• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Diamoniasi Pada Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Diamoniasi Pada Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH

KOPI DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA LOKAL JANTAN

LEPAS SAPIH

SKRIPSI

OLEH :

HERY KRISWANTO SIMAMORA 060306034/ PETERNAKAN

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH

KOPI DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA LOKAL JANTAN

LEPAS SAPIH

SKRIPSI

Oleh:

HERY KRISWANTO SIMAMORA 060306034/ PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Daging

Buah Kopi Diamoniasi Pada Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

Nama : Hery Kriswanto Simamora NIM : 060306034

Departemen : Peternakan Program Studi : Produksi Ternak

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Ir. Tri Hesti Wahyuni, MSc Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

Hery Kriswanto Simamora, 2010: “Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Diamoniasi Pada Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Penelitian ini di bawah bimbingan Bapak Ir. ISKANDAR SEMBIRING, MM sebagai ketua dan Ibu Ir. TRI HESTI WAHYUNI, MSc sebagai anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dilaksanakan pada Agustus 2010 sampai dengan November 2010. Penelitian ini bertujuan untuk nilai ekonomi dari penggunaan pakan memanfaatkan kulit daging buah kopi diamoniasi pada domba jantan lokal.

Metode yang digunakan adalah Desain Randomized Control Group

Pretest-Posttest yang terdiri atas empat perlakuan dan lima ulangan yaitu

P0 (kulit daging buah kopi tanpa amoniasi 15%), P1 (15% kulit daging buah kopi diamoniasi), P2 (30% kulit daging buah kopi diamoniasi) dan P3 (45% kulit daging buah kopi diamoniasi). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis laba-rugi (keuntungan) (Rp/kg), Benefit / Cost Ratio (Rp/kg) dan

Income Over Feed Cost / IOFC (Rp/kg) dan analisis regresi sederhana dengan

variabel total hasil produksi dan total biaya produksi.

Hasil penelitian diperoleh rataan tertinggi pada parameter analisis laba-rugi (keuntungan-kelaba-rugian) adalah sebesar Rp 55.887,22 pada perlakuan P1; rataan tertinggi parameter Benefit / Cost Ratio adalah sebesar 1,102 pada perlakuan P1; rataan tertinggi parameter Income Over Feed Cost / IOFC adalah sebesar Rp 544.764,76 pada perlakuan P1; dan analisis regresi sederhana menghasilkan rumusan linier Ŷ = 2.384.818,83 + 0,044X yang artinya variabel independen yaitu total hasil produksi (pendapatan) memiliki hubungan positif dengan variabel total biaya produksi (pengeluaran).

Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan kulit daging buah kopi diamoniasi sampai level 30% memberikan keuntungan dan layak dijadikan usaha.

(5)

ABSTRACT

Hery Kriswanto Simamora, 2010. “ Analysis Business of Utilization of

Coffee Bean Fruith Leather the aAmoniased in Feed of Weaning Males

Local Sheep “. This research under the guidance of Mr. Ir. ISKANDAR SEMBIRING, MM as the coordinator and Mrs. Ir. TRI HESTI WAHYUNI, MSc as sub coordinator.

The reseach was conducted at Livestock Biology Laboratory, Departemen of Animal Husbandry, Faculty of Agricultur, University of North Sumatera, Medan. It was conducted from Agustus 2010 to November 2010. The objective of the research would be to know the economic value of coffee bean fruith leather amoniased in feed of weaning males local sheep.

The method used was a Design Randomized Control Group

Pretest-Posttest which was consist of four treatments and five replications of P0 (coffee

been fruith leather without amoniased 15%), P1 (15% of coffee been fruith leather amoniased), P2 (30% of coffee been fruith leather amoniased) and P3 (45% of coffee been fruith leather amoniased). The parameters used in this research is The Anvantage or Profit and lost (Rp/kg), Benefit / Cost Ratio (Rp/kg) and Income Over Feed Cost / IOFC (Rp/kg) and Simple Regression Analiysis with variable total production and total production costs. The result obained with the highest average profit parameter or profit and lost amounted to Rp 55.887,22 in treatment P1; highest average parameter Benefit or Cost Ratio is 1,102 in treatment P1; highest average parameter Income Over Feed Cost / IOFC amounted Rp 544.764,76 in treatment P1; and simple regression analysis producer a linier formula Ŷ = 2.384.818,83 + 0,044X, which means the independent variable is the total production (income) positively related to total variable production cost (expenses).

The conclusion of this research is to use coffee bean fruith leather amoniased until level 30% to keep profits and reasonable efforts made.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Hery Kriswanto Simamora, lahir pada tanggal 28 Februari 1987

di Sionggoton, Kabupaten Tapanuli Selatan. Anak keempat dari enam orang

bersaudara, putra dari Bapak A.R. Simamora dan Ibu N. Lumban Gaol.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Dolok Sanggul dan pada

tahun 2006 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Ilmu Produksi

Ternak, Departemen Peternakan.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Jaranguda

Berastagi, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara dari Tanggal 20 Juni 2009

sampai dengan 22 Juli 2009

Penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Biologi Ternak,

Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas anugerah dari Allah Bapa yang telah dilimpahkan kepada

penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah "Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit

Daging Buah Kopi Pada Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen

Peternakan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM, selaku ketua komisi pembimbing dan

Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, MSc, selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan

skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semuanya.

Medan , Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v Analisa Usaha Ternak Domba ... 5

Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 7

Analisis B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) ... 8

Biaya Produksi ... 9

Hasil Produksi (Pendapatan) ... 9

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 10

Pengusahaan Ternak Domba ... 10

Skala Usaha dan Skala Kepemilikan Ternak Domba ... 12

Domba Lokal ... 12

Karakteristik Domba Lokal ... 13

Pertumbuhan Domba Lokal ... 14

Sistem Pencernaan Domba... 14

Potensi dan Produktivitas Domba ... 14

Pakan Domba ... 15

Hijauan ... 16

Amoniasi Kulit Kopi ... 16

Kulit Daging Buah Kopi ... 17

(9)

Lumpur Sawit ... 18 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Bahan ... 23

Alat ... 24

Metode Penelitian ... 24

1. Rancangan Penelitian ... 25

2. Formulasi Pakan Domba ... 26

3. Variabel Penelitian ... 27

Analisa Usaha ... 28

Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 28

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 28

Analisis Income Over Feed Cost (IOFC) ... 29

Analisis Regresi Sederhana ... 29

4. Deskripsi Pengadaan Bahan... 31

4.1. Kebutuhan Bahan ... 31

4.2. Proses Penyediaan Bahan ... 31

4.2.1. Kulit Daging Buah Kopi... 31

4.2.2. Pelepah Daun Sawit ... 32

4.2.3. Lumpur Sawit ... 32

4.2.4. Bungkil Inti Sawit ... 33

4.2.5. Dedak Padi ... 33

5. Analisis Regresi Sederhana ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 36

1. Data dan Analisis Data ... 36

2. Harga Pembelian Pakan ... 36

3. Dilakukan Pengukuran (Posstest) ... 37

4. Data-data Pendukung untuk Analisis Usaha ... 37

4.1. Harga Pakan Tiap Perlakuan ... 37

4.2. Total Biaya Produksi ... 39

(10)

4.2.2. Biaya Beli Bibit Domba ... 39

4.2.3. Biaya Peralatan ... 40

4.2.4. Biaya Obat-obatan ... 40

4.2.5. Biaya Sewa Kandang ... 41

4.2.6. Biaya Tenaga Kerja ... 41

4.2.7. Total Seluruh Biaya Produksi ... 42

4.3. Total Hasil Produksi ... 43

4.3.1. Hasil Penjualan Domba ... 43

4.3.2. Hasil Penjualan Kotoran Domba ... 43

4.3.3. Total Seluruh Hasil Produksi ... 43

5. Analisis Usaha Berdasarkan Data-data Penelitian ... 44

5.1. Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian)... 44

5.2. Analisis Benefit/Cost Ratio ... 45

5.3. Income Over Feed Cost ... 45

5.4. Analisis Regresi Sederhana ... 46

Pembahasan ... 49

1. Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 49

2. Benefit/Cost Ratio ... 50

3. Income Over Feed Cost... 51

4. Analisis Regresi Sederhana ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rumah tangga usaha peternakan yang mengusahakan ternak domba di

