• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Analisis Usaha Berdasarkan Data-Data Diatas

5.1. Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian)

Analisis laba-rugi (keuntungan-kerugian) suatu usaha diketahui setelah total biaya produksi dikurangi dengan total biaya produksi (pengeluaran ). Dengan pengertian ini maka dilakukan perhitungan total biaya produksi dan total hasil produksi terlebih dahulu.

Keuntungan = total hasil produksi – total biaya produksi

Tabel 29. Analisis laba-rugi (keuntungan-kerugian) tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan

PO 6.772,10 -6.692,10 14.076,95 5.592,97 8.576,81 28.326,74 5.665,34 P1 33.116,71 94.476,99 17.003,09 62.978,74 71.860,60 279.436,10 55.887,22 P2 46.309,73 75.64,60 76.127,23 48.041,01 37.182,84 215.225,40 43.045,08 P3 -6.575,84 38.927,27 -20.457,10 -20.134,80 -24,69 -32.939,40 -6.587,88 Total 79.622,70 134.276,80 86.750,17 96.477,94 92.921,25 490.048,80 98.009,76

5.2.Analisis B/C Ratio

Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja karena kurang layak.

Analisis B/C Ratio

=

Total hasil produksi (pendapatan) Total biaya produksi (pengeluaran ) Tabel 30. Benefit /Cost Ratio tiap level perlakuan pakan

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan

PO 1,01 0,98 1,02 1,01 1,01 5,03 1,006

P1 1,06 1,16 1,03 1,13 1,13 5,51 1,102

P2 1,08 1,01 1,16 1,09 1,07 5,41 1,082

P3 0,98 1,07 0,96 0,96 0,94 4,91 0,982

Total 4,13 4,22 4,17 4,19 4,15 20,86 4,172

5.3. IOFC (Income Over feed Cost)

IOFC (Income Over feed Cost) digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha peternakan dimana total penjualan domba perkilogram bobot badan dikurangi total seluruh biaya pakan domba setiap perlakuan.

IOFC = (Bobot akhir-bobot awal) × Penjualan ternak/kg – (Total konsumsi × Harga pakan perlakuan/kg)

Tabel 31. Income Over feed Cost (IOFC) tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan PO 531.103,55 432.139,34 519.883,39 484.324,42 487.308,26 2.454.758,96 490.951,79 P1 504.723,15 631.063,43 484.334,54 511.785,18 591.917,04 2.723.823,34 544.764,66 P2 566.366,17 470.621,05 524.933,67 555.272,45 524.464,29 2.641.657,63 528.331,52 P3 435.105,61 571.808,71 496.749,35 531.271,67 411.282,44 2.446.217,78 489.243,55 Total 2.037.298,48 2.105.632,53 2.025.900,95 2.082.653,72 2.014.972,03 10.266.457,71 2.053.291,54

5.4. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi Sederhana : Y= f ( X1 + {X2 + X3 + X4 + X5 + X6}) Dimana : Y = Total hasil produksi

X1 = Biaya pakan tiap level perlakuan X2 = Biaya bibit domba tiap level perlakuan X3 = Biaya obat-obatan tiap level perlakuan X4 = Biaya perlengkapan tiap level perlakuan X5 = Biaya upah tenaga kerja tiap level perlakuan X6 = Biaya sewa kandang tiap level perlakuan f = koefisien

Dengan asumsi bahwa :

• X1 berubah-ubah jumlahnya tetapi X2, X3, X4, X5 dan X6 ceteris paribus atau tetap jumlahnya

• Apabila level pemberian kulit daging buah kopi diamoniasi bertambah akan menyebabkan biaya pakan berkurang dan total pengeluaran berkurang sehingga menyebabkan total penerimaan bertambah dengan catatan faktor lain diabaikan atau tetap dan tidak mengalami perubahan. Atau dengan kata lain berdampak positif atau negatif hasilnya pada pendapatan.

Tabel 32. Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 0,285a 0,081 -0,378 28.012,03647 3,105

a. Predictors: (Constant), Pendapatan b. Dependent Variable: Pengeluaran

Tabel 33. ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1,38708 1 1,38708 0,177 0,715a

Residual 1,56909 2 7,84708

Total 1,70809 3

a. Predictors: (Constant), Pendapatan b. Dependent Variable: Pengeluaran

Keterangan : tabel anova memaparkan uji kelinearan Hipotesis :

Ho : terjadi hubungan linear antara variabel total hasil produksi dan variabel total biaya produksi.

