• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : RELEVANSI KONSEP ULUL ALBAB DENGAN TUJUAN

2. Analisis Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani.

Disamping itu, pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ketingkat kedewasaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala

perbuatannya dan mampu berdiri sendiri.4 Tujuan agama Islam adalah memberi kebahagiaan kepada individu di dunia dan di akhirat dengan memerintahkan kepadanya untuk tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah.

Pada hakikatnya tujuan dari pendidikan Islam tidak lepas dari dua hal, yaitu:

a. Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai abdullah yang diwajibkan menyembah kepadanya. Melalui kesadaran ini pada akhirnya dirinya akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang dimiliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga, hidup dalam keadaan beriman dan meninggalnya juga dalam keadaan beriman (muslim).

b. Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain-lain.

Dari pemaparan tujuan pendidikan Islam yang telah penulis paparkan pada bab II,yang di nukil dari beberapa pendapat para ahli pendidikan, maka penulis dapat menganalisis bahwa sesungguhnya di dalam tujuan pendidikan Islam mempunyai tiga tahapan, yaitu:

1. Tujuan Umum

Yaitu suatu tujuan yang di usahakan oleh dunia pendidikan untuk mencapai terwujudnya pribadi yang mampu mewujudkan kepribdian yang utuh , sehingga mempunyai dasar ketaqwaan yang kuat terrhadap Allah SWT. Tujuan ini berfungsi sebagai arah yang mana taraf keberhasilannya dapat diukur, dikarenakan perubahan ini merupakan perubahan sikap bagi anak didik.

4

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Praktis Dan Teoritis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 10

Tujuan umum pendidikan Islam sinkron dengan tujuan agama Islam yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah SWT. Sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, Allah mengutus para Rasul untuk menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab-kitab samawi.

                     

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,( Q.S. al-Jumu’ah: 2)5

2. Tujuan Khusus

Pada dasarnya tujuan khusus itu merupakan tujuan yang bersifat relatif dalam arti bahwa tujuan ini adalah gabungan dari pengetahuan, ketrampilan maupun yang lain, tujuan ini harus memperhatikan segenap dimensi perkembangan bagi peserta didik baik dalam segi rohaniah, emosional, sosil, intelektual, maupun fisik asalkan masih berpijak pada kerangka tujuan umum.

3. Tujuan akhir

Tujuan akhir dalam pendidikan Islam pada dasarnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu menjadi hamba Allah yang bertakwa, mengantarkan subyek didik menjadi

khalifatullah di bumi dan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat.

Uraian di atas menerangkan tentang tahapan-tahapan tujuan pendidikan Islam, dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pada intinya dalam tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai adalah membina

5

. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 553

peserta didik agar mempunyai ketaqwaan yang kokoh supaya mampu menjalankan fungsinya sebagai abdullah dan khalifah-Nya, sehingga menjadi manusia yang benar-benar mampu menghadapi tantangan zaman dengan berbekal ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

B. Relevansi konsep Ulul albab Q.S Ali-Imran Ayat 190-195 Dengan Tujuan Pendidikan Islam

Setelah penulis memaparkan tentang konsep yang ada pada ulul albab dan juga tujuan pendidikan Islam, penulis akan melanjutkan tentang relevansi antara konsep ulul albab dengan tujuan pendidikan Islam.

Ulul albab dan tujuan pendidikan Islam adalah dua kata yang saling

berhubungan, karena sebenarnya tujuan dari pendidikan Islam adalah suatu misi yang diemban dan hendak direalisasikan oleh seorang ulul albab melalui berbagai aktifitas dalam kehidupan yang dijalaninya. Sedangkan ulul albab adalah merupakan salah satu tujuan akhir dari pendidikan Islam.

Ketidak terpisahan antara ulul albab dengan tujuan pendidikan Islam memang merupakan suatu hal yang tak bisa dielakkan lagi. Karena sebenarnya

ulul albab itu merupakan salah satu tujuan akhir dari pendidikan Islam.

Sedangkan pendidikan Islam merupakan salah satu misi yang diemban dan hendak direalisasikan oleh ulul albab melalui berbagai aktivitas dalam kehidupannya.

