• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1.1 Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana termasuk dalam paradigma kritis. Wacana untuk konsumsi publik bukan dilihat dalam keadaan mentah tapi sebaliknya adalah wacana yang diorganisasi ulang dan dikontekstualisasikan agar sama dengan bentuk ekspresi tertentu yang sedang digunakan. Bentuk ekspresi teks tertentu mempunyai dampak besar atau apa yang terlihat, siapa yang melihat dan dari perspektif sudut pandang macam apa.

Hal ini bisa dijelaskan bahwa ketika kita membaca teks, maka makna tidak akan kita temukan dalam teks yang bersangkutan. Yang kita temukan adalah pesan dalam sebuah teks. Sebuah peristiwa yang direkam oleh media massa baru mendapat makna ketika peristiwa tersebut ditempatkan dalam identifikasi kultural di mana berita tersebut hadir. Peristiwa demi peristiwa diatur dan dikelola sedemikian rupa oleh para awak media, dalam hal ini oleh penyiar radio. Itu berarti bahwa para awak media menempatkan peristiwa ke dalam peta makna. Seluruh aktivitas dan pemaknaan simbolik dapat dilakukan dalam teks media massa. Pada dasarnya teks media massa bukan realitas yang bebas nilai. Pada titik kesadaran pokok manusia, teks selalu memuat kepentingan.

Analisis wacana merupakan jenis penelitian yang berfokus pada analisis struktur, strategi dan proses produksi dan reproduksi makna text dan talk yang dilakukan secara eksplisit dan sistematis. Text berkaitan dengan struktur ekspresi dalam bentuk kata, susunan kata, atau susunan kalimat, sementara talk

merupakan struktur ekspresi dalam bentuk audio (suara, ucapan, dan sebagainya). Akan tetapi, text dan talk tidak hanya dianalisis dari aspek strukturnya (bentuknya) melalui perspektif semiotika tetapi juga dianalisis dari proses dan konteks yang melatarbelakangi produksi dan reproduksi keduanya. Pokok soal yang dipermasalahkan analisis wacana kritis adalah perihal bagaimana sebuah realitas atau fakta dihadirkan kembali dalam pesan atau teks media. Problem representasi ini tidak hanya menyangkut penyajian belaka, bahkan juga berkait erat dengan soal pemilihan jenis fakta yang akan diangkat, perspektif yang digunakan , narasumber, topik yang dipilih dan semacamnya.

Asumsi dasar analisis wacana kritis adalah bahwa realitas yang disajikan teks-teks media massa adalah realitas yang terdistorsi dalam arus proses sejarah dominasi antara kekuatan –kekuatan sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Analisis wacana sebagai salah satu dari analisis isi selain analisis ini kualitatif yang banyak dipakai. Kalau analisis ini kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan ”apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada ”bagaimana’ (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001:xv).

Dalam Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/CDA), wacana di sini tidak dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa di sini dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga

menghubungkan dengan konteks. Artinya, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu termasuk di dalamnya praktek kekuasaan dalam melihat ketimpangan yang terjadi.

Dalam Eriyanto (2001: 8-13) mengutip Fairclough dan wodak , Analisis Wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Karakteristik Analisis Wacana Kritis menurut Teun A. van Dijk , Fairclough dan Wodak adalah:

1. Tindakan

Wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana tidak ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Ada beberapa konsekuensi yang harus dipandang. Pertama wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan. Apakah untuk mempengaruhi, membujuk, merayu, mendebat, bereaksi. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali.

2. Konteks

Analisis Wacana Kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti layar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Menurut Gyu Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan siatuasi apa; bagaimana perbedaab tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk masing-masing pihak.

Ada tiga hal sentral yang harus ada dalam wacana, yakni teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan ,

musik gambar, efek suara, citra, an lain sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi. Wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama.

3. Historis

Salah satu aspek penting untuk mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu dimana wacana itu diciptakan. Pemahaman akan wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberi konteks historis dimana teks itu diciptakan.

4. Kekuasaan

Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan berhubungan dengan kontrol kekuasaan. Bisa berupa kontrol atas teks atau mengontrol struktur wacana.

