• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP ULUL ALBAB Q.S ALI-IMRAN AYAT DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

MIFTAHUL ULUM

NIM : 073111133

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

NIM : 073111133

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya.

Semarang, 25 Juni 2011 Saya yang menyatakan,

Miftahul Ulum

(3)

iii

Judul : Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 dan

Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam

Nama : Miftahul Ulum

NIM : 073111133

Jurusan ; Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

Semarang, 25 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Nasirudin, M. Ag Yunita Rahmawati, M.A

19780627 2005012 004 19780627 2005012 004

Penguji I, Penguji II,

Ismail SM, M. Ag H. Mahfud Siddiq, LC.M.A

19711021 1997031 002 15031312 7000001 000

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag Ridwan, M. Ag.

(4)

iv 1. Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag 2. Ridwan, M.A.

Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Berdasarkan hasil pembahasan usulan judul penelitian di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), maka Fakultas Tarbiyah menyetujui Judul Skripsi mahasiswa:

Saudara : Miftahul Ulum

NIM : 073111133

Judul : Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 dan

Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.

Dan menunjuk saudara:

1. Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag Sebagai pembimbing I 2. Ridwan, M.Ag. Sebagai pembimbing II

Wassalamu’alaikum Wr.Wb A.n Dekan Kajur PAI Drs. Nasirudin, M. Ag NIP. 19691012 1996031 002 Tembusan:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo (sebagai laporan) 2. Mahasiswa yang bersangkutan

(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Konsep ulul albab yang terdapat pada surat ali Imran ayat 190-195. 2). Hakekat tujuan Pendidikan Islam. 3). Relevansi ulul albab yang terdapat pada surat ali Imran ayat 190-195 terhadap tujuan pendidikan Islam

Penelitian ini merupakan Library Research (penelitian kepustakaan), yakni dengan cara melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat dengan pendekatan content

analisys. Data yang terkumpul di analisis dengan menggunakan metode tafsir tahlili dan maudhu’i.

Konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-195 adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara berzikir di manapun dan kapanpun dia berada. Mereka selalu menancapkan kalimatullah dalam hatinya, di samping itu dia mau menggunakan kecerdasannya dengan selalu berfikir dan menganalisa ciptaan Allah SWT, sehingga dengan kegiatan berfikir dan berzikir tersebut mereka mampu mengambil faidah darinya atas semua keagungan Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya dalam segala situasi dan kondisi. Jelaslah bahwa dalam Q.S Ali Imran ayat 190-195, mengandung dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu zikir dan fikir. Dengan melakukan dzikir dan fikir, maka sampailah manusia pada suatu kesimpulan bahwa Allah SWT menciptakan alam ini sarat dengan tujuan dan kemanfaatan bagi manusia. Selanjutnya mereka memohon kepada Allah SWT supaya mereka diberi petunjuk dan dihindarkan dari siksa api neraka.

Pada dasarnya hakikat tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Dari sudut pandang ini, hakikat tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kesadaran terhadap hakikat peserta didik sebagai abdullah yang selalu tunduk dan patuh atas semua aturan-aturan Allah SWT. Dan terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik, dan lain-lain.

Konsep ulul albab dan tujuan pendidikan Islam merupakan dua kata yang saling ada keterikatan, karena antara konsep yang ada pada ulul albab dengan tujuan pendidikan adalah sama-sama bertujuan untuk menjadikan peserta didik sebagai

abdullah yang selalu tunduk menghambakan diri kepada Allah SWT dengan cara

menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangannya agar benar-benar tercipta pada diri peserta didik menjadi manusia yang muttaqin. Disamping secara vertikal mereka menjadi seorang abdullah yang selalu

(6)

vi

berdakwah li I’lai kalimatillah dan akhirnya menjadi manusia yang di damba masyarakat dan dipuja oleh Allah SWT sebagai insan yang sempurna (insan

(7)

vii



Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".(Q.S. Yunus: 101)1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya,( Bandung: CV diponegoro, 2008) hlm. 220

(8)

viii

 Ayahanda Bapak Irsyad dan Ibunda Jumronah tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku serta mencurahkan kasih sayangnya. Kakak-kakak ku ( Rusikhah, Abdul Rouf, Nurus Shobah, Muidah, Abdul Muid, Al-haritsah) yang senantiasa memberi inspirasi untuk selalu semangat dalam hidupku.

 Syeh KH Abdul Wahid Zuhdi (alm) ( Pengasuh Ponpes Al-Ma’ruf Bandungsari Ngaringan Grobogan sekaligus pendiri Ponpes fadhlul Wahid Ngangkruk Ngaringan Grobogan) yang telah membekali penulis ilmu agama.

 KH. Imam Taufiq. M,Ag dan Ibu Hj Arikhah beserta keluarga yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik spirituil dan materiil untuk penulis sehingga mampu menyelesaikan studi sampai selesai.

 Semua guru-guruku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah nggulowentah dan yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang penulis dapatkan bisa berkah

 Keluarga besar perpustakaan Fakultas Tarbiyah ( Pak Rozi, pak Mahmud, Pak Rikza, Bu Sayidah dan teman-teman seperjuangan bea siswa perpustakaan) jangan jemu untuk selalu noto buku, semoga ada berkah dan manfaatnya.

 Pengurus Ta’mir dan atau MADIN Raudlatul Jannah dan juga keluarga besar Perumahan Bank Niaga Ngaliyan SMG, yang telah memberi kesempatan dan izin berteduh dan belajar bermasyarakat

 Sahabat-sahabat PAI 07D (Nurul Septiani, Misbahul Munir, dan teman-teman semua) senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Dan tak lupa pembaca budiman sekalian

Semoga amal dan kebaikan mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Yang Maha Kuasa.

(9)

ix

panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada dir peneliti, sehingga penelitian hasil dari sebuah usaha ilmiah yang sederhana ini guna menyelesaikan tugas akhir kesarjanaan terselesaikan dengan sebagaimana mestinya.

Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sosok historis yang membawa proses transformasi dari masa yang gelap gulita ke zaman yang penuh peradaban ini, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman.

