• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 hingga pada bulan Januari 2010, bertempat di Laboratorium Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Bahan

Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data teknik dan cara pembudidayaan tanaman, data kebutuhan input-input produksi/analisis usaha tani tanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan pisang, data harga-harga dan nilai input produksi usaha tani tanaman padi, jagung, kedelai, kaang hijau dan pisang, data harga jual tanaman padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan pisang.

Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat keras yang terdiri dari teknologi internet, teknologi multimedia, komputer pribadi dan jaringan. Perangkat lunak yang terdiri dari adobe photoshop, notepad, XAMPP server, basis data relasional (MySQL).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan rancang bangun sebuah sistem informasi yang merupakan sistem pendukung keputusan yang disebut Sistem Informasi Analisis

Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian terhadap rancang bangun sistem informasi kelayakan usaha tani tanaman pangan adalah sebagai berikut:

Fase A: Perencanaan

Daniel (2002) menyebutkan bahwa, di Indonesia, kita melihat perbedaan yang cukup nyata antara keadaan pertanian rakyat (yang biasa disebut usaha tani) dengan usaha perkebunan. Usaha tani lahannya sempit, tujuan produksinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan kelebihannya dijual dengan manajemen seadanya. Sementara usaha perkebunan menguasai lahan yang luas, tujuan produksi untuk dijual ke pasar dan mencari keuntungan, serta dikelola dengan manajemen yang baik dan bersifat komersial (estate management). Di negara kita, usaha tani belum bisa disebut sebagai perusahaan, tetapi masih berupa cara hidup (way of life). Secara tidak disadari, sebenarnya petani sudah berhitung-hitung dan sudah menerapkan prinsip ekonomi pada usaha taninya, hanya saja tidak pernah dilakukan pencatatan atau perhitungan secara tertulis. Dalam pemilihan bibit, penggunaan pupuk, penggunaan obat-obatan, dan juga penggunaan tenaga kerja, petani sudah menimbang mana yang lebih baik hasilnya dan mana yang lebih murah biayanya. Tujuan akhirnya adalah petani menginginkan biaya yang dikeluarkan untuk usaha taninya serendah mungkin dan memperoleh hasil sebanyak mungkin.

Biasanya kita mengatakan bahwa usaha tani yang bagus adalah usaha tani yang produktif dan efisien, artinya produktivitas usaha taninya tinggi. Produktivitas tidak lain merupakan konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil (output) yang diperoleh

dari satuan input yang diberikan. Sementara kapasitas tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap tenaga dan modal untuk memberikan hasil. Untuk itu perlu dilakukan analisis perhitungan kelayakan sebelum melakukan kegiatan usaha tani.

Penyuluh pertanian formal (instansi pemerintah) seharusnya mampu membuka peluang yang lebih lebar bagi petani dalam upaya peningkatan kemandirian dan kesejahteraannya. Peranan penyuluh pertanian formal belum mampu memberikan kontribusi seperti yang diharapkan oleh para petani. Peran ini semakin penting ketika petani membutuhkan pihak untuk berkonsultasi ataupun suatu alternatif solusi pemecahan masalah yang mampu membantu mereka dalam proses mencari dan mengambil keputusan untuk peningkatan kesejahteraannya. Proses komunikasi antara penyuluh dengan petani serta kemampuan memahami petani dengan sistem sosialnya sangat diperlukan dalam proses pengembangan kemandirian petani dalam berusaha tani.

Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan yang tentunya harus didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi serta ketersediaan data, informasi, pengetahuan dan kepakaran mengenai kemampuan menghitung dan menganalisis serta memberikan solusi dari permasalahan yang timbul.

Fase B: Penelitian

Untuk mempercepat proses perhitungan dan analisis, dibutuhkan beberapa kebutuhan sistem dan dukungan teknologi, yang terdiri dari :

Kebutuhan sistem:

• Notepad untuk membuat skrip html

• Data, informasi harga, dan pengetahuan kebutuhan input usaha tani tanaman pangan serta data, informasi harga komoditas tanaman pangan.

Dukungan Teknologi: • Komputer pribadi

• Teknologi internet dan teknologi multimedia

Dimana dalam sistem ini data yang dibutuhkan merupakan data kebutuhan produksi usaha tani, data harga jual komoditas, yang disebut sebagai atribute berupa: 1. Kecamatan 2. Desa 3. Komoditas • Tanaman padi • Tanaman jagung • Tanaman kedelai • Tanaman kacang hijau • Tanaman pisang 4. Lahan

• Status kepemilikan lahan (hak milik atau sewa) • Luasan lahan

5. Sistem tanam

• Jenis sistem tanam yang digunakan

• Input-input produksi pada masing-masing sistem tanam

• Hasil panen produksi yang mungkin diperoleh dari masing-masing sistem tanam

6. Benih

• Jenis dan varietas benih • Jumlah kebutuhan benih 7. Pupuk dan pestisida

• Jumlah kebutuhan

• Jumlah dan intensitas pemberian 8. Tenaga kerja

• Jenis aktivitas/kegiatan usaha tani yang dikerjakan • Jumlah keperluan tenaga kerja

