• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN PELATIHAN DI PANTI SOSIAL BINA

A. Tahapan dan Analisis Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan

2. Analisis Terhadap Pemberian Pelatihan Keterampilam di PSBR

Pelatihan yang dilakukan di PSBR sudah memenuhi semua unsur untuk mengadakan suatu pelatihan seperti yang dikemukan oleh Oemar Hamalik, yaitu:

a. Peserta pelatihan b. Instruktur atau pelatih c. Lamanya waktu pelatihan d. Metode pelatihan

Dari keempat unsur di atas dapat kita lihat satu per satu apa yang kurang dalam pelatihan yang dilakukan di PSBR. Misalnya dari segi para pesertanya yang kurang peduli akan begitu pentingnya pelatihan tersebut untuk dirinya agar mampu bersaing di masa yang akan datang. Juga adanya keterbatasan sarana dan prasarana pelatihan seperti banyak yang diungkapkan kepada penulis bahwa sarana dan prasaran sebagai penunjang pelatihan sangat kurang. Karena menurut Bapak Saebun, PSBR sendiri sangat keterbatasan dana karena dana tersebut merupakan alokasi dari Pemerintah DKI Jakarta.

a. Peserta

Peserta pelatihan di PSBR yang berjumlah 120 orang setiap angkatan, sebenarnya sudah cukup dan tidak terlalu banyak bila dibagi dengan jumlah jurusan yang ada. Numun setiap jurusan tidak merata jumlah pesertanya. Setiap peserta juga memiliki latar belakang pendidikan yang bebeda-beda, ada yang hanya lulusan SD, SMP dan ada juga yang telah lulus dari SMA. Dari

162

latar belakang pendidikan yang berbeda itu dapat mempengaruhi suasana pelatihan, maksudnya peserta yang satu dengan yang lain akan berbeda dalam menangkap materi yang diberikan. Hal ini harus diperhatikan benar oleh instruktur pelatihan, karena jika peserta tidak mengerti apa yang disampaikan instruktur maka akan membuat pelatihan itu gagal.

Jurusan otomotif menjadi jurusan favorit dan banyak dipilih oleh calon peserta. Jurusan tersebut menurut data angkatan 73 sampai dengan angkatan 79 selalu memiliki peserta di atas 30 peserta. Berbeda dengan jurusan lain yang tidak stabil kadang banyak kadang sedikit.

Tabel 2. Jumlah WBS di PSBR 2006 2007 2008 2009 Jurusan 73 74 75 76 77 78 79 Otomotif 32 34 31 34 31 33 33 Las 22 31 34 30 30 25 28 Menjahit 16 24 25 16 11 21 12 Salon 27 18 16 13 20 20 15 AC 24 23 24 27 23 21 32

Sumber: Bagian Data PSBR

Menurut data tersebut di atas untuk angkatan 79 peserta yang mempunyai minat di jurusan menjahit paling sedikit. Sedangkan yang mempunyai peserta terbanyak kedua di angkatan 79 adalah jurusan AC.

163 Tabel 3. Jumlah Ketersaluran WBS 2006 2007 2008 2009 Jurusan 73 74 75 76 77 78 79 Otomotif 10 15 12 17 15 20 - Las 13 14 14 15 15 12 - Menjahit 12 12 17 11 10 16 - Salon 15 11 10 10 9 14 11 AC 10 10 15 17 12 17 16 Jumlah 60 62 68 70 61 74 27 Keterangan:

Penyaluran ke lapangan kerja sektor informal/dunia kerja swasta.

Bengkel mobil, motor, las, konveksi, garmen, taylor, salon kecantikan bengkel AC split dan wirasasta.