Sumatera Utara dan Indonesia tahun 2007 ... 5

2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba (%) ... 15

3. Kandungan kulit daging buah kopi tanpa atau amoniasi dengan urea ... 18

4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit ... 18

5. Kandungan nilai gizi lumpur sawit ... 19

6. Kandungan nilai gizi onggok ... 19

7. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 20

8. Kandungan nilai gizi molases ... 21

9. Takaran pemberian urea pada ternak domba ... 21

10. Desain randomized control group pretest-posttest ... 25

11. Formulasi pakan domba ... 26

12. Deskripsi bahan pakan ... 31

13. Data rata-rata bobot badan awal domba ... 36

14. Pembelian pakan di areal pasar, poultry shop, pabrik pakan dan tempat -tempat lainnya ... 36

15. Rata-rata bobot badan awal, PBB, konsumsi dan konversi tiap level perlakuan ... 37

16. Harga pakan tiap level perlakuan ... 37

17. Biaya konsentrat tiap level perlakuan ... 39

(12)

19. Biaya beli bibit domba tiap level perlakuan ... 39

20. Biaya perlengkapan tiap level perlakuan... 40

21. Biaya obat-obatan tiap level perlakuan ... 41

22. Biaya sewa kandang tiap level perlakuan... 41

23. Biaya upah tenaga kerja tiap level perlakuan ... 42

24. Total biaya produksi tiap level perlakuan ... 42

25. Hasil produksi penjualan domba ... 43

26. Total produksi penjualan kotoran domba tiap level perlakuan ... 43

27. Total hasil produksi tiap level perlakuan ... 44

28. Data rataan konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi dan harga pakan selama penelitian tiap perlakuan ... 44

29. Analisis laba-rugi (keuntungan-kerugian) tiap level perlakuan... 44

30. Benefit/cost ratio tiap level perlakuan ... 45

31. Income over feed cost (IOFC) tiap level perlakuan ... 45

32. Model summaryb ... 46

33. Anovab ... 47

34. Coefficientsa... 47

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Analisis Regresi Sederhana ... 48

2. Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 50

3. Benefit/Cost Ratio ... 51

4. Income Over Feed Cost ... 52

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Proses Pembuatan Amoniasi Kulit Kopi ... 58

2. Formulasi Bahan Pakan ... 59

2.1 Pakan dengan penambahan 30% kulit daging buah kopi tanpa amoniasi ... 59 2.2 Pakan dengan penambahan 15% kulit daging buah kopi

amoniasi ... 59 2.3 Pakan dengan penambahan 30% kulit daging buah kopi

amoniasi ... 60 2.4 Pakan dengan penambahan 45% kulit daging buah kopi

(15)

ABSTRAK

Hery Kriswanto Simamora, 2010: “Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Diamoniasi Pada Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih”. Penelitian ini di bawah bimbingan Bapak Ir. ISKANDAR SEMBIRING, MM sebagai ketua dan Ibu Ir. TRI HESTI WAHYUNI, MSc sebagai anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dilaksanakan pada Agustus 2010 sampai dengan November 2010. Penelitian ini bertujuan untuk nilai ekonomi dari penggunaan pakan memanfaatkan kulit daging buah kopi diamoniasi pada domba jantan lokal.

Metode yang digunakan adalah Desain Randomized Control Group

Pretest-Posttest yang terdiri atas empat perlakuan dan lima ulangan yaitu

P0 (kulit daging buah kopi tanpa amoniasi 15%), P1 (15% kulit daging buah kopi diamoniasi), P2 (30% kulit daging buah kopi diamoniasi) dan P3 (45% kulit daging buah kopi diamoniasi). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis laba-rugi (keuntungan) (Rp/kg), Benefit / Cost Ratio (Rp/kg) dan

Income Over Feed Cost / IOFC (Rp/kg) dan analisis regresi sederhana dengan

variabel total hasil produksi dan total biaya produksi.

Hasil penelitian diperoleh rataan tertinggi pada parameter analisis laba-rugi (keuntungan-kelaba-rugian) adalah sebesar Rp 55.887,22 pada perlakuan P1; rataan tertinggi parameter Benefit / Cost Ratio adalah sebesar 1,102 pada perlakuan P1; rataan tertinggi parameter Income Over Feed Cost / IOFC adalah sebesar Rp 544.764,76 pada perlakuan P1; dan analisis regresi sederhana menghasilkan rumusan linier Ŷ = 2.384.818,83 + 0,044X yang artinya variabel independen yaitu total hasil produksi (pendapatan) memiliki hubungan positif dengan variabel total biaya produksi (pengeluaran).

Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan kulit daging buah kopi diamoniasi sampai level 30% memberikan keuntungan dan layak dijadikan usaha.

(16)

ABSTRACT

Hery Kriswanto Simamora, 2010. “ Analysis Business of Utilization of

Coffee Bean Fruith Leather the aAmoniased in Feed of Weaning Males

Local Sheep “. This research under the guidance of Mr. Ir. ISKANDAR SEMBIRING, MM as the coordinator and Mrs. Ir. TRI HESTI WAHYUNI, MSc as sub coordinator.

The reseach was conducted at Livestock Biology Laboratory, Departemen of Animal Husbandry, Faculty of Agricultur, University of North Sumatera, Medan. It was conducted from Agustus 2010 to November 2010. The objective of the research would be to know the economic value of coffee bean fruith leather amoniased in feed of weaning males local sheep.

The method used was a Design Randomized Control Group

Pretest-Posttest which was consist of four treatments and five replications of P0 (coffee

been fruith leather without amoniased 15%), P1 (15% of coffee been fruith leather amoniased), P2 (30% of coffee been fruith leather amoniased) and P3 (45% of coffee been fruith leather amoniased). The parameters used in this research is The Anvantage or Profit and lost (Rp/kg), Benefit / Cost Ratio (Rp/kg) and Income Over Feed Cost / IOFC (Rp/kg) and Simple Regression Analiysis with variable total production and total production costs. The result obained with the highest average profit parameter or profit and lost amounted to Rp 55.887,22 in treatment P1; highest average parameter Benefit or Cost Ratio is 1,102 in treatment P1; highest average parameter Income Over Feed Cost / IOFC amounted Rp 544.764,76 in treatment P1; and simple regression analysis producer a linier formula Ŷ = 2.384.818,83 + 0,044X, which means the independent variable is the total production (income) positively related to total variable production cost (expenses).

The conclusion of this research is to use coffee bean fruith leather amoniased until level 30% to keep profits and reasonable efforts made.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lebih dari 90% usaha peternakan domba di Indonesia merupakan usaha

peternakan rakyat dengan skala usaha kepemilikan 2-5 ekor

(Sodiq dan Abidin, 2002). Pada masa mendatang, diharapkan pergeseran skala

tipe usaha peternakan rakyat kearah industri peternakan yang lebih besar skala

kepemilikan dombanya.

Daging merupakan salah satu komoditi ternak yang ikut berperan dalam

pemenuhan gizi berupa protein hewani, namun penyediaan daging belum

mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya

adalah laju pertumbuhan perkembangan populasi domba tidak sejalan dengan

meningkatnya permintaan akan domba dan perkembangan populasi penduduk.

Saat ini dibutuhkan suatu pemecahan masalah pakan untuk ternak domba.

