• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

G. Analisis Tentang Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

f) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan Penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara Pidana sepanjang menyangkut ketentuan ayat 1 (Pasal 39 ayat (2) KUHAP ).

G. Analisis Tentang Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Tata Kerja Rumah Tahanan dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, tugas pokok RUPBASAN adalah “Melakukan penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan negara”.

Melakukan penyimpanan benda sitaan Negara dan barang rampasan Negara berarti melakukan perbuatan menyimpan atau menaruh di tempat yang aman supaya jangan rusak atau hilang atau berkurang benda dan barang tersebut.

Penyimpanan dilakukan dengan baik dan tertib sesuai dengan Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dan Juknis (Petunjuk Teknis) pengelolaan benda sitaan Negara dan barang rampasan Negara sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh yang berkepentingan mudah dan cepat mendapatkannya.

Melakukan pemeliharaan benda sitaan Negara dan barang rampasan Negara berarti merawat benda dan barang tersebut agar tidak rusak serta tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya sejak penerimaan sampai dengan pengeluarannya.

Selanjutnya dalam pasal 29 dinyatakan bahwa untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RUPBASAN mempunyai fungsi : 1. Tugas Pokok Rupbasan adalah melakukan penyimpanan benda sitaan

negara

2. Fungsi Rupbasan ada 4 (empat) macam, yaitu :

 Melakukan pengadministrasian Barang Sitaan Negara,\

 Melakukan pemeliharaan dan Mutasi Barang sitaan Negara

 Melakukan pengamanan dan pengelolaan RUPBASAN

 Melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan 3. STRUKTUR ORGANISASI RUPBASAN

Berikut struktur Organisasi yang ada di RUPBASAN:

a. KepalaRupbasan

b. Sub Seksi Administrasi dan Pemeliharaan, bertugas melakukan pengadministrasian, penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan mutasi benda sitaan dan barang rampasannegara.

c. Sub Seksi Pengamanan dan Pengelolaan, bertugasmelakukan pemeliharaan keamanan serta mengurus keuangan, rumah tangga dan kepegawaian Rupbasan.

d. Petugas Tata Usaha, bertugas melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan. Susunan organisasi tersebut digambarkan dalam bentuk struktur organisasi Rupbasan Kelas I sebagai berikut :

4. Penerimaan dan Penelitian Benda SitaanNegara

Sebagai unit pelaksana teknis yang diberi wewenang untuk mengelola benda sitaan maka Rupbasan bertanggung jawab secara fisik dan administrasi terhadapsemua benda sitaan yang diterima untuk disimpan, dipelihara dan dijaga keutuhannya. Dalam pasal 27 ayat (4) PP Nomor 27 Tahun 1983 disebutkan bahwa :

“Kepala Rupbasan tidak boleh menerima benda yang harus disimpan untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan, jika tidak disertai surat penyerahan yang sah, yang dikeluarkan oleh pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis atas benda sitaantersebut”

Berkas dokumen yang harus diperiksa keabsahannya oleh petugas penerima Rupbasan adalah salah satu atau beberapa dokumen yang menyertainya, yaitu :

- Surat Pengantar dari instansi yangberwenang;

- Surat Perintah Penyitaan;

- Surat IjinPenyitaan;

- Berita AcaraPenyitaan.

Berdasarkan penjelasan Juklak dan Juknis Direktur Jenderal Pemasyarakatan tentang Pengelolaan Benda Sitaan prosedur penerimaannya adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan benda sitaan dilakukan diRupbasan;

2. Penerimaan tersebut dilakukan oleh petugaspenerima;

3. Petugas penerima segera memeriksa sah tidaknya surat/dokumen yang melengkapinya dan mencocokkan dengan jenis, macam, mutu dan jumlah benda sitaan yang diterima sebagaimana tertulis dalam surat- surat yangmenyertainya;Kegiatan berikutnya petugas penerima mengantarkan benda sitaan beserta surat/dokumennya kepada petugaspeneliti;

