• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Analisis terhadap Konsep Perbankan Syariah pada PT. BNI Syariah Cabang Medan

Secara umum analisa ini terlebih dahulu diarahkan mengenai sejarah ringkas, aktivitas, struktur organisasi perusahaan. Dalam sejarah perkembangan organisasi Bank Syariah di Indonesia, didirikanlah PT. BNI Syariah Cabang Medan. Sebagai bank yang menerapkan prinsip syariah, PT. BNI Syariah Cabang Medan selalu menjaga hasil produk-produk agar selalu terjaga dari nilai-nilai syariah.

Pada dasarnya PT. BNI Syariah Cabang Medan telah menerapkan konsep syariah yang berlaku umum pada bank-bank syariah. Ini dapat dilihat dengan keberadaan Dewan Pengawas Syariah yang kedudukannya detara dengan Dewan Komisaris dan berfungsi mengawasi kegiatan dan produk-produk PT. BNI Syariah Cabang Medan agar tidak melenceng dari nilai-nilai syariah.

2. Analisis terhadap penerapan Ijarah pada PT. BNI Syariah Cabang Medan

Konsep-konsep dalam perbankan syariah mengandung beberapa kebaikan antara lain pembiayaan yang diberikan selalu terkait dengan sektor riil, karena yang menjadi dasar adalah barang yang diperjualbelikan. Disamping itu harga yang telah disepakati tidak akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya akad. Kegiatan usaha yang dilakukan secara profesional namun tetap realistis, seraya mengakui keterbatasan manusia yang tidak selalu dapat memperoleh hasil sebagaimana yang diinginkan.

Dalam kesepakatan ini penulis membatasi cakupan penelitian pada ijarah yang merupakan salah satu konsep yang menggunakan prinsip sewa-menyewa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan, sedangkan ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek

sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

Pembiayaan hanya dilakukan terhadap aktivitas ekonomi maupun kebutuhan nasabah lainnya yang tentunya tidak bertentangan dengan syariah. Pelaksanaan aktivitas dilakukan atas dasar kesetaraan, keadilan dan transparasi. PT. BNI Syariah Cabang Medan tidak membenarkan transaksi spekulatif. Sewa menyewa atas manfaat suatu barang yang belum dimiliki (qharan) dan jual beli bersyarat (mengandung unsur riba) dalam berinteraksi dengan nasabah, pihak bank syariah memposisikan diri sebagai mitra investor dan pedagang, bukan dalam hubungan lender dan borrower sebagaimana yang berlaku pada bank konvensional.

PT. BNI Syariah Cabang Medan tidak memastikan besarnya return dalam menjalankan usahanya dan karenanya tidak mengenal bunga balas jasa finansial karena tidak seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi esok harinya. Angka nominal yang akan diperoleh oleh para pihak akan sangat tergantung pada realisasi hasil usaha. Dalam hal transaksi Ijarah ada kesepakatan mengenai harga sewa. Dalam akad ini tidak akan mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya akad tersebut walaupun terjadi gejolak moneter. Berikut ini disajikan Neraca pada PT BNI Syariah Cabang Medan dalam satu tahun (2008 - 2009) dapat dilihat pada lampiran.

Dalam hal ini terlihat bahwa pembiayaan ijarah pada PT. BNI Syariah Cabang Medan tidak menunjukkan angka yang signifikan sementara secara nasional ijarah merupakan produk yang banyak diterapkan. Seprti yang dapat dilihat pada tabel tersebut di PT. BNI Syariah Cabang Medan bahwa pembiayaan yang menggunakan sistem Musyarakah lebih banyak dilemparkan oleh account manager kepada karyawan swasta/ pemerintah atas nama perusahaan.

Atas dasar ini, penulis menganalisa bahwa account manager dari karyawan PT. BNI Syariah Cabang Medan selain memenuhi target dan limit pembiayaan yang bisa dilemparkan sebesar lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), mereka juga harus profesional dalam artian tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dan tetap memperhatikan 5C dimana salah satunya adalah kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank.

3. Analisis terhadap Penerapan PSAK No. 101 atas Transaksi Ijarah pada PT. BNI Syariah Cabang Medan

Akuntansi syariah tidak hanya membicarakan angka-angka tapi juga memperhatikan kemaslahatan semua pihak. Artinya akuntansi Islam menjadi mizan atau timbangan dalam penegakan ketertiban perdagangan, pembagian yang adil, pelarangan penipuan mutu, timbangan bahkan termasuk agar tidak terjadi benturan kepentingan antara perusahaan yang bisa merugikan kalangan lain.

