• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk analisis budidaya ini maka data akan disajikan secara deskriptif, mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan usahatani padi sehat yang membedakannya dengan usahatani secara anorganik/konvensional oleh petani setempat.

4.5.2. Analisis Pendapatan

Analisis mengenai pendapatan usahatani dapat dimulai dengan melakukan perhitungan terhadap pendapatan kotor/penerimaan total usahatani. Penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Perhitungannya dapat dilakukan dengan melakukan perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual dari produk. Jumlah produksi yang dimaksud berupa seluruh hasil produksi yang diperoleh, termasuk yang dijual, disimpan, dibagikan pekerja, untuk bibit, dan sebagainya. Pernyataan ini berdasarkan Soekartawi (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

TR = penerimaan total (Total Revenue)

Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = harga Y

Hasil perhitungan dari penerimaan total dapat digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap, merupakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar kecilnya tidak tergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh, misalnya pajak, sewa lahan, alat-alat pertanian, dan mesin pertanian, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output, misalnya tenaga kerja, pupuk, dan lain-lain. Rumus dari pendapatan usahatani berdasarkan Soekartawi (1995) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Pd = pendapatan usahatani

TR = penerimaan total (total revenue) TC = biaya total (total cost)

FC = biaya tetap (fixed cost) VC = biaya variabel (variabel cost)

Biaya penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat (Suratiyah, 2009) atau biaya penyusutan alat dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dibagi umur ekonomi dari alat tersebut. Berdasarkan Suratiyah (2009) perhitungan penyusutan berdasarkan metode garis lurus (straight line method) adalah sebagai berikut:

Biaya penyusutan = cost – nilai sisa

umur ekonomis (tahun) Keterangan:

Cost = nilai pembelian

4.5.3. Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani

Pendapatan yang dihasilkan pada kegiatan usahatani belum mencerminkan tingkat efisiensi. Dengan demikian sangat diperlukan untuk mengetahui

Pd = TR – TC TC = FC + VC

perhitungan efisiensi usahatani berdasarkan pendapatannya. Adapun beberapa perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut (Hernanto, 1991):

a. Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria

Return to family labour = E – F – G

Σ Tenaga kerja keluarga (HOK) Dimana:

E = Penerimaan usahatani (Rp) F = Pengeluaran total (Rp)

G = Pengeluaran yang diperhitungkan (biaya tenaga kerja keluarga) b. Pendapatan per Unit Areal Usahatani

Return to land = E – F – G

Luas areal (hektar) Dimana:

E = Penerimaan usahatani (Rp) F = Pengeluaran total (Rp)

G = Pengeluaran yang diperhitungkan (biaya sewa lahan) c. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Analisis selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis ini dikenal dengan analisis Return Cost (R/C rasio). Pernyataan tersebut berdasarkan Soekartawi (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut: TC TR C R/  Keterangan:

R/C = imbangan penerimaan terhadap biaya TR = penerimaan total (total revenue) TC = biaya total (total cost)

Kriteria keputusan; R/C > 1, usahatani untung R/C < 1, usahatani rugi

R/C = 1, usahatani impas (tidak untung maupun rugi)

Pendapatan usahatani dan nilai R/C rasio dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Untuk

memudahkan dalam menentukan nilai tersebut maka dapat dilihat pada perhitungan yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan Usahatani dan Nilai R/C Rasio

Sumber : 7 )

Perhitungan pada tabel diatas juga dapat digunakan untuk menentukan nilai penerimaan dan biaya serta tingkat pendapatan pada usahatani padi konvensional yang pada penelitian ini dijadikan pembanding. Namun, dalam perhitungannya terdapat beberapa komponen yang dihilangkan atau ditambahkan seperti pada biaya tunai, pupuk organik dirubah menjadi pupuk kimia dan ditambahkan oleh komponen pestisida.

Perhitungan pendapatan pada Tabel 2 dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari total penerimaan yang dikurangi dengan biaya yang diperhitungkan, untuk pendapatan atas biaya total dihasilkan dari pengurangan antara biaya tunai dengan total biaya. Total biaya yang dimaksud ialah penjumlahan dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perhitungan total biaya diperlukan guna menggambarkan keadaan petani yang sebenarnya karena tidak hanya menilai biaya secara tunai. Sedangkan perhitungan atas pendapatan tunai ialah penerimaan total setelah dikurangi oleh biaya tunai.