4. Terhadap benda sitaan yang tidak bergerak (Tanah, rumah, kapal laut dan benda bergerak yang tidak mungkin disimpan di Rupbasan), maka setelahpetugaspenerimamemeriksasurat-suratlalumencocokkan ditempat dimana benda sitaan tersebut berada bersama-sama dengan petugas peneliti dan pejabat yan gmenyerahkannya;

5. Sebagai kelengkapan dokumen, petugas dapat mengambil foto atas benda sitaan tidak bergerak tersebut yang berada diluar/tidak disimpan dalamRupbasan;

6. Setelah Pemeriksaan, pencocokkan, atau kegiatan penelitian serta pemotretan selesai, maka petugas peneliti membuat berita acara penelitian dengan dilampiri spesifikasi hasil identifikasi bendasitaan;

7. Petugas penerima membuat berita acara serahterima.

5. Proses Penelitian BendaSitaan

Terdapat tiga kegiatan yang berkaitan dengan proses

penelitian terhadap benda sitaan, yaitu kegiatan penelitian, kegiatan pemeriksaan, dan kegiatan penaksiran. Dalam kegiatan penelitian sasaran kegiatannya ditujukan ke arah aspek fisik atau kuantitas sesuatu benda sitaan. Misalnya memeriksa kondisi fisik benda, jumlah, bagaimana kemasannya, keadaan segelnya dan sebagainya.

Kegiatan pemeriksaan cenderung lebih dititik beratkan pada aspek legalitas, baikitu terhadap barang/benda maupun dokumen atau surat-surat yang menyertainya. Konktetnya adalah pemeriksaan keabsahan surat-surat yang menyertai benda sitaan ketika penyidik akan menitipkan/menyerahkan benda sitaan ke dalam Rupbasan.

Kegiatan penaksiran adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai atau harga suatu benda sitaan. Misalnya benda sitaan berupa emas untuk menentukan berapa nilai karatnya menggunakan alat ukur dan cairan-cairan kimiatertentu.

Proses penelitian benda sitaan harus dilakukan berdasarkan : 1. Penelitian harus dilakukan di ruangankhusus;

2. Dalam meneliti suatu benda harus dijaga benda tersebut tetap utuh dan tidak mengakibatkankerusakan;

3. Penelitian harus dilakukan oleh petugas yang memiliki keahlian sesuai jenis dan mutu bendasitaan;

4. terhadap benda sitaan tertentu dilakukan pemotretan untuk kelengkapan alatbukti;

5. Jika di Rupbasan tidak ada tenaga ahli yang diperlukan maka

penelitian tersebut dapat dilakukan oleh seorang ahli dari luar atas permintaan Kepala Rupbasan;

6. Terhadap hasil penelitian harus dibuatkan berita acarapenelitian;

Dalam hal penaksiran/penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli diluar Rupbasan, maka ahli dimaksud harus ikut menandatangani berita acara tersebut.

6. Pendaftaran BendaSitaan 1. Prosedur Pendaftaran

Adapun prosedur pendaftaran benda sitaan negara adalah sebagai berikut :

- Setelah petugas peneliti mengantarkan benda sitaan, maka petugas pendaftaran segera meneliti kembali sah tidaknya surat-surat penyitaan atau surat penyerahan beserta berita acara penelitian benda sitaan dan mencocokkannya dengan barang bukti yangbersangkutan.

- Petugas pendaftaran mencatat kedalam buku pendaftaran/register sesuai dengan tingkatpemeriksaan.

- Label yang telah disertakan oleh petugas peneliti juga harus diisi secara lengkap dancermat.

- Hal-hal yang harus diisikan/dicatatkan pada`label tersebut adalah nomor register, nomor register dari instansi yang menyerahkan, nomor berita acara penelitian, nomor pemilik tersangka/terdakwa, tanggal penyimpanan dan bentuk/rupa

bendasitaan.