Berbagai usaha dalam rangka menyelesaikan skripsi yang berjudul Konsep

Ulul Albab dalam Q.S Ali Imran Ayat 190-195 dan Relevansinya dengan Tujuan

memang tidak bisa lepas dari berbagai kendala dan hambatan, mulai dari flesdis hilang, computer error dll, tetapi dengan semangat untuk segera menyelesaikan karya ilmiah ini, alhamdullah penulis dapat menyelesaikan juga walaupun masih banyak kekurangan. Oleh karena, itu izinkan peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang membantu peneliti sehingga karya sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan hanya angan dan keinginan semata, diantaranya kepada:

1. Prof. Dr. H Muhibbin, M. A Rektor IAIN Walisongo Semarang

2. Dr. Sudja`i, MAg. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Nasirudin, M.Ag.. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo

yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Hamdani Mu’in, M. Ag. Dosen Pembimbing I dan Ridwan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.

5. Abdurrahman M,Ag. Selaku dosen wali studi penulis dan seluruh Bapak/Ibu Dosen, karyawan, pegawai IAIN Walisongo, yang telah memberi nasehat dan motivasi dan memberi pengarahan kepada penulis

(10)

x

7. Syeh KH Abdul Wahid Zuhdi (alm) ( Pengasuh Ponpes Al-Ma’ruf Bandungsari Ngaringan Grobogan sekaligus pendiri Ponpes fadhlul Wahid Ngangkruk Ngaringan Grobogan) yang telah membekali penulis ilmu agama. 8. KH. Imam Taufiq. M,Ag dan Ibu Hj Arikhah, M.Ag beserta keluarga yang

telah memberikan bimbingan dan bantuan baik spirituil dan materiil untuk penulis sehingga mampu menyelesaikan studi sampai selesai.

9. Keluarga besar perpustakaan Fakultas Tarbiyah ( Pak Rozi, pak Mahmud, pak Rikza, Ibu Sayidah dan teman-teman seperjuangan bea siswa perpustakaan) jangan jemu untuk selalu noto buku, semoga ada berkah dan manfaatnya. 10. Semua guru-guruku yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu yang telah

me-nggulowentah dan yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang penulis dapatkan bisa berkah

11. Pengurus Ta’mir dan atau MADIN Raudlatul Jannah dan juga keluarga besar Perumahan Bank Niaga Ngaliyan SMG, yang telah memberi kesempatan dan izin berteduh dan belajar bermasyarakat

12. Sahabat-sahabat PAI 07D (Nurul Septiani, Misbahul Munir, dan teman-teman semua) senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu hanya ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam penulis haturkan dan semoga amal dan jasa baik sahabat-sahabat akan dicatat sebagai amal kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT.

Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

(11)

xi

MIFTAHUL ULUM

(12)

xii HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PENGESAHAN... iii NOTA PEMBIMBING... iv ABSTRAK... v MOTTO…... vii PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Penegasan Istilah... 4

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Dan Manfaat... 6

E. Kajian Pustaka ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

BAB II : ULUL ALBAB DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam... 12

B. Dasar Tujuan Pendidikan Islam... 14

C. Tahapan Tujuan Pendidikan Islam... 20

D. Tujuan Pendidikan Islam... 24

BAB III : KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN AYAT 190-195 A. Konsep Ulul albab... 39

(13)

xiii

1. Asbab Al-Nuzul... 43

2. Arti Mufradat ... 44

3. Asbab An-Nuzul ... 45

4. Munasabah... 46

5. Isi Kandungan Q.S Ali-Imran Ayat 190-195... 49

BAB IV : RELEVANSI KONSEP ULUL ALBAB DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM A. Konsep Ulul Albab Q.S Ali-Imran ayat 190-195 Dan Tujuan Pendidikan Islam... 64

1. Analisis Konsep Ulul Albab... 68

2. Analisis Tujuan Pendidikan Islam...………... 76

B. Relevansi Konsep Ulul Albab Dengan Tujuan Pendidikan Islam….71 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 80 B. Saran-Saran... 81 C. Kata Penutup... 82 DAFRAT PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

BAB I

KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN AYAT 190-195 DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan

dibandingkan dengan makhluq lain, ini semua dikarenakan manusia dibekali potensi yang luar biasa yaitu berupa akal, akal juga yang membedakan manusia dari mahluk Allah yang lain, keintlektualan dan bentuk jasad sempurna yang dianugrahkan Allah kepadanya. Sehingga manusia mampu berfikir dan memungkinkan pula baginya untuk mengamati, menganalisis apa-apa yang di ciptakan Allah di alam bumi ini. Kemampuan manusia untuk berfikir inilah yang menjadikannya sebagai makhlukNYA yang diberi amanat untuk dapat beribadah kepadaNYA serta diberi tanggung jawab dengan segala pilihan dan keinginan. Akal pula yang menjadikan manusia terpilih untuk menjadi khalifah di muka bumi ini dan berkewajiban untuk membangunnya dengan sebaik-bainnya.1

Dalam diri manusia terdapat dua daya sekaligus, yaitu daya fikir yang berpusat di kepala dan daya rasa (qalbu) yang berpusat di dada. Untuk mengembangkan daya ini telah ditata sedemikian rupa oleh Islam, misalnya untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan dengan cara beribadah seperti sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lain dan untuk mempertajam daya fikir perlu arahan ayat kauniyah yakni ayat-ayat mengenai visi cosmos yang menganalisa dan menyimpulkan yang melahirkan gagasan inovatif demi pengembangan peradaban manusia sebagai kholifah di muka bumi.2

Sesuatu yang sangat agung dari petunjuk Al-Qur’an, berkenaan dengan visi pemikiran dan ilmu pengetahuan, adalah bahwa Al-Qur’an memberi penghargaan terhadap ulul albab dan kaum cendikiawan, atau

1

Musfir bin Said Az-zahrani, Konseling Terapi,( Jakarta: Gema Insani, 2005 ), Hlm 274

2

Syahrin harahap, Al-qur’an dan Sekularisasi, ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994) hlm 50

(15)

kaum intlektual.Allah memuji mereka dalam banyak ayat dalam surat-surat Makiyah dan Madaniyah. Trem ulul albab atau Ulil albab terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali. Sembilan diantaranya terdapat dalam Al-Qur’an Makiyah dan tujuh lainnya terdapat dalam Al-Qur’an Madani.3 Al-Qur’an mengekspos keluhuran orang yang beriman dan berilmu sebagai hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan tinggi. Bahkan, diberi gelar khusus untuk mereka yang memiliki kedudukan ini, yang mampu mendayagunakan anugrah Allah (potensi akal,kalbu, dan nafsu) pada sebuah panggilan, yaitu ulul albab. Allah tidak menafikan potensi yang dianugrahkan oleh-NYA kepada manusia agar tidak tergiur dan terpesona oleh hasil dirinya sendiri, sehingga keterpesonaan itu membuat dirinya menjadi hamba dunia, karena kecintaan yang berlebihan pada dunia.4