Salah satu faktor pembatas laju peningkatan usaha peternakan yaitu ketersediaan

pakan dan merupakan faktor pembatas terbesar adalah pembiayaan produksi

peternakan. Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif pilihan adalah

pemanfaatan limbah hasil perkebunan yang salah satunya adalah kulit daging

buah kopi.

Berdasarkan publikasi oleh Loka Penelitian Domba Galang Sumatera

Utara, kulit daging buah kopi berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan domba.

Data produksi dan nilai nutrisi kulit daging buah kopi adalah :

1. Produksi kopi (Nasional) → 1,31 juta ha ( 686.768 ton/thn)

(18)

3. Nilai nutrisi kulit daging buah kopi (PK 10,4%, SK 17,2%, EM 14,34

MJ/kg)

Pakan diperlukan oleh ternak domba untuk pemenuhan kebutuhan pokok

hidup dan berproduksi dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup agar

dapat bertumbuh dengan baik. Bahan pakan untuk domba pada umumnya

digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:

a. Golongan Rumput-rumputan, seperti: rumput gajah, rumput benggala,

rumput brachiaria, rumput raja, rumput meksiko dan rumput alam

b. Golongan Kacang-kacangan, seperti: daun lamtoro, turi, gamal daun

kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan

siratro.

c. Hasil Limbah Pertanian, seperti: daun nangka, daun waru, daun dadap,

daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun

ketela rambat dan daun beringin.

d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti: dedak, jagung kering,

garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu,

ampas kecap dan biji kapas.

Kulit daging buah kopi merupakan salah satu limbah dari perkebunan yang

belum termanfaatkan secara optimal sehingga berpotensi menyebabkan

pencemaran lingkungan dan membutuhkan biaya untuk penanganan. Apabila

produk ini dapat dipergunakan sebagai bahan baku pakan ternak, maka akan dapat

memberikan nilai tambah bagi produsen ternak yakni masyarakat yang beternak

domba disekitar perkebunan kopi serta meningkatkan kemudahan peternak dalam

(19)

Berdasarkan publikasi oleh Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro

(UNDIP) (2005) salah satu kendala pemanfaatan kulit daging buah kopi sebagai

pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga

tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat kecernaan

kulit kopi bisa ditingkatkan. Bukan hanya itu, amoniasi kulit kopi juga dapat

meningkatkan kadar protein serta menghilangkan aflatoksin. Kulit daging buah

kopi yang telah diamonasi mempunyai kandungan protein 17,88%, kecernaan

50% , VFA 143 mM dan NH3 12,04 mM.

Di Propinsi Sumatera Utara kulit daging buah kopi dapat diperoleh

di Kabupaten Humbang Hasundutan (Dolok Sanggul, Pollung, Lintong Nihuta

dan sekitarnya). Kulit daging buah kopi di daerah ini dibuang begitu saja dan

hanya digunakan sebagai pupuk organik saja. Kulit daging buah kopi ini masih

mengandung nutrisi yang sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak

ruminansia seperti domba.

Sehubungan dengan hal diatas maka dilakukan penelitian dengan judul

“Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Diamoniasi Pada Pakan

Domba Lokal Jantan Lepas Sapih ”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui analisis usaha pemanfaatan kulit daging buah kopi

(20)

Hipotesis Penelitian

Analisis usaha pemanfaatan kulit daging buah kopi diamoniasi dapat menekan

biaya pakan dan dapat meningkatkan pendapatan peternak dalam usaha pemeliharaan

ternak domba lokal jantan lepas sapih.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi peternak domba serta masyarakat pada

umumnya, mengenai analisis usaha pemanfaatan kulit daging buah kopi

diamoniasi terhadap produksi domba lokal jantan lepas sapih ditinjau dari

analisis usaha.

2. Sebagai informasi bagi instansi pemerintah (Dinas Pertanian, Dinas Peternakan

dan sebagainya) dan kalangan akademik (Mahasiswa, Dosen dan para peneliti )

mengenai analisis usaha pemanfaatan kulit daging buah kopi diamoniasi terhadap

produksi domba lokal jantan lepas sapih ditinjau dari sudut analisis usaha.

3. Memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Usaha Ternak Domba

Usaha ternak domba yang dikelola masyarakat pedesaan secara umum

masih merupakan usaha pola budidaya yang sifatnya sebagai tabungan, yang

pengolahannya bersifat usaha campuran (diversifikasi) dan berperan mendukung

keberlanjutan ekonomi rumah tangga. Kondisi demikian memperlihatkan

kecenderungan peternak memelihara ternak belum mempertimbangkan

manajemen pengelolaan sehingga optimalisasi sebagai sumber pendapatan

keluarga belum tercapai. Manajemen usaha masih berbasis sumberdaya pakan

yang tersedia di lokasi tanpa diikuti dengan upaya peningkatan mutunya, modal

biaya rendah (Low External Input), bahkan dapat dinyatakan tanpa adanya biaya

produksi (zero cost) (Priyanto et al., 2004).

Berdasarkan data survei BPS Sumatera Utara mengenai rumah tangga

usaha peternakan yang mengusahakan ternak domba di Provinsi Sumatera Utara

dan Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rumah tangga usaha peternakan yang mengusahakan ternak domba di Provinsi Sumatera Utara dan Indonesia tahun 2007

Uraian Sumatera Utara Indonesia 3.Persentase ternak yang dikuasai rumah

tangga usaha peternakan pada saat pencacahan

(22)

-Total (%) 100,00 100,00 4.Estimasi populasi ternak di rumah tangga

peternakan

-Populasi awal survei ternak 2003 (ekor) 232.391 7.058.548 -Tahun 2007 (ekor) 272.618 8.493.058 -Tahun 2008 (ekor) 319.808 10.415.058 5. Persentasi mutasi ternak terhadap stok

awal selama setahun yang lalu Sumber : Mulyasari dan Franata, (2007) BPS Sumatera Utara

Sodiq dan Abidin (2002) menyatakan bahwa berdasarkan skala usaha dan

tingkat pendapatan peternak, usaha peternakan di klasifikasikan sebagai berikut:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan yaitu pendapatan petani dari usaha

ternaknya tidak lebih tinggi dari 30% total pendapatannya.

2. Peternakan sebagai cabang usaha yaitu petani mengusahakan pertanian

campuran (mixed farming) dengan usaha ternak sebagai cabang usaha

lainnya, pendapatan petani berkisar antara 30%-70% dari total pendapatan

usaha ternak secara keseluruhan.

3. Peternak sebagai pokok usaha yaitu usaha ternak menjadi usaha pokok,

sedangkan usaha tani lainnya hanya sebagai usaha sambilan. Tingkat

pendapatan petani berkisar antara 70%-100% dari usah ternak.

4. Peternakan sebagai usaha industri yaitu usaha peternakan sudah menjadi

usaha pemeliharaan ternak dengan komoditas ternak (special farming)

(23)

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari beternak domba. Namun,

pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami

hambatan karena pemeliharaan domba dilakukan secara tradisional. Pemberian

pakannya pun hanya sekedarnya saja tanpa memperhitungkan kebutuhan standar

gizi (Cahyono, 1998).

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil

dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk

kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap

perubahan – perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian)

Keuntungan adalah setiap tujuan usaha, keuntungan dapat dicapai jika

pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah

pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka

secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk

memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus

dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya adalah agar peternak

atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha

(Murtidjo, 1995).

Analisa pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor

keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara

penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

(24)

Dimana:

π: Keuntungan (Benefit)

TR : Penerimaan Total (Total Revenue)

TC : Biaya Total (Total Cost)

Pendapatan berasal dari penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya

merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu

biaya tetap (sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya variabel

(domba bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga bank) (Soekartawi, 1994).

