• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis usaha dilakukan untuk menghitung komponen biaya yang harus dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh dalam memproduksi teh seledri. Perhitungan yang dilakukan adalah biaya tetap, biaya variabel, biaya total, harga pokok penjualan, BEP (Break Event Point), PBP (Pay Back Period), NPV (Net Present Value), Proyeksi Laba/Rugi, Net Cash Flow, PV Cash Flow dan R/C Ratio.

Asumsi-asumsi dasar yang dipakai dalam analisis usaha produksi teh seledri adalah sebagai berikut :

a. Jenis usaha adalah usaha kecil.

b. Basis 3,9 kg daun seledri kering per hari. c. Waktu pengeringan adalah 20 jam. d. Umur Proyek 10 tahun.

f. Produksi pada tahun pertama sebesar 80%, tahun kedua sebesar 90%, dan tahun berikutnya sampai tahun kesepuluh sebesar 100%.

g. Tingkat pajak 25 %.

h. Perbandingan antara pinjaman dari bank dan modal milik sendiri untuk investasi industri (Debt to Equity Ratio, DER) adalah 50:50.

i. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan nilai sisa untuk bangunan sebesar 50 % dan untuk modal tetap lainnya sebesar 10 % dari nilai awal.

j. Biaya pemeliharaan sebesar 5 % dari nilai awal.

k. Biaya asuransi untuk bangunan, mesin dan peralatan, serta tenaga kerja sebesar 1 %.

l. Penjualan meningkat sebanyak 1 % per tahun.

1. Kebutuhan Modal Investasi

Modal investasi adalah modal yang diperlukan dalam memulai suatu usaha. Modal investasi terdiri dari biaya pengadaan tanah, gedung, mesin dan peralatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pendirian usaha. Modal investasi dalam pendirian industri teh seledri terdiri dari modal tetap berupa biaya untuk bangunan, mesin dan peralatan yang digunakan.

Modal investasi yang dibutuhkan adalah Rp. 389.648.720 yang terdiri darimodal tetap sebesar Rp. 207.480.000 dan modal kerja sebesar Rp. 182.168.720. Kebutuhan dana investasi tesebut dapat dilihat pada Lampiran 23.

2. Pembiayaan Usaha a. Sumber Pembiayaan

Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 50:50. Jumlah pinjaman yang tidak terlalu besar akan meringankan perusahaan dalam pembayaran angsuran pokok berikut bunganya sehingga lebih aman bagi perusahaan. Total biaya investasi sebesar Rp. 389.648.720sehingga kredit bank yang dibutuhkan untuk modal tetap sebesar Rp. 103.740.000, sedangkan kredit

modal kerja yang dipinjam ke bank sebesar Rp. 91.084.360. Lampiran 24 menunjukkan rincian sumber pembiayaan.

b. Pengembalian Pinjaman dan Bunga Pinjaman

Angsuran mulai dibayar pada tahun pertama dengan angsuran pokok sebesar Rp. 17.290.000 untuk modal tetap dan Rp. 30.361.453 untuk modal kerja. Pengembalian pinjaman dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26.

3. Biaya Variabel

Biaya variabel yang dikeluarkan dalam memproduksi teh seledri adalah biaya untuk pembelian bahan baku dan bahan tambahan serta pembayaran upah tenaga kerja. Total biaya bahan baku dan bahan tambahan adalah Rp. 121.406.400per tahun, sedangkan upah tenaga kerja sebesar Rp. 97.200.000 per tahun.

4. Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah biaya yang diakibatkan karena adanya depresiasi nilai dari suatu barang. Total biaya penyusutan adalah Rp. 9.946.400. Hasil perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 18.

5. Kapasitas Produksi, Harga Pokok dan Harga Penjualan

Kapasitas produksi teh seledri yaitu 3,9 kg daun seledri per hari yang dihasilkan dari 30 kg daun seledri segar (setara dengan 100 kg bahan baku) sesuai dengan kapasitas cabinet dryer, waktu pengeringan selama 20 jam dan rendemen produk sebesar 13 %. Dengan demikian, produksi daun seledri kering adalah 3,9 kg per hari atau 93,6 kg per bulan atau 1123,2 kg per tahun.

Harga penjualan didapatkan dari penjumlahan harga pokok produksi dengan margin keuntungan yang ingin didapatkan. Harga pokok didapatkan dari biaya total per tahun dibagi dengan kapasitas produksi per

tahun. Biaya total per tahun adalah Rp. 164.337.440. Dengan kapasitas produksi sebesar 1123,2 kg per tahun, maka harga pokok produksi teh seledri adalah Rp. 146.312. Margin keuntungan yang ingin didapatkan adalah 130 %, sehingga harga jual teh seledri adalah Rp. 336.600.

6. Analisis Penerimaan

Analisis penerimaan dilakukan untuk mengetahui total pene rimaan yang didapatkan pada usaha teh seledri. Rencana produksi pada tahun ke-1 sebesar 80 %, tahun kedua 90 %, dan tahun ketiga hingga tahun ke-10 sebesar 100 %. Total penerimaan per tahun akan meningkat sebesar 1 % sesuai dengan peningkatan penjualan. Proyeksi penjualan teh seledri setiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 29.