Sejalan dengan kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh manusia yang dirahmatkan sang khaliq tersebut, maka manusia harus bisa memposisikan diri sebagai mahluk yang tidak hanya memikirkan atau peduli terhadap dirinya sendiri, tetapi harus senantiasa peduli dan peka terhadap keberadaan sekelilingnya, sehingga potensi fikir dan dzikir senantiasa menyelimuti aktifitasnya sehari-hari sebagai bahwa manusia adalah tidak hanya sebagai mahluk Allah yang paling sempurna tetapi juga sebagai keharusan untuk menuju insan kamil yang di dalam Al-Qur’an sering disebut dengan istilah ulul albab.

Menurut A.M. Saefudin, bahwa ulul albab adalah pemikir intlektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiyah dengan metode ilmiah induktif dan deduktif, serta intlektual yang membangun kepribadian dengan dzikir dalam keadaan dan sarana ilmiah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh umat manusia. ulul

3

Yusuf Qardawi, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani,1998), hlm,29-30

4 Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah Menggali Potensi Diri,( Jakarta: Gema Insani,2000), hlm 118-119

(16)

albab adalh intlektual muslim yang tangguh yang tidak hanya memiliki

ketajaman analisis obyektif, tetapi juga subyektif.5

Konsep ulul albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-195 memberikan penjelasan bahwa orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal, yaitu tazakur yakni mengingat Allah dengan ucapan dan atau hati dalam situasi dan kondisi apapun dan tafakkur memikirkan ciptaan Allah, yakni kejadian di alam semesta. Dengan melakukan dua hal tersebut, seseorang diharapkan ia sampai kepada hikmah yang berada di balik proses mengingat dan berfikir , yaitu mengetahui, memahami, menghayati bahwa dibalik fenomena alam dan segala sesuatu yang ada didalamnya menunjukkan adanya sang pencipta, Allah SWT.6

Pendidikan Islam sebagai salah satu dari ajaran agama Islam, memiliki tujuan mulia yang sesuai dengan aturan dan tuntunan Al-Qur’an yaitu untuk membentuk kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.7 Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai mencakup aspek kognitif (akal), aspek afektif (moral) dan spiritual. Dengan kata lain, terciptanya kepribadian yang seimbang, yang tidak hanya menekankan perkembangan akal, tetapi juga perkembangan spiritual.8

Sedangkan menurut Ibnu Katsir yang tertuang dalam karyanya (Tafsir Ibnu Katsir) bahwa yang disebut ulul albab adalah:

نيذلا نكبلا و نصلاك اىسيل و اهت ايلج يلع اهقئ اقحب ءايشلاا كردت ىتلا ةيكزلا ماتلا لىقعلا

نىلقعي لا

.

5

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan,

kurikulum Hingga redifinisi Islamisasi Ilmu Pengetahuan,( Jakarta: Nuansa, 2003) hlm 268

6

M. Qurais Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati), hlm 308-309

7

Zakiah Daradjat, dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. II, hlm. 72

8

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. V, hlm. 41

9

Abi Fada’ Al-Hafidz Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1,(Bairut; Darul Kutub Ilmiyah,1994),hlm 403

(17)

Yaitu akal yang sempurna dan bersih yang dengannya dapat diketemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu bukan seperti orang-orang yang buta dan bisu yang tidak dapat berfikir.

Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal dan nurani, ia sebagai pengontrol utama atas semua yang berlaku dalam aktifitas manusia, namun dalam prakteknya, posisi dan peran akal sering kali tersalahkan oleh nafsu dan kehendak syaitan. Hasilnya, kemaksiatan dimana-mana. Kemaksiatan yang terjadi merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pertentangan yang luar biasa antara akal dan nafsu.10. Ketika akal lebih dominan maka tindakan positif yang terjadi, sebaliknya jika hawa nafsu lebih dominan, maka tindakan negatiflah yang akan muncul.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji konsep ulul albab yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 190-195 yang direlevansikan dengan tujuan pendidikan Islam.

B. Penegasan Istilah

Agar memudahkan pemahaman dan menjaga supaya tidak terjadi kesalah fahaman tentang judul ini, maka perlu kiranya penegasan istilah sebagai berikut:

a. Ulul albab

Istilah ulul albab berasal dari dua kata yakni ulu dan albab, kata ulu artinya yang memiliki. Sedangkan albab berasal dari kata

al-lubb yang artinya otak atau pikiran (intellect) albab di sini bukan

mengandung arti otak atau pikiran beberapa orang, melainkan hanya dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian ulul albab artinya orang yang memiliki otak yang berlapis-lapis. Ini sebenarkan membentuk arti kiasan tentang orang yang memiliki otak yang tajam.11

10

Fadlolan Musyaffa’ Mu’thi, Potret Islam Universal, ( Tuban: Syauqi Press, 2008 ), hlm 15.

11

M. Dawam Rahardjo,Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan

(18)

Sedangkan menurut pendapat Abuddinata dalam karyanya,

Tafsir ayat-ayat pendidikan, bahwa Ulul albab adalah orang yang

melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat(Allah), dan

tafakkur memikirkan (ciptaan Allah)12

Sedangkan yang maksud ulul albab dalam skripsi ini adalah orang yang mampu mengambil kesimpulan, pelajaran, peringatan dari ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an, segala masyarakat, peristiwa searah dan fenomena alam, di dalam dirinya selalu terkandung suatu refleksi serta potensi dzikir dan fikir.

b. Relevansi

Kata relevansi berasal dari bahasa Inggris relevance yang berarti bersangkut paut atau bisa disebut juga hubungan.14 Dalam kamus popular dijelaskan bahwa makna relevansi adalah hubungan, keterkaitan atau pertalian.15 Sedangkan dalam penelitian ini diartikan dengan hubungan yaitu adanya hubungan antara satu hal dengan hal lain yang dapat berguna secara langsung untuk menambah atau melengkapi satu sama lain.

c. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan berdasarkan etimologi pendidikan Islam berarti ‘arah maksud atau haluan’, dalam bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan kata ‘ghayat, atau muqosid’. Sedangkan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan ‘goal, purpose, objektif, atau aim’. Secara terminologi tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.13

12

Abuddinata, Tafsir ayat-ayat pendidikan,(Jakarta: Raja grafindo,2002), hlm 131

14

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1993),hlm.475.