Sedangkan bentuk relevansi antara konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S ali-Imran ayat 190-195 dengan tujuan pendidikan Islam sebagi berikut:

1. Orang yang selalu berzikir kepada Allah kapanpun dan di manapun dia berada.

Dalam konsep yang ada pada diri ulul albab yang berupa terus menerusnya mereka mengingat Allah SWT adalah hasil dari terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepada-NYA. Melalui kesadaran ini pada

akhirnya dirinya akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang dimiliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga, hidup dalam keadaan beriman dan meninggalnya juga dalam keadaan beriman (muslim), hal ini juga yang menjadi pokok dari tujuan yang akan dicapai dari Pendidikan Agama Islam

2. Orang yang berusaha menggali ke-Esa-an Tuhannya dengan selalu memikirkan ciptaan-NYA secara bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendalaminya

Salah satu dari tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan kesadaran ilmiah melalui kegiatan penelitian, baik terhadap kehidupan manusia, alam maupun kehidupan makhluk Allah diseluruh semesta alam. Dengan menggali ayat-ayat Allah tentunya akan menambah tunduknya dan sadarnya mereka akan kedhoifan yang ada pada dirinya.

Sudah dikemukakan pada bab II bahwa seorang ulul albab mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar banyak dan berfikir mendalam, mencari pengertian yang paling hakiki atau inti yang hanya dilakukan apabila seseorang itu berfikir secara radikal ke akar-akarnya. Dari aktifitas itulah orang akan sampai pada tingkat kebijaksanaan.

Firman Allah:                

Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (ali-Imran: 7) 6

Di dalam Q.S ali-Imran: 190-195 juga menerangkan bahwa Istilah

ulul albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya,

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm.50

mengambil faidah darinya, menggambarkan keagungan Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya dalam segala situasi dan kondisi, mereka juga mau memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah tertinggi dan kemampuan yang utuh.

Ciri has yang dimiliki seorang ulul albab adalah patuhnya mereka untuk selalu berfikir dan berdzikir. Dzikir tidak hanya dengan terus membaca ayat-ayat qauliyah saja, tetapi juga dengan tafakkur terhadap ayat-ayat tersebut. Dengan bertafakkur itulah, seorang ulul albab berfikir.

Pemahaman terhadap potensi berfikir (tafakkur) yang dimiliki akal sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya memiliki hubungan yang sangat erat dengan tujuan pendidikan. Hubungan tersebut antara lain terdapat dalam rumusan tujuan pendidikan. Benyamin Bloom, Cs dalam bukunya Taxonomy of educational Objektive (1956) yang dikutip oleh Nasution, membagi tujuan-tujuan pendidikan dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 7

Dalam ranah kognitif terkandung fungsi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Fungsi-fungsi ini erat kaitannya dan sangat relevan dengan fungsi akal pada aspek berfikir (tafakkur), sedangkan dalam ranah afektif terkandung fungsi memperhatikan, merespon, menghargai dan mengkaraktersasi. Fungsi ini juga sangat erat kaitannya dengan fungsi akal pada aspek mengingat (tafakkur) yang mana sesuai dengan penjelasan yang ada dalam surat ali-Imran ayat 190-195 yang sudah dijelaskan pada bab di atas.

Sedangkan dalam aspek afektif adalah kecerdasan spiritual atau emosional, yaitu suatu kemampuan mengelola diri agar dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa keberhasilan seseorang dimasyarakat ternyata tidak semata-mata ditentukan oleh prestasi akademik di sekolah, melainkan juga oleh

7

kemampuan mengelola diri, yang dilakukan secara terus menerus berulang-ulang.

Pada ranah psikomotor atau psycho-motor domain diantaranya meliputi tingkat kegiatan berupa memperlihatkan kemampuan fisik yang mengandung ketahanan kekuatan, kelenturan, kelincahan dan kecepatan bereaksi. Hal ini sejalan dengan konsep ulul albab yang mana pada diri

ulul albab tidak cuma kecerdasan intlektualnya saja yang digali tetapi

tindakan untuk mengekspresikan pengetahuannya dengan tindakan nyata yang semata-mata untuk mencari ridho-NYA.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa konsep ulul albab dan tujuan pendidikan Islam mempunyai relevansi yang sangat kuat dalam rangka mewujudkan tujuan hidup manusia, yaitu sebagai khalifatullah yang selalu ta’abud ilallah, yang semua itu dapat diwujudkan melalui pendidikan dengan cara mengembangkan potensi- potensi yang ada dalam diri manusia sehingga terbentuk insan kamil.

Dari semua uraian diatas sebenarnya pendidikan Islam diharapkan dapat menggerakkan pola fikir dan dzikir manusia yang selanjutnya dapat diwujudkan dalam bentuk amal. Adanya keseimbangan pengembangan

Dzikir, fikir, dan amal inilah yang nantinya dapat menghasilkan

kepribadian sempurna yang diharapkan mampu menjalankan segala misi kehidupan kekhalifahan sebagaimana yang menjadi amanat Allah dan tujuan pendidikan Islam.