5. Ideologi

Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kesadaran kapada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.

II.2. Model Teun A. van Dijk

Analisis yang dikenal sebagai Pendekatan kognisi Sosial ini, dikembangkan oleh pengajar di Universitas Amsterdam Belanda, dengan tokohnya Teun A. van Dijk. Wacana di sini bukan hanya dilihat dari struktur wacana, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi ini menyertakan suatu proses yang disebut kognisi sosial. Menurut Teun A. van Dijk penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Perlu dilihat bagaimana sesuatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu. Oleh karena itu penelitian mengenai wacana tidak bisa mengeksklusi seakan-akan teks adalah bidang yang kosong. Sebaliknya dia adalah bagian kecil dari struktur masyarakat (Eriyanto,2001:222).

Pada dasarnya, realitas di dalam masyarakat informasi sekarang dibentuk oleh berbagai teknik kontruksi sosial realitas. Konstruksi ini menciptakan berbagai bentuk kejadian atau peristiwa yang tampaknya terjadi, padahal semuanya tidak lebih dari sebuah rekayasa. Bisa dikatakan bahwa keyakinan atau pengetahuan kita tentang dunia diperoleh melalui discourse dan komunikasi.

Teks dibentuk dalam suatu praktek diskursus. Teun A. van Dijk tidak hanya membongkar teks semata, tapi ia melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tersebut. Wacana oleh Teun A. van Dijk dibentuk oleh tiga dimensi: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah (Eriyanto,2001:224).

Model analisis Teun A. van Dijk bisa digambarkan sebagai berikut :

(Eriyanto,2001:225) a. Teks

Teks terdiri dari beberapa unsur dan tingkatan yang saling mendukung. Pertama struktur makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.

Kedua superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan

kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam suatu berita secara utuh. Ketiga struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak, kalimat, parafrase, dan gambar.

Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Kita tidak hanya mengerti apa isi dari suatu teks

Konteks

Kognisi Sosial

berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebgai berikut:

(Eriyanto,2001:227)

Pemakaian kata, kalimat, proposisi tertentu oleh media dipahami Teun A. van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang.

b. Kognisi Sosial

dalam kerangka analisis wacana Teun A. van Dijk , perlu ada penelitian mengenai kognisis sosial, atau kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Seperti yang dijelaskan Eriyanto (2001:261), peristiwa dimengerti dan dipahami didasarkan pada skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial dan peristiwa.

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang diamati dari topik atau tema yang diangkat dari suatu teks

Super Struktur

Kerangka dari suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan

Struktur Mikro

Makna local dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

Skema menunjukkan bahwa kita mengunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang datang dari lingkungan. Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas. Membantu kita untuk mamandu apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Ada beberapa macam skema/model yang dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Macam-macam Skema

Skema Person (Person Schemas). Skema ini adalah bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang penyiar misalnya, memandang dan memahai orang yang sudah tidak perawan yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan disampaikan.

Skema Diri (Self Schcemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.

Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat.

Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini barangkali yang paling banyak dipakai , karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai wartawan. (Eriyanto,2001:262)

Wartawan atau penyiar menggunakan model/skema dalam memahami peristiwa yang diliputnya. Model itu memasukkan opini, sikap, persfektif dan informasi lainnya. Menurut Teun A. van Dijk (dalam Erriyanto 2001:269) ada beberapa strategi yang dilakukan.

Pertama seleksi, yaitu strategi yang komplek yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam berita. Kedua reproduksi, berhubungan dengan apakah informasi yang ditampilkan dikopi, digandakan, atau tidak dipakai sama sekali oleh wartawan. Ini berhubungan dengan sumber berita. Ketiga penyimpulan, strategi besar dalam memproduksi berita atau tulisan yang berhubungan dengan mental wartawan adalah penyimpulan atau peringkasan informasi.

c. Konteks Sosial

konteks didefinisikan sebagai struktur (terrepresentasikan secara mental) dari sifat situasi sosial yang relevan untuk produksi atau komprehensi wacana. Ini terdiri dari kategori seperti situasi, setting (waktu atau tempat), tindakan yang terjadi (meliputi wacana dan genre wacana), peserta dalam berbagai peran komunikatif, sosial, atau institusional, serta mental representation: tujuan, pengetahuan, opini, sikap, dan ideologi.