Analisis B/C Ratio (Benefit cost ratio)

Untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang akan diperoleh dari

setiap biaya yang dikeluarkan oleh petani ternak dalam kegiatan usaha

penggemukan domba dapat dilihat dari rasio penerimaan terhadap biaya.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:

Dimana:

B/C : Timbangan penerimaan dan biaya

TR : Total Penerimaan (Total Revenue)

TC : Total Biaya (Total Cost)

(Gittinger, 1986).

(25)

Biaya Produksi

Biaya produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (Fixed cost)

dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya investasi yang

besarnya tidak pernah berubah meskipun perolehan hasil produksinya berubah.

Termasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, bangunan kandang, dan

peralatan. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau

harga di pasaran pada waktu itu. Termasuk biaya variabel adalah domba bakalan,

pakan, tenaga kerja, dan bunga modal/bunga bank jika meminjam dari bank

(Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Biaya produksi adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa

uang, tanah dan bangunan, tenaga kerja serta asset-aset lain yang diperlukan

dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Besaran biaya

yang dikeluarkan salama proses produksi akan menjadi acuan dalam penentuan

harga pokok penjualan dan mempengaruhi kelayakan usaha

(Sutama dan Budiarsana, 2009).

Hasil Produksi (Pendapatan)

Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu

usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan domba

dari kegiatan usaha penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan

(by product), misalnya pupuk kandang (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan

produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk

(26)

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yaitu semua hal

yang harus di keluarkan untuk membuat suatu produk, yang diperlukan, yang

tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan

suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Biaya tetap (fixed cost) adalah banyaknya

biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada

volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya

yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan volume

kegiatan (Widjaja, 1999 ).

Income Over Feed Cost (IOFC)

IOFC (Income Over Feed Cost) adalah selisih antara pendapatan usaha

peternakan dibandingkan dengan biaya pakan. Pendapatan ini merupakan

perkalian antara hasil produksi peternakan dengan harga jual, sedangkan biaya

pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi

tersebut (Prawirokusumo, 1990).

Pengusahaan Ternak Domba

Potensi ternak domba sebagai lapangan usaha memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan dengan ternak besar diantaranya : badan ternak domba

relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan

yang tinggi, pemeliharaan domba tidak memerlukan lahan yang luas, karkas

domba yang kecil lebih mudah dijual sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi

(Murtidjo, 1993).

(27)

Disamping produksi ternak yang tinggi, peternak juga mengharapkan

produktivitas ternak yang baik. Produktivitas ternak domba serta harga jual yang

baik bagi produktivitas domba tersebut sangat mempengaruhi peningkatan

penerimaan bagi peternakan (Soekartawi et al.,1986).

Usaha penggemukan domba merupakan salah satu usaha tersendiri.

Di Indonesia, usaha penggemukan domba biasanya dilakukan petani-peternak

dengan cara sederhana. Usaha penggemukan domba pada dasarnya dapat

dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Pasture fattening

b. Dry Lot fattening

c. Kombinasi dry lot fattening dan pasture fattening

(Murtidjo, 1993).

Pengusahaan domba di Indonesia memiliki prospek yang cerah, mengingat

keuntungannya sebagai berikut:

a. Daging domba seperti halnya daging ayam, dapat diterima oleh berbagai

lapisan masyarakat.

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan pendapatan yang cukup akan

mendorong penduduk untuk memenuhi gizi, khususnya protein hewani

(28)

Skala Usaha dan Skala Kepemilikan Ternak Domba

Ternak domba di Indonesia kebanyakan diusahakan oleh peternak

di daerah pedesaan. Domba yang diusahakan umumnya dalam jumlah kecil, 3-5

ekor per kedagingga, dipelihara secara tradisional dan merupakan bagian dari

usaha tani sehingga tingkat pendapatan yang diperoleh pun sangat kecil

(Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Domba Lokal

Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau

lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial, karena

karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang

mempunyai mutu yang baik. Jenis domba ini banyak diusahakan oleh masyarakat

dipedesan sebagai sampingan saja. Ciri-ciri domba lokal/kacang/kampung

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Ukuran badan kecil

2. Pertumbuhannya lambat

3. Bobot badan domba jantan 30 kg – 40 kg dan domba betina 15 kg – 20 kg

4. Warna bulu dan tanda-tandanya sangat beragam

5. Bulunya kasar dan agak panjang

6. Telinganya kecil dan pendek

7. Domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk

8. Ekornya kecil dan pendek

(29)

Domba lokal atau domba kampung merupakan domba asli Indonesia.

Domba ini memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulunya maupun

karakteristiknya tidak seragam, dan hasil dagingnya relatif kecil atau sedikit

(Murtidjo, 1992).

Domba lokal, domba kampung, domba Negeri atau domba kacang

memiliki tubuh yang kecil. Domba jantan bertanduk kecil, sedangkan domba

betina tidak bertanduk. Berat domba jantan berkisar 30-40 kg, yang betina

berkisar 15-20 kg, tahan hidup di daerah yang kurang baik. Pertumbuhan domba

ini sangat lambat (Sumoprastowo, 1993).

Karakteristik Domba Lokal

Domba sudah sejak lama diternakkan oleh manusia. Semua jenis domba

memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun klasifikasi domba tersebut

yaitu: Kingdom: Anamalia; Filum : Chordata; Kelas : Mamalia; Ordo :

Artiodactyla; Sub-family : Caprinae; Genus : Ovis aries; Spesies : Ovis mouffon,

ovis orientalis dan Ovis vignei (Blakely dan Bade, 1998)

Domba yang kita sekarang merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya

diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu:

1. Mouflon (Ovis musimon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari

Eropa Selatan dan Asia kecil.

2. Argali (Ovis ammon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia

Tengah dan memiliki tubuh besar yang mencapai tinggi 1,20 m.

3. Urial (Ovis vignei), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia

(30)

Pertumbuhan Domba Lokal

Seperti halnya pada umumnya, domba mengalami proses pertumbuhan

yang sama, yakni pada awalnya berlangsung lambat, kemudian semakin lama

meningkat lebih cepat sampai domba itu berumur 3-4 bulan. Namun,

pertumbuhan tersebut akhirnya kembali lebih lambat pada saat domba itu

mendekati kedewasaan tubuh (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Sistem Pencernaan Domba

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik atau pun

kimiawi. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut

dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot

sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim

yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah

pencernaan (Tillman et al., 1991).

Potensi dan Produktivitas Domba

Potensi ekonomi ternak domba sebagai lapangan usaha memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan dengan ternak besar lain, yakni:

- Badan ternak domba relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak

domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi.

- Domba merupakan ternak rumanansia kecil yang dalam pemeliharaan

tidak memerlukan lahan atau tanah yang luas.

- Investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif lebih kecil,

sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi yang dapat tercapai.

(31)

- Domba memiliki sifat suka bergerombol sehingga memudahkan dalam

pemeliharaanya.

(Murtidjo, 1992).

Pakan Domba

Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi

ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat

yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak,

protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).

Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba (%)

Berat Konsumsi Energi Protein Ca P

Badan TDN DE ME

(Kg) (Kg) (%) (Mcal) (Kg) (%) (%) (%)

Domba Jantan Muda digemukkan

30 1,30 64 2,80 2,30 11,00 0,37 0,23

40 1,60 70 3,10 2,50 11,00 0,31 0,19

50 1,80 70 3,10 2,50 11,00 0,28 0,17

Domba Jantan Muda disapih awal

10 0,60 73 3,20 2,60 16,00 0,40 0,27

30 1,40 73 3,20 2,60 14,00 0,36 0,24

Sumber : NRC (1975)

Pemberian makanan harus dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut:

1. Kebutuhan hidup pokok

2. Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan yang

diperlukan ternak domba untuk memproduksi jaringan tubuh dan

(32)

3. Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan untuk proses reproduksi

misalnya kebuntingan

4. Kebutuhan untuk laktasi, yaitu kebutuhan untuk memproduksi air susu

(Murtidjo, 1992).

