.000 99 Total 47 13.281.546.749 11.905.828.808 90 PEMDA Anggaran
2. Kelompok penanganan stunting intervensi sensitif
Di Provinsi Riau terdapat 65 jumlah kegiatan terkait penanganan stunting intervensi sensitif dengan total pagu sebesar Rp142.383.465.510,- dan total realisasi Rp134.482.872.915,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi sensitif APBD
PEMDA
Anggaran
Keterangan Jumlah
kegiatan Alokasi Realisasi %
Bengkalis 1 250.000.000 245.000.000 98 Dinas Kesehatan
Dumai 4 156.450.000 156.450.000 100 PUPR
Inhil 7 6.267.340.900 4.086.998.899 65 Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kampar 3 1.019.101.500 1.019.101.500 100 Dinas Kesehatan
Meranti 6 17.149.877.204 17.149.877.204 100 Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan
Pekanbaru 6 717.920.756 699.444.256 97 Dinas Kesehatan
Pelalawan 1 99.980.000 99.980.000 100 Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Provinsi
Riau
11 111.589.997.400 106.330.307.646 95 Dinas Kesehatan,
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas PUPR, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Sosial, Dinas Kelautan dan Perikanan
Rohil 23 4.725.897.350 4.290.658.010 91 Dinas Lingkungan
Hidup, Dinas Perikanan, Dinas P2KBP3A, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Pendidikan, Dinas PUTR
Rohul 2 300.000.000 300.000.000 100 Dinas Kesehatan,
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Perumahan dan Permukiman
Siak
Inhu 1 106.900.400 105.055.400 98 Dinas Kesehatan
Total 65 142.383.465.510 134.482.872.915 94
Sumber :
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dari 13 pemda di Riau terdapat 11 pemda yang memiliki kegiatan penangan stunting intervensi sensitif. Untuk pemda Siak hanya memiliki kegiatan penanganan stunting untuk intervensi spesifik. Terdapat 5 pemda yang mencapai target 100% yaitu pemda Dumai, Kampar, Kepulauan Meranti,
Pelalawan, dan Rohul. Untuk pemda Indragiri Hilir, salah satu penyebab realisasi masih rendah (65%) yaitu karena adanya kegiatan pembangunan saluran drainase/gorong-gorong yang terkena tunda bayar.
3. Kelompok penanganan stunting intervensi dukungan
Di Provinsi Riau terdapat 37 jumlah kegiatan terkait penanganan stunting intervensi dukungan dengan total pagu sebesar Rp142.383.465.510,- dan total realisasi Rp134.482.872.915,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 7. : Tabel intervensi dukungan APBD
PEMDA
Anggaran
Keterangan Jumlah
kegiatan Alokasi Realisasi %
Bengkalis Dumai
Inhil 7 16.694.358.460 15.437.059.910 92 LOKA POM KAB.
INHIL; Dinas Kesehatan; Dinas Sosial; Dinas Komunikasi, Informatika Persandian Dan Statistik; Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kampar