• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan usahatani merupakan nilai dari total produksi usahatani (output) yang dikelola oleh petani. Penerimaan usahatani juga dapat dikatakan sebagai pendapatan kotor atau total produksi dikalikan dengan harga per satuan. Penerimaan dari hasil penjualan output usahatani adalah pendapatan kotor yang diperoleh petani sebelum dikurangi oleh biaya – biaya yang dikeluarkan pada usahataninya.

Output dari kegiatan usahatani padi adalah berupa gabah. Gabah merupakan bulir padi yang telah dirontokan melalui kegiatan panen. Gabah yang dihasilkan petani padi dan yang biasanya sering dijual oleh petani di Desa Ciburuy ialah Gabah Kering Panen (GKP). GKP ialah gabah yang diterima petani di lahan dan belum mendapat perlakuan pengeringan, sedangkan GKG ialah gabah yang telah mendapat perlakuan pengeringan. Oleh karena itu petani tidak melakukan proses pengeringan (penggilingan) lebih lanjut untuk menghasilkan GKG, maka biaya penggilingan sepenuhnya menjadi tanggungan pembeli yaitu lembaga pertanian sehat dan koperasi Lisung Kiwari. Sedangkan untuk padi

anorganik juga dijual secara langsung dalam bentuk GKP ke koperasi Lisung Kiwari.

Berdasarkan data yang diperoleh, kegiatan usahatani padi sehat pada Musim Tanam I Tahun 2009, petani padi Sehat memperoleh hasil panen yang lebih kecil dibanding dengan hasil panen petani padi konvensional. Petani padi sehat mampu menghasilkan Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 2815,67 kg pada luas lahan rata – rata 0,48 hektar. Bila luas lahan dikonversikan ke dalam satuan hektar maka produktivitas padi sehat menghasilkan GKP sebesar 5865,98 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh petani padi sehat telah sesuai dengan teori dengan menggunakan metode budidaya padi sehat akan menghasilkan gabah masih diatas rata-rata nasional yaitu 5000,00 kg/ha.

Sedangkan gabah (GKP) yang diterima petani padi konvensional yang diusahakan oleh petani penyewa pada luas lahan rata – rata 0,46 ha sebesar 2513,33 kg dan bila dikonversikan kedalam luasan hektar maka diperoleh produktivitas sebesar 5463,76 kg. Jumlah yang diterima petani padi konvensional ini lebih rendah dari hasil yang diperoleh petani padi sehat. Meskipun demikian, produktivitas padi konvensional dan padi sehat berada diatas rata-rata produktivitas nasional. Lebih lanjut, penggunaan jumlah kebutuhan benih yang rata – rata tidak melebihi 25 kg/ha, bibit yang rata – rata di bawah lima serta penggunaan pupuk kimia yang tidak berlebih ternyata lebih efisien dibandingkan penggunaan input tersebut secara berlebihan pada usahatani padi konvensional. Adapun rincian perbandingan produktivitas padi sehat dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Produktivitas Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional pada Musim Tanam I Tahun 2009

Jenis Usahatani Luas Lahan Rata-Rata GKP (Kg) Produktivitas/ha

Padi Sehat 0,48 2815,67 5865,98

Padi Konvensional 0,46 2513,33 5463,76

Nilai penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari perhitungan hasil panen dari seluruh petani responden yang dikalikan harga rata–rata GKP terlebih dahulu dikonversikan kedalam luasan lahan seluas satu hektar. Dalam menganalisis penerimaan petani, peneliti melakukan analisis penerimaan dari

produksi gabah kering panen tanpa ada pengurangan dari iuran - iuran seperti iuran pengairan, zakat produksi, dan yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan usahatani padi, petani padi sehat memperoleh penerimaan total sebesar Rp 13.861.140,74 dari hasil penjualan GKP sebanyak 5725,63 kg dengan harga rata – rata per satuannya sebesar Rp 2.420,00,. Sedangkan GKP yang dijual petani penyewa pada usahatani padi konvensional sebanyak 6083,33 kg dengan harga rata – rata per satuannya yaitu Rp 2.020,00 menghasilkan penerimaan sebesar Rp 12.275.000,00. Sehingga dapat dikatakan jumlah yang relatif lebih besar bagi penerimaan petani padi sehat bila dibandingkan dengan penerimaan petani padi konvensional. Adapun rincian penerimaan padi dari kedua usahatani tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penerimaan Petani Padi Sehat dan Petani Padi Konvensional pada Musim Tanam I Tahun 2009 (hektar)