Disamping mempengaruhi produktivitas ternak, pakan juga merupakan

komponen terbesar dalam biaya produksi dapat mencapai 60-80% dari

keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, dalam memproduksi pakan tidak

hanya perlu memperhatikan kualitasnya saja, tetapi harga pakan juga harus

ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan peternak (Siregar, 1994).

Hijauan

Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan

berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi juga sumber gizi, yaitu protein,

sumber tenaga, vitamin dan mineral. Hijauan pakan dapat menunjang kehidupan

ternak, mempunyai nilai gizi yang cukup untuk kebutuhan hidupnya. Kebanyakan

untuk menilai gizi suatu hijauan pakan didasarkan pada kandungan protein.

Karena protein merupakan suatu zat yang banyak berperan didalam kehidupan

ternak (Murtidjo, 1992).

Amoniasi

Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang

baik terhadap pakan. Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan

keuntungan yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3

dan CO2. Dengan molekul air NH3 akan mengalami hidrolisis menjadi NH4+ dan

(33)

akan lebih banyak terdapat sebagai NH+. Dengan demikian amoniasi akan serupa

dengan perlakuan alkali. Gugus OH dapat merenggut putus ikatan hidrogen antara

Oksigen Karbon nomor 2 melekul glukosa satu dengan Oksigen Karbon nomor 6

molekul glukosa lain yang terdapat pada ikatan selulosa, lignoselulosa dan

lignohemiselulosa. Telah diketahui bahwa dua ikatan terakhir ini bersifat labil

alkali, yaitu dapat diputus dengan perlakuan alkali. Dengan demikian pakan akan

memuai dengan lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen. Pemuaian pakan

selanjutnya akan melarutkan deposit lignin yang terdapat pada dinding dan ruang

antar sel. Berarti amoniasi juga menurunkan kadar zat makanan yang sukar

bahkan tidak dicerna oleh ternak, yang berakibat meningkatkan kecernaan pakan

lebih jauh. Dari hasil percobaan Chuzaemi (1987) dengan level urea yang lebih

tinggi yaitu 6 dan 8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan

kering dan bahan organik juga energinya. Energi tercerna (DE) meningkat dari

6,07 MJ menjadi 8,32 dan 9,54 MJ.

Kulit Daging Buah Kopi

Klasifikasi ilmiah, Kerajaan: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:

Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Bangsa: Rubiales, Suku: Rubiaceae,

Marga: Coffea, Jenis: Coffea arabica L

(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

Kulit daging buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi

untuk mendapatkan biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi.

Kandungan zat makanan kulit daging buah kopi dipengaruhi metode

pengolahannya apakah secara basah atau kering. Dalam keadaan segar kulit

(34)

40%. Kandungan air yang tinggi pada kulit daging buah kopi diolah secara basah

merupakan masalah tersendiri dalam penanganan dan pengangkutan. Karena itu

kulit daging buah kopi harus sesegera mungkin dikeringkan guna menghindari

penjamuran (Murni et al., 2008).

Tabel 3. Kandungan nilai gizi kulit daging buah kopi tanpa amoniasi dan kulit daging buah kopi amoniasi dengan menggunakan urea

Kandungan Kimia Kulit daging buah kopi Kulit daging buah kopi

tanpa amoniasi diamoniasi

BK (%BK) 56,79a 98,84a

PK (%PK) 13,46a 22,47a

LK (%LK) 1,45a 1,02a

SK (%LK) 34,11b 27,52b

Sumber: a. Laboratorium dan Teknologi Pakan IPB Bogor (2010)

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU Medan (2010).

Bungkil Inti Sawit

Silitonga (1993) melaporkan bahwa semakin tinggi persen bungkil inti

sawit dalam konsentrat maka kenaikan berat badan perhari semakin besar, namun

pemberian yang optimal dari bungkil inti sawit adalah 1,5% dari berat badan

untuk mempengaruhi pertumbuhan ternak domba.

Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit

Uraian Kandungan (%)

Energi metabolisme (Kkal/kg) 1.670

(35)

Lumpur Sawit

Lumpur sawit merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses

ekstraksi minyak, mengandung padatan, sisa minyak dan air, biasanya

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Lumpur sawit dapat diberikan secara

langsung atau setelah mendapat perlakuan (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982).

Tabel 5. Kandungan nilai gizi lumpur sawit

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering 83,6b

Protein kasar 6,5b

Lemak kasar 13a

Serat kasar 16,2b

Abu 13,9b

TDN 79a

Sumber : a. Laboratorium Makanan Ternak IPB Bogor (2000)

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU Medan (2005)

Onggok

Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah yang

disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan

mutu ubi kayu yang diolah menjadi tapioka, ekstraksi pati tapioka.

Moertinah (1984) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan

15-20 % dan 5-20 % onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan

(36)

Tabel 6. Kandungan nilai gizi onggok

Uraian Kandungan (%)

Berat kering 81,7

Protein Kasar 0,6

Lemak kasar 0,4

Serat kasar 12

TDN 76

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000)

Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah

menjadi beras yang mengandung bagian daging yang tebal, tetapi bercampur

dengan bagian penutup beras. Hal ini yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat

kasar dedak. Bila dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat dipastikan

serat kasarnya tinggi (Rasyaf, 1992).

Tabel 7. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering 89,10

Protein kasar 13,80

Lemak kasar 7

Serat kasar 8

TDN 64,30

Sumber : NRC (1985)

Molases

Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.

Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan

(37)

pada aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa

mempebaiki aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996).

Tabel 8. Kandungan nilai gizi molasses

Uraian Kandungan (%)

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000)

Urea

Murtidjo (1992) menyatakan bahwa urea mempunyai kandungan Nitrogen

(N) kurang lebih 45 persen. Karena Nitrogen mewakili 16 persen dari protein atau

bila dijabarkan setara dengan 6,25 kali kandungan Nitrogen, maka jika ternak

domba rata-rata diberi 5 gr/ekor/hari akan sebanding dengan 14,63 gr protein

kasar. Dosis urea yang akan diberikan dalam makanan ternak domba sebelumnya

harus diketahui berat tubuh ternak domba. Sebagai contoh, domba dengan berat

tubuh 10-15 kg, maka pada minggu 1-2 dapat diberi urea sebanyak

1,6 gr/ekor/hari, dan pemberian urea tersebut dapat dilihat dari tabel 9 berikut:

Tabel 9. Takaran pemberian urea pada ternak domba

(38)

Garam

Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl merangsang sekresi saliva.

Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan

udema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan hebivora daripada

hewan lainnya. Ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam.

Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah,

keadaan badan tidak sehat, produksi mundur sehingga menurunkan bobot badan

(Anggorodi, 1990).

Ultra Mineral

Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun

berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral

digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah,

pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang

berperan dalam proses metabolisme didalam sel. Penambahan mineral dalam

pakan ternak dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral dalam pakan

(39)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen

Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini

berlangsung selama tiga bulan yang dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai

dengan November 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain:

- Domba lokal jantan sebanyak 20 ekor dengan rataan bobot badan awal

13,80 + 1,27 kg

- Pakan konsentrat yang terdiri dari amoniasi kulit daging buah kopi,

bungkil inti sawit, lumpur sawit, pelepah daun kelapa sawit, onggok,

dedak padi, molases, urea, garam dan ultra mineral.

- Urea sebagai amoniasi kulit daging buah kopi.

- Rumput lapangan sebagai hijauan pakan ternak

- Obat-obatan, yaitu obat cacing (kalbazen), anti bloat atau obat kembung,

Terramycin (salep mata), vitamin B komplek dan Rhodalon sebagai

desinfektan.

(40)

Alat yang digunakan antara lain:

- Kandang individual 20 unit dengan ukaran 1 x 1,5 m beserta

kelengkapannya.

- Timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 50 kg dengan

kepekaan 2 kg, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk

menimbang pakan.

- Ember tempat pakan dan minum

- Sapu

- Karung plastik

- Pisau dan sabit

- Alat tulis

- Kalkulator

- Alat penerangan

- Terpal

- Buku data

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yaitu

metode yang mengobservasi dibawah kondisi buatan (artificial condition), dimana

kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh sipeneliti yaitu mengadakan manipulasi

(41)

1. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, dan didalam

desain randomized control group pretest-posttest rancangan tersebut digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 10. Desain Randomized Control Group Pretest-Posttest

Pengukuran (Pretest) Perlakuan Pengukuran (Posttest)

Kontrol TO1 PO T11

Perlakuan I TO2 P1 T12

Perlakuan II TO3 P2 T13

Perlakuan III TO4 P3 T14

Sumber : (Nazir, 1988)

Perlakuan yang diberikan adalah pemberian kulit daging buah kopi yang

diamoniasi yang terdiri dari 4 level berbeda yaitu:

P0 : Rumput Lapangan + Konsentrat 15% kulit daging buah kopi tanpa amoniasi

P1 : Rumput lapangan + Konsentrat 15% kulit daging buah kopi diamoniasi

P2 : Rumput Lapangan + Konsentrat 30% kulit daging buah kopi diamoniasi

(42)

2. Formulasi Pakan Domba

Tabel 11. Formulasi Pakan Domba

Bahan Pakan PO P1 P2 P3

Langkah-langkah mengambil data dan analisa data:

a. Dilakukan pengukuran (pretest) yaitu data rata-rata bobot badan awal

domba pada setiap level perlakuan pakan.

b. Dilakukan pengukuran (posttest) yaitu data dari hasil variabel penelitian

yang terdiri dari bobot badan awal domba dan bobot akhir domba, rata-rata

konsumsi pakan domba dan rata-rata konversi pakan domba pada setiap

level perlakuan pakan.

c. Dilakukan analisis usaha pada data-data pretest dan posttest untuk

mengetahui nilai usaha dari keseluruhan usaha ternak domba. Analisis

usaha yang dilihat adalah analisis laba-rugi, analisis B/C ratio dan analisis

(43)

d. Dilakukan analisis regresi pada total hasil produksi dan total biaya

produksi selama pemeliharaan dengan menghitung variabel dependen dan

independen untuk mengetahui pengaruh keseluruhan biaya yang

digunakan.

3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan yaitu:

1. Bobot badan awal domba saat mulai penelitian dan bobot badan akhir

domba setelah penelitian (Kg/ekor)

2. Konsumsi pakan domba tiap perlakuan (Kg/ekor/minggu)

Konsumsi = Total Pakan domba – Sisa pakan + Pakan yang tumpah

3. Total biaya produksi (pengeluaran ) yang terdiri dari biaya variabel yaitu

biaya pakan, bibit domba dan obat-obatan dan biaya tetap yaitu biaya sewa

kandang, peralatan dan tenaga kerja.

4. Total hasil produksi (pendapatan) yang terdiri dari hasil penjualan domba

dan kotoran domba)

Dari data-data variabel inilah dilakukan analisis usaha dan analisis regresi

untuk menentukan analisis usaha yang paling efisien dan tepat berdasarkan level

pemberian kulit daging buah kopi diamoniasi tiap perlakuan untuk digunakan dan

diaplikasikan dalam kehidupan sebenarnya terutama oleh masyarakat yang

(44)

Analisa Usaha

Analisis Laba/Rugi (Keuntungan-Kerugian)

Keuntungan (laba) atau rugi suatu usaha akan diketahui setelah hasil

penjualan produk dikurangi dengan harga pokok, biaya pemasaran dan biaya

umum. Laba ini masih disebut laba kotor. Laba bersih baru didapat setelah

ditambah pendapatan diluar usaha misalnya penjualan limbah dikurangi biaya

diluar usaha dan pajak. Menurut Soekartawi, (1994) rumus keuntungan adalah:

π = TR - TC

Dimana :

π = Keuntungan

TR = Total Revenue (Total pendapatan)

TC = Total cost (Total biaya)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit cost ratio (B/C Ratio) diperoleh dengan cara membagikan total

hasil produksi dengan biaya produksi. Menurut Cahyono, (1998) rumus B/C ratio

B/C =

Total biaya produksi (pengeluaran ) Total hasil produksi (pendapatan)

Ratio antara jumlah nilai present arus tunai masuk dan jumlah nilai present

arus tunai keluar disebut Benefit Cost Ratio atau BC-R. Karena BC-R adalah

perbandingan antara dua angka, maka hanya ada tiga kemungkinan yaitu:

BC-R >1, BC-R=1 dan BC-R <1. Usaha yang layak memiliki BC-R>1.

(45)

Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep Benefit/Cost

Ratio yaitu imbangan antara total hasil produksi (output) dengan total biaya

produksi (input). Nilai B/C ratio > dari 1 menyatakan usaha tersebut

menguntungkan. Semakin besar nilai B/C ratio maka usaha dinyatakan semakin

efisien (Karo-karo et al., 1995).

Analisis Income Over Feed Cost (IOFC)

Income over feed cost diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan

usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian

antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan

(dalam kg hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya pakan adalah biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ternak tersebut

(Prawirokusumo, 1990).

Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana adalah analisis sederhana yang menyangkut

sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen.

Rumus matematik :

Y= f (X1, X2,…,Xi,…,Xn)

Dimana : Y = variabel yang dijelaskan (dependent variable)

X = variabel yang menjelaskan (independent variable)

Persamaan ini dapat diartikan bahwa Y dipengaruhi oleh X1 dengan anggapan

faktor lain (X2, X3,…,Xi,…,Xn) dianggap ceteris paribus / tetap (Nazir, 1988).

(46)

Faktor-faktor lain tersebut tetap dihitung akan tetapi dalam jumlah yang tetap dan

tidak akan berubah kecuali ada faktor lain yang mempengaruhinya.

Sehingga model matematika dari analisis regresi sederhana penelitian ini yaitu:

Y = f (X1 + {X2+X3+X4+X5+X6}

Dimana:

Y = Total hasil produksi (total pendapatan)

X1 = Biaya level pemberian pakan yang berbeda-beda pada setiap perlakuan.

X2 = Biaya ternak domba

X3 = Biaya obat-obatan

X4 = Biaya tenaga kerja Ceteris paribus (tetap)

X5 = Biaya sewa kandang

X6 = Biaya peralatan

Asumsi:

1. X2, X3, X4, X5, X6 dianggap tetap (ceteris paribus)

2. Apabila level pemberian kulit daging buah kopi diamoniasi bertambah

akan menyebabkan biaya pakan berkurang dan total pengeluaran

berkurang sehingga menyebabkan total penerimaan bertambah dengan

catatan faktor lain diabaikan atau tetap dan tidak mengalami perubahan.

Dalam analisis regresi sederhana, yang dicari hubungan antara

variabel-variabel yang bersangkutan dan bagaimana bentuk hubungan tersebut, jika

kenaikan di dalam satu variabel diikuti dengan kenaikan di dalam variabel yang

lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi

yang positif. Tetapi jika kenaikan di dalam satu variabel diikuti oleh penurunan di

(47)

mempunyai korelasi yang negatif. Jika tidak ada perubahan pada satu variabel

walaupun variabel yang lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedua variabel

tersebut tidak mempunyai hubungan (Iswardono, 2001).

4. Deskripsi Pengadaan Bahan

4.1. Kebutuhan Bahan

Tabel 12. Deskripsi bahan pakan

Bahan pakan

4.2.1. Kulit daging buah kopi

Kulit daging buah kopi yang tidak dimanfaatkan diambil dari Dolok

Sanggul sebanyak 1.550 kg. Kulit daging buah kopi merupakan salah satu limbah

perkebunan, sehingga dibutuhkan penanganan lebih lanjut. Penanganan limbah

tersebut dengan cara amoniasi.

