• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI ANALISIS KELAYAKAN

USAHA TANI TANAMAN PANGAN

SKRIPSI

FERLANDO JUBELITO SIMANUNGKALIT

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SISTEM INFORMASI ANALISIS KELAYAKAN

USAHA TANI TANAMAN PANGAN

Oleh :

Ferlando Jubelito Simanungkalit 050308016/Teknik Pertanian

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ketua

Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

FERLANDO JUBELITO SIMANUNGKALIT: Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan. Dibimbing Oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.

Sistem manajemen pengelolaan anggaran dan pembiayaan usaha tani yang digunakan oleh masyarakat pertanian tanaman pangan di Kabupaten Deli Serdang, masih menggunakan cara manual atau konvensional yang dicatat dalam sebuah pembukuan sederhana. Sistem konvensional ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam proses penyampaian informasi, efisiensi dan efektifitas penggunaan, serta belum mempergunakan indikator-indikator pengukuran ekonomi yang tepat dan terukur dalam proses-proses perhitungan dan analisis yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan terkait dengan proses usaha tani yang dijalankan. Untuk itu diperlukan suatu sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kegiatan usaha tani tanaman pangan yang layak untuk dikerjakan dan dijadikan investasi, serta dapat melakukan proses kalkulasi pengelolaan anggaran pembiayaan dan analisis sederhana. Sistem informasi ini dirancang berorientasikan pada user, menggunakan bahasa pemrograman PHP, sistem basisdata MySQL serta webserver XAMPP, dan dirancang dengan menggunakan metode fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan.

Kata kunci: usaha tani, analisis, kelayakan, sistem informasi, sistem pendukung keputusan

ABSTRACT

FERLANDO JUBELITO SIMANUNGKALIT: Crop Plant Farming Fairness Analysis Information System. Under the supervision of ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN ROHANAH.

The farming financing and budgeting management system which is used by crop plant farmer society in Kabupaten Deli Serdang, is still using conventional or manual way which is written in a simple bookkeeping. This conventional way still has some limits in information delivery process, efficiency and effectiveness of utilization, and still has not use the measured and precised economic measurement indicators in accounting and process analysis which is needed for taking decision related to the operated farming process. That is why, a computer based information system is necessary to determine which kind of crop plant farming activity is suitable to be operated and invested, to calculate the financing and budgeting management and to process a simple analysis. This information system was designed oriented to the user, using PHP programming language, MySQL database system and XAMPP webserver, and was designed by using decision support system's developing phase method.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 September 1986, dan

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Drs. Nahor

M. Simanungkalit, M.Si dan Ibu Dra. Sarida Simbolon. Pada tahun 2002 penulis

melanjutkan pendidikan di SMU Santo Thomas 2 Medan dan lulus pada tahun

2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Ketua Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, menjadi Pengurus Komisariat Gerakan Mahasiswa Kristen

Indonesia (GMKI) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan anggota

Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (MPMU) Universitas Sumatera

Utara.

Pada tanggal 12 Juli sampai dengan 12 Agustus 2008, penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Sawit Seberang, PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang, Kabupaten

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari

2010 dengan judul “Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing yaitu

Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu

Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan saran dan arahan dalam penyempurnaan penelitian serta wacana

berpikir kritis, sampai dengan penyelesian skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

Ayahanda Drs. Nahor M. Simanungkalit, M.Si dan Ibunda Dra. Sarida Simbolon

serta kedua adik-adikku (Daniel Febrian Simanungkalit dan Frina Anggita

Simanungkalit), atas segala dukungan dan doa, dan juga seluruh keluarga yang

telah memberikan dukungan moril dan materil selama penulis mengikuti

pendidikan sarjana di Teknik Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis juga

mengucapkan terimakasih buat dukungan rekan-rekan seperjuangan TEP’05.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dengan harapan semoga

penelitian ini berguna untuk membantu mendukung pembangunan pertanian

Indonesia yang berkelanjutan.

Medan, April 2010

(6)

DAFTAR ISI

Hasil Produksi/Penerimaan Usaha Tani ... 11

Pendapatan Usaha Tani ... 11

Studi Kelayakan ... 13

Analisis benefit-cost ratio ... 16

Break even point ... 18

Return of investment ... 20

Sistem Pendukung Keputusan ... 20

Defenisi sistem pendukung keputusan ... 20

Karakteristik dan nilai guna sistem pendukung keputusan ... 23

Komponen sistem pendukung keputusan ... 25

Proses pembangunan sistem pendukung keputusan ... 28

METODOLOGI PENELITIAN ... 30

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

Bahan dan Alat ... 30

Metode Penelitian ... 30

Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

Analisis Sistem ... 39

Perancangan Sistem ... 42

Implementasi ... 49

Perancangan Model Antarmuka ... 50

(7)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Entitas perancangan logik... 44

2. User ... 48

3. Kecamatan ... 48

4. Desa ... 48

5. Komoditas ... 48

6. Varietas ... 48

7. Sistem tanam ... 48

8. Hasil panen produksi ... 48

9. Uraian input-input produksi... 48

10.Berita ... 49

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Ulasan hipotesis tentang titik impas (break even point) ... 18

2. Fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan ... 38

3. E-R diagram Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan... 43

4. Relasi antar tabel Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 46 5. Menu Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 51

6. Menu utama Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 52

7. Menu berita Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan .... 53

8. Submenu panduan penggunaan Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 53 9. Submenu kamus sistem Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 54 10.Submenu tentang sistem Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 55 11.Submenu galery foto Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 55 12.Submenu hubungi kami Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 56 13.Submenu analisis usaha tani Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 56 14.Submenu organisasi dan departemen pertanian Sistem Analisis

Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 57 15.Submenu agribisnis Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 58 16.Submenu tanaman pangan Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 58 17.Submenu tanaman hortikultura Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

(9)

18.Submenu pertanian organik Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 60 19.Submenu sarana produksi pertanian Sistem Analisis Kelayakan Usaha

Tani Tanaman Pangan ... 60 20.Submenu padi pertanian Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 61 21.Submenu kedelai Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 62 22.Submenu jagung Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 62 23.Submenu kacang hijau Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 63 24.Submenu pisang Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 63 25.Menu login admin Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 64 26.Menu administrator Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 65 27.Menu form list informasi Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 65 28.Menu form tambah data informasi Sistem Analisis Kelayakan Usaha

Tani Tanaman Pangan ... 66 29.Menu form data kecamatan Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 67 30.Menu form data komoditas Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 67 31.Menu form data variates Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 68 32.Menu form data desa Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 68 33.Menu form data jenis sistem tanam Sistem Analisis Kelayakan Usaha

(10)

34.Menu form data hasil sistem tanam Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan ... 69 35.Menu form uraian data Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman

Pangan ... 70 36.Menu form list uraian data Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 71 37.Menu edit/hapus uraian Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 71 38.Menu tampil buku tamu Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

Tanaman Pangan ... 72 39.Hasil proses analisis usaha tani Sistem Analisis Kelayakan Usaha Tani

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flowchart perancangan sistem ... 80 2. Data Flow Diagram (DFD) Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha

Tani Tanaman Pangan ... 81 3. Masa tanam masing-masing komoditas tanaman pangan ... 82

(12)

ABSTRAK

FERLANDO JUBELITO SIMANUNGKALIT: Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan. Dibimbing Oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.