2. SaranaPendaftaran

Untuk mencatat semua jenis benda sitaan digunakan buku register yang terdiri dari lima macam yaitu :

- Buku Register penerimaan benda sitaan pada tingkat Penyidikan (RBB.1)

- Buku Register penerimaan benda sitaan pada tingkat Penuntutan (RBB.2)

- Buku Register penerimaan benda sitaan pada tingkat Pengadilan Negeri (RBB.3)

- Buku Register penerimaan benda sitaan pada tingkat Pengadilan Tinggi (RBB.4)

- Buku Register penerimaan benda sitaan pada tingkat Mahkamah Agung (RBB.5)

Disamping buku daftar tersebut sarana lain yang harus dikerjakan oleh petugas pendaftaran adalah mengisikan sebagian data dari buku daftar kedalam label yang ada pada masing-masingbenda sitaan. Label ini nanti akan sangat berguna bagi petugas penyimpanan sebagai kartu gudang. Label atau kartu gudang dibedakan atas beberapa macam warna, yaitu:

- Warna Putih untuk benda sitaan dengan bahankertas;

- Warna Kuning Tua untuk benda sitaan yang terbuat darilogam;

- Warna Merah Tua untuk benda sitaan berupa bahan kimia,

narkotika dan zat adiktiflainnya;

- Warna Abu-abu untuk benda sitaan berupa peralatanmekanis;

- Warna Biru Muda untuk benda sitaan barangelektronik;

- Warna Hijau Muda untuk benda sitaan nonlogam;

- Warna Coklat untuk benda sitaan alat rumah tangga nonelektronik;

- Warna Merah Muda untuk benda sitaan berupa bahanmakanan.

7. Penyimpanan dan Pemeliharaan BendaSitaan 1. Penyimpanan Benda Sitaan

Kegiatan penyimpanan meliputi kegiatan-kegiatan pemilihan lokasi gudang. Dalam hal ini gudang dipergunakan untuk menyimpan barang (berbagai macam barang), maka diperlukan upaya pengaturan ruang yang mencakup bentuk pergudangan, penggunaan ruangan secara efisien, serta pengawasan ruangan. Sistem penyimpanan juga harus memperhatikan jenis dan sifat barang serta keselamatan; antara lain terhadap kebakaran, pencurian, dan gangguan lain yang mungkin timbul.

Untuk melakukan penyimpanan diperlukan persyaratan dan dalam menyimpan atau menempatkan suatu benda harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Persyaratan tersebut antara lain :

- Lokasi harus strategis, gudang harus berdinding tembok,

plafon masing- masing ruangan harus berterali besi, ventilasi dan penerangan cukup, tersedia alat pemadam kebakaran, pintu keluar/masuk dan pintudarurat;

- Sistem penempatan barang-barang harusterlindungi;

- Dilengkapi dengan kartu barang (label) guna lebih memudahkan mencari barang yang diperlukan.

Sistem penyimpanan benda sitaan dibedakan berdasarkan tiga hal yaitu tingkat pemeriksaan, tempat penyimpanan dan jenis dari masing-masing benda sitaan yang bersangkutan. Kemudian terhadap benda sitaan yang tidak disimpan di Rupbasan oleh Kepala Rupbasan dititipkan kepada instansi atau badan organisasi yang berwenang atau kegiatannyabersesuaian.

2. Pemeliharaan Benda Sitaan

Untuk dapat mencapai tujuan penyimpanan yang aman, selamat dan tetap utuhnya benda sitaan, maka selama disimpan, di Rupbasan terhadap semua jenis dan golongan benda sitaan harus dilakukan usaha-usaha pemeliharaan. Berkaitan dengan usaha pemeliharaan benda sitaaan, Juklak Juknis Dirjen Pemasyarakatantentang pengelolaan benda sitaan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah kegiatan pengawasan, pemeriksaan berkala, dan pemeliharaan khusus terhadap barang tertentu.

Kegiatan pemeliharaan dilakukan berdasarkan program yang telah ditetapkan dan dilakukan:

- Secara berkala, yaitu dilakukan minimak dua kaliseminggu;

- Secara darurat, yaitu dilakukan segera terhadap benda sitaaan tertentu yang memerlukanperawatan/pemeliharaan;

- Memperhatikan secara khusus terhadap benda sitaan tertentu yang berbahaya, berharga danlain-lain;

- Mencatat dan melaporkan kepada` instansi yang bertanggung jawab secara yuridis jika terjadi kerusakan dan atau penyusutan terhadap benda sitaan;

- Program pemeliharaan tersebut benar-benar dilaksanakan,dan - Adanya upaya untuk mencatat dan menilai hasil-hasil dari

kegiatan pemeliharaantersebut.

