• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Usahatani Kop

5.1.1. Penerimaan Usahatani Kopi

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi. Harga jual produksi di daerah penelitian sering mengalami fluktuasi. Fluktuasi harga ini ditentukan oleh bursa kopi internasional. Petani tidak memiliki hak untuk menentukan harga. Dalam hal ini petani sampel di daerah penelitian merupakan price taker. Di daerah penelitian, rata-rata petani memperoleh harga jual kopi dalam bentuk gelondong merah Rp 4.500/bambu atau setara dengan Rp. 3.750,-/Kg ( 1 bambu setara dengan 1,2 Kg).

Tabel 8.Rata-rata Penerimaan Petani Kopi Per Petani dan Per Ha Dalam 1 Tahun

No. Penerimaan Petani Kopi Rupiah

1 2 Per Petani Per Hektar 34.952.223,50 48.720.306,60

Sumber: Analisa Data Primer Lampiran 8 Tahun 2010

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan petani kopi per petani adalah Rp. 34.952.223,50- dalam 1 tahun atau setara dengan Rp.2.912.685,3 per bulan. Sedangkan untuk penerimaan petani kopi per hektar adalah Rp.48.720.306,60 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp. 4.060.025,5 per bulan.

5.1.2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap (penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) dan biaya

tenaga kerja. Berikut ini diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi per hektar.

• Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan yang diperhitungkan disini adalah penyusutan semua alat- alat pertanian yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman kopinya. Penyusutan alat-alat pertanian ini dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method.

• Biaya Saprodi

Yang termasuk dalam biaya saprodi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit, pupuk, dan herbisida.

 Bibit

Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit ini tergantung pada jarak tanam dan luas lahan kopi petani itu sendiri. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan petani sampel adalah 2,5 m x 2,5 m, namun ada juga yang menggunakan jarak tanam 2,7 m x 2,7 m dan 3 m x 3 m. sedangkan untuk daerah yang agak miring, jarak tanam kopi semakin rapat. Semakin rapat jarak tanam tanaman kopi maka kebutuhan akan bibit akan semakin banyak. Harga bibit kopi adalah Rp 1.000,-/buah.

 Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani kopi di daerah penelitian adalah pupuk organik yaitu sampah kopi (kulit kopi). Kulit kopi ini dibusukkan terlebih

dahulu, hingga warnanya berubah menjadi hitam. Kulit kopi yang sudah busuk inilah yang dijadikan pupuk oleh petani kopi.

Petani kopi di daerah penelitian, pada umumnya membuat lubang angin di lahan kopinya. Adapun kegunaan dari lubang angin ini adalah sebagai tempat untuk menampung ranting-ranting dan daun-daun tanaman kopi dan tanaman pelindung setelah dipangkas, dimana nantinya daun-daun dan ranting-ranting ini akan membusuk dan dapat dijadikan pupuk kompos. Selain pupuk organik, ada juga beberapa petani sampel yang menggunakan pupuk anorganik (pupuk kimia), namun jumlahnya sangat sedikit. Pupuk anorganik ini mereka gunakan umumnya untuk memancing pertumbuhan kopi.

 Herbisida

Petani sampel menggunakan herbisida untuk membasmi gulma yang ada di kebun kopi mereka. Adapun kebutuhan herbisida untuk 1 Ha lahan kopi adalah 2 L.

• Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Besarnya biaya tenaga kerja di daerah penelitian tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Sistem pengupahan di daerah penelitian adalah sistem borongan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing jenis pekerjaan bervariasi.

Untuk menumbang pohon dikenakan biaya Rp 2.250.000,-/Ha, murun (memotong pohon yang sudah tumbang) Rp. 500.000,-/Ha, memancang lubang Rp. 500,-/lubang, menggali dan menutup lubang Rp. 500,-/lubang,

membabat Rp. 300.000,-/Ha, mbesik Rp. 750.000,-/Ha, menyemprot Rp. 24.000,-/Ha, upah panen Rp. 10.000,-/kaleng, pembuatan lubang angin Rp. 200,-/lubang, peremajaan kopi Rp. 750,-/pokok. Sedangkan untuk upah tenaga kerja keluarga diperhitungkan sama nilainya dengan upah harian yang berlaku di daerah penelitian yaitu sebesar Rp. 50.000,-/hari.

• Biaya PBB

Besarnya biaya PBB tergantung pada lokasi lahan. Semakin dekat suatu lahan ke kota, maka semakin mahal biaya PBB-nya. Untuk daerah penelitian, biaya PBB bervariasi mulai dari Rp.13.000,- sampai Rp.25.000,- per hektar.

Tabel 9. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Ha Dalam 1 Tahun

No Jenis Biaya Rp/Ha

1 2 3 4 Biaya Penyusutan Biaya Saprodi Biaya Tenaga Kerja Biaya PBB 109.993,1 1.284.240 10.140.816 18.093,75 Jumlah 11.552.482,85

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2,3,4,5,6,7 Tahun 2010

Dari tabel 7. diatas dapat diketahui bahwa biaya produksi usahatani kopi yang terbesar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 10.140.816,- diikuti biaya sarana produksi sebesar Rp. 1.284.240, biaya penyusutan sebesar Rp. 109.993,1, dan biaya PBB sebesar Rp. 18.093,75,- per hektar.

5.1.3. Pendapatan Usahatani Kopi

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung.

Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian.

Tabel 10.Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Ha Per Tahun

No. Pendapatan Petani Kopi Rupiah

1 2 Per Petani Per Hektar 23.539.088,8 32.773.373,7

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9 Tahun 2010

Dari tabel 8. Diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani kopi per

petani adalah sebesar Rp. 23.539.088,8 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp. 1.961.590,7 per bulan dan rata-rata pendapatan petani kopi per hektar adalah

sebesar Rp. 32.773.373,7 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp. 2.731.114.5 per bulan.

Dari data diatas maka dapat dikatakan bahwa usahatani kopi di daerah penelitian menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan untuk berusahatani. Kesimpulan yang sama juga dihasilkan oleh penelitian Arta (2009) yang menunjukkan bahwa usahatani kopi Arabika memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya, dimana penerimaan yang diterima petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan dalam berusahatani kopi.

5.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Petani

Dokumen terkait