• Jumlah hari kerja • Sistem pengupahan

Fase C: Analisis Sistem

Dari kebutuhan input produksi usaha tani diatas akan dilakukan pemilihan atribut mana saja yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani tanaman pangan dan jumlah nilai spesifik input yang dibutuhkan dari masing-masing atribut, sehingga pada proses perhitungan akan didapatkan nilai/jumlah keuntungan yang mungkin dapat diperoleh, nilai return of investment (ROI), benefit-cost ratio (B/C), dan break event point (BEP), sehingga dapat diketahui kelayakan melakukan investasi pada suatu usaha tani. Kemudian dianalisis apakah metode calculating yang digunakan dapat mendukung pencapaian tujuan yaitu pembangunan sistem informasi (pendukung keputusan) kelayakan usaha tani tanaman pangan yang dapat memberikan hasil akhir perhitungan berupa kemungkinan jumlah keuntungan dan nilai kelayakan melakukan investasi pada usaha tani tanaman pangan (ROI, B/C Ratio dan BEP).

Fase D: Perancangan Sistem

Perancangan SPK ini akan dipisahkan menjadi 3 subsistem yaitu: 1. Perancangan subsistem model

Pada tahap ini, akan dilakukan perancangan model sistem yang sesuai dengan karakteristik perhitungan dan analisis sebenarnya dalam menghitung dan menganalisis kelayakan suatu usaha tani tanaman pangan.

2. Perancangan pangkalan data

Dimana akan dilakukan atas berberapa tahap yaitu: tahap analisis, tahap perancangan logika, tahap perancangan fisik, dan implementasi.

3. Perancangan subsistem dialog (user interface)

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan subsistem dialog yang sesuai dengan sasaran sistem yaitu karakteristik dan kemampuan pengguna serta mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh pengguna.

Fase E: Pembangunan Sistem

Pada fase ini dilakukan proses mengintegrasikan komponen sistem pendukung keputusan sehingga dihasilkan suatu sistem yang dapat digunakan dalam membantu pengambilan keputusan dalam menghitung dan menganalisis kelayakan suatu usaha tani tanaman pangan. Dimana pada sistem ini para pemakai akan memasukkan sejumlah data yang diperlukan oleh sistem untuk bekerja dan melakukan analisis, diantaranya: tanggal pemasukan data, daerah keberadaan lahan, luasan lahan, status kepemilikan lahan, jenis komoditas yang akan dibudidayakan, jenis sistem tanam yang digunakan, dan jenis varietas benih yang digunakan. Atribut-atribut yang tidak termasuk dalam input yang dimasukkan ke dalam sistem oleh pengguna akan diperkirakan dan dimasukkan secara otomatis

oleh sistem. Setelah seluruh atribut ditentukan maka sistem akan mulai menghitung dan menganalisis layak atau tidaknya usaha tani tanaman pangan yang akan dilakukan oleh pengguna (user) sistem tersebut.

Fase F: Penerapan

Fase penerapan ini meliputi beberapa tugas sebagai berikut: 1. Pengujian

Pada fase ini berkaitan dengan teknik atau instruksi pengetesan; dalam fase ini data keluaran yang dihasilkan oleh sebuah sistem harus dikumpulkan dan dibandingkan dengan spesifikasi perancangannya.

2. Evaluasi

Pada fase ini sistem yang diterapkan harus dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana sebuah sistem dapat memberikan solusi dalam menjawab layak atau tidaknya usaha tani tanaman pangan untuk dilakukan.

3. Demonstrasi

Fase ini penting sekali untuk menunjukkan kemampuan sebuah operasional sistem secara penuh.

4. Orientasi

Fase ini memperkirakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam menggunakan sistem.

5. Pelatihan

Fase ini menekankan pentingnya sebuah pelatihan bagi para pemakai (user) sebelum mereka berinteraksi secara langsung dengan sistem.

6. Pengembangan

Fase ini memperkirakan kebutuhan arah dan tujuan pengembangan sistem di masa depan, dengan harapan akan terwujudnya suatu sistem yang lebih baik daripada sistem yang telah dimiliki saat ini.

Fase G: Pemeliharan dan Dokumentasi

Fase pemeliharaan dan dokumentasi ini berhubungan dengan kegiatan perencanaan untuk secara terus menerus menunjang kelanjutan dari sebuah sistem. Sebuah dokumentasi sangat diperlukan untuk pengembangannya.

Fase H: Adaptasi

Fase adaptasi membutuhkan peninjauan ulang mengenai setiap langkah yang sudah dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan perubahan dari kebutuhan pemakai.

Gambar 2. Fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan (Turban, 1993) Perencanaan:

Penilaian Kebutuhan, diagnosis masalah, dan sasaran DSS

Penelitian:

• Bagaimana menentukan kebutuhan ? • Apakah sumber daya yang digunakan

sesuai ?

Analisis:

• Pendekatan apa yang paling baik ? • Sumber daya apa yang seharusnya

dibutuhkan ?

• Perancangan konsepsual

Adaptasi:

Proses dilakukan secara berulang untuk mengembangkan sistem

Penerapan:

Pengujian dan Evaluasi, Demonstrasi, Orientasi, Pelatihan , dan Pengembangan

Pembangunan:

Mengintegrasikan Komponen DSS

Pemeliharaan dan Pendokumentasian Perancangan Model Antarmuka Perancangan Sistem Proses (basis model) Perancangan Database DSS Perancangan Komponen Pengetahuan Fase A Fase B Fase C Fase D Fase E Fase F Fase G Fase H

Dokumen terkait