15

M.D.J. Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Bandung: CV. Pustaka

Setia,2000),hlm.261.

13

Armai Arief, Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 15.

(19)

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah peneliti paparkan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah konsep ulul albab yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-195?

2. Bagaimana hakikat tujuan Pendidikan Islam?

3. Bagaimana relevansi Ulul albab pada Q.S Ali Imran ayat 190-195 dengan tujuan pendidikan Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konsep ulul albab yang terdapat pada surat ali Imran ayat 190-195

2. Mengerti bagaimana hakekat tujuan Pendidikan Islam

3. Faham akan relevansi ulul albab pada Q.S Ali Imran ayat 190-195 terhadap tujuan pendidikan Islam

Sedangkan harapan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Supaya lebih termotivasi untuk menggali segala potensi yang dimiliki akal agar menjadi insan kamil

2. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap siapa saja yang

membutuhkan.

3. Menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimana konsep ulul albab yang berimplikasi terhadap pendidikan Islam.

4. Menambah koleksi perbendaharaan refrensi perpustakaan fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan, perbandingan yang masing-masing mempunyai andil besar mencari teori,

(20)

konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang hendak dilakukan.14

Penulis menyadari bahwa konsep ulul albab telah banyak dibahas dalam karya-karya tulis baik buku, skripsi maupun yang lain yang masing-masing saling melengkapi antar satu dengan yang lain.

Pertama, buku karya Toto Tasmara dengan judul, Menuju Muslim

Kaffah Menggali Potensi Diri,buku ini menerangkan bahwa seorang ulul

albab memiliki jiwa yang tangguh serta kritis terhadap lingkungannya. Mereka ini bukan tipe kentura, bukan pula tipe teknokrat Haman. Ketajaman intuisi dan intlektualnya, harmonitas pikir dan zikirnya merupakan ciri khas yang di miliki Ulil albab

Kedua, buku dengan judul: Al-qur’an berbicara tentang akal dan

ilmu pengetahuan, karya Dr. Yusuf Qardhawi. Dalam buku ini terdapat

bahasan betapa Al-qur’an sangat memuji kaum ulul albab, di buku tersebut juga di terangkan tentang pengertian ulul albab di sertakan ayat-ayat Al-qur’an yang menerangkan tentang ulul albab

Ketiga, skripsi yang berjudul Ulul Albab Dalam Al Qur’an

Implikasinya Dalam Tujuan Pendidikan Islam, Karya Sulaiman. Dalam

skripsi ini menerangkan bahwa ulul albab adalah orang yang mempunyai kedalaman keilmuan dan ketajaman pemikiran serta mampu mengambil kesimpulan, pelajaran, peringatan dari ayat- ayat Allah dalam Al-qur’an dan senantiasa terkandung suatu refleksi serta potensi dzikir dan fikir.

Keempat, skripsi yang berjudul : Konsep Akal Dalam Tafsir Al

Misbah an Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, Karya Anisatul

Ainiyah, Dalam skripsi ini menjelaskan tentang fungsi akal yang mana mencakup dalam hal tafakkur dan tadzakkur kepada Allas SWT, sedangkan kalau di kaitkan dengan dunia pendidikan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengembangkan akal.pendidikan harus membina dan mengembangkan potensi akal .

14

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 65

(21)

Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, bahwa peneliti dengan judul KONSEP ULUL ALBAB DALAM Q.S ALI IMRAN 190-195 DAN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM, karena dalam penelitian ini memfokuskan untuk mengetahui konsep yang ada pada ulul albab yang terkandung dalam surat ali-Imran ayat 190-195 serta relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam. Dengan harapan agar konsep yang ada pada ulul albab dapat menjadi acuan untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam, dengan menggunakan metode tahlili dan maudhu’i

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research)15, yaitu dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan.

2. Sumber Data a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data secara langsung dari tangan pertama atau merupakan sumber asli.16 Dalam skripsi ini sumber primer yang dimaksud adalah al-Qur’an Surat Ali imran ayat 190-195.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber yang lain yang tidak diperoleh dari sumber primer.17 Dalam skripsi ini sumber-sumber sekunder yang dimaksud adalah

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset,1999), Jilid I, hal. 9.

16

Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah, Edisi I, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Cet. IV, hal. 150.

17

(22)

kitab tafsir yang ada hubungannya dengan al-Qur’an Surat Ali imran ayat 190-195.

c. Sumber Tersier

Sumber tersier adalah sumber-sumber yang diambil dari buku-buku selain sumber primer dan sumber sekunder sebagai pendukung. Yang dimaksud sumber tersier dalam skripsi ini adalah buku-buku lain yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan skripsi ini.

Selanjutnya untuk memberi penjelasan atau penafsiran terhadap ayat tersebut, melalui metode studi pustaka (library

research), maka langkah yang ditempuh adalah dengan cara

membaca, memahami serta menelaah buku-buku, baik berupa kitab-kitab tafsir maupun sumber-sumber lain yang berkenaan dengan permasalahan yang ada, kemudian dianalisa.

3. Metode Analisis Data

Guna mencari jawaban dari beberapa permasalahan yang ada di atas, penulis menggunakan metode tahlili dan maudhu’i

Metode tahlili adalah metode kajian al-Qur’an dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan urutan bacaan yang terdapat dalam dalam urutan mushaf uthmani.18

Adapun langkah-langkahnya adalah :

a. Menerangkan hubungan (munasabah) baik antara satu ayat dengan ayat yang lain, maupun satu surah dengan surah yang lain.

b. Menjelaskan tentang sebab-sebab turunnya ayat (asbab an-nuzul). c. Menganalisis kosa kata (mufradat) dan lafal dari sudut pandang

bahasa arab.

d. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya.

18

Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, ( Yogyakarta:Tazzafa, 2009), hlm 128-129

(23)

e. Menerangkan unsur-unsur fashoha, bayan dan i’jaznya, bila dianggap perlu. Khususnya apabila ayat-ayat yang ditafsirkan itu mengandung keindahan balaghah.

f. Menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas, khususnya apabila ayat-ayat yang ditafsirkan adalah ayat-ayat

ahkam.

g. Menerangkan makna dan maksud syara’ yang terkandung dalam ayat bersangkutan. Sebagai sandarannya, mufasir mengambil keterangan dari ayat-ayat lainnya, hadis Nabi, pendapat sahabat, tabi’in dan ijtihad mufasir sendiri.19

Metode Maudhu’i (tematik) ialah menafsirkan ayat al-Qur’an tidak berdasarkan atas arutan ayat dan surah yang terdapat dalam mushaf, tetapi berdasarkan masalah yang dikaji. Mufasir dengan menggunakan metode ini, menentukan permasalah yang akan dicari jawabannya dalam Al-qur’an. Kemudian, mufasir mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah tersebut yang tersebar dalam berbagai surah.

Adapun langkah-langkahnya adalah :

a. Menentukan permasalahan atau topik yang akan dikaji.

b. Menentukan kata kunci mengenai permasalahan itu dan padanannya dalam Al-qur’an

c. Mengumpulkan ayat-ayat yang berbicara mengenai topik tersebut yang tersebar dalam berbagai surah.

d. Menyusun ayat-ayat itu sesuai dengan kronologis turunnya (Jika memungkinkan)

e. Menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan ayat-ayat yang lain, perkataan nabi, sahabat dan analisis bahasa.20

19

Azyumardi Azra (ed.), Sejarah dan Ulum al-Qur’an: Bunga Rampai, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), cet I. Hlm. 172.

(24)

Dengan metode ini penulis akan mengulas ayat di atas dari berbagai sudut, terutama dari bagian yang bisa secara langsung membantu untuk menarik kesimpulan ayat sehingga pada akhirnya akan diperoleh suatu pendapat bahwasanya seberapa besar pengaruh dari kesabaran dan ketekunan peserta didik dalam proses pembelajaran dan hasilnya terhadap pendidikannya.

(25)

BAB II

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan salah satu hal yang harus ada ketika seseorang melakukan suatu usaha, tanpa adanya tujuan pastilah suatu usaha tidak akan terarah dan tidak ada artinya, sekecil apapun suatu usaha, harus ada bentuk tujuan yang pasti, begitu juga dengan pendidikan yang mana dalam suatu proses pembelajaran yang membutuhkan tujuan yang mulia yang sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul-NYA.

Tujuan berdasarkan etimologi pendidikan Islam berarti „arah maksud atau haluan, dalam bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan kata „ghayat, atau muqosid’. Sedangkan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan „goal, purpose, objektif, atau aim’. Secara triminologi tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.1

Tujuan juga bisa diartikan sebagai batas akhir yang di cita-citakan oleh seseorang dan dijadikannya pusat perhatianya untuk di capai melalui usaha.2 Dengan demikian, tujuan adalah sasaran atau cita-cita yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan.

Kata aims menunjukkan arti sesuatu yang menentukan cara berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Kata aims bersinonim dengan kata goals. Kedua kata ini menunjukkan suatu hasil usaha yang ingin dicapai dengan mengerahkan usaha sekuat tenaga, karena tanpa penekanan usaha itu hasilnya tidak akan tercapai.

Dalam Bahasa arab kata ghayyat (ةايغ) digunakan untuk mengartikan tujuan akhir di luar yang tidak ada. Ahdaf (فدهأ ) dipergunakan untuk memberi arti peranan-peranan yang lebih tinggi dan dapat dimiliki oleh seseorang berkenaan dengan tinjauan luas yang menyiratkan hal ini sangat

1

Armai Arief, Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 15.

2

(26)

diperlukan. Ahdaf juga berarti menempati suatu sasaran yang lebih dekat. Istilah maqasid (دصاقم) artinya sesuatu yang diperoleh dari suatu cara yang menunjukkan kepada jalan yang lurus.3

Secara terminologis, banyak ahli pendidikan yang mendefinisikan tentang tujuan. Abdurrahman an-Nahlawi mendefinisikan tujuan adalah apa yang di canangkan oleh manusia, diletakkannya sebagai pusat perhatian, dan demi merealisasikannya dan menata tingkah lakunya4. Sementara Zakiah darajat mendefinisikan tujuan sebagai sesuatu yang di harapkan tercapai setelah melakukan usaha atau kegiatan selesai.5

Pengertian tujuan pendidikan Islam menurut Dr. Zakiah Daradjat adalah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan pembelajaran dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam.6Sedangkan menurutnya Prof. Dr. Qodry A. Azizy, M.A., mengungkapkan bahwa Tujuan pendidikan Islam adalah untuk menghubungkan pertumbuhan personal seseorang kepada kehidupan publik dengan cara mengembangkan keterampilan yang kuat, pengetahuan akademik, kebiasaan/ habitat untuk pencarian, dan keingintahuan yang kritis tentang masyarakat, kekuasaan, ketidaksamaan (perlakuan), dan perbuatan. Oleh karena itu, berbicara mengenai pendidikan agama Islam, baik makna ataupun tujuannya, haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.7

Tujuan pendidikan Islam, menurut seminar pendidikan Islam se-Indonesia, tanggal 7 -11 Mei 1960 di Cipasung Bogor, adalah menamkan

3

Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia, (Yogyakarta: Pon. Pes. Krapyak, 1984), hlm.1208.

4

Abdurahman an-Nahlawi, Prinsi-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1989), hlm. 160.

5

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. 2, hlm. 29.

6

Zakiah Daradjat, dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. II, hlm. 72

7

(27)

taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran agama. Tujuan tersebut didasarkan kepada proposi bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbukan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.8

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu yang hendak dicapai melalui kegiatan pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai keIslaman terhadap anak didik sehingga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT menjadi kuat dan akhirnya terbentuklah seorang hamba yang mukmin dan

muttaqin, siap menghadapi tantangan hidup yang kapan saja bisa

mengancam dirinya untuk terjerumus kelembah yang nista, dan dengan keimanan dan ketaqwaan peserta didik sanggup dan siap menjadi khalifah di muka bumi ini dengan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya.

B. Dasar Tujuan Pendidikan Islam

Dasar tujuan pendidikan Islam yang dimaksud di sini adalah semua acuan atau rujukan yang darinya akan memancarkan ilmu-ilmu pengetahuan dan tentunya telah diyakini kebenaran dan keabsahannya, di antara dasar-dasar tujuan pendidikan Islam adalah:

a. Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang berfungsi sebagai mu‟jizat yang di turunkan kepada nabi Muhammad yang di tulis dalam mushaf, yang di riwayatkan secara mutawattir, dan membacanya adalah

ibadah.9 Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat

dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur'an menyangkut hubungan

8

Baihaqi AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis Islam, (Jakarta: Darul Ulum Press, 200),Cet 1, hlm. 13

9

(28)

manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya dan hubungan dengan alam semesta.

Diturunkannya Al-Qur'an secara berangsur-angsur bertujuan untuk memecahkan setiap problema yang timbul dalam masyarakt. Dan juga menunjukkan suatu kenyataan bahwa pewahyuan total pada waktu adalah mustahil, karena Al-Qur'an turun menjadi petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu-kewaktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi.10

Al-Qur'an sebagaimana dikatakan Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur'an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.11 Semua isi Al-Qur‟an merupakan syari‟at, pilar dan azas agama Islam, serta dapat memberikan pengertian yang komprehensif untuk menjelaskan suatu argumentasi dalam menetapkan suatu produk hukum, sehingga sulit disanggah kebenarannya oleh siapa pun.12

Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur‟an adalah sebagai landasan dalam segala hal termasuk sebagai dasar pendidikan, Allah berfirman dalam kalamnya yang berbunyi :

         

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Q.S Al-Baqarah :2)13

10

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 153.

11

Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, (Mansurat al-A'sr al-Hadis, 1973), hlm. 1.

12

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 16.

13

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2007), hlm. 2

(29)

Al-Qur‟an sendiri mulai diturunkan dengan ayat-ayat pendidikan. Di sini terdapat isyarat, bahwa tujuan terpenting al-Quran adalah mendidik manusia dengan metoda memantulkan, mengajak, menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia, sejak masih berbentuk segumpal darah beku di dalam rahim ibunya. 14 Firman Allah SWT :                        



Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.15

Al-Qur'an bersisi aturan yang sangat lengkap dan tidak punya cela, mempunyai nilai universal, dan tidak terikat oleh ruang dan waktu, nilai ajarannya mampu menembus segala dimensi ruang dan waktu.16 Maka Al-Qur'an menjadi landasan yang kokoh dan paling strategis bagi orientasi pengembangan intelektual, spiritual dan keparnipurnaan hidup manusia secara hakiki.

b. As-Sunnah

Dasar yang kedua selain Al-Qur'an adalah as-Sunnah Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.

14

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 45.

1515

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2007), hlm. 597

16

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, Terj. M.Thohir dan Team Titian Ilahi, (Yogyakarta: Dinamika,1996), hlm. 154.

(30)

As-Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya17. As-Sunnah merupakan ajaran kedua sesudah al-Qur'an. Seperti al-Qur'an, as-Sunnah juga berisi aqidah dan Syariah.

Pada mulanya as-Sunnah dimaksudkan untuk mewujudkan dua tujuan yaitu :

1) Menjelaskan kandungan Qur‟an, makna ini diisyaratkan oleh al-Qur‟an surat an-Nahl: 44

          



Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (Q.S. an-Nahl: 44 )18

2) Menerangkan syari‟at dan adab-adab lain, sebagaimana firman Allah SWT                     



Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Q.S. al-Jumu‟ah: 2 )19

Dalam lapangan pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua faidah yang sangat besar, yaitu :

17

Munzier Suparta, Ilmu Hadis,.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 3, hlm 7.

18

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008), hlm. 272

19

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008), hlm. 553

(31)

a) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan menerangkan hal-hal kecil yang tidak terdapat di dalamnya.

b) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah

bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan

pendidikan keimanan ke dalam jiwa yang dilakukannya.20

Menetapkan Al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al-Qur'an tidak ada keraguan padanya (QS. Al-Baqarah/2:2). Al-Qur‟an tetap terpeliharan kesucian dan kebenarannya (QS. Ar-Ra‟d/15:9), baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran al-hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam, secara umum, al-al-hadits difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya, kepribadian Rasul sebagai uswatun-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (QS. Al-Ahzab /33:21). Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpeliharan dan dikontrol oleh Allah SWT (QS. An-Najm/ 53:3-4).21

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah fuqoha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki Islam untuk menetapkan atau menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum tegas

20

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 46-47.

21

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 34-35.

(32)

hukumnya oleh al-Qur'an dan as-Sunnah22. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.

Ijtihad adalah usaha-usaha pemahaman yang serius dari kaum muslimin terhadap Al-qur‟an dan as-sunnah sehingga memunculkan kreativitas yang cemerlang di bidang pendidikan Islam, atau bahkan karena adanya tantangan zaman dan desakan kebutuhan sehingga melahirkan ide-ide fungsional yang gemilang.23 Akan tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran dan as-sunnah. Namun demikian, Ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para Mujtahid dan tidak bertentangan dengan isi al-Qur‟an dan as-sunnah, oleh karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan setelah wafatnya Rasulullah.

Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Usûl al-Fiqh

mengemukakan bahwa ijtihad artinya adalah upaya mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi untuk sampai pada suatu perkara atau perbuatan. Ijtihad menurut ulama usul ialah usaha seorang yang ahli fiqh yang menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang bersifat amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci.24

Menurut Ahmad Tafsir, karena pendidikan menduduki posisi terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang Islam meletakan al-Qur'an, as-Sunnah dan akal sebagai dasar teori-teori pendidikannya. Itulah ilmu pendidikan Islam, yang memilih al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai dasarnya. Lebih lanjut Ahmad Tafsir mengatakan kata “akal” tidak perlu disebutkan secara formal, karena telah diakui bahwa al-Qur'an dan as-Sunnah menyuruh menggunakan akal. Jadi sepantasnyalah

22

Tengku Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Ilmu Fikih, (Semarang:Riski Putra,1999), cet. 2, hlm.200.