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam suatu masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Teun A. van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, hal yang penting yakni kekuasaan dan akses.

Praktik kekuasaan berhubungan dengan kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok, satu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Biasanya didasarkan atas pemilikan sumber-sumber yang bernilai. Sedangkan akses,

menunjukkan bagaimana kelompok yang berkuasa memiliki akses yang lebih besar ke media dan kesempatan yang lebih besar untuk mempengaruhi khalayak. Hal inilah yang terkadang menjadikan media bukanlah sesuatu yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok dominan, media memiliki kemungkinan besar dikuasai oleh kelompok berkuasa atau kelompok-kelompok yang memegang kekuasaan.

Untuk kalangan kritis (critical), media dipandang sebagai alat perjuangan kelas. Makna dalam hal ini tidak ditentukan oleh struktur realitas, melainkan oleh kondisi ketika pemaknaan dilakukan melalui praktek sosial, dimana terdapat peluang yang sangat besar bagi terjadinya pertarungan kelas dan ideologi.

II.3. Komunikasi Massa

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication” yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia yang berarti ”sama” dan menurut Sir.Gerald Barry ”commuicare” yang berarti ”bercakap-cakap” (dalam Effendy, Onong,1990:1). Jika kita berkomunikasi , berarti kita mengadakan kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian dan makna.

Menurut Hovland (dalam Effendy, Onong,1990:2), komunikasi didefenisikan sebagai berikut : ”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui atau dengan menggunakan media massa (mass media of

comunication). Komunikasi massa menyiarkan informasi (ideas and information), pendapat-pendapat, nilai-nilai (values) kepada komunikan yang beraneka ragam dan dalam jumlah yang banyak denagan sekaligus menggunakan media massa.

Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca / pendengar / penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa di sini ialah komunikasi dengan menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, radio dan televisi yang siarannya ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Disebut media massa apabila media itu menyebabakan khalayak secara serempak bersama-sama memperhatikan pesan yang sama yang dikomunikasikan media itu pada saat yang sama.

Dapat disimpulkan bahwa, komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa yang modern dalam penyampaian informasi maupun pengetahuan kepada khalayak (komunikan) luas dan heterogen. Media massa merupakan media yang sangat penting dalam menyiarkan berbagai informasi, pengetahuan, pendidikan dan hiburan, yang dapat diterima secara serentak dan sesaat oleh komunikannya.

Adapun ciri-ciri utama dari komunikasi massa, adalah: 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Selain memiliki ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Adapun fungsi dari komunikasi massa yaitu :

1. Pengawasan (surveillance)

Pengawasan ini mengacu pada peranan berita dan informasi media massa. media dianggap bertindak sebagai pengawas karena orang-orang media inilah yang mengumpulkan segala informasi yang tidak dapat diperoleh oleh masyarakat luas.

2. Interpretasi

Selain menyajikan fakta dan data, media massa juga harus mampu melakukan interpretasi mengenai informasi yang disajikan atau tentang suatu peristiwa.

3. Hubungan (linkage)

Media massa harus dapat berperan sebagai penghubung dari unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung atau perorangan.

4. Sosialisasi

Media massa mentransmisikan nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi prilaku dan nilai dari suatu kelompok. Adapun media yang paling mudah mentransmisikan nilai-nilai adalah media elektronik(televisi dan radio) yang memiliki sifat mudah dicerna, diingat dan komunikatif terhadap audiencenya.

5. Hiburan

Adapun 70 persen dari isi dan informasi yang diberikan media massa pada umumnya adalah untuk menghibur audiencenya, terutama media-media elektronik seperti televisi, radio serta internet (Effenfy,1995:29-31).

Dokumen terkait