Sistem manajemen pengelolaan anggaran dan pembiayaan usaha tani yang digunakan oleh masyarakat pertanian tanaman pangan di Kabupaten Deli Serdang, masih menggunakan cara manual atau konvensional yang dicatat dalam sebuah pembukuan sederhana. Sistem konvensional ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam proses penyampaian informasi, efisiensi dan efektifitas penggunaan, serta belum mempergunakan indikator-indikator pengukuran ekonomi yang tepat dan terukur dalam proses-proses perhitungan dan analisis yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan terkait dengan proses usaha tani yang dijalankan. Untuk itu diperlukan suatu sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kegiatan usaha tani tanaman pangan yang layak untuk dikerjakan dan dijadikan investasi, serta dapat melakukan proses kalkulasi pengelolaan anggaran pembiayaan dan analisis sederhana. Sistem informasi ini dirancang berorientasikan pada user, menggunakan bahasa pemrograman PHP, sistem basisdata MySQL serta webserver XAMPP, dan dirancang dengan menggunakan metode fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan.

Kata kunci: usaha tani, analisis, kelayakan, sistem informasi, sistem pendukung keputusan

ABSTRACT

FERLANDO JUBELITO SIMANUNGKALIT: Crop Plant Farming Fairness Analysis Information System. Under the supervision of ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN ROHANAH.

The farming financing and budgeting management system which is used by crop plant farmer society in Kabupaten Deli Serdang, is still using conventional or manual way which is written in a simple bookkeeping. This conventional way still has some limits in information delivery process, efficiency and effectiveness of utilization, and still has not use the measured and precised economic measurement indicators in accounting and process analysis which is needed for taking decision related to the operated farming process. That is why, a computer based information system is necessary to determine which kind of crop plant farming activity is suitable to be operated and invested, to calculate the financing and budgeting management and to process a simple analysis. This information system was designed oriented to the user, using PHP programming language, MySQL database system and XAMPP webserver, and was designed by using decision support system's developing phase method.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi

nasional, karena ternyata sektor pertanian lebih tahan menghadapi krisis ekonomi

dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain itu sektor pertanian berperan dalam

mencukupi kebutuhan penduduk, meningkatkan pendapatan petani, penyediaan

bahan baku industri, memberi peluang usaha serta kesempatan kerja, dan

menunjang ketahanan pangan nasional (Adiwilaga, 1992).

Sebagaimana telah dipahami bersama oleh berbagai kalangan,

pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis, tidak hanya bagi

negara-negara berkembang, bagi negara maju pun pertanian tetap mendapat

perhatian dan perlindungan yang sangat serius. Membahas pertanian adalah

membahas tentang ”kelangsungan hidup”, pertanian adalah penyedia bahan

pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan. Selama manusia di dunia masih

memerlukan bahan pangan untuk menjamin kelangsungan hidupnya maka

pertanian tetap akan memegang peran yang sangat penting (Subejo, 2007).

Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada. Hal ini disebabkan

setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena

itu, ketersediaan pangan harus tetap terjaga. Namun, secara umum kebutuhan

beberapa jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam

negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya (Purwono dan Purnamawati,

2008).

Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui: (1) produksi sendiri,

(14)

pengembangan sumberdaya manusia, serta aplikasi dan penguasaan teknologi

yang optimal; dan (2) impor dari negara lain, dengan menjaga perolehan devisa

yang memadai dari sektor perekonomian untuk menjaga neraca keseimbangan

perdagangan luar negeri (Arifin, 2004).

Suatu rencana pengelolaan usaha tani, walaupun sederhana, harus

merupakan pedoman bagi petani yang hendak melaksanakan rencana itu. Suatu

rencana sedapat mungkin disertai dengan “anggaran belanja dan pendapatan”,

Suatu rencana yang disertai dengan anggaran belanja dan pendapatan, betapapun

sederhananya, akan merupakan cermin, petunjuk dan pegangan bagi petani untuk

melakukan perbandingan dan pemilihan antara cara pengelolaan yang baru. Sebab

dari rencana dan anggaran si-petani akan dapat mengetahui: (1) keadaan usaha

taninya saat ini (sebelum pelaksanaan rencana baru), (2) membuka pikiran untuk

mengelola usaha tani yang lebih baik lagi daripada yang sekarang, (3) mengetahui

pengeluaran-pengeluaran dan pendapatan, (4) mengetahui perbandingan antara

biaya tambahan dan pendapatan tambahan dengan adanya rencana baru, (5) cara

melakukan analisa sederhana sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan

(Tohir, 1983).

Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi pertanian dan

persoalan ekonomi di luar bidang pertanian adalah adanya jarak waktu (gap)

antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan

penerimaan hasil penjualan. Jadi ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola

penerimaan pendapatan dan pengeluarannya.

Di sektor pertanian, setiap aktivitas proses produksi selalu dihadapkan

(15)

ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian

dan fluktuasi harga. Dalam pada itu ketidakpastian prediksi hasil pertanian juga

lebih banyak disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta

kekeringan. Dengan demikian, hilang atau gagalnya produksi yang diharapkan

serta tingkat harga penjualan yang diterima petani, berpengaruh terhadap

keputusan usaha tani berikutnya. Seorang manajer dikatakan menghadapi

ketidakpastian dalam proses produksi, bila ia tidak mengetahui hasil yang

mungkin diperoleh pada masa yang akan datang (future income) dan beberapa

kemungkinan hasil dari proses produksi tersebut tidak diketahui. Sedangkan

resiko akan terjadi bila probabilitas hasil produksi itu diketahui (Soekartawi, dkk,

1993).

Keputusan petani untuk memilih resiko, pada dasarnya akan tergantung

pada sifat pembawaan psikis, kepuasan atau utilitas yang diterima petani dari hasil

keluaran (output), dan karenanya maksimalisasi utilitas sering dipakai sebagai

kriteria yang digunakan pengambil keputusan dalam memilih keputusan.

Penerapan teknologi dalam dunia usaha dapat mengurangi resiko tertentu

yang mungkin timbul. Resiko biaya produksi terlalu tinggi dapat ditekan dengan

penerapan teknologi produksi yang tepat. Begitu juga penerapan teknologi

komputer dalam sistem informasi manajemen agribisnis, akan sangat membantu

para manajer untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Dengan demikian,

penerapan teknologi memungkinkan untuk mengurangi resiko suatu usaha (Sa’id

dan Intan, 2001)

Pertanian dan penyuluhan juga sedang menghadapi sejumlah persoalan

(16)

yang memilih dari segi teknis, yang seharusnya mampu membuka lebih lebar

peluang bagi petani dalam upaya peningkatan kemandiriannya belum memberikan

peran seperti yang diharapkan. Peran ini semakin penting manakala petani

membutuhkan pihak atau suatu solusi yang mampu membantu mereka dalam

proses mencari dan mengambil keputusan pada alternatif-alternatif untuk

peningkatan kesejahteraannya tanpa harus merasa digurui dan diintervensi oleh

pihak lain (Nurmalia dan Kusnadi, 2006).