Secara normatif, akuntansi syariah harus dapat diformulasikan dari perpaduan antara nilai yang bersifat materialistik dan spiritualistik. Dalam penyusunan akuntansi ada beberapa persamaan dengan akuntansi konvensional khususnya dalam teknik dan operasional. Seperti dalam pemakaian buku besar, system pencatatan dan penyusunan bisa sama. Namun bila berbicara tentang substansi dan isi laporan berbeda, karena perbedaan filosofi yang dianut.

Berkaitan dengan ini, IAI menghasilkan suatu produk Pernyataan Standar Akuntansi syariah yang disahkan Mei 2002, yaitu PSAK No. 59.Kemudian disempurnakan dengan penjabaran mengenai aturan penyajian laporan keuangan yaitu PSAK No 101 yang disahkan tahun 2006. Produk ini membawa era baru bagi industri keuangan di tanah air yang berprinsip syariah. Hanya saja baik PSAK No. 59 maupun PSAK No 101 ini belum memenuhi aspek syariah secara keseluruhan. Alasannya, PSAK

No. 59 maupun PSAK No 101 ini menggunakan sistem pencatatan dualisme: dasar akrual dan dasar kas. Dasar akrual yang biasa digunakan perbankan konvensional dinilai kurang konservatif bisa mengelabui nasabah karena menempatkan pendapatan masa datang dibukukan dalam laporan keuangan disajikan. Sementara pendapatan yang diperoleh nasabah dilakukan dasar kas yang bisa menimbulkan pertanyaan tentang besarnya bagi hasil kaitannya dengan laporan keuangan secara keseluruhan.

Penyusunan awal PSAK No. 101 ini melibatkan banyak komponen diantaranya wakil seluruh peerbankan syariah, IAI dan BI. Setelah konsep ini selesai materi syariahnya dimintakan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Dalam hal ini, DSN merekomendasikan dualisme ini untuk fungsi yang berbeda. Dasar akrual untuk fungsi laporan keuangan, sedang dasar kas untuk fungsi distribusi bagi hasil.

Walau awalnya PSAK No. 101 ini pernah mendapat kritik oleh praktisi bank syariah namun untuk saat ini PSAK No. 101 masih merupakan alternative terbaik untuk digunakan dan tidak menutup kemungkinan yang ada penyesuaian- penyesuaian sehingga perbankan syariah bisa menerapkan sistem ini tanpa kendala.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi Ijarah yang diterapkan pada PT. BNI Syariah Cabang Medan menurut penulis telah sesuai dengan PSAK No. 101. Sejak diberlakukannya PSAK No. 101, PT. BNI Syariah Cabang Medan mulai menerapkannya dengan pertimbangan untuk kemaslahatan umat. Ada beberapa perbedaan dalam pencatatan dan klasifikasi terhadap transaksi ijarah. Sebelum diterapkannya PSAK No. 101, pembiayaan dikelompokkan sama dengan pembiayaan lainnya. Sebaliknya, setelah diterapkan PSAK No. 101 atas transaksi Ijarah ini dicatat dalam neraca sebagai Piutang Ijarah. Harga sewa yang dterima dalam pembiayaan ijarah diakui sebagai pendapatan ijarah dan dicatat dengan menggunakan akrual basis. Alasan penggunaan akrual basis ini juga mengacu pada International Accounting Standard dan fatwa Dewan Syariah

Nasional (DSN). Pengakuan pendapatan akrual dalam PSAK No. 101 menunjuk pada pendapatan aktiva produktif performing dan pendapatan bukan performing akan direversing berikutnya, selain itu PT. BNI Syariah juga mengacu pada PAPSI (Panduan Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) yang merupakan panduan yang didalamnya terdapat penjabaran PSAK No. 101 secara lebih detail tentang pencatatan akuntansi syariah.

Komponen- komponen Laporan pada perbankan syariah meliputi laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dana serta penggunaan infak dan shadaqah, laporan sumber dana qardhul hasan. Alhamdulillah PT BNI Syariah Cabang Medan telah menerapkan semua komponen yang sesuai dengan PSAK No 101.

BAB V

Dokumen terkait