Sumber: Bagian Data PSBR.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata sekitar 50 % lebih peserta pelatihan dapat tersalurkan. Alumni PSBR yang juga mantan Presiden WBS angkatan 79 kepada penulis mengatakan bahwa, “...anak-anak yang secara dengan kesadarannya akan masa depan akan mempergunakan pelatihan itu dengan sebaik-baiknya.”89

Jika benar dilakukan monitoring setelah para peserta keluar PSBR atau melakukan bimbingan lanjut atau bimjut, maka PSBR juga dapat mengetahui para peserta yang telah menjadi alumni ke mana mereka selanjutnya kalau tidak bekerja di sektor yang disebutkan di atas. Atau mungkin PSBR hanya melakukan monitoring hanya kepada sebagian WBS saja dan tidak secara

89

Wawancara dengan Sugiharto Alumni PSBR Jurusan Las dan juga Presiden WBS angkatan 79 pada tanggal 30 Otober 2009.

164

keseluruhan. Karena menurut seorang alumni PSBR angkatan 79 dari jurusan las kepada penulis bahwa: “…nggak ada monitoring sama sekali setelah lulus.”90

Ketika di dalam pelatihan ada saja para peserta yang seringkali berulah dengan tidak mengikuti aturan. Hal ini menjadi tantangan PSBR agar dapat mengubah perilaku para peserta tersebut.

b. Instruktur atau Pelatih

Dalam melakukan pelatihan unsur pelatih merupakan unsur yang sangat penting. Karena merupakan ujung tombak suatu pelatihan, hal ini disebabkan pelatihlah yang berhubungan langsung dengan para peserta untuk mengubah pengetahuan dan pola pikir peserta tersebut bukan penyelenggara pelatihan. Pelatih atau juga bisa disebut guru mempunyai berbagai peranan dalam suatu pelatihan seperti yang diungkapkan Dr.Oemar Hamalik (dalam bab dua) adalah sebagai berikut91:

13.Peranan sebagai pengajar. Para pelatih di PSBR sudah menjalankan peranan ini dengan baik, karena sama di PSBR pelatih sama saja dengan guru yang mengajar di kelas seperti sekolah formal.92

14.Peranan sebagai pemimpin kelas. Para pelatih di PSBR juga bisa disebut sebagai pemimpin kelas karena telah melaksanakan perancanaan, pelaksanaan dan penilaian. Namun dari segi pengawasan sebagai sisi pemimpin kelas yang diungkapkan dalam teori ini kurang dilaksanakan,

90

Wawancara dengan Lucky Bayu Hidayat Alumni PSBR Jurusan Las angkatan 79 pada tanggal 30 Otober 2009.

91

Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan, h. 145. 92

165

hal ini terlihat masih banyaknya peserta yang bercanda dan tidak serius ketika pelatihan berlangsung sehingga menganggu suasana kelas.93

15.Peranan sebagai pembimbing. Peranan ini sudah dilakukan oleh pelatih di PSBR, namun tidak semua pelatih menjalankannya dengan baik. Ada pelatih yang hanya memberikan bimbingan kepada peserta yang benar-benar aktif dan mau bertanya kepadanya sedangkan peserta yang acuh tak acuh dibiarkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiarto bahwa, “…sebenarnya kalau disana kita lebih efektif kesadaran..”94

16.Peranan sebagai fasilitator. Peranan ini kurang dijalankan dengan baik karena banyak peserta yang terlihat pasif dan hanya menerima materi yang diberikan. Untuk peranan ini sama dengan perananan di atas.95

17.Peranan sebagai peserta aktif. Peranan ini hanya dilakukan oleh beberapa pelatih.96

18.Peranan sebagai ekpeditor. Peranan ini sudah dilakukan oleh para pelatih.97

19.Peranan sebagai pembelajaran. Peranan ini sudah dilakukan oleh setiap pelatih. Karena materi yang diberikan untuk peserta di PSBR disusun oleh pelatih sendiri. Namun, untuk waktu pemberian materi kadang tidak tepat.98

20.Perananan sebagai pengawas. Peranan ini sangat kurang dilaksanakan karena dapat dilihat dari banyaknya peserta yang tidur di asrama pada saat