Usahatani Satuan Volume (GKP) Harga Rata-rata

(Rp/satuan) Nilai (Rp)

Padi Sehat Kg 5725,63 2.420,00 13.861.140,74

Konvensional Kg 5609,26 2.020,00 11.307.592,59

7.3.2. Analisis Total Biaya Usahatani

Pada sisi pengeluaran, biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional untuk membiayai usahataninya lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan petani padi sehat. Masing-masing biaya total untuk padi sehat adalah sebesar Rp. 7.828.918,52 per hektar dalam satu musim tanam dan untuk padi konvensional Rp. 6.265.250,06 per hektar dalam satu musim tanam. Total biaya usahatani ialah keseluruhan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh petani setiap musim tanam. Total biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perincian dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada kegiatan usahatani padi sehat di Desa Ciburuy diuraikan lagi menjadi masing – masing biaya tersebut terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Adapun perincian biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi sehat dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13.Biaya Usahatani Padi Sehat pada Musim Tanam (MT) Periode I Tahun 2009 (Hektar)

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Biaya Tunai Biaya Variabel

- Benih 155.633,33 1,99

- Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) 4.646.720,00 59,35

- Urea 129.374,07 1,65

- NPK 112.433,33 1,44

- TSP 475.92,59 0,61

- Pupuk Organik Kompos 749.333,33 9,57

- Pestisida Nabati 76.272,22 0,97

Sub Total 5.917.358,89

Biaya Tetap

- Sewa traktor 358.820,00 4,58

Sub Total 358.820,00

Total Biaya Tunai 6.276.178,89

2 Biaya Diperhitungkan Biaya Variabel

- Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) 758.667,41 9,69

Sub Total 758.667,41

Biaya Tetap

- Penyusutan Alat 70.072,22 0,89

- Sewa lahan 724.000,00 9,25

Sub Total 794.072,22

Total Biaya Diperhitungkan 1.552.739,63

Total Biaya 7.828.918,52 100,00

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi sehat pada musim tanam diperoleh rata – rata sebesar Rp 7.828.918,16 per hektar. Pada Tabel 13 menunjukan bahwa biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani padi sehat memiliki proporsi yang berbeda dalam struktur biaya total. Biaya tunai yang dikeluarkan petani lebih besar dibandingkan jumlah biaya diperhitungkan, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp 6.276.178,89 per hektar atau sekitar 80,17 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp 1.552.739,63 per hektar atau sekitar 19,83 persen dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam.

Informasi lain yang dapat diperoleh yaitu penggunaan biaya dalam usahatani padi sehat sebagian besar dialokasikan untuk biaya pengadaan kompos dan membayar upah tenaga kerja. Biaya tenaga kerja merupakan proporsi terbesar pada struktur biaya usahatani padi sehat. Biaya ini termasuk biaya tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga, hal ini dikarenakan banyak

kegiatan dalam usahatani yang dilakukan oleh petani padi sehat. Komponen biaya terbesar ini baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga memiliki proporsi yang berbeda dalam struktur biaya total, biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKLK cenderung lebih besar yaitu Rp 4.646.720,00 atau sekitar 59,35 persen dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKDK sebesar Rp 758.667,41 atau sekitar 9,69 persen. Hal ini membuktikan bahwa dalam usahatani padi sehat penggunaaan tenaga kerja tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh tenaga kerja keluarga tetapi kekurangan tenaga kerja tersebut harus tercukupi dari tenaga kerja luar keluarga. Sehingga petani padi sehat tidak dapat memperbesar alokasi tenaga kerja yang akan berdampak pada meningkatnya biaya tunai yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Dengan demikian, petani harus lebih memperhatikan penggunaan tenaga kerjanya agar lebih optimal dalam pemakaian setiap tenaga kerja.

Biaya terbesar kedua dalam biaya total usahatani padi sehat ialah kompos yaitu sebesar 9,57 persen pada biaya tunai, kompos yang digunakan petani padi sehat jumlahnya lebih besar dari pupuk kimia yang digunakan petani padi konvensional sehingga berdampak pada besarnya biaya penggunaan tenaga kerja, bahan baku dan waktu yang digunakan maka akibatnya petani harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. Akan tetapi jika kebutuhan kompos tidak mampu tercukupi oleh petani maka petani dapat membelinya kepada petani lain yang kelebihan kompos atau membeli ke koperasi Lisung Kiwari, atau dalam proses pembuatannya harus membutuhkan tenaga kerja luar keluarga karena jumlahnya yang banyak maka dengan kata lain biaya kompos akan berubah menjadi biaya tunai, akan berdampak pula kepada besarnya biaya tunai untuk pengadaan kompos.