Selain kecepatan dimana data dan informasi dapat diakses,

alternatif-alternatif pengambilan keputusan pun harus dianalisis. Hal ini membutuhkan

waktu (skala manusia = lambat) dan pikiran. Sekalipun memiliki informasi yang

semakin banyak dan semakin baik dari pada sebelumnya, namun waktu telah

menghambat pengambilan keputusan untuk mendapatkan apa yang mereka

perlukan dan membagikannya kepada yang lain (Hoch et al, 2001).

Dari uraian di atas, dimana banyak terdapat masalah yang berkaitan

dengan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, pentingnya membantu

meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola usaha tani, perlunya

meningkatkan kesejahteraan petani, maupun masalah kebutuhan petani akan

informasi dan pengetahuan yang murah, cepat, bermutu, fleksibel, akurat dan

aman, serta penyelesaian masalah pengambilan keputusan dalam usaha tani. Suatu

usaha tani harus dapat menghasilkan keuntungan (output) yang sesuai, relevan dan

signifikan dengan masukan (input) yang diberikan.

Dengan terpenuhinya kriteria kelayakan usaha tani maka usaha tani, dapat

dikatakan sebagai usaha tani yang menjanjikan dan dapat membawa kesejahteraan

(17)

sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pendukung pengambilan

keputusan. Sistem ini bekerja untuk membantu mendukung pengambilan

keputusan terhadap suatu jenis kegiatan usaha tani tanaman pangan dengan

menganalisis layak atau tidaknya kegiatan usaha tani tersebut untuk dilakukan

berdasarkan aspek ekonominya. Dengan adanya aplikasi sistem informasi seperti

ini, diharapkan dapat membantu petani dalam mengambil keputusan yang tepat

dalam menentukan jenis investasi usaha tani tanaman pangan yang dapat

membawa keuntungan dan menghasilkan kesejahteraan baginya.

Pada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah rancang bangun sebuah

sistem informasi pendukung keputusan yang berbasis pertanian. Aplikasi sistem

informasi yang akan dirancang ini diberi nama Sistem Informasi Analisis

Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan. Adapun fitur utama yang dimiliki oleh

aplikasi sistem informasi ini adalah kemampuannya dalam proses menghitung,

menganalisa dan memperoleh informasi kelayakan usaha tani berdasarkan pada

jenis komoditi usaha tani yang dipilih oleh pemakainya. Harapan dari hal ini

adalah sistem informasi ini dapat menjadi pembantu/pendukung pengambilan

keputusan, perihal usaha tani yang akan dijalankan.

Tujuan Penelitian

1. Menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang manajemen usaha tani

tanaman pangan serta pengelolaan anggaran dan pembiayaan kegiatan usaha

tani tanaman pangan.

2. Membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel, akurat

dan aman dalam menentukan jenis kegiatan usaha tani tanaman pangan yang

(18)

seluruh biaya produksi, pendapatan yang mungkin diperoleh, dan kalkulasi

analisis sederhana terhadap usaha tani tersebut dengan menghitung nilai BEP

(Break Even Point), B/C Ratio (Benefit-Cost Ratio) dan ROI (Return Of

Investment).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1 di

Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas

Pertanian Unversitas Sumatera Utara.

2. Sebagai salah satu metode untuk membangun suatu sistem informasi yang

dapat mempermudah proses penghitungan dan penentuan jenis investasi

usaha tani tanaman pangan yang sesuai dan menjanjikan untuk dilakukan di

suatu areal lahan pertanian.

3. Sebagai bahan pertimbangan tentang cara-cara manajemen dan pengelolaan

anggaran pendapatan dan belanja usaha tani tanaman pangan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Biaya Produksi Usaha Tani

Produksi secara teknis adalah suatu proses pendayagunaan sumber-sumber

yang tersedia dengan harapan akan mendapatkan hasil yang lebih dari segala

pengorbanan yang telah diberikan. Menurut Kartasapoetra (1988), produksi secara

ekonomi adalah proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk

mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan kuantitasnya, sehingga merupakan

komoditas yang dapat diperdagangkan.

Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi

keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat

dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap pengusaha harus dapat

menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang

dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami

pengertiannya.

Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus

dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi

berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah

diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan dan hitungannya.

Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen biaya,

berikut:

1. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan langsung

dengan produksi.

(20)

3. Komponen biaya umum (biaya overhead pabrik) meliputi semua pengorbanan

yang menunjang terselenggaranya proses produksi.

Biaya produksi usaha tani biasanya meliputi:

1. Bahan-bahan (pembelian, pengangkutan, penyimpanan, administrasi)

2. Tenaga kerja (upah, tunjangan-tunjangan)

3. Bangunan dan alat-alat produksi tahan lama (pemeliharaan, penyusutan,

bunga, asuransi, sewa)

4. Tanah (sewa tanah apabila menyewa)

5. Jasa-jasa pihak lain

6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya

listrik, biaya keamanan dan asuransi

7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan

8. Pajak

Menurut Soekartawi1 (1995), karena total biaya produksi (TC) adalah

jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka rumus untuk

menghitungnya adalah:

………...(1)

dimana:

TC = total biaya produksi usaha tani (total cost)

FC = biaya tetap (fixed cost)

(21)

Biaya tetap

Menurut Mubyarto (1994), yang dimaksud dengan biaya tetap adalah jenis

biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi,

misalnya sewa tanah atau bunga tanah yang berupa uang.

Biaya ini adalah biaya tetap pada pengertiaan short run yaitu biaya yang

tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah (selalu sama) atau tidak

terpengaruh oleh besar kecilnya produksi (Prawirokusumo, 1980).

Biaya tetap (fixed cost, disingkat FC) ialah biaya yang jumlahnya secara

keseluruhan tetap, tidak berubah jika ada perubahan dalam besar kecilnya jumlah

produksi yang dihasilkan (sampai batas tertentu). Misalnya sewa tanah atau

bangunan, penyusutan bangunan (Gilarso, 1993).

Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi yang diperoleh. Contohnya pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar

walaupun hasil usaha tani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tetap ini beragam,

dan kadang-kadang tergantung dari peneliti apakah mau memberlakukan variabel

itu sebagai biaya tetap atau biaya tidak tetap. Contoh biaya tetap antara lain: sewa

tanah, pajak, alat pertanian dan alat produksi, iuran irigasi. Adapun rumus untuk

menghitung biaya tetap adalah:

. ………(2)

dimana:

FC = biaya tetap

(22)

Pxi = harga input

n = macam input

(Soekartawi1, 1995).

Biaya tidak tetap

Menurut Prawirokusumo (1980), biaya tidak tetap disebut pula biaya

operasi, artinya manajer selalu mengatur, mengeluarkan sepanjang waktu

produksi. Biaya ini selalu berubah tergantung kepada besar kecilnya produksi.