H1 : tidak terjadi hubungan linear antara variabel pendapatan dan variabel pengeluaran.

F hitung (0,177) < F tabel (0,05: 1 ; 2) 2,00 sehingga H1 ditolak. Jadi ada hubungan linear antara variabel total hasil produksi dengan variabel total biaya produksi atau Sig (0,715) > α (0,05) sehingga H1 ditolak. Maka dapat disimpulkan ada hubungan linear antara variabel total hasill produksi dengan variabel total biaya produksi .

Tabel 34. Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.384.818,834 276.505,416 8,625 0,013 Pendapatan 0,044 0,105 0,285 0,420 0,715

Dari tabel Coefficients dapat diambil persamaan prediksi yaitu

Ŷ = a+bx dimana Ŷ = 2.384.818,83 + 0,044X.

b = 0,044 berarti jika biaya konsumsi dinaikkan dengan harga Rp 1.000 maka rata-rata pendapatan akan naik sebesar Rp 44.

a = 2.384.818,83 berarti jika tidak ada pengeluaran biaya konsumsi pakan, maka rata-rata pendapatan sama dengan Rp 2.384.818,83.

Gambar 1. Grafik Analisis Regresi Linier menandakan adanya hubungan antara pengeluaran terhadap perlakuan tiap level perlakuan

P0 P1 P2 P3 R² = 0,025 2300000 2400000 2500000 2600000 2700000 2800000 2900000 2481635,76 2526266,38 2479497,09 2516241,94 P e n d a p a ta n ( R p ) Pengeluaran (Rp)

Dari gambar diatas dapat diambil garis linier yang artinya bahwa peningkatan pemberian kulit daging buah kopi cenderung menurunkan pendapatan. Dapat dilihat pada grafik pada perlakuan P0 dengan pemberian kulit daging buah kopi tanpa amoniasi dengan pengeluaran Rp 2.481.635,76 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 2.650.000 Sedangkan pada perlakuan P3

dengan pemberian kulit daging buah kopi diamoniasi dengan pengeluaran Rp 2.516.241,94 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 2.590.000. Hubungan

yang dibentuk adalah pengeluaran yang variabelnya adalah biaya konsumsi pakan yang berbeda-beda tiap level perlakuan mempengaruhi pendapatan.

Pembahasan 1. Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian)

Analisis laba-rugi (keuntungan-kerugian) dari pemberian kulit daging buah kopi diamoniasi memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap perlakuan. Perlakuan P1 pada level 15% memberikan keuntungan sebesar Rp 55.887,22, perlakuan P2 pada level 30% memberikan keuntungan sebesar Rp 43.045,08 dan pada perlakuan P3 pada level 45% tidak memberikan keuntungan tetapi rugi sebesar Rp -6.587,88 Sementara pada perlakuan P0 pada level 15% tanpa kulit daging buah kopi amoniasi memberikan keuntungan sebesar Rp 5.665,34.

Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 pada level 15%, hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan domba lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak ditambah penjualan kotoran ternak memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya pakan, biaya bibit domba, biaya obat-obatan, biaya peralatan, biaya tenaga kerja dan biaya sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1995) yaitu keuntungan adalah setiap tujuan usaha, keuntungan dapat dicapai jika pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah pengeluaran nya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan.

Perlakuan P3 pada level 45% dengan pemberian kulit daging buah kopi diamoniasi mengalami kerugian karena pertambahan bobot badan domba yang rendah, sehingga total biaya produksi lebih besar daripada total hasil produksi.

Gambar 2. Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) 2. Benefit / Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit / cost ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha ternak

domba yang diberi pakan kulit daging buah kopi diamoniasi layak untuk dilanjutkan pada perlakuan P0, P1 dan P2 karena memiliki hasil ratio lebih besar dari 1 (> 1), sedangkan pada perlakuan P3 dengan pemberian kulit daging buah

kopi diamoniasi tidak layak dijadikan usaha karena B/C ratio lebih kecil dari 1 (< 1).

Perlakuan P0, P1 dan P2 layak dijadikan usaha karena total hasil produksi dibagi total biaya produksi lebih besar dari 1 (>1), sedangkan perlakuan P3 dengan menggunakan kulit daging buah kopi amoniasi tidak layak dijadikan usaha karena total hasil produksi dibagi total biaya produksi lebih kecil dari 1 (<1). Hal ini sesuai pernyataan Karo-karo (1995) yaitu nilai B/C ratio > dari 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai B/C ratio maka usaha dinyatakan semakin efisien.