7. Proyeksi Rugi/Laba

Perhitungan rugi/laba dilakukan untuk mengetahui apakah usaha teh seledri memberikan keuntungan atau kerugian per tahun. Rugi/laba dihitung dari selisih total penerimaan dengan total pengeluaran. Keuntungan yang diperoleh industri teh seledri setiap tahun tidak tetap. Hal ini sesuai dengan peningkatan penjualan produk per tahun dan perubahan biaya variabel, pembayaran bunga bank dan pajak penghasilan. Pada tahun pertama, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 89.512.739. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 28.

8. Perkiraan Aliran Kas

Proyeksi arus kas disusun berdasarkan pendekatan rugi-laba. Dalam hal ini diasumsikan bahwa sumber dana terdiri dari la ba operasi dan penyusutan. Bila dilihat dari awal investasi, kebutuhan kas keluar untuk pembiayaan investasi yang dijalankan, pada dasarnya dapat dipenuhi atau ditutup dengan penerimaan kas masuk yang berasal dari pinjaman kredit bank dan modal sendiri.

Aliran kas industri teh seledri setiap tahun terus meningkat. Peningkatan ini merupakan akumulasi kas pada tahun sebelumnya dengan

(

)

      − − + = 2 1 1 2 1 1 i - NPV i NPV NPV i IRR

kas bersih yang diperoleh pada tahun tersebut. Hasil perhitungan proyeksi arus kas industri teh seledri dapat dilihat pada Lampiran 27.

9. Break Event Point (BEP)

Break Even Point merupakan suatu tingkat produksi pada saat perusahaan belum mendapatkan keuntungan, tetapi juga tidak mengalami kerugian. Industri teh seledri akan mengalami Break Event Point pada penjualan senilai Rp 110.092.107 atau pada penjualan teh seledri sebanyak 327 kg.

10. Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period adalah suatu jangka waktu kembalinya investasi yang telah ditanamkan dengan menggunakan penerimaan bersih yang diterima setiap tahunnya. PBP yang diperoleh untuk industri teh seledri adalah 1,74 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa investasi akan kembali dalam waktu kurang dari 2 tahun.

11. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga tertentu yang menyebabkan nilai NPV sama dengan nol sehingga nilai sekarang dari aliran uang yang masuk sama dengan nilai sekarang dari uang yang keluar (Sutojo, 1993)

Keterangan :

IRR : Internal Rate of Return

NPV1 : NPV yang bernilai positif NPV2 : NPV yang bernilai negatif

I1 : Tingkat suku bunga pada saat NPV1 I2 : Tingkat suku bunga pada saat NPV2

( )

( )

= =

+

+

n t t n t t

i

Ct

i

Bt

1 1

1

1

Dari analisa IRR ini didapat hasil tingkat bunga sebesar 21,54 % yang berarti lebih tinggi dari tingkat bunga bank yang digunakan yaitu 15 %. Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat bunga bank yang digunakan menunjukkan bahwa industri ini layak secara finansial.

12. Net Benefit/Cost Ratio

Net Benefit/Cost Ratio merupakan perbandingan keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

B/C ratio =

Keterangan :

Bt : Pendapatan pada tahun tertentu Ct : Biaya pada tahun tertentu n : Umur usaha

i : Tingkat bunga t : 1,2,...n

Kriteria keputusan yang diambil adalah :

a. Jika B/C lebih besar dari satu, maka usaha dinyatakan layak.

b. Jika B/C kurang dari satu atau sama dengan satu maka usaha

dinyatakan tidak layak

Nilai B/C yang didapat untuk industri teh seledri ini adalah sebesar 1,18. Suatu industri dapat dikatakan layak bila nilai B/C lebih dari 1. Pada industri teh seledri ini nila i B/C adalah 1,18, berarti industri teh seledri layak secara finansial.

13. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan pada 3 hal, yaitu apabila harga jual turun sebesar 4,7 %, harga bahan baku naik 15 % dan suku bunga naik 150 %. Industri teh sele dri ini masih layak pada penurunan harga jual

hingga 4,7 %, dengan NPV sebesar Rp 104.473.630; IRR 17,59 %, Net B/C 1,00 dan PBP 1,78 tahun. Penurunan harga jual di atas 4,7 % akan mengakibatkan industri teh seledri ini tidak layak lagi. Industri teh sele dri juga masih layak pada kenaikan harga bahan baku hingga 15 %, dengan NPV sebesar Rp 102.830.262; IRR 17,47 %, Net B/C 1,00 dan PBP 1,77 tahun. Kenaikan harga bahan baku di atas 15 % akan menyebabkan industri teh seledri ini tidak layak. Industri teh seledri tidak sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Hal ini bisa dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa hingga kenaikan suku bunga sebesar 150 % masih menyebabkan industri ini layak secara finans ial. Hasil perhitungan sensitivitas dapat dilih at pada Lampiran 31, 32, dan 33.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait