• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Analisis Teks

BAB V. Berisi Penutup yang memuat tentang Kesimpulan dan Saran Bagian Terakhir memuat Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran

TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel De Winst karya Afifah Afra

1. Analisis Wacana Pesan Moral dilihat dari Analisis Teks

Dalam analisis teks, peneliti memfokuskan pada strategi wacana serta teknik penulisan yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa tertentu, dengan cara menguraikan struktur kebahasaan secara makro (tematik), superstruktur (skematik) dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik dan retoris).

a. Struktur Makro

Tema merupakan gagasan inti dari suatu teks yang menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh seorang penulis melalui tulisannya dalam melihat atau memandang suatu peristiwa. Tema dalam suatu karya fiksi atau novel merupakan gagasan sentral yang menjadi dasar penulisan sebuah karya dan

dalam tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca melalui tulisannya tersebut.

Tema secara umum pada novel De Winst adalah menguraikan tentang: 1. Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan

kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.54 Tema ini menjadi tema utama yang terdapat dalam novel, yang ditunjukkan melalui kisah tokoh utamanya Rangga yang memiliki semangat juang untuk melawan imperialisme Belanda dengan usahanya dalam bidang ekonomi. Selain itu tokoh lainnya yang berjuang keras dalam bidang pendidikan.

2. Integritas dan Loyalitas, Integritas merupakan Penggabungan dari beberapa kelompok yang terpisah menjadi satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama.55 Sedangkan loyalitas merupakan setia pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi sesorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu. Kedua tema tersebut tampak pada kisah Rangga, Sekar, Jatmiko dan lainnya yang memiliki kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan. Rangga seorang bangsawan keturunan Keraton Surakarta yang berhasil memperoleh gelar doktorandus di bidang ekonomi dengan predikat lulusan terbaik, setelah selama delapan tahun dihabiskan untuk menempuh studi di Universitas Leiden Belanda. Setelah kepulangannya ke tanah air, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kehidupan rakyatnya jauh dari

54

http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme" diakses pada 25 juni 2008

55

kesejahteraan, hidup yang tertindas karena pemerintah kolonial Belanda mempekerjakan para buruh di pabrik-pabrik milik orang Belanda di tanah jajahan mereka. Para buruh itu bekerja tanpa jaminan apa-apa dengan upah yang begitu minim, berbanding tajam dengan para komisaris pabrik yang notabene kaum penjajah. Kemudian muncul Kresna, Jatmiko, Sekar yang memprovokasi Rangga yang menjadi salah satu petinggi di Pabrik De Winst saat itu, untuk bangkit melawan imperialisme dan memperjuangkan hak-hak rakyatnya atas kepemilikan tanah, perbaikan pendidikan, dan kehidupan yang lebih baik di tanah air sendiri. Tema loyalitas juga ditunjukkan dengan perjuangan mereka yang begitu hebat karena kecintaan mereka terhadap tanah airnya.

3. Tanggung jawab kepemimpinan, merupakan tekanan sosial yang mengikat sesuai dengan kewajiban dan tugas yang dibutuhkan status sosial itu sendiri sebagai pemimpin. Tanggung jawab kepemimpinan dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial yang muncul dari kesadaran seorang pemimpin yang mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya demi kesejahteraan orang-orang yang dipimpinnya. Tema seperti ini terdapat dalam novel yang menceritakan Rangga dengan segenap kemampuannya berusaha untuk memperjuangkan hak-hak buruh yang tertindas. Sebagai pribumi yang menduduki jabatan tinggi di perusahaan tempatnya bekerja, Rangga merasa ada tanggung jawab yang dipikulnya. Karena itu walaupun dia menjadi bagian dari De Winst tidak membuatnya lupa untuk memperjuangkan nasib saudara sebangsanya. Bahkan kesempatan itu yang dimanfaatkan Rangga

meskipun harus berhadapan dengan keserakahan dan kecongkakan para petinggi pabrik tempatnya bekerja yang notabenenya penjajah.

4. Persamaan derajat, tema ini ditunjukan pengarang melalui tokoh-tokohnya yang selalu menghargai orang tanpa memandang jabatan, keadaan status sosial, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Walaupun pada saat itu, sistem aristokrasi yang berlaku masih menjadi tradisi masyarakat keraton jawa. Bahkan status sosial yang dimiliki para tokoh justru mereka manfaatkan untuk menolong saudara-saudara sebangsanya yang tidak seberutung mereka, baik itu dari segi pendidikan maupun ekonomi.