5665,34 55887,22 43045,08 -6587,88 -10000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 P0 P1 P2 P3 A n a li si s La b a -Ru g i ( Rp ) Perlakuan

Gambar 3. B/C Ratio 3. IOFC (Income Over feed cost)

Hasil IOFC yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan kulit daging buah kopi diamoniasi memiliki pengaruh yang berbeda disetiap perlakuan.

Perlakuan P0 yaitu tanpa kulit daging buah kopi amoniasi IOFC sebesar Rp 490.951,72, perlakuan P1 yaitu penggunaan kulit daging buah kopi diamoniasi

level 15% sebesar Rp 544.764,66, perlakuan P2 yaitu penggunaan kulit daging buah kopi diamoniasi level 30% sebesar Rp 528.331,52 dan perlakuan P3 yaitu penggunaan kulit daging buah kopi diamoniasi level 45% sebesar Rp 489.243,55.

IOFC tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar Rp 544.764,76 hal ini dikarenakan bobot badan domba yang tinggi dikalikan harga jual perkilogram domba sehingga pendapatan dari penjualan domba lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi domba tersebut, dan juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan yang tinggi diikuti pertambahan bobot badan yang tinggi. 1,006 1,102 1,082 0,982 0,92 0,94 0,96 0,98 1 1,02 1,04 1,06 1,08 1,1 1,12 P0 P1 P2 P3 B /C R a ti o Perlakuan

IOFC terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar Rp 489.243,55 karena bobot badan akhir domba rendah yang menyebabkan harga jual domba tidak dapat menutupi biaya pakan yang telah dikeluarkan . Hal inilah yang menyebabkan IOFC pada perlakuan P3 paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Gambar 4. Income Over Feed Cost 4. Analisis Regresi Sederhana

Dari data dan hasil analisis regresi yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa ada hubungan linear antara variabel independen atau variabel bebas yaitu total hasil produksi (pendapatan) dengan variabel dependen atau variabel terikat yaitu total biaya produksi (pengeluaran ) sehingga dapat diambil kesimpulan kedua variabel tersebut berbanding lurus atau hasilnya positif, berarti melalui hasil analisis regresi sederhana ini maka asumsi yang dapat diambil adalah kenaikan variabel terikat atau dependen yaitu total biaya produksi membuat penurunan terhadap variabel bebas atau independent atau total hasil produksi, dan sebaliknya pula apabila variabel dependen atau terikat atau total biaya produksi mengalami

490951,792 544764,668 528331,526 489243,556 460000 470000 480000 490000 500000 510000 520000 530000 540000 550000 P0 P1 P2 P3 IO F C ( R p ) Perlakuan

penurunan maka variabel bebas atau independent atau total hasil produksi mengalami kenaikan. Terbukti dari data-data yang telah dianalisa yaitu tertera pada tabel data Y = f (X1 + Xn) dimana Xn dianggap tetap / ceteris paribus.

Tabel 35. Data analisis regresi sederhana antara dua variabel pendapatan dan pengeluaran

Perlakuan Variabel terikat ( dependen) Variabel bebas (independen) (pengeluaran ) (pendapatan)

P0 2.481.635,76 2.509.962,50

P1 2.526.266,38 2.805.702,50

P2 2.479.497,09 2.694.722,50

P3 2.516.241,94 2.483.302,50

Dapat dilihat bahwa apabila variabel terikat mengalami kenaikan maka variabel bebas mengalami penurunan dan sebaliknya apabila variabel terikat mengalami penurunan maka variabel bebas mengalami kenaikan sehingga keduanya memiliki hubungan yang sejajar atau sama dan tidak bertolak belakang / berbanding lurus / positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iswardono (2001) jika kenaikan di dalam satu variabel diikuti oleh penurunan di dalam variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi total biaya produksi (pengeluaran ) yang dihasilkan maka total hasil produksi yang dihasilkan (pendapatan) semakin rendah atau sedikit, hal ini sesuai dengan pernyataan Nazir (1988) yaitu persamaan ini dapat diartikan bahwa Y dipengaruhi oleh X1 dengan anggapan faktor lain (X2, X3,…,Xi,…,Xn) dianggap ceteris paribus / tetap.

Dokumen terkait