Oleh karena itu sistem menyimpan dan menabung bahan organik dan kotoran hewan yang akan diolah menjadi kompos perlu dijalankan dengan baik dan agar kemungkinan besarnya biaya tunai untuk pengadaan kompos dapat terhindari, bahkan jika kompos tersebut dapat berlebih dalam mengumpulkannya maka keuntungan lebih akan diperoleh petani karena mendapat tambahan penerimaan dari penjualan kompos.

Biaya usahatani padi konvensional di Desa Ciburuy memiliki perbedaan dalam struktur biaya usahatani padi sehat. Pada Tabel 15 memperlihatkan biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional adalah sebesar Rp 6.265.250,06 per hektar. Komponen biaya yang memiliki proporsi paling besar digunakan untuk biaya tenaga kerja baik TKDK maupun TKLK, biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan TKLK Rp 2.380.041,47 atau 37,98 persen dari total biaya usahatani, biaya ini lebih besar jika dibandingkan dengan biaya yang digunakan untuk TKDK yaitu sebesar Rp 1.896.817,78 atau sebesar 30,27 persen dari total biaya usahatani.  

Adapun rincian biaya usahatani padi konvensional pada musim tanam periode I Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Biaya Usahatani Padi Konvensional pada Musim Tanam (MT) Periode I Tahun 2009 (Rp/Ha)

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Biaya Tunai Biaya Variabel

- Benih 150.925,93 2,41

- Pupuk Kimia 761.544,44 12,15

- Pestisida Kimia 124.000,00 1,98

- Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) 2.380.041,47 37,99

Sub Total 3.416.511,84

Biaya Tetap

- Sewa Traktor / Ternak 179.400,00 2,86

Sub Total 179.400,00

Total Biaya Tunai 3.595.911,84

2 Biaya diperhitungkan Biaya Variabel

- Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) 1.896.817,78 30,27

Biaya Tetap

- Sewa Lahan 695.000,00 11,09

- Penyusutan Alat 77.520,44 1,24

Total Biaya Diperhitungkan 2.669.338,22

Total Biaya 6.265.250,06 100,00

Komponen dari biaya tunai yang memiliki proposi biaya paling besar selain TKLK ialah pada biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pestisida dan pupuk kimia. Biaya yang digunakan untuk pengadaan pupuk kimia lebih besar yaitu 12,15 persen dari total biaya usahatani atau sebesar Rp 1.719.137,69 sedangkan untuk biaya pengadaan pestisida kimia mengeluarkan biaya yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 124.000,00 atau sebesar 1,98 persen dari total biaya

usahatani. Sisanya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan sebesar 11,09 persen atau Rp 695.000,00, penyusutan alat sebesar 1,24 persen atau sebesar Rp 77.520,44, biaya benih sebesar Rp 150.925,93 atau 2,4 persen, sewa traktordan ternak sebesar Rp 179.400,00 (2,86 persen). 

Informasi yang dapat diketahui dari tabel diatas ialah proporsi biaya tunai pada usahatani padi konvensional lebih besar dibandingkan proporsi biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani padi konvensional sebesar Rp 3.595.911,84 atau sebesar 57,35 persen sedangkan biaya diperhitungkannya sebesar Rp 2.669.338,22 atau 46,64 persen. Sama halnya dengan biaya tunai dan diperhitungkan pada usahatani padi sehat, yaitu biaya tunai yang dikeluarkan lebih besar daripada biaya yang diperhitungkannya, untuk biaya tunai usahatani padi sehat sebesar Rp 6.276.178,89 (80,17 persen) dan biaya diperhitungkan usahatani padi sehat sebesar Rp 1.552.739,63 (19,83 persen). Hal ini menunjukan bahwa petani pada usahatani padi sehat secara finansial sangat bergantung pada ketersediaan biaya tunai yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional dalam pengadaan inputnya. Adapun rincian perbandingan biaya pada kedua usahatani dapat dilihat pada Tabel 15. 

