• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

B. Analisis Wacana

D. Interpretasi... 97 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 105 B. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN

1. Tabel 1. Skema Penelitian dan Metode Van Dijk ... 26 2. Tabel 2. Struktur Model Analisis Wacana Van Dijk ... 28 3. Tabel 3. Temuan Teks Pada Novel Sepatu Dahlan ... 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat seiring melihat manusia zaman sekarang yang kini sudah memasuki masyarakat informasi. Beragamnya teknologi sudah menjadi santapan sehari-hari bagi kehidupan manusia. Media misalnya, sebagai alat informasi menjadi sangat penting pada kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Ini dikarenakan kebutuhan yang besar dari masyarakat akan informasi. Informasi menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi masyarakat. Tidak terkecuali yang terjadi pada media tulisan atau cetak yang merupakan bagian dari media massa itu sendiri.

“Beragamnya media massa, khususnya media cetak sangat memperkaya dunia baca bagi masyarakat. Semua pesan dari media massa dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bahan informasi dan referensi bagi wawasan ilmu pengetahuan mereka. Karena pada dasarnya media adalah saluran dimana seseorang dapat menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya atau dengan kata lain media adalah alat untuk menyampaikan gagasan.”1

Atar Semi dalam bukunya mengatakan sastra merupakan salah satu karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra telah menempati dimensi ruang dan waktu dalam peradaban manusia. Kehadiran sastra tidak dapat ditolak, bahkan kehadirannya telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang mempunyai nilai, hasil imajinasi, dan emosi sehingga dapat diterima sebagai realitas sosial budaya.2

1

Anwar Arifin, Opini Publik (Jakarta: Gramata Publishing, 2010), h. 116.

2

Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan atau pemberian pelepasan ke dunia imajinasi.3

Dalam era globalisasi ini, media komunikasi merupakan aspek penting dalam edukasi publik dalam hal ini edukasi politik publik. Selain melalui media massa harian seperti surat kabar, media buku saat ini merupakan media informasi yang sangat disukai. Buku mengenai riwayat orang-orang penting di dunia telah banyak digunakan untuk menyampaikan informasi dengan berbagai macam bentuk dan dikemas secara baik. Hal itu dilakukan untuk dapat mencapai sasaran khalayaknya dengan baik dan harus mempertimbangkan dengan cermat dan tepat. Dalam suatu informasi, bahasa merupakan unsur yang terpenting, bahasa tidak hanya mencerminkan realitas tetapi juga bisa menciptakan suatu realitas. Tentu saja dalam hal ini adalah novel.

“Novel adalah salah satu bentuk karya sastra atau karya seni yang mengandung unsur estetika. Hal lain berkaitan dengan isi cerita, sikap yang dideskripsikan dalam novel mampu mengubah sikap hidup seseorang dan memberikan sebuah persepsi terhadap seseorang, mengingat hal itu tentunya novel dapat dimanfaatkan menjadi sarana yang efektif untuk membentuk suatu image dengan sebuah pendekatan yang baru.”4

Novel juga merupakan seni menulis kata-kata yang indah. Itulah kelebihan dari salah satu karya sastra, ia menyodorkan lebih dari sekedar pemberian pengetahuan. Karya sastra seperti novel bisa langsung masuk ke dasar penghayatan yang paling halus dalam diri manusia lewat bahasa, alur cerita, imajinasi yang dirangkai sedemikian rupa. Dalam hal ini sebuah novel menjadi medium dalam pembentukan citra dimana sebuah realita direalisasikan dalam

3

Melani Budianta, dkk., Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi, (Magelang: Indonesiatera, 2003), h. 2.

4

berupa karya imajinatif. Seperti yang dikemukakan Baudrillard, bahwa kita hidup dalam era simulakra. Dimana batas antara realitas dan citra telah melebur.

Novel dapat memberikan peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, di mana keberadaanya turut membantu perubahan sosial, karena novel tidak hanya sekedar bacaan hiburan saja, tetapi di dalamnya terkandung pelajaran, pengajaran, serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat. Sehingga hal demikian dapat dengan mudah khalayak terasuki oleh citra yang dibuat tidak sebagaimana adanya.

Di Indonesia buku yang mengupas profil pelaku sejarah, politik, budaya dan sebagainya banyak beredar di pasaran. Buku-buku tersebut mengupas tokoh-tokoh penting yang ada di Indonesia. Termasuk buku dengan berbagai macam alur cerita yaitu novel Sepatu Dahlan. Novel yang salah satunya berfungsi sebagai media komunikasi kini menjadi medium alternatif bagi para politisi untuk melakukan pencitraan, meningkatkan popularitas dan meningkatnya elektabilitas pemilih. Cara ini menjadi efektif karena sebagian isi dari novel mengandung hiburan dan dapat menarik minat pembaca.

Berkaitan dengan hal ini, Noura Books yang menerbitkan novel Sepatu Dahlan pandai memilah sosok yang kisah hidupnya dapat dijadikan sebuah novel. Bersamaan Dahlan Iskan di mana Dahlan merupakan salah satu tokoh yang sedang naik daun di tengah masyarakat dengan kebijakan politiknya dan kepribadiannya yang sederhana. Maka CEO dari Noura Books ini membukukan kisah hidup Dahlan kecil dengan harapan selain untuk menghibur seperti lazimnya

sebuah novel juga untuk mendapat keuntungan profit dari terbitnya novel Sepatu Dahlan.5

Novel Sepatu Dahlan adalah karangan Khrisna Pabichara yang menceritakan masa lalu menteri BUMN, Dahlan Iskan. Novel yang memaparkan mengenai profil seorang tokoh politisi merupakan novel yang bertujuan salah satunya adalah untuk menunjukkan citra tokoh tersebut. Selain itu novel dengan konsep seperti ini merupakan buku yang bertujuan untuk menunjukkan eksistensi tokoh tersebut. Bahkan untuk meningkatkan popularitas, berkaitan dengan seorang tokoh Dahlan Iskan yang notabenenya adalah publik figur sebagai Menteri BUMN. Karena terkait dengan citra yang baik, dengan sendirinya akan meningkatkan popularitas dan elektabilitas politisi, begitupun sebaliknya. Sehingga tidak salah politisi melakukan pertarungan pencitraan di dunia politik.

Novel yang mengupas aspek-aspek kehidupan sosial seseorang terkait dengan kehidupan kesehariannya dan menceritakan proses perjuangan hidupnya, serta hal-hal lain yang ada di sekitarnya merupakan suatu media sosialisasi publik yang sangat efektif. Oleh karenanya, saat ini buku maupun novel yang menceritakan profil seseorang seperti autobiografi maupun biografi saat ini banyak bermunculan.

Melihat kisah yang digambarkan dari perjuangan dan pengorbanan yang dialami Dahlan, peneliti melihat bahwa teks tersebut dibentuk berdasarkan kebutuhan dan informasi apa yang akan disampaikan kepada khalayak media, sehingga dikemas melalui sebuah tulisan. Hal itulah yang mendorong keinginan peneliti untuk meneliti lebih jauh cara penyajian suatu pesan dalam novel yang

5

Wawancara Peneliti dengan Suhindrati Shinta (Penyunting Novel Sepatu Dahlan) di Kantor penerbit Noura Books, pada 30 Agustus 2013.

juga terkait pencitraannya sendiri. Dan mengingat saat ini kesadaran publik mengenai politik pencitraan semakin meningkat. Sehingga, novel yang ditulis Khrisna Pabichara ini menjadi novel best seller yang pernah ditayangkan dalam program Kick Andy Foundation dan diminati oleh para pembaca.

Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diberi judul “Pencitraan dalam Novel Sepatu Dahlan” (Studi Analisis Wacana Kritis dalam Novel

Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara).

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dalam novel Sepatu Dahlan terdapat banyak pencitraan yang ditekankan ke dalam teks oleh Khrisna Pabichara. Kemampuannya menciptakan citra terhadap sosok Dahlan dapat menunjukkan eksistensi tokoh Dahlan Iskan, bahkan untuk meningkatkan popularitas, berkaitan dengan seorang Dahlan Iskan yang notabenenya adalah aktor politik.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah pada pencitraan tokoh Dahlan Iskan dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Peneliti merumuskan batasan pencitraan tokoh Dahlan Iskan yang mencakup seluruh isi cerita yang terdiri dari 32 bab dan 369 halaman.

3. Rumusan Masalah

Mengacu pada batasan masalah di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana wacana pencitraan dilihat dari segi teks, kognisi sosial dan konteks sosial yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui wacana pencitraan Dahlan Iskan dari segi teks, kognisi sosial dan konteks sosial dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara D. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi akademis dan praktis, yaitu:

1. Akademis

Untuk pengembangan ilmu komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, dan peningkatan wawasan akademis terutama tentang analisis wacana, dengan fokus kepada analisis wacana karya sastra, sehingga secara umum dapat bermanfaat dan memberikan konstribusi bagi kajian komunikasi penyiaran islam.

2. Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan bahan perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada, dan memberikan inspirasi dan kontribusi bagi para peminat karya sastra dalam menerapkan sebuah gagasan dan mampu memberikan pengetahuan mendasar terkait dengan pengemasan pencitraan melalui sebuah karya sastra bagi masyarakat.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma penelitian

Peneliti menggunakan paradigma kritis dalam penelitian tentang politik pencitraan Dahlan Iskan dalam novel Sepatu Dahlan. Aliran ini sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu paradigma, tetapi lebih tepat ideologically Oriented Inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideologis terhadap paham tertentu. Ideologi ini meliputi: Neo Marxisme, materialisme, feminisme, Freireisme, partisipatory inquiry, dan paham-paham yang setara. 6

Dilihat dari ontologis paham paradigma ini sama dengan post positivisme yang menilai objek atau realitas secara kritis (critical realism) yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini, secara metodologis paham ini mengajukan dialog dengan transformasi untuk menemukan kebenaran realitas yang hakiki. 7

Secara epistimologis hubungan antara pengamat dengan realitas yang menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, aliran ini lebih menekankan subjektifitas dalam menentukan suatu ilmu pengetahuan, karena nilai-nilai yang dianut oleh subjek atau pengamat ikut campur dalam menentukan kebenaran tentang suatu hal. 8

“Paradigma kritis ini sebenarnya ingin mengoreksi pandangan konstruktivis yang dianggap kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis ataupun institusional. Analisis wacana dalam paradigma kritis ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

6

Norman K. Denzin, dan Egon Guba, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial

(Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 41.

7

Norman K. Denzin, dan Egon Guba, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, h. 41.

8

Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai pikirannya.”9

Bahasa ini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, ataupun berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, ataupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana kritis digunakan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa.10

2. Metode penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, riset ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dalam wawancara.11 Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.12

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan adalah Teori Wacana Kritis (Critical

9

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lks, 2001), h. 6.

10

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 6.

11

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis: Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), h. 58.

12

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke 1, h. 7.

13

Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet ke 10, h. 3.

Discourse) model Teun A. Van Djik. Adapun level yang diteliti menurut level CD Van Dijk, yaitu level segi teks, level segi kognisi sosial, dan level segi konteks sosial.

Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan secara holistik dan dengan cara deskriptif dan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.14

Dalam skripsi ini penelitian akan dilakukan dengan menggunakan analisis wacana dari Teun Van Dijk dengan perspektif analisis paradigma kritis yang berpandangan bahwa media bukanlah saluran bebas dan netral. Komunikasi tidak bisa dilepaskan dari kekuatan-kekuatan yang ada yang mempengaruhi berlangsungnya komunikasi.15Analisis wacana Teun A Van Dijk menggambarkan wacana dalam 3 dimensi, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Dalam mengadakan penelitian wacana novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara, selain menganalisis teks, juga diperlukan analisis kognisi sosial dan konteks sosial.