Yang termasuk biaya ini adalah: biaya pakan, biaya kesehatan ternak, biaya

pembeliaan bibit ternak, upah tenaga kerja, obat-obatan, bahan bakar dan

lain-lainnya. Biaya variabel kira-kira 90-95% dari total biaya.

Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar

kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya

pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah (Mubyarto, 1994).

Biaya variabel (variabel cost, disingkat VC) ialah biaya yang jumlahnya

berubah-ubah sesuai dengan (tergantung dari) besar kecilnya jumlah produksi.

Misalnya biaya bahan-bahan, upah buruh harian (Gilarso, 1993)

Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan

sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang

tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan

sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar

kecilnya produksi yang diinginkan. Adapun rumus untuk menghitung biaya tetap

(23)

. ………(3)

dimana:

VC = biaya tidak tetap/biaya variabel

Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel

Pxi = harga input

n = macam input

(Soekartawi1, 1995).

Hasil Produksi/Penerimaan Usaha Tani

Menurut Soekartawi1 (1995), penerimaan usaha tani adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan

sebagai berikut:

………...(4)

dimana:

TR = total penerimaan usaha tani (total revenue)

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani

Py = harga Y

Pendapatan Usaha Tani

Tujuan akhir dari pengelolaan suatu usaha tani adalah mendapatkan

pendapatan. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), pendapatan dalam usaha tani

merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang

diperoleh dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan produksi.

Dalam kegiatan sehari-hari seorang petani bertindak sebagai pengelola,

(24)

dapat digambarkan sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi yang biasanya

dihitung dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini ukuran pendapatan ada empat

kategori, yaitu:

1. Pendapatan kerja petani, adalah merupakan selisih antara semua penerimaan

yang berasal dari penjualan, yang dikonsumsi keluarga, dan kenaikan nilai

inventarisasi dengan semua pengeluaran, baik pengeluaran tunai maupun

pengeluaran yang tidak diperhitungkan.

2. Penghasilan kerja petani, adalah merupakan jumlah dari pendapatan kerja

dengan penerimaan yang tidak tunai, seperti hasil-hasil usaha tani yang tidak

dikonsumsi keluarga.

3. Pendapatan kerja keluarga, adalah merupakan jumlah penghasilan kerja petani

dengan nilai kerja keluarga. Disini kerja yang berasal dari keluarga

diperhitungkan sebagai pendapatan, karena merupakan balas jasa terhadap

usaha tani yang dikelolanya.

4. Pendapatan keluarga, adalah merupakan jumlah pendapatan dari

sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarganya, disamping kegiatan

utamanya. Cara ini dipakai apabila petani tidak membedakan sumber-sumber

pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Soekartawi1 (1995), pendapatan usaha tani adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya. Jadi, pernyataan ini dapat dituliskan dalam rumusan

sebagai berikut:

……….(5)

dimana:

(25)

TR = total penerimaan usaha tani

TC = total biaya produksi usaha tani

Studi Kelayakan

Studi kelayakan pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh

masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha.

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha,

telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana penilaian/kesempatan tersebut

dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan. Kegiatan untuk menilai

sejauh mana manfaat yang akan diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan

usaha/proyek, disebut dengan studi kelayakan bisnis (Ibrahim, 1998).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) studi kelayakan bisnis adalah suatu

kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha

atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak

usaha tersebut dijalankan.

Mempelajari secara mendalam artinya meneliti secara sungguh-sungguh

data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan dianalisis hasil

penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu. Penelitian yang

dilakukan terhadap usaha yang akan dijalankan dengan ukuran tertentu, sehingga

diperoleh hasil maksimal dari penelitian tersebut.

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut

dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan

memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan

dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang

(26)

dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak disini diartikan juga akan

memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, akan

tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas.

Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari

berbagai aspek. Setiap aspek untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu

standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada

salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan

kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Ukuran kelayakan

masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan usaha non-jasa,

seperti pendirian hotel dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha

peternakan dengan pendidikan. Akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk

menyatakan layak atau tidaknya adalah sama, sekalipun bidang usahanya berbeda.

Dengan demikian studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam

mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu

gagasan/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah

kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan

manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social

benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari

segi penilaian yang dilakukan. Studi kelayakan lebih mengutamakan kelayakan

dari suatu gagasan usaha dilihat dari pengusaha secara individu.

Bilamana dana investasi besar diperlukan maka studi kelayakan harus

dilakukan untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek yang berhubungan seperti

(27)

perlu diperhatikan. Manfaat dari studi kelayakan ini ádalah untuk memperoleh

bukti sebagai fakta apakah penggunaan modal akan dapat digunakan secara efektif

atau tidak. Kegunaan dari studi kelayakan dapat dicontohkan seperti: meyakinkan

bahwa keadaan memungkinkan untuk proyek dilaksanakan secara teknis, dapat

memberikan keuntungan dilihat secara keuangan dan ekonomi, objektifitas tidak

dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah, dan apakah sasaran proyek telah

sesuai dengan objektifitas ekonomi nasional (Siagian, 1997).

Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek

dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:

1. Menghindari resiko kerugian

Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan datang, karena di masa

yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Dalam hal ini fungsi

kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik

resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan

Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan

datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan

hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat

memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis

tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Kemudian pengerjaan

usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasaran dan sesuai

(28)

4. Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana

yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan

pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar

pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

5. Memudahkan pengendalian

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan maka jika

terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat

dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut.

Analisis benefit-cost ratio

Menurut Soekartawi1 (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada

prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada

analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat. Secara

teoritis manfaat ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

... ………(6)

dimana:

B/C = benefit-cost ratio

i = tingkat bunga yang berlaku

t = jangka waktu usaha tani

Kriteria yang dipakai adalah:

• B/C > 1

Jika B/C > 1, maka suatu usaha tani dikatakan memberikan manfaat bagi

(29)

• B/C = 1

Jika B/C = 1, maka suatu usaha tani dikatakan impas atau tidak memberikan

keuntungan dan tidak memberikan kerugian, dalam analisis kelayakan

dikatakan tidak layak.

• B/C < 1

Jika B/C < 1, maka suatu usaha tani dikatakan tidak memberikan manfaat bagi

pelaku usaha atau tidak layak untuk diusahakan.

Benefit-cost ratio juga dapat dihitung dengan membandingkan keuntungan atau pendapatan bersih usaha tani dengan total biaya produksi usaha tani.

Pernyataan tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

.. ………..(7)

dimana:

B/C = benefit-cost ratio

TR = total penerimaan usaha tani

TC = total biaya produksi usaha tani

(Adisarwanto, 2009).