93 Ibid., 94

Wawancara dengan Sugiharto 95 Ibid., 96 Observasi Peneliti. 97 Ibid., 98

166

jam pelatihan berlangsung. Tetapi pelatih juga mengandalkan petugas piket dalam hal pengawasan ini.99

21.Peranan sebagai motivator. Untuk di dalam kelas pelatih sudah melakukan peranannya sebagai motivator, namun untuk di luar kelas hanya peserta yang dekat dengan pelatih yang kadang diberikan motivasi oleh pelatih.100 22.Peranan sebagai evaluator. Peranan ini sudah dilakukan oleh setiap pelatih

karena para pelatih sendiri yang melakukan evaluasi terhadap pesertanya.101

23.Peranan sebagai konselor. Untuk peranan ini, ada pelatih yang melakukannya namun ada juga pelatih yang tidak melakukannya.102

24. Peranan sebagai penyidik sikap dan nilai. Untuk peranan ini pelatih hanya melakukan penyelidikan terhadap sikap para peserta tanpa melakukan penyelidikan terhadap sistem nilai yang dijadikan panutan hidup seorang peserta.103

Begitu banyaknya peranan tersebut yang dapat menciptakan kondisi pelatihan menjadi kondisi yang baik. Jika pelatihan itu baik pasti akan menghasilkan para alumni yang berkualitas. Secara keseluruuhan di PSBR, pelatih selain sebagai pemberi materi kepada para WBS, pelatih juga menyusun materi yang akan diberikan serta sebagai pembimbing dan motivator di dalam kelas.

Tetapi jika dilihat dari beberapa jurusan seperti jurusan otomotif dan las untuk angkatan 79, seakan peran pelatih tersebut sangat kurang dalam segi

99

Observasi Peneliti. 100

Wawancara dengan Sugiarto. 101 Observasi Peneliti. 102 Ibid., 103 Ibid.,

167

bimbingan dan pengawasan karena pada jam pelatihan siang hari masih banyak para WBS dari jurusan tersebut yang tidur di asrama dan tidak mengikuti pelatihan.104

Hal demikian tersebut mengakibatkan WBS yang tidur tersebut tidak akan mengerti tentang materi yang disampaikan pada saat itu. Kemudian efek dari hal itu akan mengganggu kegiatan pelatihan tersebut, dengan misalnya mereka yang tidur tidak akan bisa mengerjakan tugas untuk praktek yang diberikan oleh instruktur.

Namun, tanggung jawab seakan tidak berimbang antara pelatih yang tinggal di lingkungan PSBR dengan pelatih yang tinggal di PSBR karena pelatih yang tinggal di lingkungan PSBR harus menerima “resiko” tugas tambahan yaitu sebagai pengawas peserta pelatihan setelah jam pelatihan selesai.

c. Lamanya Waktu Pelatihan

Pelatihan yang dilakukan di PSBR selama enam bulan setiap angkatan seharusnya bisa menghasilkan lulusan yang benar-benar siap menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya. Karena di dalam lembaga-lembaga pelatihan swasta atau kursus, biasanya hanya diberikan waktu sangat singkat yaitu antara satu sampai dengan tiga bulan setiap angkatannya. Jadi, dengan kata lain waktu yang diberikan PSBR kepada peserta pelatihan lebih panjang dari lembaga pelatihan swasta atau kursus singkat yang sedang marak akhir-akhir ini.

104

168

Untuk lamanya waktu pelatihan Dr. Oemar Hamalik (dalam bab dua) menjelaskan bahwa lama tidaknya waktu pelatihan didasarkan pada pertama jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari karena semakin banyak pengetahuan yang dipelajari semakin lama pula pelatihan tersebut. Untuk di PSBR materi yang diberikan untuk pelatihan keterampilan sudah cukup lengkap. Namun, karena waktu yang diberikan banyak terpotong dengan kegiatan lain maka seakan kurang cukup untuk mendapatkan materi tersebut secara menyeluruh.