Menurut Stuart Hall, titik penting dalam memahami media menurut paradigma kritis adalah bagaimana media melakukan politik pemaknaan, karena makna tidak tergantung pada struktur makna itu sendiri, melainkan pada praktik

14

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 6.

15

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2001), h. 48.

pemaknaan. Dari analisis teks akan diteliti elemen-elemen dari struktur mikro, suprastruktur, dan struktur makro yang terdiri dari tema, latar, detil, maksud, bentuk kalimat, pra anggapan, koherensi, kata ganti, leksikon, grafis dan ekspresi yang digunakan wartawan dalam pemberitaanya. Dengan meneliti hal-hal tersebut, akan diungkap representasi bahasa yang berperan dalam membentuk makna mengenai subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu dan strategi-strategi di dalamnya.

Dimensi kedua yang dipakai dalam penelitian ini adalah kognisi sosial. Paradigma kritis mempertanyakan posisi wartawan dan media dalam keseluruhan struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat yang pada akhirnya posisi tersebut memengaruhi berita, bukan pencerminan dari realitas sebenarnya.16 Hal ini diasumsikan dengan meneliti kesadaran mental individu pengarang dalam membuat teks.

Dimensi ketiga yang diteliti adalah konteks sosial. Dalam aspek konteks sosial akan diteliti kondisi masyarakat (tren yang sedang berkembang dalam masyarakat) yang memengaruhi keluarnya suatu pemberitaan yang disajikan wartawan, karena pada umumnya sebuah pemberitaan yang keluar di media massa mengacu kepada suatu fenomena yang terjadi dalam suatu masyarakat.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah penulis novel Sepatu Dahlan yaitu, Khrisna Pabichara sedangkan objek dari penelitian ini hanya fokus pada isi dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara.

4. Teknik Pengumpulan Data

16

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara teks/ dokumen research. Sebagai metode ilmiah penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.17 Dalam hal ini, melalui wawancara peneliti mempunyai tujuan untuk menggali secara mendalam terkait proses pemaknaan dan pemaknaan itu sendiri dari narasumber.

Peneliti mewawancarai penulis novel Sepatu Dahlan, yaitu Khrisna Pabichara. Dan untuk memperkuat petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara peneliti juga mewawancarai pengamat politik yaitu Yunarto Wijaya, SIP., MM dan penyunting novel Sepatu Dahlan Suhindrati Shinta.

5. Teknik Analisis Data

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.”18

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis wacana dibandingkan analisis lainnya. Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi.19 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Teun A Van Dijk yang menggambarkan wacana dalam 3 dimensi, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Alasan peneliti menggunakan analisis wacana karena penelitian ini tidak hanya membahas teks semata, namun juga dapat melihat bagaimana suatu pesan disampaikan melalui kata, frasa, kalimat ataupun bentuk metafora apa yang disajikan juga terdapat makna ideologi dalam produksi teks.

17

Sutrisno, Metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1989), h. 192.

18

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, cv. 2010), h. 89.

19

6. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini merujuk kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk, yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance).

F. Tinjauan Kepustakaan

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka, diantaranya:

1. Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi ini ditulis oleh Siti Aminah, mahasiswi fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Skripsi ini menggunakan model wacana Van Djik yang menggambarkan sturuktur pragmatik atau struktur kebahasaan dalam novel laskar pelangi (LP). Novel yang sangat fenomenal beberapa tahun lalu dengan penjualan terbaik di Indonesia .