23

Widodo Supriono, Ilmu Pendidikan Islam dalam Ismail SM (eds) , Paradigma

Pendidikan Islam ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerja Sama Dengan Fakultas tsrbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2001), hlm 35-36

24

(33)

umat Islam menjadikan al-Qur'an dan Hadist sebagai dasar pendidikannya, karena keduannya dijamin kebenarannya.25

Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Jadi tujuan dalam pendidikan Islam tidak cuma disandarkan atas ijtihad manusia tetapi jauh dari pada itu bahwa dasar dari tujuan pendidikan Islam adalah kalamullah yang tidak dapat diragukan lagi keasliannya, dan juga sunnatullah yang menjadi penjelas isi kandungan yang terdapat dalam al-Qur‟an, seperti halnya yang telah diisyaratkan oleh al-Qur‟an:           



Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (Q.S. an-Nahl: 44 )26

C. Tahapan Tujuan pendidikan Islam

Untuk mencapai suatu tujuah pendidikan Islam, tidak mungkin dilakukan sekaligus secara serentak. Pencapaian tujuan harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Meskipun demikian, setiap tahap dan jenjang memiliki hubungan dan keterkaitan sesamanya karena adanya landasan yang sama serta tujuan yang tunggal.

25

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), cet.V, hlm. 22.

26

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008), hlm. 272

(34)

Menurut pendapat Zakiyah Daradjat, tujuan pendidikan Islam dibagi menjadi empat tahap, yaitu:27

a. Tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik.

b. Tujuan akhir, tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami sebagai upaya untuk kembali kepada Allah dalam keadaan takwa dan berserah diri kepada-Nya. Insan kamil yang mati dalam keadaan takwa kepada Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. c. Tujuan sementara, adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

d. Tujuan operasional, yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu yang disebut tujuan operasional.

Sedangkan menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany bahwa tujuan pendidikan ada tiga tahap, yaitu:28

a. Tujuan tertinggi atau terakhir adalah tujuan yang tidak diatasi oleh tujuan lain. Tujuan tertinggi tidak terbatas pelaksanaannya pada institusi-institusi tertentu melainkan wajib dilaksanakan oleh semua institusi-institusi masyarakat.

b. Tujuan umum yaitu perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan ini dapat dikaitkan dengan institusi pendidikan tertentu.

c. Tujuan khas yaitu perubahan-perubahan yang diingini yang bersifat cabang atau bagian yang termasuk di bawah tujuan umum pendidikan atau dengan kata lain gabungan pengetahuan, keterampilan, pola-pola

27

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996 ), hlm.30-32

28

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979 ), hlm. 405

(35)

tingkah laku, sikap yang terkandung dalam tujuan tertinggi atau tujuan umum.

Ahmadi menambahkan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi tiga tahapan yaitu: 2930

a. Tujuan akhir: pada dasarnya tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu menjadi hamba Allah yang bertakwa, mengantarkan subyek didik menjadi

khalifatullah di bumi dan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan umum: tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.

c. Tujuan khusus: tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan, selama masih berpijak pada kerangka tujuan tertinggi, terakhir dan umum.

Menurut al-Syaibani, tujuan pendidikan Islam mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tujuan Individual, tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan bperubahan yang diinginkan pada tingkah laku dan aktivitasnya, di samping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia dan akhirat.

Dalam mendidik individu yang shaleh, pendidikan Islam berupaya agar ia mampu menjalin hubungan secara terus menerus dengan Allah.31

2929

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam,Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.95-101

31

Hery Noer Ay dan Munziers, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Insani, 2005), hlm. 144

(36)

b. Tujuan sosial, tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum, di samping juga berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan kehidupan yang diinginkan serta memperkaya pengalaman dan kemajuan.

c. Tujuan profesional, tujuan ini berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan sebagai profesi serta sebagai satu aktivitas di antara aktivitas masyarakat.32

Pendidikan Islam mendidik individu agar berjiwa suci (berhati bersih). Dengan jiwa yang demikian, individu akan hidup dalam ketenangan bersama Allah, teman, keluarga, masyarakat, dan umat manusia diseluruh dunia. Dengan demikian, pendidikan Islam tidak ikut andil dalam mewujudkan tujuan-tujuan khusus agama Islam, yaitu menciptakan kebaikan umum bagi individu keluarga, masyarakat dan umat manusia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Islam membebaskan individu dari penyembahan terhadap selain Allah; dari rasa takut kehilangan rizki, kehormatan dan kehormatan serta dari pembudakan oleh hawa nafsu. Setelah itu Islam memberinya pendidikan rohaniah-amaliah melalui membaca al-Qur‟an, dzikir dan ibadah praktis. Dengan berada dalam naungan al-Qur‟an dan ma‟rifat kepada Alla, maka jiwanya akan menjadi tenang dan senantiasa terlepas dari kegelisahan.33

Dari keterangan di atas sudah jelas, bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dibutuhkan usaha yang tidak pernah henti, selama seseorang masih hidup, di situlah seseorang berkesempatan untuk meraih setinggi mungkin tahapan-tahapan dalam meraih tujuan pendidikan Islam, sinilah dalam Islam dikenal dengan istilah konsep pendidikan sepanjang hayat.

32

Armai Arief, Pengantar Umum dan Metodologi Pendidikan Islam., (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25-26.

33

Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm. 144.

(37)

Sedangkan di lembaga sekolah formal dikembangkan istilah tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional, tujuan semester, tujuan catur wulan, tujuan kelas dan sebagainya. Namun semua itu dapat dikualifikasikan sebagai tujuan perantara bila diukur dari tujuan pendidikan Islam yang identik dengan tujuan hidup manusia.34

Pentahapan tujuan pendidikan ini hanya merupakan cara untuk dapat mencapai tujuan akhir atau tertinggi pendidikan Islam. Tujuan akhir pendidikan Islam tidak dapat tercapai secara instan melainkan melaui proses. Sepanjang hidupnya manusia akan terus berusaha mencapai tujuan hidupnya, selama inilah proses pendidikan akan terus berlangsung.

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan merupakan suatu harapan yang ingin dicapai setelah melakukan usaha. Setiap usaha tanpa tujuan tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya setiap usaha pasti ada tujuannya, begitu juga dengan pendidikan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai oleh suatu aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti mempunyai tujuan tertentu. Sebab aktifitas yang tidak mempunyai tujuan adalah pekerjaan yang sia-sia.

