• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN TEKS DAN ANALISA WACANA PEMBERITAAN

B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya

proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. 49

Menurut Van Dijk, titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks serta sumber-sumber yang digunakan Redaksi hingga menjadi satu berita. Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini sangat bertolakbelakang dengan kecenderungan menghubungkan teks komunikasi dengan isu besar dalam media seperti kontrol institusi, profesi, modal, dan lain sebagainya.

Dalam pengambilan isu tersebut pihak Redaksi mengatakan ada hal yang menarik yang ingin disampaikan kepada publik:

Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di tengah perseteruan antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.”50 Dalam pandangan van Dijk, ada beberapa strategi yang dilakukan wartawan dalam memahami peristiwa yang diliputnya. Pertama, seleksi. Seleksi adalah strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa diseleksi oleh wartawan. Kedua, reproduksi. Behubungan dengan apakah informasi dikopi, digandakan, atau tidak dipakai oleh awrtawan. Ketiga, penyimpulan. Berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas. Keempat, transformasi lokal. Transformasi berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan.

49

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 266

50

Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits (Redaktur Politik) pada 3 November 2014 melalui E-mail.

Dalam berita ini pihak Merdeka memposisikan mereka selayaknya media lain yang memberitakan isu tersebut terus menerus, kalau tidak memunculkan berita tersebut maka akan terlihat berpihak, Benny memiliki alasan:

“Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu diberitakan, tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak boleh ada yang disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita tersebut sementara media lain membuat, akan terlihat bahwa kita berpihak”.51

Di Merdeka.com sendiri proses pengambilan berita hingga dapat dinikmati pembaca tidak serumit media cetak dan cenderung lebih simple.

“Reporter bertugas menghimpun data atau info sebanyak-banyaknya di lapangan. Kemudian tugas editor mengedit dan menentukan data dan info yang didapat oleh reporter itu layak dinaikkan menjadi berita atau tidak. Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Rapat redaksi dimulai pukul 17.00 agenda dikirim melalui email kepada reporter, kemudian reporter mengirimkan kembali kemudian setelah berita sudah jadi atau sudah melalui proses editing oleh editor, berita itu kemudian dinaikkan ke tools yang sudang disiapkan oleh tim IT”.52

Sebagai media yang dapat dikatakan Nasionalis, nampaknya isu mengenai RUU Pilkada mejadi salah satu isu yang gencar diberitakan oleh Merdeka. Diakui bahwa keberpihakan dalam media memang tidak bisa dihindari, namun kembali kepada kecerdasan wartawan dalam mengelola dan mengkonstruksi kalimat, sehingga tidak merugikan pihak lain dalam pemberitannya dengan tidak terlalu menonjolkan kata-kata yang menjatuhkan pihak tertentu.

51

Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi (Reporter) pada 8 November 2014 melalui E-mail.

52

Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits (Redaktur Politik) pada 3 November 2014 melalui E-mail.

Jadi secara kognisi sosial terlihat jelas bahwa wartawan Merdeka.com memiliki motivasi kognisi sosial yang kuat dalam keberpihakannya terhadap penolakan RUU Pilkada. Meskipun secara proses penerbitan berita yang memiliki otoritas penuh akan naiknya berita adalah editor atau redaktur. Pertama, merdeka membebaskan para wartawan untuk memuat sebuah berita asalkan sesuai dengan fakta dan data yang valid, dan dengan alur produksi yang simple maka dengan mudah apa yang ingin detekankan penulis dapat terlihat dengan sangat jelas didalam teks berita.

Kedua, sisi indivu dari wartawan yang tidak mendukung akan hal tersebut dalam pengesahan RUU Pilkada menjadi faktor berikut yang menjadi salah satu faktor pengaruh terhadap isi berita, sehingga apa fakta yang ditimbulkan dan siapa yang memberikan keterangan menjadi suatu penekanan atau kecenderungan tersendiri.

Terlepas dari kesamaan tersebut, melihat kecenderungan Merdeka.com yang menolak akan disahkannya RUU Pilkada, penulis memandang bahwa seharusnya keseimbangan dalam penyampaian informasi oleh media massa kepada khalayak haruslah diperhatikan. Peran media massa sebagai ruang publik menuntut isi berita yang disampaikan tidak hanya memihak pada satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, apalagi menyangkut konflik koalisi partai-partai yang mendukung masing-masing tokoh, dan tentunya mengganggu kestabilan demokrasi. Meskipun pada kenyataannya tidak dapat dihindari keberpihakan yang dilatarbelakangi atas kesamaan ideologi sangat mungkin terjadi dalam pemberitaan di media massa yang akhirnya akan memengaruhi isi berita tersebut.

Sebagaimana disebutkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese (1996) bahwa terdapat berbagai faktor yang secara hirarkis dapat memengaruhi isi media. Pertama faktor individu, Laurel Benny Siron Silalahi yang merupakan reporter dari berita ini mengatakan penolakannya terhadap RUU Pilkada.

“RUU Pilkada saat ini sudah disahkan oleh DPR yaitu pilkada dipilih oleh DPRD, sebagai negara yang menjujung azaz demokrasi sebaiknya pilkada dilakukan secara langsung tidak melalui DPRD. Karena kalau dipilih DPRD akan banyak terjadi polemik di masyarakat. Mudah-mudahan Perpu SBY akan dikabulkan oleh DPR bulan Januari nanti.”53

Dari apa yang telah dikatakan oleh Benny terlihat bahwa pandangannya menolak akan kontroversi RUU Pilkada yang jika dikaitkan dengan level Hierarki Pengaruh termasuk dalam Level Individu, yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter yang dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita. Level ini memiliki pengaruh yang amat besar karena wartawan atau reporter adalah individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi dilapangan.54

Jika kognisi wartawan dalam memahami pro dan kontra pengesahan RUU Pilkada seperti yang telah penulis paparkan diatas maka dalam tabel empat skema atau model kognisi sosial van Dijk dapat dituliskan sebagai berikut:

Tabel 5

Skema/Model Kognisi Sosial van Dijk

53

Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi (Reporter) pada 8 November 2014 melalui E-mail.

54

Werner J. Severin, James W. Tankard, jr., Teori Komunikasi Sejarah, Metode, Dan Terapan Di

Skema Peran (RoleSchemas), skema ini berhubungan dengan bagaimana sesorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati

seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini Laurel Benny Siron Silalahi memandang pengesahan RUU Pilkada bertentangan dengan azas demokrasi yang belakangan dibangun oleh Indonesia. Dan dia pun berharap agar PERPU

yang diajukan oleh SBY dikabulkan oleh DPR.

Skema Peristiwa (EventSchemes), skema ini paling banyak dipakai,

karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu-lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan. 55 Muhammad Hasits mengatakan pengesahan RUU Pilkada menjadi

isu yang hangat diperbincangkan oleh segala lapisan masyarakat dan media. Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di tengah perseteruan

antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.

Dokumen terkait