3. Orang yang tunduk dan memasrahkan jiwa raganya dengan cara beribadah kepada Allah SWT dengan mengimani dan mentaati seruan dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah :

      

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzariyat: 56)8

8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm.523

Berkaitan dengan tugas hidup manusia tersebut, Ahmadi berpendapat bahwa tujuan diciptakanya manusia oleh Allah terdiri dari:

pertama, tujuan utama penciptaanya ialah agar manusia beribadah

kepada-Nya. Kedua, manusia diciptakan untuk berperan sebagai wakil Tuhan di muka bumi (khalifatullah fil ardl). Ketiga, manusia diciptakan untuk membentuk masyarakat, manusia yang saling mengenal hormat-menghormati dan tolong menolong antar yang satu dengan yang lain dalam rangka menunaikan tugas kekhalifahannya.9

Manusia tidak akan dapat menanggung beban tugasnya sebagai

khalifah jika dalam dirinya tidak terbentuk perasaan tunduk (ibadah) yang

total kepada Allah. Pendidikan Islam pun mempunyai tujuan agar anak didik selalu bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang terwujud dalam kemampuan dan kesadaran diri melaksanakan ibadah.

Ulul albab juga selalu menjaga dan menghidarkan dirinya dari

taghut, yakni setan, berhala dan sesembahan selain Allah SWT. Serta segala sesuatu yang melampaui batas, kekufuran dan kedzaliman, mereka hanya tulus menyembah dan beribadah kepada Allah.

Kedudukan manusia dalam sistem penciptaanya adalah sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah di bumi ini. Kedudukan itu berhubungan dengan peranan yang ideal. Yaitu pola perilaku yang di dalamnya terkandung hak, kewajiban, dan tugas manusia yang terkait dengan kedudukannya di hadapan Allah sebagai pencipta. inilah tanda khas yang membedakan ulul albab dengan ilmuwan, intelektual lainnya.

Ulul albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud, ruku’ dihadapan

Allah.

Sebagaimana firman Allah:

                           9

Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006 ), hlm. 41

(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Sesungguhnya orang yang berakAllah SWT yang dapat menerima pelajaran.10

Dengan merujuk Firman Allah diatas inilah tanda khas yang membedakan ulul albab dengan ilmuwan dan intelektual lainnya. Ulul

albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud, ruku’ dihadapan Allah.

Dia merintih pada waktu mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah SWT semata-mata hanya mengharap rahmat-Nya. Karena telah melembaga keimanan dalam hati sanubarinya ulul albab, maka akhirnya melahirkan kesadaran dan keikhlasan serta tanggung jawab untuk mengabdikan diri kepada Allah, seluruh aktivitas hidupnya hanya semata-mata karena diperuntukkan Allah bukan karena supaya mendapat prestise dari sesama manusia.

Dengan demikian, manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggung jawaban kepada pencipta-Nya, melainkan manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Seorang ulul albab dalam menggali ilmu lebih mementingkan kemaslahatan masyarakat dan kemajuan peradaban manusia secara merata bukan untuk kepentingan pribadi. Jadi dalam kesungguhan mencari ilmu ada dua kegiatan yang dilakukan insan ulul albab yaitu tafakkur dan

tasyakkur. Tafakkur berarti merenungkan ciptaan Allah di langit dan di

bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Sedangkan Tasyakkur berarti memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran sehingga kenikmatan makin bertambah.

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 459

Seorang ulul albab akan selalu bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya, bersedia memberikan pengertian kepada masyarakat, menegur apabila terjadi ketimpangan, dan terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidak beresan di tengah-tengan masyarakat.

4. Orang yang selalu ta’zhim pada guru (pendidik) dengan cara merendahkan diri dan mengagungkannya.

Pendidikan Islam harus berupaya membangun manusia dan masyarakat secara utuh dan menyeluruh (insan kamil) dalam semua aspek kehidupan yang berbudaya dan berperadaban yang tercermin dalam kehidupan manusia yang bertakwa dan beriman, berpengetahuan dan berakhlak mulia. Firman Allah:

                  

Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah Telah menurunkan peringatan kepadamu, di dunia dan akhirat.11

Dari ayat di atas Nurchalis Madjid menyebut bahwa orang-orang seperti itu adalah seorang ulama’, dimana ulama’ adalah golongan masyarakat yang diharapkan mempunyai kemampuan lebih dalam meresapi ketakwaan dan mempunyai penampilan tingkah laku yang lebih bermoral, beradab dan berakhlak atau keshalehan individual dan sosial.12

Karakteristik yang ada pada seorang ulul albab itu juga sebagai puncak atau tujuan akhir dari dzikir adalah dzikir amaliyah. Dzikir ini secara singkat diaplikasikan dalam taqwa yang sekaligus menjadi akhlak mulia, hal ini relevan dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan Islam yaitu membina dan memupuk akhlak karimah.