Kulit daging buah kopi dikeringkan dengan dijemur dibawah matahari

selama tiga hari, setelah kering dengan kadar air 13%, kira-kira hasil kulit daging

(48)

Kulit daging buah kopi diamoniasi selama 21 hari dengan menggunakan

urea. Biaya urea Rp 3.500/kg, urea yang dibutuhkan untuk amoniasi sebanyak

6 kg dengan biaya Rp 18.000. Biaya pengeringan dan plastik tempat amoniasi

sebesar Rp 12.000, sehingga biaya yang dibutuhkan Rp 30.000. Jadi biaya untuk

1 kg kulit daging buah kopi diamoniasi sebesar Rp 150/kg. Dalam penentuan

harga kulit daging buah kopi, biaya pengangkutan tidak dihitung karena usaha ini

akan diterapkan dilokasi penghasil limbah tersebut.

4.2.2. Pelepah Daun Sawit

Pelepah daun sawit diambil Universitas Sumatera Utara sebanyak

86 batang pelepah daun sawit karena 1 buah pelepah daun sawit yang telah

dicoper dan grinder dan dikeringkan (dijemur) dengan kadar air 3% hasilnya

adalah 1 kg pelepah daun sawit kering, kebutuhan pelepah daun sawit kering

selama penelitian sebanyak 85,5 kg dalam bentuk kering.

Selama proses pengambilan pelepah daun sawit, perajangan serta

penjemuran pelepah sawit dikenakan biaya upah tenaga kerja dan sewa coper dan

grinder sebanyak Rp 100.000. Harga bahan pelepah daun sawit kering adalah

Rp 100/kg.

4.2.3. Lumpur Sawit

Lumpur sawit dibeli dari daerah Perseroan Terbatas Perkebunan Negara

(PTPN) IV ke Medan sebanyak 160 Kg. Lumpur sawit dikeringgkan dengan

dijemur dibawah matahari selama satu minggu sehingga kadar airnya mencapai

16,5% sehingga menjadi 26,5 kg dalam bentuk bahan kering, lalu digrinder

menjadi tepung. Sewa grinder, pembelian lumpur sawit dan upah tenaga kerja

(49)

4.2.4. Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit dibeli dari Peternakan Pak Mamas Pancur Batu

Peternakan sebanyak 540 kg. Total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan

540 kg bahan kering bungkil inti sawit adalah Rp 800.000. Harga bungkil inti

sawit kering adalah Rp 1.500/kg.

4.2.5. Dedak Padi

Dedak padi yang digunakan dalam penelitian adalah dedak padi halus

yang dibeli dari UD. Sembiring di daerah Tanjung sari. Dedak padi halus yang

dibutuhkan sebanyak 100 kg. Harga dedak padi halus adalah Rp 2.000/kg.

4.2.6. Onggok

Onggok dibeli dari poultry shop sebanyak 120 kg. Kemudian dijemur dan

dikeringkan dengan kadar air 5%. Biaya pembelian, biaya pengeringan onggok

dan biaya grinder Rp 200.000. Sehingga harga 1 kg onggok adalah Rp 800.

4.2.7. Molases

Molases yang digunakan diperoleh dari Peternakan Pak Mamas di daerah

Pancur Batu sebanyak 33 Kg. Harga molases adalah Rp 3.500/kg.

4.2.8. Urea

Urea dibeli dari UD. Sembiring di simpang kuala, urea yang dibutuhkan

sebanyak 6 kg. Harga urea adalah Rp 3.500/kg.

4.2.9. Garam

Garam dibeli dari pasar tradisional terdekat dan garam yang digunakan

adalah garam kasar dibutuhkan garam. Garam kasar yang dibutuhkan sebanyak

(50)

4.3. Ultra Mineral

Ultra mineral dibeli dari poultry shop pajak sore sebanyak 6 kg. Harga

ultra mineral adalah Rp 5.000/kg.

5. Analisis Regresi Sederhana

Analisa regresi sederhana untuk memperlihatkan pengaruh/hubungan dari

berbagai faktor:

Ŷ0 = f (X1a + {X2 + X3 + X4 + X5 + X6})

Ŷ1 = f (X1b + {X2 + X3 + X4 + X5 + X6})

Ŷ2 = f (X1c + {X2 + X3 + X4 + X5 + X6})

Ŷ3 = f (X1d + {X2 + X3 + X4 + X5 + X6})

Dimana :

Ŷ0 = Total hasil produksi pada level perlakuan P0 atau pakan dengan

kulit daging buah kopi tanpa amoniasi 15%.

X1a = Biaya pakan pada level perlakuan P0 atau pakan dengan kulit

daging buah kopi tanpa amoniasi 15%.

Ŷ1 = Total hasil produksi pada level perlakuan P1 atau pakan dengan

kulit daging buah kopi diamoniasi 15%.

X1b= Biaya pakan pada level perlakuan P1 dengan kulit daging buah kopi

diamoniasi 15%.

Ŷ2 = Total hasil produksi pada level perlakuan P2 atau pakan dengan

kulit daging buah kopi 30%.

X1c = Biaya pakan pada level perlakuan P2 dengan kulit daging buah kopi

(51)

Ŷ3 = Total hasil produksi pada level perlakuan P3 atau dengan kulit

daging buah kopi diamoniasi 45%.

X1d = Biaya pakan pada level perlakuan P3 dengan kulit daging buah

(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Data dan Analisis Data

Pengambilan data rata-rata bobot badan awal domba pada setiap level

perlakuan pakan seperti tertera pada tabel 13.

Tabel 13. Data rata-rata bobot badan awal domba

Perlakuan Bobot Badan Awal Domba (g)

P0 13,680

Pembelian pakan yaitu di areal pasar, poultry shop, pabrik pakan ternak

dan tempat-tempat lain tertera dalam tabel 14.

Tabel 14. Pembelian pakan di areal pasar, poultry shop, pabrik pakan ternak dan tempat-tempat lainnya

Tanggal Nama Bahan Pakan Harga Pakan

Poultry/Pasar/Pabrik (Rp/Kg)

25-05-2010 UD. Sembiring Tj. Sari Dedak padi halus 2.000 27-05-2010 Peternakan Pak Mamas P. Batu Bungkil inti sawit 1.500 27-05-2010 PTPN IV Tanjung Morawa Lumpur sawit 300 27-05-2010 Peternakan Pak Mamas P. Batu Molases 3.500

14-07-2010 Dolok Sanggul KLBK diamoniasi 150

18-09-2010 UD. Maju Jaya Poultry Onggok 800

19-09-2010 UD. Sembiring Simpang Kuala Urea 3.500

19-09-2010 Pajak Sore Padang Bulan Garam 2.000

19-09-2010 UD. Maju Jaya Poultry Ultra mineral 5.000 19-09-2010 Universitas Sumatera Utara Pelepah daun sawit 100

(53)

3. Dilakukan pengukuran (posttest)

Dilakukan pengukuran (posttest) yaitu data dari hasil variabel penelitian

yang terdiri dari bobot badan awal domba dan bobot badan akhir domba, rata-rata

konsumsi pakan domba dan rata-rata konversi pakan domba pada setiap level

perlakuan pakan dan data tersebut tertera pada tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata bobot badan awal dan akhir domba, pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi pakan domba tiap level perlakuan pakan

Perlakuan Bobot badan Bobot badan PBB Konsumsi Konversi

4. Data-Data Pendukung Untuk Analisis Usaha

4.1. Harga pakan tiap perlakuan

Tabel 16. Harga pakan tiap level perlakuan

(54)

Dedak padi 13 2.000 26.000

(55)

4.2. Total biaya produksi

4.2.1.Biaya pakan domba

Tabel 17. Biaya konsentrat tiap level perlakuan selama penelitian (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