8. Pengamanan dan Penyelamatan BendaSitaan

Tujuan utama disimpannya benda sitaan di Rupbasan adalah untuk menjamin keselamatan dan keamanannya (PP Nomor 27 Tahun 1983 pasal 27 ayat 3). Usaha pengamanan dan penyelamatan ini adalah untuk menjaga dan mempertahankan kondisi fisik bendasitaan.

Dalam pelaksanaannya tugas pengamanan dan penyelamatan sehari-harinya dilakukan oleh para staf di lingkungan sub seksi Pengamanan dan seluruh petgas pengamanan Rupbasan setempat.

Meskipun demikian, dalam keadaan darurat setiap pegawai

Rupbasan wajib ikut serta membantu petugas pengamanan. Dengan demkian unsur-unsur keamanan dan keselamatan terdiri dari:

- Kepala KesatuanPengamanan Staf KesatuanPengamanan;

- Kepala-kepala Regu Jaga (minimal 4 orang) karena minimal ada 4 regu, yaitu regu pagi, regu siang,regu malam dan satu regu lagiistirahat;

- Anggota Regu Jaga yang masing-masing mempunyai tugas tertentu yang berbeda satu sama lain sesuai dengan di pos mana yang bersangkutan ditugaskan.

9. Pemutasian BendaSitaan

Dalam kegiatannya dengan pengelolaan benda sitaan, ada dua macam kegiatan mutasi, yaitu :

- Mutasi Administrasi, yaitu mutasi yang terjadi karena pengalihan administrasi seperti yang terjadi selama proses peradilan (berubahnya tingkat pemeriksaan) atau setlah adanya keputusan hakim, tapi benda sitaan atau barang rampasan negara tersebut masih tetap berada di dalam Rupbasan.

- Mutasi Fisik, yaitu berpindahnya secara fisik benda sitaan/barang rampasan negara dari dalam keluarRupbasan.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.05.UM.01.06 Tahun 1983, ada 4 (empat) macam kegiatan pengeluaran, yaitu :

1. Pengeluaran Benda Sitaan untuk keperluanPenyidikan/Penuntutan

2. Pengeluaran Benda Sitaan untuk digunakan sebagai barang bukti di Pengadilan

3. Pengeluaran Benda Sitaan berdasarkan Pasal 46 ayat (1) KUHAP, pengeluaran benda sitaan berdasarkan pasal ini menyebutkan benda sitaan harus dikembalikan kpeada orang atau kepada mereka dari siapa benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak, karena:

Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukanlagi;

- Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindakpidana;

- Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum/ditutup demihukum.

4. Pengeluaran Benda Sitaan Negara berdasarkan Pasal 46 ayat (2) KUHAP, yaitu proses pengeluaran benda sitaan setelah adanya putusan hakim. Berdasarkan pasal ini ada dua kemungkinan dua macam putusan pengadilan terhadap benda sitaan, yaitu :

- Dikembalikan kepada pemilik, orang yang berhak atau orang yang paling berhak yang disebut dalam vonis/putusanhakim;

- Dirampas untuk negara. Ada tiga (3) macam kemungkinan tindakan terhadap benda sitaan tersebut, yaitu:

a. Dirampas untuk negara yang selanjutnya diserahkan

kepada negara(dalam hal ini adalah instansi/lembaga/badan tertentu) yang memiliki kewenangan untuk mengelola barang rampasantersebut.

b. Dirampas untuk negara guna dimusnahkan atau dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakanlagi.

c. Dirampas untuk negara dan sementara masih disimpan di Rupbasan karena masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain.

5. Benda Sitaan yang berdasarkan putusan pengadilan dinyatakan dirampas untuk negara tetapi masih diperlukan sebagai barang bukti perkara lain. Untuk mutasi jenis ini tidak boleh dikeluarkan dari Rupbasan, untuk tertibnya administrasi cukup dimutasikan secara adminsitrasisaja.