Kedua, kemampuan belajar peserta artinya setiap peserta pasti memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Namun di PSBR semua peserta disamaratakan kemampuannya, sehingga peserta yang memiliki tingkat pendidikan rendah seakan kesulitan untuk mengikuti materi yang diberikan. Hal ini bisa menjadi baik jika peserta tersebut menjadi lebih aktif untuk mengetahui tentang materi yang tidak diketahuinya itu. Kemudian hal tersebut bisa menjadi buruk apabila peseta tersebut menjadi tidak percaya diri karena dengan tingkat pendidikannya.

Ketiga, media pengajaran yang menjadi alat bantu artinya sarana dan prasarana penunjang pelatihan. Untuk hal yang ketiga ini, di PSBR sangat kurang.

Dari waktu enam bulan tersebut, waktu yang efektif untuk mendapatkan teori dan praktek di PSBR adalah sekitar empat bulan. Hal ini dikarenakan para peserta melakukan program PKL selama satu bulan di bulan terakhir dari pelatihan tersebut. Dalam kurun waktu empat bulan tersebut setiap pelatih akan membaginya ke dalam beberapa bagian. Dede Supriadi

169

instruktur AC mengatakan kepada penulis bahwa, “Satu sampai dua bulan untuk jurusan AC adalah pengenalan dan pengusaan teori dan setelah itu baru praktek.”

Dengan waktu 6 bulan tersebut, beberapa alumni mengatakan bahwa mereka di PSBR hanya mendapatkan dasar dari jurusan mereka. Kemudian pengembangnya mereka lakukan di tempat PKL maupun tempat kerja mereka selanjutnya. Hal senada juga diungkapkan oleh instruktur salon, beliau mengatakan bahwa, “Apa yang didapat di PSBR merupakan dasar sehingga untuk mendapatkan gaya atau style yang cocok bagi mereka, mereka akan dapatkan sendiri di lapangan kerja yang akan mereka geluti nanti.”

d. Metode Pelatihan

Ada berbagai macam metode yang terdapat dalam melakukan pelatihan. Semua metode tersebut dapat dilakukan di PSBR agar para peserta tidak merasa bosan dengan hanya satu metode saja yang dilakuakn yaitu metode ceramah. Hampir semua jurusan melakukan metode tersebut.

Namun ada juga jurusan yang melakukan metode lain agar suasana kelas tidak bosan. Seperti yang dilakukan oleh jurusan salon yaitu melakukan metode diskusi atau yang mereka sebut dengan briefing setiap Senin pagi sebelum pelatihan dimulai dengan melibatkan semua WBS jurusan salon.105 Selanjutnya menurut Bapak Uke Agustian bahwa, “…hal ini dilakukan agar para WBS terbiasa dengan briefing yang dilakukan di dunia kerja sebelum

105

170

mereka melakukan pekerjaan dan juga untuk mempererat rasa kepercayaan di dalam diri mereka.”

Sedangkan metode lain menurut Ibnu Anshori dalam modul pelatihan106 (dalam bab dua) adalah sebagai berikut:

f. Metode ceramah. Metode ini sudah dilakukan di PSBR oleh setiap pelatih maupun guru dalam bimbingan sosial serta bimbingan mental dan spiritual. g. Metode tanya jawab. Untuk metode ini sudah digunakan, namun tidak

secara maksimal. Metode ini biasanya dilakukan di akhir sesi dengan pelatih atau guru menanyakan apakah ada pertanyaan dari peserta, jika tidak ada pertanyaan dari peserta maka pelatih tidak mamancingnya dan hanya mengakhiri pertemuan tersebut.

h. Metode demonstrasi. Metode ini bisa juga disebut metode praktek. Di PSBR sendiri metode praktek sudah dilakukan tetapi tidak secara maksimal, karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana untuk melakukan praktek terhadap semua peserta.