Tabel 15. Analisis Perbandingan Biaya untuk Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong per Hektar

No Biaya Usahatani Padi Sehat Padi Konvensional

Rp (%) Rp (%)

1 Biaya Tunai 6.276.178,89 80.17 3.595.911,84 57,39

2 Biaya Diperhitungkan 1.552.739,63 19,83 2.669.338,22 42.61

Total Biaya 7.828.918,52 100,00 6.259.250,06 100,00

7.3.4. Analisis Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

Sesuai dengan salah satu tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan pendapatan antara petani padi anorganik dan padi sehat, maka perbandingan pendapatan dilakukan untuk petani padi sehat dan petani padi anorganik keduanya berstatus sebagai penyewa lahan. Untuk lebih singkatnya mengenai perbandingan pendapatan antara petani padi sehat dengan petani padi anorganik dapat dilihat pada tabel yang telah disajikan.

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan, apabila nilai selisih tersebut positif maka dapat dikatakan usahatani menguntungkan. Pendapatan usahatani dianalisis dengan menggunakan konsep pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan petani terhadap semua komponen biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam usahatani. Sementara pendapatan atas biaya total merupakan penerimaan petani yang dikurangkan dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam usahataninya, termasuk biaya yang diperhitungkan. Sehingga seringkali hasil akhir dari pendapatan atas biaya total lebih kecil dibandingkan pendapatan tunai. Adapun rincian pendapatan usahatani padi sehat dan padi konvensional dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sehat dan Usahatani Padi Konvensional pada Musim Tanam (MT) I Tahun 2009 (Rp/Ha)

No Uraian Padi Sehat % Konvensional %

1 Penerimaan 13.861.140,74 11.307.592,59

2 Biaya Usahatani

Total Biaya Tunai 6.276.178,89 80.17 3.595.911,84 57,39 Total Biaya Diperhitungkan 1.552.739,63 19.83 2.669.338,22 42,61

Total Biaya 7.828.918,52 100,00 6.265.250,06 100,00

3 Pendapatan Atas Biaya Tunai 7.584.961,85 7.711.680,75 4 Pendapatan Atas Biaya Total 6.032.222,22 5.042.342,53

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil panen musim tanam pertama periode tahun 2009, penjualan gabah hasil panen padi sehat menghasilkan nilai total produksi rata – rata sebesar Rp 13.861.140,74 per hektar. Sementara perolehan penerimaan petani padi konvensional ialah sebesar Rp 11.307.592,59. Perbedaan jumlah penerimaan pada kedua usahatani tersebut dikarenakan tingkat produktivitas padi yang relatif berbeda. Produktivitas padi sehat lebih tinggi dibandingkan padi konvensional. Penjualan hasil gabah usahatani tersebut merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi oleh biaya– biaya usahatani yang dikeluarkan. Pada umumnya, usahatani padi sehat memiliki biaya usahatani yang lebih besar daripada biaya usahatani pada padi konvensional, terutama pada komponen TKLK dan pengadaan kompos. Tabel 17 menunjukkan bahwa dari segi biaya total biaya usahatani padi sehat memiliki biaya yang lebih besar

dibandingkan dengan usahatani padi konvensional terutama pada total biaya diperhitungkan. Namun dapat diketahui bahwa pendapatan tunai pada usahatani padi sehat nilainya lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Petani padi sehat memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.584.961,85 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh oleh petani padi konvensional hanya sebesar Rp 7.711.680,75 per hektar. Hal tersebut dikarenakan rata - rata biaya tunai dan total petani padi sehat lebih besar dari petani padi konvensional, sehingga dapat diketahui selisih antara pendapatan atas biaya tunai padi sehat dan konvensional rata - rata sebesar Rp 126.718,90 per hektar, dan nilai tersebut lebih menguntungkan bagi petani padi konvensional jika dibandingkan dengan petani padi sehat.

Sama halnya dengan pendapatan atas biaya total pada masing–masing usahatani, diketahui bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani padi sehat lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total usahatani padi konvensional. Jika dilihat pada Tabel 16 bahwa petani padi sehat menerima pendapatan atas biaya totalnya sebesar Rp 6.032.222,22 per hektar, hal tersebut disebabkan oleh besarnya total biaya tunai, sehingga pendapatan atas biaya totalnya menjadi lebih kecil. Sementara pendapatan atas biaya total petani padi konvensional sebesar Rp 5.048.342,53 per hektar, hal ini menunjukan bahwa petani padi konvensional masih mendapatkan keuntungan apabila biaya yang diperhitungkan tetap dibayarkan.

Dokumen terkait