5. Berusaha dan bekerja keras. Tema ini ditunjukkan dalam cerita pada novel De Winst yang mengisahkan perjuangan Rangga, Sekar, Jatmiko, Pratiwi dalam membela hak masyarakat dan usaha untuk memberikan kesejahteraan bersama dengan melawan tindakan kesewenang-wenangan para penguasa Belanda yang telah menindas rakyat untuk keuntungan orang Belanda itu sendiri. Terlepas dari perbedaan cara masing-masing orang dalam melakukan usaha itu. Dan untuk mendapatkan dan merealisasikan apa yang mereka inginkan mereka pun bekerja keras tanpa takut akan bahaya yang mengancam. Melalui tema ini pengarang ingin memberi pandangan bahwa kita sebagai manusia untuk mencapai suatu keinginan harus berusaha dan bekerja keras. Segala sesuatu yang kita inginkan tidak akan datang dengan sendirinya tanpa ada usaha apapun. Dan bila dikaitakan ke agama, mengenai kerja keras menjadi hal yang dianjurkan sebagaimana Allah SWT berfirman:

Artinya: ”...sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S Ar-Ra’d: 11)

Semua manusia ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kebahagiaan duniawi contohnya kecukupan materi, sukses dalam berkarir, memiliki keluarga yang sejahtera, dan untuk semua itu kita harus berusaha dan bekerja sebaik-baiknya. Dan untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat tentunya kita juga harus berusaha dengan melaksanakan segala yang diperintahkannya dan menjauhi larangan Tuhan Sang Pencipta.

6. Ciri penting menuntut ilmu dan mengamalkannya. Dalam novel ini dikisahkan tentang Rangga yang dikirim oleh ayahnya kanjeng Gusti Pangeran Haryo Suryanegara untuk kuliah di Universitas Leiden Belanda. Dengan suatu tujuan yakni mendapatkan ilmu-ilmu modern yang sama dengan orang-orang Belanda. Karena pada saat itu Hindia Belanda berada dalam kekuasaan Nederlanders. Dan dengan ilmu yang didapatkannya, ayahnya berharap Rangga dapat merealisasikan ilmunya untuk kesejahteraan saudara sebangsanya yang tertindas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Ingat, Rama menyekolahkan kamu jauh-jauh ke Nederland adalah agar kau bisa mencuri ilmu mereka. dan dengan ilmu tersebut, kau harus bisa menegakkan kehormatan bangsa yang terinjak-injak.”

Pendidikan menjadi aspek penting bagi seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, karena itu masyarakat di mana pun tahu bahwa pendidikan menjadi suatu yang diharuskan. Jika dikaitkan ke Moral Islam, maka pendidikan itu sangat penting karena orang yang terdidik dan tidak dididik akan berbeda dalam tingkah lakunya, karena melalui pendidikan pula moral terbentuk dalam jiwa seesorang. Allah SWT berfirman:

Artinya: ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al- ’Alaq: 1-5)

Ayat diatas berisi tentang perintah Allah kepada manusia untuk membaca dan menulis, karena dengan itu maka manusia dapat mempelajari berbagai persoalan hingga menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan. Dan dengan ilmu pengetahuan itulah yang dapat mengangkat derajat manusia di hadapan Allah SWT.

Artinya: ”....Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat...” (QS.Al- Mujaadalah:11)

Allah menciptakan manusia dengan anugrah kemampuan berpikir menggunakan akalnya, berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya. Seorang yang berilmu akan tahu apa yang baik dan buruk baginya. Selain pentingnya untuk menuntut ilmu, mengamalkannya merupakan suatu kewajiban, karena ilmu tanpa diamalkan akan sia-sia adanya. Dan dengan ilmu yang kita dapatkan sudah seharusnya kita dapat mengamalkannya agar bermanfaat bagi diri sendiri dan kesejahteraan umat.

7. Sopan santun dan Keramahan, sopan santun sebagai norma yang mengatur tata pergaulan sesama manusia di dalam masyarakat. Tema ini ditunjukkan pengarang melalui tokoh utama Rangga yang senantiasa menjaga sopan santun dalam berbicara dan bersikap terhadap orang lain terutama orang tua. Hal ini menurut peneliti sesuai dengan tradisi anjuran keraton Jawa, sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam keraton jawa diharuskan untuk menjaga tata kramanya. Tema keramahan juga diungkapkan pengarang melalui tokohnya. Walaupun memiliki kehebatan dalam kedudukan tetapi tetap bersikap ramah kepada orang-orang, tanpa memandang jabatan atau kedudukan seseorang. Hal ini tentu kebalikan dari sikap angkuh atau sombong yang dinilai menyalahi moral dalam pergaulan. 8. Sabar, tawakkal dan rendah hati. Pengarang mengangkat tema tentang

tawakkal dengan indikator keimanan tokoh dalam novel di tengah persoalan yang dihadapinya. Yakni Rangga dengan segenap kemampuan yang dimilikinya senantiasa berusaha mewujudkan apa yang menjadi

idealismenya, namun ia juga tidak lupa kepada Allah SWT Sang Pencipta, ia tidak lupa bahwa sebagai manusia memang harus berusaha dan berdoa namun segala hasilnya tidak lepas dari kehendak-Nya.