12

Nurchalis Madjid, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di

5. Menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana firman Allah :

            

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS. Ali Imran: 102)13

Dalam QS.at-Thalaq Allah menjelaskan bahwa ulul albab adalah orang–orang yang tidak diselubungi akal mereka oleh kerancuan, yakni orang-orang yang beriman. Tidak ada alasan bagi seorang ulul albab untuk tidak bertaqwa karena sungguh Allah SWT telah menurunkan buat ulul

albab peringatan yang demikian sempurna dan lengkap yakni al-Qur’an.14 Ulul albab juga tidak akan takut kepada siapapun kecuali kepada Allah

SWT, sehingga mereka selalu membentengi dan membekali dirinya dengan rasa ketaqwaan kepada Tuhannya. Firman Allah :

         

Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (QS. Al-Baqarah :197 )15

Dalam QS. At-Thalaq: 10 Allah menerangkan bahwa seorang ulul

albab harus beriman dan bertaqwa kepada Allah karena Allah telah

menurunkan peringatan yaitu Al-Qur’an yang mengingatkan segala sesuatunya untuk menjadi pegangan dengan mengamalkan dan mematuhi isinya.16 Orang-orang yang berakal sajalah yang mau mengambil pelajaran

13

. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm. 63

14

M. Quraissh Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm 151-152

15

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm.31

16

Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid X, (, (Bandung: Diponegoro, 2004), hlm. 213.

pada kaum terdahulu yang di siksa karena mengingkari ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. Allah menyeru kepada ulul albab supaya bertaqwa kepada-Nya karena Dia telah menurunkan A1-Qur’an yang penuh dengan petunjuk.

Menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah adalah karakteristik yang dimiliki oleh ulul albab, hal ini sinkron dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengulas tentang konsep ulul albab dalam Al-Qur’an Q.S Ali-Imran ayat 190-195 dan relevansinya dengan tujuan Pendidikan Islam pada bab terdahulu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-195 adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara berzikir di manapun dan kapanpun dia berada. Mereka selalu menancapkan

kalimatullah dalam hatinya, di samping itu dia mau menggunakan

kecerdasannya dengan selalu berfikir dan menganalisa ciptaan Allah SWT, sehingga dengan kegiatan berfikir dan berzikir tersebut mereka mampu mengambil faidah darinya atas semua keagungan Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya dalam segala situasi dan kondisi. Jelaslah bahwa dalam Q.S Ali Imran ayat 190-195, mengandung dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan fikir. Dengan melakukan dzikir dan fikir, maka sampailah manusia pada suatu kesimpulan bahwa Allah SWT menciptakan alam ini sarat dengan tujuan dan kemanfaatan bagi manusia. Selanjutnya mereka memohon kepada Allah SWT supaya mereka diberi petunjuk dan dihindarkan dari siksa api neraka.

2. Pada dasarnya hakikat tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Dari sudut pandang ini, hakikat tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kesadaran terhadap hakikat peserta didik sebagai

abdullah yang selalu tunduk dan patuh atas semua aturan-aturan Allah

SWT. Dan terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai

khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain-lain.

3. Konsep ulul albab dan tujuan pendidikan Islam merupakan dua kata yang saling ada keterikatan, karena antara konsep yang ada pada ulul albab dengan tujuan pendidikan adalah sama-sama bertujuan untuk menjadikan peserta didik sebagai abdullah yang selalu tunduk menghambakan diri kepada Allah SWT dengan cara menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangannya agar benar-benar tercipta pada diri peserta didik menjadi manusia yang muttaqin. Disamping secara vertikal mereka menjadi seorang abdullah yang selalu beribadah, secara horisontal mereka adalah kholifah fil ardz yang mana mereka harus siap sedia menjalin persaudaraan antar sesama hidup bersosial dengan masyarakat luas, yang mana seorang kholifah fil ardz harus mampu mengaplikasikan pengetahuannya dan mau menyebarkan apa yang mereka miliki, sehingga ilmu yang mereka miliki tidak untuk diri sendiri tetapi juga untuk berdakwah li I’lai kalimatillah dan akhirnya menjadi manusia yang di damba masyarakat dan dipuja oleh Allah SWT sebagai insan yang sempurna (insan kamil).

Sangat eratnya relevansi antara ulul albab dengan pendidikan Islam seperti dua arah yang tidak dapat dipisahkan. Kedekatan relevansi ulul albab dengan tujuan pendidikan Islam disebabkan karena adanya hubungan timbal balik yang saling mengikat.

Dokumen terkait