• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media” karangan Eriyanto, di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mengembangkan analisis wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan dikemukakan oleh Eriyanto diantaranya Roger Fowler (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideologi, Sara Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai feminisme, Theo van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.

Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model van Dijk-lah yang paling sering dipakai dalam berbagai penelitian teks media. Meski penelitian-penelitian wacana yang sering diteliti oleh van Dijk adalah mengenai rasialisme namun tidak menutup kemungkinan terhadap objek penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti. Sama halnya, seperti objek penelitian terhadap teks berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” ini.

Jika penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis Teun A. Van Dijk, maka harus diketahui terminologi analisis wacana dari van Dijk itu sendiri, yang dikutip dari buku “Aims of Critical Discourse Analysis.”

Critical Discourse Analysis (CDA) has become the general laber for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical

semiotics and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices, aims, theories or methods of CDA. 10

Analisis wacana ini berasal dari analisis linguistik kritis. Merambah kepada ilmu sosial lainnya. Meski awalnya berasal dari bahsan wacana linguistik, tapi tidak menutup kesempatan kepada ilmu sosial lainnya untuk diteliti. Van dijk lebih menyukai untuk berbicara mengenai Critical Discorse Studies (CDS) karena batasannya lebih umum, tidak hanya meliputi analisis kritis tapi juga teori kritis seperti penerapan kritis. Namun dalam penelitian ini lebih tertuju kepada paradigma konstruktivis, bukan paradigma kritis.

Van dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk massyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta struktur sosial mikro dan makro.11

10

Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse,1995) Vol.1 h,17

11

Teun van Dijk, Discourse and Society: Vol 4 (2). (London: Newbury Park and New Delhi: Sage,1993), h.249

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati.

Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan kedalam sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat dibentuk dalam struktur teks.

Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh Rachmat Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan. 12

Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan

12

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 258

suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi teks dan analisis sosial.13

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu.

Misalnya timbul akibat struktur pikiran tertentu yang membentuk suatu cara melihat persoalan sehingga mempengaruhi bagaimana suatu teks diproduksi. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk.

1. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur / tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. „Pertama‟, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun

13

kedalam berita secara utuh. Ketiga bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks.

Kita tidak hanya mengerti dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu.

Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai oleh praktik kewacanaan. Oleh sebab itu hanya melalui praktik kewacaan sajalah tempat orang menggunakan bahasa untuk menghasilkan dan mengkonsumsi teks-teks bisa membentuk dan dibentuk oleh praktik sosial. Pada saat yang sama, teks (ciri-ciri linguistik formal) memengaruhi proses pemroduksian dan pengkonstruksian (Fairclough 1992b: 71ff; 1995b:60).14 Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:

14

Marianne W. Jorgensen & Louise J. Phillips, Analisis Wacana Teori & Metode, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010), h. 129

Tabel 1

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks

Dengan kata lain analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dalam suatu teks.15 Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukip hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Wacana Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis.16 Berikut berbagai elemen yang merupakan satu kesatuan untuk memperoleh gambaran dari elemen-elemen yang akan diamati:

15

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 270 16

Tabel 2

Tabel Elemen Wacana Van Dijk 17

Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro Makna

global dari suatu teks yang dapat diamati dari

topik/tema yang diangkat oleh suatu

teks

TEMATIK Tema/topik

yang dikedepankan dalam suatu berita

Topik

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,

penutup, dan kesimpulan

SKEMATIK

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks

berita utuh

Skema

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

SEMANTIK

Makna yang ingin ditekankan dalam teks

berita. Misal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat

eksplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi

lain

Latar, detail, maksud, praanggapan,

nominalisasi

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

SINTAKSIS

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang

dipilih.

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

17

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

STILISTIK Bagaimana

pilihan kata yang dipakai dalam teks

berita

Leksikon

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

RETORIS Bagaimana

dan dengan cara penekanan dilakukan

Grafis, metefora, ekspresi

a. Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau topik. Dalam analisis, topik suatu berita ini memang baru bisa disimpulkan, seperti halnya kalau kita menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.

Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalama tata aturan umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global

coherence), yakni bagian-bagian dalam teks kalau dirunut menunjuk pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.

Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks koheren yang utuh.

Gagasan Van Dijk berdasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental/pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam berita. Karena topik disini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam berita.

Elemen lain dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan dalam pemberitaan. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik pemberitaan. 18

18

b. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Wacana percakapan sehari-hari misalnya, mempumyai skema salam perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup/perpisahan.

Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama,

summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan

lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.

Arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol. Proses penyusunan ini bukan semata melibatkan unsur teknis

jurnalistik (mana yang dianggap penting dan layak diberitakan) tetapi menimbulkan efek tertentu. 19

c. Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.20

d. Detil

Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekpresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.21

e. Maksud

19

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 231

20

Eriyanto, Analisis Wacana,h.235

21

Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.22

f . Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang diapakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 23

g. Koherensi kondisional

Koherensi komdisinal di antaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya dalam

22

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 240

23

kalimat hanya penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak ada anak kalimat itu tidak akan mengurangi arti kalimat. 24

h. Koherensi pembeda

Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini. Efek pemakain koherensi pembeda yang paling nyata adalah bagaimana pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda. Karean satu fakta atau realitas dibandingkan dengan realitas yang lain. Disini yang harus dikritisi adalah bagian mana yang diperbandingkan dan dengan cara apa perbandingan itu dilakukan. Apa efek dari perbandingan tersebut, apakah membuat satu fakta menjadi lebih baik atau bertambah buruk.25

i. Pengingkaran

Adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaiaman wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.

Dengan kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan

24

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS , 2001), h. 244

25

gagasannya kepada khalayak. Pengingkaran adalah sebuah elemen di mana kita bisa membongkar sikap atau ekspresi wartwan yang disampaikan secara tersembunyi. Hal yang tersembunyi itu dilakukan oleh wartawan seolah ia menyetujui suatu pendapat, padahal yang dia inginkan adalah sebaliknya. 26

j. Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.

Bentuk lain adalah dengan pemakain urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Yang pertama, menekan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan permainan semantik. Bentuk kalimat dapat dilihat dari posisi proposisi dalam kalimat.

Penempatan dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.27 Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat

26

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 249

27

dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 28

k. Kata Ganti

Untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambaarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata.

Akan tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.29

l. Leksikon

Menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan

28

Lubis, Analisis Wacana Pragmatik ( Bandung: Angkasa, 2011), h. 23

29

ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-beda.30

m. Praanggapan

Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya untuk mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah supaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyaka.31

n. Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar.

Termasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raste, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-nagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Pemakaian angka-angka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran,

30

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 255

31

ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. 32

o. Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, melainkan juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. 33

2. Kognisi Sosial

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema di dalamnya bagaimana kita memandang manusia,peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memperoses informasi

32

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 257

33

yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi.

Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas membantu kita memandu apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu.

Dokumen terkait