Manusia untuk mendapatkan apa yang dicita-citakannya harus berusaha berdoa dan berserah diri kepada Allah, namun jika ternyata kenyataan yang diterima tidak sesuai dengan apa yang diinginkan maka kita juga harus bersabar dalam menerimanya, sebagai makhluk yang dianugrahkan akal sehat dan hati nurani kita harus bisa mengambil hikmah dari semuanya.

Berkaitan dengan tema kesabaran ini tampak dari sosok Rangga yang bisa menerima kenyataan yang menimpanya, karena kelicikan pembesar Belanda yang takut dengan gerakan bangkitnya perekonomian pribumi yang dilancarkan Rangga, pemerintah Belanda pun mencari-cari kesalahannya. Hingga akhirnya ia dijebloskan ke penjara dan diasingkan. Seperti pada kutipan:

Tema tentang tawadhu’ atau kerendahan hati menjadi salah satu yang ingin ditonjolkan pengarang melalui tulisannya, hal ini tampak pada tokoh-tokoh dalam novel yang tetap rendah hati dan tidak angkuh dengan kehebatan yang dimilikinya. Dalam novel ini dikisahkan seorang Rangga yang berhasil menyelesaikan studinya di Rijksuniversiteit (universitas negeri) Leiden dengan hasil yang sangat gemilang. namun dengan kehebatan

“Alhamdulillah, baik-baik saja. Meskipun segala sesuatu dibatasi, saya sungguh merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta. Mungkin peristiwa ini merupakan teguran tuhan karena selama ini saya cenderung mengabaikan-Nya…..”

apapun yang dimilikinya ia tidak lantas merasa menjadi orang hebat dan berlaku sombong.

Diantaranya pada kutipan berikut:

b. Superstruktur

Skematik merupakan teks atau wacana umumnya yang mempunyai alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Secara struktur, bangunan novel telah lengkap dan pembaca secara jelas disodorkan pada suatu nilai pemahaman, bahwa dalam hidup seseorang harus memiliki idealisme, seseorang harus memiliki cita-cita dalam hidupnya dan yang terpenting apa yang menjadi cita-citanya bisa diperjuangkan dengan usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya.

Sebagai manusia yang berpendidikan sudah seharusnya memiliki idealisme untuk kemajuan kehidupan pribadinya dan masyarakat. Idealisme itu diwujudkan dengan terus berikhtiar, kerja keras dan doa juga tidak lupa menyerahkan semuanya kepada Allah yang Maha Berkehendak. Struktur bangunan pada novel ini sebagaimana novel pada umumnya dengan menggunakan tiga struktur babak yakni, awal, konflik,dan resolusi.

1.) Babak awal: Afifah Afra membangunnya lewat pendeskripsian soal di awal cerita dengan mengisahkan seorang tokoh bernama Rangga yang berasal dari

“Wah…wah, panjenengan terlalu memuji saya. Kekayaan yang saya peroleh, semata-mata karena izin Allah, Eyang. Senang sekali rasanya, bertemu dengan Eyang di kampung ini, tetapi tumben tidak seperti biasanya Eyang berjalan-jalan sejauh ini?”

keluarga bangsawan di keraton Surakarta. Rangga menyelesaikan studinya di universitas negeri tertua di Belanda dengan Summa cumlaude. Sebagai mahasiswa yang cerdas dan aktif, Ia cukup dekat dengan professor Johan Van De Vondell, guru besar fakultas ekonomi di universitasnya. Karena kedekatannya itu sang profesor menawarinya untuk tetap tinggal di London, dan mengusahakan agar Rangga mendapat beasiswa hingga meraih gelar doktor. Dan jika Rangga ingin bekerja, sebuah bank internasional siap memberinya pekerjaan. Namun ternyata ia lebih memilih untuk pulang ke kampung halamannya, selain karena permintaan orangtuanya, ia juga ingin mengabdikan ilmu yang dimilikinya agar bisa dimanfaatkan untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat bangsanya. Di tengah perjalanan pulang menuju Hindia Belanda (pada saat itu Indonesia berada dalam jajahan Belanda) dalam kapal api yang membawanya, Rangga berkenalan dengan seorang gadis Belanda keturunan keluarga Spinoza, bangsawan istana Oranje. Gadis bernama Everdine Kareen Spinoza itu dikenalnya ketika gadis itu meminta pertolongan Rangga dari gangguan dua pria bule mabuk yang memaksanya berdansa pada saat pesta dansa yang diadakan bagi penumpang kapal kelas satu dan dua. Sejak saat itu keduanya menjadi teman seperjalanan, dan menumbuhkan rasa saling tertarik bahkan jatuh cinta. Hingga akhirnya harus berpisah menuju tempat tujuan masing-masing, perpisahan yang meninggalkan rasa rindu namun sekaligus kelegaan, karena dengan begitu perasaannya terhadap Everdine tidak berkembang semakin jauh lagi. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika ia yang keturunan keraton kasunanan memiliki pasangan gadis bermata biru, karena tentunya