6. Mutasi akibat kerusakan dan susut karena faktor alami atau karena

pencurian,kebakaran/bencanaalam.Mutasijenisiniperluuntukse geradihapuskan dan dicoret dari Buku Register maisng-masing. Terhadap benda sitaan yang rusak atau susut, perlu diadakan pemeriksaan dan atau penelitian ulang

10. Laporan Pengelolaan BendaSitaan

Guna ketertiban adminsitrasi dan pemantauan tugas pengelolaan benda sitaan dipelrukan informasi lengkap yang dikirim dengan cepat, tepat dan cermat. Semua kegiatan diaporkan

tertulis kepada atasan secara hierarkis pada setiap bulan, triwulan, tengah tahunan dan tahunan. Untuk peristiwa atau kejadian luar biasa pengirimannya dilakukan segera pada`kesempatan pertama setelahkejadian.

Terdapat empat (4) jenis laporan, yaitu :

1. Laporan rekapitulasi dari semua kegiatan pengelolaan bendasitaan;

2. Laporan tentang mutasi bendasitaan;

3. Laporan benda sitaan yang dikelola oleh CabangRupbasan;

4. Laporan tengang hal-hal khusus/peristiwa luar biasa yang perlu segera dilaporkan.

Selama ini betapa buruknya penjagaan dan penyimpanan yang dilakukan terhadap benda-benda sitaan dimasa lalu. Hampir semua benda sitaan, pada umumnya jarang anggota masyarakat yang bersangkutan menmgharapkan bisa kembali kepada yang berhak dalam keadaan utuh.

Hampir semua dalam keadaan hancur tanpa mempunyai nilai harga lagi, kurangnya rasa tanggung jawab penyimpanan, jeleknya ruangan penyimpanan atau gudang penyimpanan dan ditambah bertele-telehnya pemeriksaan perkara mulai dari penyidikan sampai kepada putusanpengadilan yang berkekuatan tetap.

Semua itu merupakan faktor yang menjadi penyebab kehancuran benda sitaan. 45Setelah masalah yang muncul ini maka KUHAP telah memberi ketentuan-ketentuan hukum yang mengarahkan gerak langkah Departemen Kehakiman untuk tampil memenuhi gagasan-gagasan pembaruan sarana penyimpanan benda-benda sitaan dimasa yang akan datang. 46

Setelah melakukan penyitaan atas benda yang tersangkut dalam tindak Pidana maka benda Pidana tersebut harus diamankan oleh penyidik yaitu menempatkannya dalam suatu tempat yang khusus untuk penyimpanan benda-benda sitaan Negara. Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 44 KUHAP, benda sitaan disimpan dalam Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara atau disingkat RUPBASAN.

Rupbasan ini nantinya adalah satu-satunya tempat penyimpanan segala macam jenis benda sitaan. RUPBASAN secara struktural dan fungsional berada dibawah lingkungan Departemen Kehakiman yang akan menjadi pusat penyimpan segala macam barang sitaan dari seluruh instansi.

Dalam Pasal 1 butir 3 PP N0. 27 Tahun 1983 juga dijelaskan suatu tempat penyimpanan benda oleh Negara untuk keperluan proses Peradilan. Mengingat bahwa untuk mewujudkan terbentuknya rumah untuk tempat Penyimpanan benda sitaan Negara memerlukan waktu yang cukup lama maka dalam penjelasan Pasal 44 ayat (1) KUHAP

45M.Yahya Harapan, 2000, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP Edisi Kedua (Penyidikan dan Penuntutan), Jakarta, Sinar Grafika. Hal : 277.

46Ibid. Hal : 277.

disebutkan bahwa selama belum ada rumah tempat penyimpanan benda sitaan Negara ditempat yang bersangkutan, penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dikantor kepolisian, dikantor kejaksaan Negeri, kantor Pengadilan Negeri, dan di Bank Pemerintah.

Dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau tetap di tempat semula benda itu disita. RUPBASAN itu berada, menurut Pasal 26 PP N0. 27 Tahun 1983, di tiap ibukota Kabupaten atau Kotamadya dibentuk RUPBASAN oleh Meneteri Kehakiman.

Apabila dipandang perlu dapat membentuk RUPBASAN diluar tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merupakan cabang RUPBASAN. Kepala cabang RUPBASAN diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Kehakiman.