Cara ini banyak dipakai karena dengan menghitung B/C ratio, maka akan

diketahui besarnya manfaat dari proyek yang dilaksanakan. Perhitungan B/C ratio

juga kadang-kadang tidak konsisten sehingga perlu berhati-hati dalam

memberikan arti terhadap perhitungan yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena

adanya variabel biaya yang dikeluarkan, yang diperhitungkan dalam menghitung

(30)

Break even point

Menurut Soekartawi2 (1995), analisis break even point (BEP) atau analisis

titik impas sebenarnya banyak dipakai pada analisis pembiayaan (budgeting)

dalam ekonomi perusahaan. Dalam evaluasi proyek, analisis titik impas juga

sering dipakai sebagai dasar pemikiran dalam melakukan evaluasi proyek. Dengan

demikian perbandingan antara manfaat dan biaya (benefit/cost ratio) atau jumlah

penerimaan dan biaya adalah sebenarnya didasarkan pada analisis titik impas.

Secara hipotesis, analisis titik impas dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini,

dalam gambar tersebut terlihat 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis yaitu

variabel biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total dan penerimaan total.

Gambar 1. Ulasan hipotesis tentang titik impas (break even point)

Analisis break even point bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit

(31)

mengetahui titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau

dengan kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga ketika penjualan telah

melewati angka BEP maka mulailah keuntungan diperoleh.

Sasaran analisis break even point tidak lain mengetahui pada tingkat

volume berapa titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis break even point

pun digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan

mengidentifikasi produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk

suatu volume harapan.

Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya variabel,

dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan

bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya variabel

adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti, dan untuk

pendapatan diasumsikan berbentuk linier dimana besarnya bertambah sesuai

dengan pertambahan volume penjualan. Adapun rumus untuk menghitung break

event point (BEP) adalah:

Py

BEP = titik impas (break even point)

TC = total biaya produksi (total cost)

Py = harga penjualan Y (selling price)

(32)

Return of investment

Return of investment (ROI), menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan modal berkaitan dengan tingkat keuntungan usaha tani yang diperoleh. Besar

kecilnya nilai ROI ditentukan oleh besarnya keuntungan yang dicapai dan

perputaran modal.

ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya

operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan

modal.

Secara matematis, ROI dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti

yang dibawah ini:

.. ……….(10)

dimana:

ROI = return of investment/efisiensi penggunaan modal

Pd = pendapatan bersih usaha tani

TC = total biaya produksi usaha tani

Sistem Pendukung Keputusan

Defenisi sistem pendukung keputusan

Defenisi awal sistem pendukung keputusan (SPK) atau disebut juga

dengan decision support system, menunjukkan SPK sebagai sebuah sistem yang

dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam

situasi keputusan semi-terstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu

bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun

tidak untuk menggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk

(33)

sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Beberapa ahli memberikan defenisi

mengenai SPK sebagai berikut:

Menurut Man dan Watson dalam Daihani (2001), sistem pendukung

keputusan merupakan suatu sistem interaktif, yang membantu pengambilan

keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk

memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi-terstruktur dan tidak

terstruktur.

Menurut Gorry dan Morton (1971), sistem penunjang keputusan adalah

sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan

untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan

masalah-masalah tidak terstruktur.

Menurut Keen dan Morton (1978), sistem pendukung keputusan

memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer

untuk meningkatkan kualitas keputusan. SPK adalah sistem pendukung berbasis

komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani

masalah-masalah tidak terstruktur.

Menurut McLeod (1996), menekankan bahwa sistem pendukung

keputusan adalah suatu sistem informasi yang ditujukan untuk membantu

manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurutnya sistem

pendukung keputusan adalah sistem penghasil informasi spesifik yang ditujukan

untuk memecahkan suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer

pada berbagai tingkatan.

SPK merupakan suatu cara untuk mengatur atau mengorganisir informasi

(34)

1992). SPK secara tidak langsung memberikan output dalam bentuk laporan, tapi

lebih bertujuan untuk menyediakan atau menunjang proses pengambilan

keputusan melalui penyajian informasi yang didisain untuk pemecahan masalah

dan kebutuhan aplikasi. Jadi, SPK tidak dapat menggantikan pengambilan

keputusan menajerial dengan membuat keputusan untuk pengguna (Render and

Stair, 1997).

Dari berbagai definisi di atas dapat dikatakan bahwa sistem pendukung

keputusan adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu

manajemen dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang

bersifat semi-terstruktur. Sistem ini memiliki fasilitas untuk menghasilkan

berbagai alternatif yang secara interaktif dapat digunakan oleh pemakai. Kata

kunci lainnya adalah penggunaan model sebagai dasar pengembangan alternatif.

Penggunaan model ini berkaitan dengan sifat permasalahan yang harus

dipecahkan pemakai yaitu semi-terstruktur atau bahkan tidak terstruktur. Jadi

semakin banyak pembendaharaan model yang dimiliki oleh sistem, maka

alternatif keputusan yang dapat diciptakannya juga akan semakin kaya. Ciri lain

dari sistem ini adalah pemanfaatan komputer sebagai motor penggeraknya. Oleh

karena itu, sering kali disebutkan bahwa sistem pendukung keputusan adalah

sistem yang berbasis komputer (computer based systems).

SPK adalah sistem yang memberi penekanan pada proses, bukan pada

produk seperti halnya sistem informasi manajemen (management information

(35)

akan diberikan pilihan atau alternatif oleh SPK yang dapat membantu DM dalam

membuat keputusan.

O’Brien (1990) menuliskan bahwa SPK terdiri atas beberapa komponen,

yaitu:

Perangkat keras (hardware resource) berupa sistem komputer yang terhubung

dengan jaringan telekomunikasi.

Perangkat lunak (software resource) terdiri dari paket software SPK yang

disebut SPK generator, yang meliputi modul basis data, modul model dan

modul manajemen dialog.

• Basis data yang mengandung data dan informasi yang diekstrak dari suatu

organisasi, data eksternal, dan basis data manajer.

• Basis model yang merupakan kumpulan dari model matematis dan teknik

analitis yang disimpan dalam berbagai modul program dan file.

Sumber daya manusia (people resources) yaitu manajer atau staf spesialis

untuk mengeksplorasi alternatif keputusan.

Penerapan SPK telah berkembang di berbagai bidang, termasuk bidang

pertanian. Baik pada bidang tanaman pangan maupun bidang tanaman perkebunan

telah mulai menggunakan SPK. Untuk tanaman suatu komoditi yang sama bisa

terdapat lebih dari satu SPK, terutama disebabkan sudut pandang perancang SPK

yang berbeda.

Karakteristik dan nilai guna sistem pendukung keputusan

Berbagai karakteristik yang membedakan SPK dengan sistem informasi

(36)

1. SPK dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan

masalah yang sifatnya semi-terstruktur ataupun tidak terstruktur.

2. Dalam proses pengolahannya, SPK mengkombinasikan

model-model/teknik-teknik analisis dengan model-model/teknik-teknik pemasukan data konvensional serta

fungsi-fungsi pencari informasi.

3. SPK, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan

dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar pengoperasian

komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya

model interaktif.

4. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibelitas serta

kemampuan adaptasi yang tinggi. Sehingga mudah disesuaikan dengan

berbagai perubahan lingkungan yang terjadi pada kebutuhan pemakai.

Dengan berbagai karakteristik khusus seperti yang dikemukakan di atas,

SPK dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya.

Keuntungan yang dimaksud di antaranya meliputi:

1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses

data/informasi bagi pemakainya.

2. SPK membantu pengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang

sangat kompleks dan tidak terstruktur.

3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat

diandalkan.

4. Walaupun suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang

(37)

pengambil keputusan dalam memahami persoalannya. Karena SPK mampu

menyajikan berbagai alternatif.

5. SPK dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran

sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.

Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan di atas,

sistem pendukung keputusan juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya

adalah:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat

dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya

mencerminkan persoalan sebenarnya.

2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang

dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada

kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.

4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia.

Komponen-komponen sistem pendukung keputusan

Sistem pendukung keputusan terdiri atas tiga komponen utama atau

subsistem yaitu:

1. Subsistem data (database)

Subsistem data merupakan komponen SPK yang berfungsi sebagai penyedia

data bagi sistem. Data dimaksud disimpan dalam suatu pangkalan data

(database) yang diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan

(38)

Melalui manajemen pangkalan data inilah, data dapat diambil dan diekstraksi

dengan cepat.

2. Subsistem model (model base)

Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data

dengan model-model keputusan. Kalau pada pangkalan data, organisasi data

dilakukan oleh manajemen pangkalan data, maka dalam hal ini ada fasilitas

tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model yang disebut

dengan pangkalan model. Model adalah suatu peniruan dari alam nyata.

Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah

bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh

variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil tidak akurat dan tidak

sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai model

pada sistem pangkalan model harus tetap dijaga fleksibilitasnya. Artinya

harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguna untuk memodifikasi

atau menyempurnakan model, seiring dengan perkembangan pengetahuan

3. Subsistem dialog (user system interface)

Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu

mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif.

Fasilitas atau subsistem ini dikenal sebagai subsistem dialog. Melalui

subsistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan

sehingga pengguna atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang

dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga

(39)

Bahasa aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat

digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi

ini dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti, keyboard, joystick,

atau key function lainnya.

Bahasa tampilan (display atau presentation language), yaitu suatu

perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu.

Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya

adalah printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain.

Basis pengetahuan (knowledge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui

oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara

efektif.

Kombinasi dari berbagai kemampuan di atas dikenal sebagai gaya dialog

(dialog style). Gaya dialog ini terdiri atas beberapa jenis, diantaranya:

1. Dialog tanya jawab, dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna, dan

pengguna menjawab, kemudian dari hasil dialog ini sistem akan menawarkan

alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan pengguna.

2. Dialog perintah, dalam dialog ini, pengguna memberikan perintah-perintah

yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi yang ada pada SPK.

3. Dialog menu, model dialog ini merupakan gaya dialog yang paling populer

dalam SPK. Dalam hal ini pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif

menu yang telah disediakan sistem. Menu ini akan ditampilkan pada monitor.

Dalam menentukan pilihannya pengguna sistem cukup menekan

tombol-tombol tertentu, dan setiap pilihan akan menghasilkan respon/jawaban

(40)

4. Dialog masukan/keluaran, dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui media ini, pengguna memasukkan perintah dan data. Disamping form

input, juga disediakan form keluaran (form output) yang merupakan respon dari sistem. Setelah memeriksa keluaran, penggunaan dapat mengisi form

masukan lainnya untuk melanjutkan dialog berikutnya.

Proses pembangunan sistem pendukung keputusan

Menurut Daihani (2001) untuk membangun suatu SPK dikenal 8 tahapan

sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini yang paling penting dilakukan adalah perumusan masalah serta

penentuan tujuan dibangunnya SPK. Langkah ini merupakan langkah awal

yang sangat penting, karena akan menentukan pemilihan jenis SPK yang akan

dirancang serta metode pendekatan yang akan dipergunakan.

2. Penelitian

Berhubungan dengan pencarian data serta sumber daya yang tersedia.

3. Analisis

Dalam tahap ini termasuk penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan

serta sumber daya yang dibutuhkan.

4. Perancangan

Pada tahap ini dilakukan perancangan dari ketiga subsistem utama SPK yaitu

subsistem database, subsistem model dan subsistem dialog.

5. Konstruksi

Tahap ini merupakan kelanjutan dari perancangan, dimana ketiga subsistem

(41)

6. Implementasi

Tahap ini merupakan penerapan SPK yang dibangun. Pada tahap ini terdapat

beberapa tugas yang harus dilakukan yaitu testing, evaluasi, penampilan,

orientasi, pelatihan, dan penyebaran.

7. Pemeliharaan

Merupakan tahap yang harus dilakukan secara terus menerus untuk

mempertahankan keandalan sistem.

8. Adaptasi

Dalam tahap ini dilakukan pengulangan terhadap perubahan kebutuhan

pengguna.

Sehubungan dengan permasalahan yang sering dihadapi dalam pembuatan

sebuah keputusan adalah permasalahan bersifat tidak terstruktur dan atau

semi-terstruktur, maka dalam hal ini persepsi seorang pengambil keputusan akan

kebutuhan sebuah informasi sangat diperlukan, namun demikian dari informasi

yang telah diperoleh seringkali juga tidak dapat memenuhi sebuah penyelesaian

yang baik. Oleh karena itu banyak sekali terjadi dalam pembangunan sebuah SPK

sering dilakukan melalui suatu proses prototipe. Prototipe inilah yang menjadi

titik awal pengembangan SPK dengan melakukan serangkaian ujicoba dan survei

terhadap prototipe yang telah dibuat. Hasil daripada serangkaian ujicoba dan

survei yang dilakukan terhadap prototipe tersebut digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan SPK, dengan tujuan untuk mendapatkan sistem SPK yang lebih

(42)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 hingga pada bulan

Januari 2010, bertempat di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan

Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

teknik dan cara pembudidayaan tanaman, data kebutuhan input-input

produksi/analisis usaha tani tanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan

pisang, data harga-harga dan nilai input produksi usaha tani tanaman padi,

jagung, kedelai, kaang hijau dan pisang, data harga jual tanaman padi, jagung,

kedelai, kacang hijau dan pisang.