i. Metode sosiodrama. Metode belum dilakukan sama sekali oleh setiap jurusan. Apabila metode ini akan digunakan, bisa saja para peserta mempraktekkan keadaan di kelas seakan berada di lingkungan kerja. j. Metode diskusi. Metode ini sudah dilakukan oleh jurusan salon pada setiap

Senin pagi. Diskusinya bukan hanya seputar materi yang diberikan, tetapi juga terhadap permasalahan pribadi yang sedang dihadapi setiap peserta. Kemudian hal tersebut diungkapkan di dalam forum yang nantinya untuk dipecahkan secara bersama-sama. Dalam diskusi tersebut juga dilakukan

106

171

penilaian satu sama lain sesama peserta dan juga kepada instruktur. Hal ini sangat baik dilakukan untuk memperkuat rasa kebersamaan di kalangan peserta.

Jika metode di atas digunakan secara bergantian, kemungkinan setiap peserta dapat mengetahui secara jelas apa yang diberikan instruktur di kelas. Karena terkadang ada peserta yang bosan dengan metode ceramah dan mengajak teman lain berbicara saat penyampaian materi berlangsung dan hal ini akan mengganggu proses pemberian materi tersebut.

Menurut kepala bimbingan dan pelatihan, “PSBR melakukan sistem 75 % praktek dan 25 % teori.” Jadi, seharusnya dengan porsi yang lebih besar untuk praktek, para peserta seharusnya juga lebih cepat memahami dan mengerti dari materi tersebut. Artinya peserta pelatihan seharusnya lebih cakap dalam melakukan praktek.

Namun beberapa alumni PSBR juga berkata kepada penulis bahwa yang mereka dapatkan di PSBR hanya merupakan dasar-dasar dari jurusan-jurusan tersebut sedangkan untuk pengembangannya dilakukan di tempat kerja seperti PKL dan saat bekerja itu sendiri. Oleh karena itu saat keluar dari PSBR mereka sangat merasakan bahwa apa yang didapat di PSBR masih sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan yang terjadi di lapangan kerja sebenarnya. Sebenarnya hal ini sudah sering diperingatkan kepada para WBS oleh instruktur bahwa apa yang akan ditemukan di lapangan pekerjaan sangat berbeda yang terjadi di dalam pelatihan.

Tetapi untuk materi bimbingan sosial serta bimbingan spiritual dan mental sangat baik karena dapat membentuk peserta menjadi lebih saling

172

menghargai antara peserta satu dengan yang lainnya. Materi tersebut bukan hanya memberikan motivasi untuk menjadi peserta lebih baik namun juga dapat mengubah pandangan dan pola pikir di kalangan para WBS. Hal ini diungkapkan oleh alumni PSBR angkatan 79 kepada penulis bahwa, “…jadi gue bisa ngerasain mereka mereka yang butuh. Yang apa lah orang kayak gitu pasti ada pelariannya. Jadi gue gak nganggep orang itu gini-gini nih. nah gitu, kalau itu dapet di sosialnya bang, bagus gue seneng sama ceramahnya bang…”107

Dengan kata lain, selain membangun sumber daya manusia yang berkualitas dari segi keterampilannya juga dibutuhkan membangun sumber daya manusia dari segi emosional dan spritualnya, begitulah yang PSBR lakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan tujuan pelatihan yang dijelaskan oleh Dr. Oemar Hamalik (dalam bab dua).

Para alumni angkatan 79 sendiri yang setelah mengikuti pelatihan merasa bahwa rasa kebersamaan dalam kehidupan bersosial di PSBR sangat tinggi sehingga mereka terbawa sampai dengan mereka keluar dari PSBR.

B. Proses Pemberian Penilaian dan Dasar Penilaian bagi PSBR serta Analisis

Dokumen terkait