• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan memiliki kata dasar “latih” yang mendapatkan awalan pe-

yang berarti pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.14 Pelatihan ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik meskipun didasari pengetahuan dan sikap.15 Dalam pelatihan peserta pelatihan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya setelah mengikuti suatu pelatihan.

Ife, di dalam Isbandi Rukminto Adi16, menyatakan bahwa pelatihan merupakan peran edukasional yang paling spesifik, karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasara bagaimana untuk melakukan sesuatu.

Pelatihan adalah usaha untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, supaya efektif biasanya pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas yang terencana dan didasari sebagai jawaban atas kebutuhan yang berhasil diindetifikasi secara ideal.17

14

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 502. 15

Soekidjo Notoadmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003), h. 28.

16

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 213.

17

Gomes Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), h. 197.

116

Sejatinya, pelatihan merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan terdapat sejumlah filosofi diantaranya filosofi Islam yaitu konsep ayat:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy Syams : 8)

Falsafah ini mempunyai implikasi dalam pendidikan bahwa manusia pada dasarnya disamping memiliki fitrah yang baik juga mempunyai fitrah yang buruk. Agar yang buruk tersebut tidak berkembang, maka dibutuhkan proses pendidikan juga agar fitrah yang baik dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian proses pendidikan tersebut harus benar-benar berlandaskan pada tujuan pendidikan yang paling mendasar yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia.18

Dalam melakukan pelatihan terdapat beberapa unsur yang diperlukan, antara lain sebagai berikut19 :

1. Peserta pelatihan

Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan pelatihan yang pada gilirannya menentukan efektivitas pelatihan. Karena itu perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta yang baik berdasarkan kriteria antara lain :

a. Akademik, yaitu jenjang dan keahlian.

18

Ibnu Anshori, Modul Pelatihan Guru Lintas Agama Berbasis HAM (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007), h. 2.

19

Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu: Pengembangan SDM (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 35.

117

b. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu atau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

c. Pengalaman kerja, pengalaman yang diperoleh dalam pekerjaan. d. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. e. Pribadi yaitu aspek moral, moril dan sifat-sifat untuk pekerjaan

tertentu.

f. Intelektual, tingkat berpikir dan pengetahuan yang dapat diketahui melalui tes seleksi.

2. Pelatih atau instruktur

Pelatih memegang peranan penting dalam setiap pelatihan keterampilan. Karena itu ada beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pelatih atau instruktur, yaitu :

a. Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu.

b. Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih.

c. Pelatih berasal dalam organisasi atau lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang dari luar.

3. Lamanya pelatihan

Lama tidaknya pelatihan harus didasari pada:

a. Jumlah banyaknya suatu kemampuan yang hendak dipelajari dalam pelatihan tersebut lebih baik dan bermutu, kemampuan yang ingin diperoleh mengakibatkan lebih lama waktu yang diperlukan.

118

b. Kemampuan belajar peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Kelompok peserta yang ternyata kurang mampu belajar memerlukan waktu lebih lama.

c. Media pengajaran yang menjadi alat bantu bagi peserta dan pelatih. Media pengajaran yang serasi dan canggih akan membantu kegiatan pelatihan dan ikut mengurangi lamanya pelatihan tersebut. Dalam strategi pemberian pelatihan, dikenal adanya trilogi latihan kerja, yaitu sebagai berikut20:

a. Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja.

b. Latihan kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Latihan kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu dalam arti proses, kaitan dengan pendidikan, latihan dan pengembangan satu dengan yang lain.

Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan pada saat melakukan pelatihan. Metode tersebut adalah sebagai berikut:

a. Metode ceramah, adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar. Metode ini pada dasarnya berhubungan dengan interaksi berbicara antara narasumber dan peserta.

20

Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke 7, h. 98-99.

119

b. Metode tanya jawab, dalam metode ini narasumber umumnya berusaha menanyakan apakah peserta mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan, dapat juga dilakukan dengan cara apersepsi, tanya jawab selingan dan tanya jawab di akhir sesi. Hal ini diharapkan terjadi interaksi di dalam kelas yang aktif sehingga peserta mempunyai peran di dalam kelas.

c. Metode demonstrasi, adalah mempraktekkan hal-hal yang terkait dengan materi. Tujuan dari metode ini adalah membuat suasana kelas aktif dan dinamis karena proses pelatihan akan menjemukan apabila hanya dilakukan dengan cara ceramah. Demonstrasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta aktif sehingga partisipasi peserta akan berjalan secara maksimal. d. Metode sosiodrama, adalah bermain peran. Dalam hal ini peserta

memainkan sebuah kasus bersama, kemudian peserta diharapkan dapat mendiskusikan apa saja yang harus dimunculkan, setelah selesai peserta diharapkan dapat merefleksikan permainan drama tersebut dalam materi yang akan disampaikan atau telah disampaikan.

e. Metode diskusi, adalah memusyawarahkan masalah-masalah yang ada di lapangan untuk dicarikan solusinya. Format dari diskusi ini dapat dilakukan secara kelompok maupun individual.21

Dalam melakukan pelatihan terdapat prinsip-prinsip yang harus diketahui, yaitu sebagai berikut22 :

a. Latihan hanya dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran tertentu, melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus.

21

Ibnu Anshori, Modul Pelatihan, h. 10-12. 22

120

Latihan tidak dilakukan terhadap pengertian atau pemahaman, sikap dan penghargaan.

b. Peserta menyadari bahwa latihan itu bermakna bagi kehidupannya.

c. Latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta, misalnya fakta-fakta hafalan dan keterampilan yang baru dipelajari.

d. Latihan berfungsi sebagai diagnosis melalui reproduksi usaha membaca berkali-kali, mengadakan koreksi atas kesalahan-kesalahan yang timbul, latihan juga merupakan self-guidance dan mengembangkan pemahaman dan kontrol.

e. Latihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: latihan dilakukan untuk mendapatkan ketepatan, selanjutnya keduanya dicari keseimbangan antara pelatihan dan ketepatan.

f. Latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu latihan yang singkat, misalnya: latihan untuk penguasaan dan latihan untuk mengulang hasil belajar.

g. Kegiatan latihan harus hidup, menarik dan menyenangkan.

h. Latihan juga dianggap sebagai upaya sambilan untuk dilakukan seenaknya secara insidental. Maksudnya latihan dapat dilakukan dengan semaunya dan kapan saja dalam kapasitas lebih kecil untuk mengulang suatu materi. i. Latihan dapat mencapai kemajuan berkat ketekunan dan kedisiplinan yang

tinggi.

j. Latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, bila unsur emosi sedapat mungkin dikurangi.

121

Pemahaman mengenai pelatihan dan keterampilan dapat disimak dari penjelasan Henry Minamora yang mengatakan bahwa program pelatihan dan pengembangan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan kinerja individu dan seluruh organisasi.23

Dokumen terkait