2. Analisis wacana citra perempuan dalam tabloid nova edisi khusus kecantikan tanggal 21-27 november 2011. Skripsi ini ditulis oleh Tiara Mustika, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Jurnalistik. Skipsi ini menekankan kepada artikel-artikel tabloid nova yang dapat membentuk pemikiran khalayak mengenai permasalahan seputar makna kecantikan perempuan dan kriteria apa yang harus dimiliki perempuan agar dapat dikatakan cantik.penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kritis.

3. Analisis wacana sinetron Dewi Fortuna oleh Mira Khairunnisa, Fakultas FISIP UI Depok tahun 1992. Penelitian ini dilakukan dengan dasar bahwa

media massa melalui program-programnya dapat membuat khalayak untuk berpikir mengenai hal apapun kepada pemikiran yang diarahkan media massa, termasuk citra mengenai perempuan yang ideal. Skripsi ini mencoba meneliti pembentukan citra perempuan ideal tersebut oleh media massa dengan cara menganalisis wacana-wacana yang terdapat dalam sinetron yang berjudul Dewi Fortuna.

Dari beberapa tinjauan pustaka di atas penelitian ini memiliki karakter yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari latar belakang dan analisis yang berbeda dari penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dan penelitian yang penulis lakukan diharapkan memberi tambahan atau pelengkap dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan penulisan, dimana masing-masing dibagi ke dalam sub-sub dengan rincian sebagai berikut:

Pada bab satu peneliti akan menguraikan latar belakang masalah yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian terhadap novel Sepatu Dahlan, juga batasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegiatan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kajian teori dan sistematika penulisan.

Adapun pada bab dua peneliti menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian, diantaranya pembahasan mengenai media massa dalam perspektif kritis, selanjutnya pengertian analisis wacana, analisis wacana Teun A. Van Dijk yang terdiri dari tiga level analisis, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, selanjutnya pada bab ini juga

membahas tentang pengertian citra, media massa dalam pencitraan, dan simulakra.

Sedangkan pada bab tiga ini berisi biografi (riwayat hidup) penulis yaitu Khrisna Pabichara yang meliputi sejarah singkat Khrisna Pabichara, Karya-karyanya dan ringkasan cerita novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Selanjutnya pada bab empat berisi hasil analisis dan temuan peneliti yang meliputi Analisis wacana kritis pencitraan Dahlan dalam novel Sepatu Dahlan dilihat dari analisis teks yang meliputi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro, analisis wacana kritis novel Sepatu Dahlan dilihat dari kognisi sosial, analisis wacana kritis novel Sepatu Dahlan dilihat dari konteks sosial.

Bab terakhir pada penelitian ini berisi penutup yakni, kesimpulan dan saran. Peneliti berharap dapat mendeskripsikan hasil dari penelitian dan menguraikan data secara baik. Sehingga beberapa uraian penting yang peneliti berikan dari hasil penelitian ini akan dirangkum dalam bahasan kesimpulan. Selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian ini peneliti menyisipkan saran-saran agar menjadi bahan pertimbangan tentang bahasan peneliti yang telah diangkat sebagai pokok permasalahannya.

TINJAUAN TEORITIS

A. Media massa dalam perspektif kritis

Perspektif kritis berasal dari asumsi-asumsi teori Marxis. Pendekatan kritis meneliti kondisi sosial serta membongkar tatanan kekuasaan. Teori tradisional cenderung bersifat netral, ia hanya menyediakan diri sebagai alat untuk menganalisis secara teknis setiap hal dan keadaan termasuk masyarakat. Maka teori kritis ini bertujuan memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari masyarakat yang irasioanal, selain itu, memberikan kesadaran untuk pembangunan masyarakat rasional yang mana merupakan tempat manusia untuk memuaskan semua kebutuhan dan kemampuannya. Sebagaimana yang diungkapkan Marx Horkheimer.1

Bebarapa teoritisi kritis berpendapat bahwa orang bisa bertahan dari gempuran pengaruh media dan bahwa media menyediakan sekian banyak ruang

Dokumen terkait