P0 3.629,15 3.459,36 3.998,43 3.972,96 14.321,36 29.381,26 P1 5.142,67 22.084,27 9.726,36 10.061,76 7.284,02 54.299,08 P2 4.805,33 4.805,33 4.784,71 5.131,33 4.862,05 24.388,75 P3 1.991,61 2.860,75 2.306,07 22.62,39 2.328,62 11.749,44 Total 15.568,76 33.209,71 20.815,57 21.428,44 28.796,05 119.818,53

Tabel. 18. Biaya hijauan tiap level perlakuan selama penelitian (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

PO 5.079,80 5.013,80 5.080,68 5.015,12 5.632,88 25.822,28 P1 5.146,68 6.014,80 5.451,60 5.565,56 5.401,44 27.580,08 P2 5.841 5.796,12 5.444,12 5.758,72 5.836,16 28.676,12 P3 5.065,28 5.133,04 5.107,08 5.038,44 4.991,44 25.335,28

Total 21.132,76 21.957,76 21.083,48 21.377,84 21.861,92 107.413,76

4.2.2. Biaya beli bibit domba

• Total berat badan awal domba (20 ekor) = 276,08 kg

• Domba dibeli sebanyak 20 ekor sehingga total biaya seluruhnya

Rp 7.868.280. Harga domba / kg adalah Rp 7.868.280 : 276,08 kg

= Rp 28.500 / kg.

Tabel 19. Biaya beli bibit domba tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

(56)

4.2.3. Biaya peralatan

• Ember tempat pakan ukuran sedang dibeli sebanyak 20 buah dengan harga

perbuah Rp 5.000 sehingga biaya seluruhnya : 20 x Rp 5.000 adalah

Rp 100.000

• Ember tempat minum ukuran kecil dibeli sebanyak 20 buah dengan harga

perbuah Rp 1.500 sehingga biaya seluruhnya : 20 x Rp 1.500 = Rp 30.000

• Sabit dibeli 3 buah dengan harga Rp 60.000 sehingga biaya seluruhnya

Rp 180.000.

• Total biaya perlengkapan Rp 310.000.

Tabel 20. Biaya Perlengkapan tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

P0 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 77.500 P1 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 77.500 P2 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 77.500 P3 15.500 15.500 15.500 15.500 15.500 77.500

Total 62.000 62.000 62.000 62.000 62.000 310.000

4.2.4. Biaya Obat-obatan

• Kalbazen (obat cacing khusus domba dan kambing) = Rp 45.000

• Anti Bload 100ml = Rp 25.000

• Vitamin B kompleks 100 ml = Rp 10.000

• Spit untuk menyuntik sebanyak 2 buah = Rp 2.000

(57)

Tabel 21. Biaya obat-obatan tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

Po 4.100 4.100 4.100 4.100 4.100 20.500

P1 4.100 4.100 4.100 4.100 4.100 20.500

P2 4.100 4.100 4.100 4.100 4.100 20.500

P3 4.100 4.100 4.100 4.100 4.100 20.500

Total 16.400 16.400 16.400 16.400 16.400 82.000

4.2.5. Biaya Sewa kandang

• Selama 3 bulan penelitian yang dilakukan di kandang Laboratorium

Biologi Ternak USU dikenakan biaya sewa kandang 1 bulan sebesar

Rp 166.667 sehingga biaya sewa kandang selama 3 bulan sebesar

Rp 500.000

• Total biaya sewa kandang selama 3 bulan = Rp 500.000

Tabel 22. Biaya sewa kandang tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

PO 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 P1 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 P2 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 P3 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 Total 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 500.000

4.2.6. Biaya Tenaga Kerja

• Menurut Anton Apriantono, 2006 menyatakan bahwa 1 orang tenaga kerja

dapat memelihara domba 5 ST (Satuan Ternak) yaitu sebanyak 62 ekor.

• Upah minimum regional daerah Medan Sumatera Utara saat ini adalah

Rp 1.050.000

• Sehingga upah tenaga kerja selama 1 bulan pemeliharaan

(58)

• Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan maka upah 1 orang tenaga kerja

tersebut adalah Rp 338.709,63 x 3 = Rp 1.016.128,90

• Upah tenaga kerja keseluruhan = Rp 1.016.128,90 x 1 orang tenaga kerja

= Rp 1.016.128,90

Tabel 23. Biaya upah tenaga kerja tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

PO 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 254.032,23 P1 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 254.032,23 P2 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 254.032,23

P3 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 50.806,445 254.032,23

Total 203.225,78 203.225,78 203.225,78 203.225,78 203.225,78 1.016.128,9

4.2.7.Total seluruh Biaya Produk selama penelitian adalah

Biaya pakan konsentrat Rp 119.818,53

Biaya hijauan Rp 107.414

Biaya bibit domba Rp 7.868.280

Biaya perlengkapan Rp 310.000

Biaya obat-obatan Rp 82.000

Biaya upah tenaga kerja Rp 1.016.128,90

Biaya sewa kandang Rp 500.000 +

Total Rp 10.003.640,53

Tabel 24. Total biaya produksi tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

P0 533.040,39 447.304,60 514.885,55 487.719,52 498.685,68 2.481.635,76

P1 481.895,79 564.685,51 482.509,40 464.433,76 532.741,90 2.526.266,38 P2 530.702,77 473.657,89 459.035,27 518.121,49 497.979,65 2.479.497,09

P3 448.738,33 540.875,23 524.619,59 558.707,27 443.301,50 2.516.241,94

(59)

4.3. Total Hasil Produksi

4.3.1. Hasil penjualan domba

• Total berat badan akhir domba (20 ekor) adalah = 333,24 kg

• Harga jual seluruh domba Rp 10.330.440

• Harga domba /kg adalah Rp 10.330.440: 333,24 kg = Rp 31.000/kg.

Tabel 25. Hasil produksi penjualan domba tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

P0 531.650 432.450 520.800 485.150 499.100 2.469.150 P1 506.850 651.000 491.350 519.250 596.440 2.764.890 P2 568.850 473.060 527.000 558.000 527.000 2.653.910 P3 434.000 571.640 496.000 530.410 410.440 2.442.490 Total 2.041.350 2.128.150 2.035.150 2.092.810 2.032.980 10.330.440

4.3.2. Hasil penjualan kotoran domba

• Selama pemeliharaan ada 20 ekor domba, total berat kotoran domba

adalah 326,50 kg, total jual seluruh kotoran adalah Rp 163.250, sehingga

harga perkilogram kotoran domba adalah Rp 500

• Total pendapatan dari penjualan kotoran adalah Rp 163.250

Tabel 26. Total produksi penjualan kotoran domba tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan 1 2 3 4 5 Total

PO 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 40.812,50 P1 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 40.812,50 P2 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 40.812,50 P3 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 8.162,50 40.812,50 Total 32.650 32.650 32.650 32.650 32.650 163.250

4.3.3. Total seluruh Hasil Produksi = Rp 10.330.440 Rp 163.250 +

Gambar

Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba (%)
Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Tabel 5. Kandungan nilai gizi lumpur sawit
Tabel 7. Kandungan nilai gizi dedak padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Winarsih, Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca, Menulis dan Berhitung (Calistung) pada Peserta didik kelas I SD Negeri Jatiroto, Wonosari,

Natsir Mallawi, M.Si) (Ir. Lyna Indriati,

This would be values for the current block were calculated to be 48 and advantageous for diphenhydramine over lidocaine in that 86 m M for TTX-S and TTX-R sodium currents,

[r]

The tration of a -helical CRH 9 – 41 120 m g / kg i.v., as MAP finding that antalarmin had no effect on this peripherally values in this group were not statistically different

[r]

The effect of melatonin on the glycine receptor-mediated response was studied in cultured chick spinal cord neurons using the whole-cell voltage-clamp recording technique..

[r]