Selain itu, tujuan pendidikan Islam terangkum dalam upaya mengaplikasikan cita-cita setiap muslim, yaitu kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.35

Dengan demikian pendidikan itu diarahkan pada perubahan tingkah laku seseorang dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Mc.Donald, pendidikan yaitu :

“A process or an activity which is directed at producing desirable changes is the behavior of human beings”.36

34

Ahmad Syar‟i, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 29

35

Jalaludin dan Umar Said, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta: raja grafindo persada, 1994), hlm. 39

(38)

“Suatu proses atau aktifitas yang mengarahkan pada perubahan tingkah laku seseorang”

Muhaimin dan Abdul Mujib mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam terfokus pada tiga hal, yaitu:37

a. Terbentuknya insan kamil yang mempunyai wajah-wajah Qur‟ani. b. Terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi religius,

budaya dan ilmiah.

c. Penyadaran fungsi manusia sebagai khalifatullah serta sebagai

warasatul anbiya’ dan memberikan bekal yang memadai dalam

rangka pelaksanaan fungsi tersebut.

Untuk menetapkan tujuan pendidikan haruslah difahami terlebih dahulu untuk apa manusia hidup atau diturunkan Allah ke bumi ini menurut Islam. Sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup manusia di bumi ini. Pada hakikatnya manusia dididik adalah untuk mencapai tujuan hidupnya itu.38

Islam telah menegaskan, bahwa manusia diturunkan Allah ke muka bumi untuk menjadi khalifah-NYA. Sebagai mana firman Allah SWT:

        

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.". (QS. al-Baqarah: 30) 39

Dalam hal ini, John Dewey memberikan penjelasan mengenai kriteria tujuan pendidikan yang baik adalah:

(1) the aim set up must be an outgrowth of existing conditions,

36

F.J. Mc. Donald, Educational Psychology, (California: Wadsworth Publishing Company, 1959), hlm. 4.

37

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filisofis Dan

Kerangka Opersionalnya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), hlm. 164-166.

38

Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), cet.I, hlm. 35-36

39

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008), hlm. 6

(39)

(2) we have spoken as if aims could be completely formed prior to the attempt to realize them,

(3) the aim must always represent a freeing of activities.40 kriteria tujuan pendidikan yang baik adalah:

(1) tujuan harus disusun mengetahui kondisi yang ada,

(2) tujuan-tujuan yang disusun tersebut akan menjadi sempurna jika lebih mengutamakan upaya merealisasikannya,

(3) suatu tujuan harus selalu memberikan kebebasan dalam beraktivitas.

Menurut Arifin, tujuan pendidikan Islam secara filosofis berorientasi kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku "khalifah" di muka bumi, yaitu sebagai berikut. a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.

b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya.

c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis pula.41

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:42

a. Tujuan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horisontal.

b. Sifat-sifat manusia.

c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban manusia.

40

John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964), hlm. 104-105.

41

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 121.

42

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),hlm, 35-36.

(40)

d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada tiga macam dimensi ideal Islam, yaitu:

1) Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi.

2) Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.

3) Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.

Dalam konteks Islam, pendidikan itu tidak lain adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjadi manusia sebagai manusia utuh atau dengan kata lain pemanusiaan adalah tugas utama pendidikan dalam Islam.

Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah: a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang terwujud dalam

kemampuan dan kesadaran diri melaksanakan ibadah. b. Menggali, mengembangkan potensi atau fitarah manusia.

c. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.

d. Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat tercela.

e. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang mansuiawi.

Unsur-unsur dalam rumusan tersebut yang akan membentuk

manusia shalih, yaitu manusia yang mempunyai kemampuan

melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan kepada manusia yang lain.43

Muhammad athiyah al-Abrasyi dalam kajiannya tentang

pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam, antara lain:

a. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia

43

Abiding Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 66.

(41)

b. Persiapan menghadapi kehidupan dunia-akhirat

c. Perasiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi-segi kemanfaatan d. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada peajaran dan

memuaskan keinginan ari untuk mengetahui (Curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai ilmu

e. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, dapat mencari rizki dalam hidup, dan hidup dengan mulia disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.44

Sedangkan menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut Al-Qur'an meliputi: Pertama menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan tangung jawabnya dalam kehidupan ini. Kedua Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Ketiga Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan

tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara

memakmurkan alam semesta. Keempat Menjelaskan hubungannya dengan sang Khaliq sebagai pencipta alam semesta.45

Tujuan agama Islam adalah memberi kebahagiaan kepada individu di dunia dan di akhirat dengan memerintahkan kepadanya untuk tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Noer Hery membagi tujuan pendidikan Islam menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan Islam sinkron dengan tujuan agama Islam yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah. Sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk

44

Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di

Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 65-66.

45

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 36

(42)

merealisasikan tujuan tersebut, Allah mengutus para Rasul untuk menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab-kitab samawi.

                     

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,( Q.S. al-Jumu‟ah: 2)46 b. Tujuan Khusus

Dari tujuan umum pendidikan Islam yang berpusat pada ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

1) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap dimensi perkembangnnya: rohaniah, emosional, sosil, intelektual, dan fisik.

2) Mendidik anggota kelompok sosial yang shaleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim.

3) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar benar.47

Adapun menurut Baihaqi AK, tujuan dari pendidikan Islam adalah mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti Nabi Muhammad SAW. Sifat-sifat yang harus melekat pada diri hamba Allah itu adalah sifat-sifat yang tercermin dalam kepribadiannya. Di antara sifat-sifat itu adalah: 48

1. Beriman dan beramal shaleh untuk mencapai hasanah fid-dunya dan

hasanah fil akhirah

46

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahannya ( Bandung: CV. Diponegoro, 2008), hlm. 553

47

Hery Noer, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 141-142

48

Baihaqi AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis Islam, Cet.1, hlm. 14

Referensi

Dokumen terkait

Jika terhadap bagian objek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka

Berdasarkan hasil analisis data dari 2 subjek penelitian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kemampuan komunikasi matematis dari tipe kepribadian

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki kadar asam urat dalam darah yang tinggi adalah 25 orang, dimana 6 orang tergolong peminum teh, dan 19 orang tergolong

Dalam konteks Kristen-Yudea, seorang hamba yang terikat berarti seseorang menyerahkan diri sepenuhnya untuk melakukan kehendak dan perintah tuannya, bukan karena

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Indeks Keanekaragaman jenis amfibi (Ordo Anura) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung termasuk rendah dengan

Pada kunjungan pemantauan ketiga ini Tim TPM melihat semestinya pekerjaan konstruksi sudah selesai tetapi kenyataan di lapangan masih ada pekerjaan yang belum