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat keras

yang terdiri dari teknologi internet, teknologi multimedia, komputer pribadi dan

jaringan. Perangkat lunak yang terdiri dari adobe photoshop, notepad, XAMPP

server, basis data relasional (MySQL).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan rancang bangun sebuah sistem informasi yang

merupakan sistem pendukung keputusan yang disebut Sistem Informasi Analisis

(43)

Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian terhadap rancang bangun sistem informasi

kelayakan usaha tani tanaman pangan adalah sebagai berikut:

Fase A: Perencanaan

Daniel (2002) menyebutkan bahwa, di Indonesia, kita melihat perbedaan

yang cukup nyata antara keadaan pertanian rakyat (yang biasa disebut usaha tani)

dengan usaha perkebunan. Usaha tani lahannya sempit, tujuan produksinya untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dan kelebihannya dijual dengan manajemen

seadanya. Sementara usaha perkebunan menguasai lahan yang luas, tujuan

produksi untuk dijual ke pasar dan mencari keuntungan, serta dikelola dengan

manajemen yang baik dan bersifat komersial (estate management). Di negara kita,

usaha tani belum bisa disebut sebagai perusahaan, tetapi masih berupa cara hidup

(way of life). Secara tidak disadari, sebenarnya petani sudah berhitung-hitung dan

sudah menerapkan prinsip ekonomi pada usaha taninya, hanya saja tidak pernah

dilakukan pencatatan atau perhitungan secara tertulis. Dalam pemilihan bibit,

penggunaan pupuk, penggunaan obat-obatan, dan juga penggunaan tenaga kerja,

petani sudah menimbang mana yang lebih baik hasilnya dan mana yang lebih

murah biayanya. Tujuan akhirnya adalah petani menginginkan biaya yang

dikeluarkan untuk usaha taninya serendah mungkin dan memperoleh hasil

sebanyak mungkin.

Biasanya kita mengatakan bahwa usaha tani yang bagus adalah usaha tani

yang produktif dan efisien, artinya produktivitas usaha taninya tinggi.

Produktivitas tidak lain merupakan konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan

(44)

dari satuan input yang diberikan. Sementara kapasitas tanah adalah kemampuan

tanah untuk menyerap tenaga dan modal untuk memberikan hasil. Untuk itu perlu

dilakukan analisis perhitungan kelayakan sebelum melakukan kegiatan usaha tani.

Penyuluh pertanian formal (instansi pemerintah) seharusnya mampu

membuka peluang yang lebih lebar bagi petani dalam upaya peningkatan

kemandirian dan kesejahteraannya. Peranan penyuluh pertanian formal belum

mampu memberikan kontribusi seperti yang diharapkan oleh para petani. Peran ini

semakin penting ketika petani membutuhkan pihak untuk berkonsultasi ataupun

suatu alternatif solusi pemecahan masalah yang mampu membantu mereka dalam

proses mencari dan mengambil keputusan untuk peningkatan kesejahteraannya.

Proses komunikasi antara penyuluh dengan petani serta kemampuan memahami

petani dengan sistem sosialnya sangat diperlukan dalam proses pengembangan

kemandirian petani dalam berusaha tani.

Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang

ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan yang tentunya harus didukung

oleh teknologi informasi dan komunikasi serta ketersediaan data, informasi,

pengetahuan dan kepakaran mengenai kemampuan menghitung dan menganalisis

serta memberikan solusi dari permasalahan yang timbul.

Fase B: Penelitian

Untuk mempercepat proses perhitungan dan analisis, dibutuhkan beberapa

kebutuhan sistem dan dukungan teknologi, yang terdiri dari :

Kebutuhan sistem:

• Notepad untuk membuat skrip html

(45)

• Data, informasi harga, dan pengetahuan kebutuhan input usaha tani tanaman

pangan serta data, informasi harga komoditas tanaman pangan.

Dukungan Teknologi:

• Komputer pribadi

• Teknologi internet dan teknologi multimedia

Dimana dalam sistem ini data yang dibutuhkan merupakan data kebutuhan

produksi usaha tani, data harga jual komoditas, yang disebut sebagai atribute

berupa:

1. Kecamatan

2. Desa

3. Komoditas

• Tanaman padi • Tanaman jagung

• Tanaman kedelai

• Tanaman kacang hijau • Tanaman pisang

4. Lahan

• Status kepemilikan lahan (hak milik atau sewa)

• Luasan lahan

5. Sistem tanam

• Jenis sistem tanam yang digunakan

• Input-input produksi pada masing-masing sistem tanam

• Hasil panen produksi yang mungkin diperoleh dari masing-masing sistem

(46)

6. Benih

• Jenis dan varietas benih • Jumlah kebutuhan benih

7. Pupuk dan pestisida

• Jumlah kebutuhan

• Jumlah dan intensitas pemberian

8. Tenaga kerja

• Jenis aktivitas/kegiatan usaha tani yang dikerjakan

• Jumlah keperluan tenaga kerja

• Jumlah hari kerja • Sistem pengupahan

Fase C: Analisis Sistem

Dari kebutuhan input produksi usaha tani diatas akan dilakukan pemilihan

atribut mana saja yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani

tanaman pangan dan jumlah nilai spesifik input yang dibutuhkan dari

masing-masing atribut, sehingga pada proses perhitungan akan didapatkan nilai/jumlah

keuntungan yang mungkin dapat diperoleh, nilai return of investment (ROI),

benefit-cost ratio (B/C), dan break event point (BEP), sehingga dapat diketahui kelayakan melakukan investasi pada suatu usaha tani. Kemudian dianalisis apakah

metode calculating yang digunakan dapat mendukung pencapaian tujuan yaitu

pembangunan sistem informasi (pendukung keputusan) kelayakan usaha tani

tanaman pangan yang dapat memberikan hasil akhir perhitungan berupa

kemungkinan jumlah keuntungan dan nilai kelayakan melakukan investasi pada

(47)

Fase D: Perancangan Sistem

Perancangan SPK ini akan dipisahkan menjadi 3 subsistem yaitu:

1. Perancangan subsistem model

Pada tahap ini, akan dilakukan perancangan model sistem yang sesuai dengan

karakteristik perhitungan dan analisis sebenarnya dalam menghitung dan

menganalisis kelayakan suatu usaha tani tanaman pangan.

2. Perancangan pangkalan data

Dimana akan dilakukan atas berberapa tahap yaitu: tahap analisis, tahap

perancangan logika, tahap perancangan fisik, dan implementasi.

3. Perancangan subsistem dialog (user interface)

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan subsistem dialog yang sesuai

dengan sasaran sistem yaitu karakteristik dan kemampuan pengguna serta

mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh pengguna.

Fase E: Pembangunan Sistem

Pada fase ini dilakukan proses mengintegrasikan komponen sistem

pendukung keputusan sehingga dihasilkan suatu sistem yang dapat digunakan

dalam membantu pengambilan keputusan dalam menghitung dan menganalisis

kelayakan suatu usaha tani tanaman pangan. Dimana pada sistem ini para pemakai

akan memasukkan sejumlah data yang diperlukan oleh sistem untuk bekerja dan

melakukan analisis, diantaranya: tanggal pemasukan data, daerah keberadaan

lahan, luasan lahan, status kepemilikan lahan, jenis komoditas yang akan

dibudidayakan, jenis sistem tanam yang digunakan, dan jenis varietas benih yang

digunakan. Atribut-atribut yang tidak termasuk dalam input yang dimasukkan ke

(48)

oleh sistem. Setelah seluruh atribut ditentukan maka sistem akan mulai

menghitung dan menganalisis layak atau tidaknya usaha tani tanaman pangan

yang akan dilakukan oleh pengguna (user) sistem tersebut.