       7

Departemen Agribisnis. 2007. Handoust Usahatani. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

A. Pendapatan tunai Harga x Hasil panen yang dijual (Kg) B. Pendapatan yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi (Kg) C. Total penerimaan A + B

D. Biaya tunai Benih, Pupuk organik, Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), Sewa lahan

E. Biaya diperhitungkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), Penyusutan alat

F. Total Biaya D + E

G. Pendapatan atas biaya tunai C – D H. Pendapatan atas biaya total C – F I. Pendapatan Tunai A – D J. R/C atas biaya Tunai C / G K. R/C atas biaya Total C / H

4.5.4. Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja

Risiko terhadap penggunaan tenaga kerja pada usahatani yaitu menganalisis rata-rata jumlah penggunaan tenaga kerja setiap responden pada seluruh kegiatan budidaya dari pengolahan tanah hingga panen pada usahatani padi sehat maupun padi konvensional.

Menurut Elton dan Gruber dalam Ginting (2009), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance) dan standar deviasi (standard deviation). Nilai varian dapat dilihat dari adanya perbedaan jumlah penggunaan tenaga kerja yang beragam pada kedua usahatani. Nilai varian dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai varian maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Sama halnya dengan nilai standar deviasi yang menunjukkan bahwa semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang di hadapi. Nilai standar deviasi ini diperoleh dari pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel, yaitu dengan memasukkan fungsi =STDEV(number1; [number2];…..). Untuk lebih jelasnya dalam proses pengambilan keputusan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Proses Penghitungan Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja

a. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

Penyetaraan Upah Tenaga Kerja menjadi Upah HOK Pria

Perincian Tenaga Kerja (TKDK dan TKLK) Tabulasi Data

Input Biaya dan Pemakaian Tenaga Kerja Menurut Jenis Kegiatan

Jenis Kegiatan Usahatani 1. Pengolah Tanah 2. Persiapan Benih 3. Penyemaian Benih 4. Penanaman 5. Pengaturan Air 6. Penyiangan 7. Penyulaman 8. Pemupukan 9. Penyemprotan 10. Panen

Penjumlah Total TKDK dan TKLK untuk tiap jenis kegiatan usahatani

Penghitungan Risiko Tenaga Kerja memakai fungsi STDEV pada

Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

Dimana :

t2

= Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return

Řij = Expected Return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

b. Standard deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadran dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi penyimpangan yang terjadi karena penggunaan tenaga kerja. Dalam penilaian analisisnya, semakin besar nilai standard deviation maka semakin tinggi risiko penyimpangan yang terjadi dalam penggunaan alokasi tenaga kerja dalam setiap kegiatan usahatani padi. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut:

t

= t

2 Dimana :

t2 = Variance

t =

Standard deviation

t2

=  P

ij

(R

ij

- Ř

ij

)

2  m j = 1

4.6. Definisi Operasional

1. Petani padi sehat adalah petani yang melaksanakan budidaya padi secara sehat dan ramah lingkungan, menggunakan masukan pupuk organik dan pestisida botani dengan pengurangan input pupuk kimia dari aturan pemakaian normal dalam usahataninya, satuannya orang.

2. Petani padi konvensional/anorganik adalah petani yang melaksanakan budidaya padi secara anorganik, menggunakan masukan kimia dalam usahataninya, satuannya orang.

3. Luas lahan garapan areal usahatani padi ramah lingkungan/konvensional (anorganik) merupakan lahan yang digunakan dalam proses usahatani untuk menanam padi ramah lingkungan/anorganik, satuannya ha.

4. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi usahatani. Tenaga kerja dibedakan jadi dua, yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Seluruh tenaga kerja disertakan dengan ukuran Hari Orang Kerja (HOK).

5. Jumlah produksi adalah jumlah panen padi yang dihasilkan dari luas lahan, satuannya kilogram.

6. Produktivitas adalah hasil bagi antara jumlah panen/produksi dengan luas lahan dengan satuannya ton per hektar.

7. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk, benih, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, dan sewa traktor/hewan ternak. Untuk pemilik penggarap maupun penyakap yang panen sendiri ditambah biaya panen, sedangkan yang tebasan tidak ada biaya panen. Untuk penyakap maka komponen biaya tunainya ditambah dengan biaya sakap. Satuannya rupiah.

8. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk input milik sendiri meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan. Satuannya adalah rupiah.

9. Biaya usahatani total merupakan penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Satuannya rupiah.

10. Harga jual beras adalah harga jual output dalam bentuk beras di tingkat petani, dalam satuan rupiah per kilogram.

11. Penerimaan (nilai produksi) usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi beras dengan harga jualnya. Satuannya rupiah.

12. Pendapatan kotor usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dan biaya tunai usahatani. Satuannya rupiah.

13. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani total (biaya tunai dan diperhitungkan). Satuannya rupiah.

14. Residu (residu) adalah jumlah bahan protektan yang tertinggal di dalam atau pada jaringan inang sesudah suatu waktu, terutama pada saat panen.

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Dokumen terkait