Dalam StandarPemeliharaan Basan dan Baran ini yang dimaksud dengan : 47

1. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara yang Selanjutnya disebut Rubbasan adalah tempat benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan termasuk barang yang dirampas untuk Negara.

2. Benda Sitaan Negara selanjutnya disebut Basan adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut umum atau pejabat yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk menyita barang guna keperluan barang bukti dalam proses peradilan.

47Direktorat Jenderal Pemasyaraktan Kementerian Hukum dan HAM RI , Ibid: Hal 3.

3. Barang Rampasan Negara Selanjutnya disebut Baran adalah benda sitaan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dinyatakan dirampas untuk Negara.

4. Pengelolaan Basan dan Baran adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemeliharaan, penelitian/penilaian, pengklasifikasian dan penempatan, pemeliharaan, pengamanan, pemutasian, pengawasan dan pengeluaran/penghapusan.

5. Pemeliharaan Basan dan Baran adalah kegiatan merawan dan memelihara Basan dan Baran yang disimpan di RUPBASAN maupun di luar Rupbasan yang menjadi tanggung jawab RUPBASAN.

6. Stock Opname adalah kegiatan menghitung kembali persediaan (barang) yang ada di gudang untuk dicocokkan dengan catatan yang ada di register (data komputer).

7. Pelaporan Basan dan Baran adalah kegiatan membuat laporan tertulis kepada atasan secara hirarki pada tiap bulan, triwulan, semster dan tahunan berupa Laporan Rekapitulasi dan kegiatan administrasi pengelolaan Basan dan Baran dan Laporan Mutasi Basan dan Baran dengan tembusan disampaikan kepada masing-masing Instansi teknis terkait, untuk kepentingan tertip administrasi, pengawasan, pemantauan dan pengendalian tugas pengelolaan Basan dan Baran di setiap RUPBASAN.

Loebby Loqman dalam seminar tentang pengelolaan benda sitaan negara di Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) Jakarta tahun 1995, menyatakan bahwa upaya paksa termasuk menyita sesuatu benda dari seseorang harus ditentukan secara limitatif dituliskan dalam undang-undang. Selama masih dalam proses peradilan, benda sitaan harus disimpan, dipelihara dan dijaga keselamatan dan keamanannya di dalam Rupbasan.

Selama berada di Rupbasan tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan tersebut ada di tangan Kepala Rupbasan, sedangkan tanggung jawab secara yuridis berada di tangan pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan.

Kata “pengelolaan” berasal dari kata “kelola” dengan arti awalan “me” menjadi “mengelola” yang berarti:

1. Mengendalikan, menyelenggarakan (pemerintahan dsb)

2. Menjalankan, mengurus (proyek, perusahaan dsb).75 Awalan

“pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pengelolaan”, yang mempunyai arti:

a. Proses, cara, perbuatan mengelola;

b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain;

c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi;

d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlihat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.

Kata “pengelolaan” juga digunakan dalam naskah Peraturan Menteri Kehakiman No. M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara (Basan) dan Barang Rampasan Negara (Baran) di Rupbasan. Dalam peraturan tersebut telah ditetapkan mengenai pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan negara.

Pertimbangan utama untuk menerbitkan peraturan tadi adalah untuk mengatur secara jelas pengelolaan benda sitaan yang meliputi tata cara penerimaan, penyelamatan, pengeluaran dan sampai dengan pemusnahan barang rampasan negara.

Dari uraian di atas, maka arti “pengelolaan” adalah proses atau kegiatan untuk mengatur sesuatu. Jadi jika dikaitkan dengan benda sitaan negara dan barang rampasan negara yang ada di Rupbasan, kata pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengatur tata cara penerimaan, penempatan, pendaftaran, pemeliharaan, pengamanan, penyelamatan dan pengeluaran benda sitaan negara sampai dengan pelaksanaan pemusnahan barang rampasan negara.

Benda sitaan adalah benda yang disita oleh negara untuk keperluan proses peradilan (Pasal 1 butir 4 PP. No. 27 Tahun 1983). Mengingat bahwa untuk mewujudkan terbentuknya Rumah Tempat Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara memerlukan waktu yang cukup lama, maka dalam penjelasan Pasal 44 Ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa selama

belum ada Rumah Tempat Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan Negara ditempatkan yang bersangkutan,77 penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dilakukan di Kantor Kepolisian Negara Republik Indonesia, di kantor Kejaksaan Negeri dan Kantor Pengadilan Negeri, di Bank Pemerintah dan dalam keadaan memaksa di tempat penyimpanan lain atau tetap ditempat semula benda sitaan.

Maksud dan tujuan disimpannya benda sitaan ditempat Rupbasan, tercantum dan Pasal 27 Ayat (3) PP No. 27 Tahun 1983, yaitu untuk menjamin keselamatan dan keamanannya.

Apabila dipandang perlu dapat membentuk Rupbasan di luar tempat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) yang merupakan Cabang Rupbasan (Ayat 2) Kepala Cabang Rupbasan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (Ayat 3).

Dalam Pasal 44 Ayat (2) KUHAP disebutkan penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun bila ketentuan tersebut di atas dihubungkan dengan Ayat (1) dari Pasal 44 KUHAP yang menunjukkan Rupbasan sebagai tempat penyimpanan benda sitaan, kelihatan bahwa selain pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan pidana, pejabat Rupbasan pun bertanggung jawab atas benda sitaan tersebut

Sebagaimana peraturan pelaksanaan dari Pasal 44 KUHAP, Pasal 30 PP No. 27 Tahun 1983 mengatur tentang tanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan tersebut berada pada pejabat sesuai dengan tingkat pemeriksaan (Ayat 1). Misalnya, dalam tingkat penyidikan, yang bertanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan tersebut adalah penyidik yang menangani perkaranya. Tanggung jawab secara fisik atas benda sitaan tersebut ada pada Kepala Rupbasan (Ayat 2).

Selanjutnya Pasal 32 PP No. 1983 menyebutkan pula perihal tanggung jawab Rupbasan secara fisik atas benda sitaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 30 Ayat (3) Kepala Rupbasan bertanggung jawab atas administrasi benda sitaan. Kepala Rupbasan tiap tahun membuat laporan kepada Menteri mengenai benda sitaan. Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) disampaikan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung.

Rupbasan disebut sebagai fungsi kelembagaan, yaitu salah satu unsur institusi hukum pada Proses Peradilan Pidana Terpadu (Criminal Justice System) sebagai tempat penyimpanan barang sitaan di Rupbasan juga sebagai fungsi profesi penegak hukum karena memiliki tugas pokok dan fungsi tersendiri diantara jajaran penegak hukum yang ada, mengelola barang sitaan agar terjamin keutuhannya dan siap diberikan untuk alat bukti pada proses peradilan.

Rupbasan yang berfungsi dari aspek kelembagaan, adalah sebagai tempat penyimpanan barang sitaan. Rupbasan yang berfungsi profesi adalah

melakukan pengelolaan dan pemeliharaan sehingga terjamin keutuhan barang sitaan yang didasarkan pada jenis, mutu dan jumlah sesuai dengan karakteristik, serta sifat dari masing-masing benda sitaan.

Walaupun didalam aturannya proses penyimpanan barang sitaan negara seharusnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, namun karena mempertimbangkan alasan mempertimbangkan keefektifan dalam hal jarak, waktu, administrasi, serta menjamin keutuhan barang sitaan, maka menurut penulis, alangkah baiknya apabila penyimpanan barang sitaan negara sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rupbasan.

Upaya Hukum oleh Pihak Ketiga Atas Barang Sitaan Mengenai benda-benda yang harus disimpan di Rupbasan diatur dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah Tahun 1983 jo. Pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor M.05.UM.01.06 Tahun 1983 yang menyatakan bahwa di dalam Rupbasan ditempatkan benda yang harus disimpan untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan keputusan Hakim.

Di dalam Pasal 27 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 disebutkan bahwa dalam hal benda sitaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tidak mungkin dapat disimpan dalam Rupbasan maka cara penyimpanan benda sitaan tersebut diserahkan kepada Kepala Rupbasan.

Dokumen terkait