Fase F: Penerapan

Fase penerapan ini meliputi beberapa tugas sebagai berikut:

1. Pengujian

Pada fase ini berkaitan dengan teknik atau instruksi pengetesan; dalam fase ini

data keluaran yang dihasilkan oleh sebuah sistem harus dikumpulkan dan

dibandingkan dengan spesifikasi perancangannya.

2. Evaluasi

Pada fase ini sistem yang diterapkan harus dievaluasi untuk mengetahui

sampai sejauh mana sebuah sistem dapat memberikan solusi dalam menjawab

layak atau tidaknya usaha tani tanaman pangan untuk dilakukan.

3. Demonstrasi

Fase ini penting sekali untuk menunjukkan kemampuan sebuah operasional

sistem secara penuh.

4. Orientasi

Fase ini memperkirakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam

menggunakan sistem.

5. Pelatihan

Fase ini menekankan pentingnya sebuah pelatihan bagi para pemakai (user)

(49)

6. Pengembangan

Fase ini memperkirakan kebutuhan arah dan tujuan pengembangan sistem di

masa depan, dengan harapan akan terwujudnya suatu sistem yang lebih baik

daripada sistem yang telah dimiliki saat ini.

Fase G: Pemeliharan dan Dokumentasi

Fase pemeliharaan dan dokumentasi ini berhubungan dengan kegiatan

perencanaan untuk secara terus menerus menunjang kelanjutan dari sebuah

sistem. Sebuah dokumentasi sangat diperlukan untuk pengembangannya.

Fase H: Adaptasi

Fase adaptasi membutuhkan peninjauan ulang mengenai setiap langkah

yang sudah dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan perubahan dari

(50)

Gambar 2. Fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan (Turban, 1993) Perencanaan:

Penilaian Kebutuhan, diagnosis masalah, dan sasaran DSS

Penelitian:

• Bagaimana menentukan kebutuhan ? • Apakah sumber daya yang digunakan

sesuai ?

Analisis:

• Pendekatan apa yang paling baik ? • Sumber daya apa yang seharusnya

dibutuhkan ?

• Perancangan konsepsual

Adaptasi:

Proses dilakukan secara berulang untuk mengembangkan sistem

Penerapan:

Pengujian dan Evaluasi, Demonstrasi, Orientasi, Pelatihan , dan Pengembangan

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasar pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu

untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang manajemen usaha

tani tanaman pangan yang meliputi pengelolaan anggaran dan pembiayaan

kegiatan usaha tani, serta merancang model sistem informasi yang murah, cepat,

bermutu, fleksibel, akurat dan aman dalam menentukan jenis kegiatan usaha tani

tanaman pangan yang layak untuk dikerjakan dan dijadikan investasi, maka ruang

lingkup analisis penelitian ini meliputi: menghitung total seluruh biaya produksi,

pendapatan yang mungkin diperoleh, dan kalkulasi analisis sederhana terhadap

usaha tani tersebut dengan menghitung nilai BEP (Break Even Point), B/C Ratio

(Benefit-Cost Ratio) dan ROI (Return Of Investment).

Sebagai sebuah sistem informasi, sistem informasi ini dirancang dan

dikembangkan menjadi sebuah sistem pendukung keputusan yang khas, maka

bahasan penelitian ini juga meliputi pemaparan hasil data yang diperoleh di

lapangan, yang kemudian dirangkaikan dengan pemaparan proses perancangan

dan pembuatan sistem informasinya.

Analisis Sistem

Pada umumnya manajemen pengelolaan anggaran dan pembiayaan usaha

tani tanaman pangan di Kabupaten Deli Serdang masih menggunakan sistem dan

metode konvensional yang belum berbasis pada penggunaan sistem informasi dan

komputerisasi. Sistem manajemen pengelolaan anggaran dan pembiayaan usaha

tani tanaman pangan yang digunakan oleh para petani dan para penyuluh

(52)

pencatatan secara manual (tulisan tangan) untuk setiap satuan lahan dari

komoditas yang diusahakan.

Proses pencatatan dalam pembukuan sederhana tersebut dilakukan selama

proses usaha tani berlangsung, mulai dari proses pembersihan dan pengolahan

lahan, proses penanaman, proses pemeliharaan, hingga pada proses pascapanen.

Setiap bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh petani selama seluruh proses

tersebut berlangsung dicatat secara manual dalam bentuk sebuah pembukuan

sederhana. Dalam proses usaha tani berikutnya, catatan pembukuan dari proses

usaha tani sebelumnya inilah yang digunakan sebagai dasar/patokan petani dalam

mengelola anggaran dan pembiayaan usaha tani tanaman pangan yang diusahakan

olehnya. Pembukuan sederhana ini juga yang digunakan oleh petani sebagai acuan

untuk melakukan pengambilan keputusan yang terkait dengan usaha tani yang

diusahakannya.

Proses kalkulasi dan analisis data yang dilakukan oleh petani yang

menggunakan pembukuan pengelolaan usaha tani tersebut sangat sederhana, pada

umumnya tanpa menggunakan indikator-indikator pengukuran ekonomi yang

tepat dan terukur. Penggunaan indikator-indikator pengukuran ekonomi yang tepat

dan terukur akan semakin mengakuratkan pengambilan keputusan yang

diperlukan untuk mendukung proses usaha tani tanaman pangan tersebut,

sehingga akan menghasilkan dampak yang signifikan ketika keputusan tersebut

diaplikasikan dan diterapkan kepada objek yang menjadi sasaran dari

pengambilan keputusan tersebut.

Untuk membuka akses informasi yang cepat, murah, fleksibel dan aman di

Gambar

Gambar 1. Ulasan hipotesis tentang titik impas (break even point)
Gambar 2. Fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan (Turban, 1993)
Gambar 3. E-R diagram Sistem Informasi Analisis Kelayakan Usaha Tani Tanaman Pangan
Tabel 1. Entitas pada perancangan logik Entitas Atribut
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang

Nam un dar i si si per encanaan, pr oses dan si st em eval uasi bel um sejal an dengan konsep m anajem en pendidi kan m oder n.. Kat a Kunci : manajemen

orangtua hendaknya memilih lembaga pendidikan yang layak untuk anak,. sehingga hak-hak anak tetap terpenuhi dengan adanya pengganti

FAKTOR RISIKO BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) PADA BAYI BARU LAHIRDI RSUD BANJARNEGARATAHUN 20112. Etika Dewi Cahyaningrum 1) , Wirantika Dwi Nency

Pendidikan di awal Indonesia merdeka menjadi salah aspek penting untuk menumbuhkan semangat memperjuangan nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan Republik

hasil observasi terkait strategi metakognisi yang digunakan guru pada saat.

5 Sosialisasi kepada Warga Masyarakat bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang isi Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia, Jaksa Agung

Penulisan Ilmiah ini akan membahas tentang Pembuatan Website Pemesanan Pada Toko Sepatu Olah Raga menggunakan bahasa pemprograman ASP dan SQL Server 2000, informasi yang disajikan