akan terjadi penentangan yang bisa menguras energinya. Sesampainya di Indonesia, Rangga bekerja di sebuah pabrik gula De Winst menjadi asisten administratur bagian pemasaran. Rangga memilih menjadi pengusaha, daripada menjadi ambtenaar dan jabatan di pemerintahan lainnya. Karena dengan menjadi pengusaha ia bisa mensejahterakan masyarakat yang tertindas dan memperbaiki perekonomian bangsanya.

2.) Babak konflik: pendeskripsian soal pemunculan konflik, yaitu mulai dari perjodohannya dengan Sekar, adik sepupunya. Perjodohan merupakan harga mati bagi bangsawan Keraton Surakarta. Sebenarnya Rangga tidak menyetujui perjodohan itu, namun ia tak pernah punya daya untuk menentangnya. Berbeda dengan Sekar yang dengan terang-terangan mengatakan ketidaksetujuannya perihal perjodohan mereka di hadapan kedua orang tua mereka. Suatu tindakan Sekar yang membuat Rangga merasa salut luar biasa terhadap keberaniannya. Kemudian permasalahan di De Winst yang membuat Rangga dilema, antara memenuhi tuntutan Pratiwi yang menjadi wakil warga dalam pengajuan kenaikan harga sewa tanahnya menjadi sepuluh kali lipat. Namun sebagai orang De Winst ia harus mempertimbangkan segala sesuatunya di tengah krisis ekonomi yang melanda. Awalnya, masalah ini masih bisa ditangani dengan mengabulkan permintaan warga walaupun tidak sepenuhnya karena tuan Biljmer Administratur pabrik yang jadi pimpinan pabrik merupakan orang yang bisa diajak berkompromi. Masalah yang muncul kemudian adalah pergantian Administratur baru dengan Jan Thijsse, orang yang menaruh dendam terhadap Rangga, karena Everdine gadis pujaannya telah terpikat pada

Rangga. Rangga juga terbebani dengan amanat Jatmiko dan Kresna yang memprovokasinya untuk bangkit melawan imperialisme Belanda dengan memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas dan para buruh de Winst yang bekerja keras agar mendapatkan gaji yang setimpal. Rangga juga mendapati kenyataan harus bertemu kembali dengan Everdine yang ternyata telah menjadi istri Jan Thijsse. Walaupun Everdine mengakui bahwa pernikahannya terpaksa dan tanpa ikatan cinta, karena ayahnya memiliki banyak hutang kepada keluarga Thijsse. Namun bagi Rangga, Everdine tidak mungkin lagi menjadi miliknya, ia pun memilih untuk menjaga jarak dengan gadis berambut pirang itu. Suatu tindakan yang membuat perasaan Everdine terluka, karena Everdine masih menaruh perasaan dan harapan terhadapnya. Pada akhirnya Rangga memilih mundur dari De Winst, selain itu Thijsse memang memecatnya karena melawan keputusannya, pada saat Pratiwi datang kembali ke perusahaan untuk meminta kepastian persetujuan kenaikan sewa tanah. Thijsse yang memaki-maki dan mengancam Pratiwi akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan berani melawan gubernemen dan perlakuan Thijsse yang mengusir Pratiwi secara kasar membuat Rangga geram dan tidak tahan saudara sebangsanya diperlakukan semena-mena terlebih lagi ia hanya seorang wanita remaja. Konflik lainnya yaitu ditemukannya Pratiwi dalam keadaan mengenaskan. Pratiwi ternyata menjadi korban pemerkosaan yang tidak dapat diketahui siapa pelakunya karena setelah musibah yang menimpanya itu dia terbaring koma. Sementara itu, Jatmiko ditangkap oleh pemerintah beserta rekannya Bung Yasa ketika sedang mengadakan acara rapat terbuka Partai Rakyat.

3.) Babak resolusi: penyelesaian akhir cerita cukup menyedihkan. Setelah tertangkapnya Jatmiko serta rekan-rekannya di Partai Rakyat akhirnya keputusan sidang memberikan hukuman internering yakni diasingkan ke suatu tempat yang masih terisolir, hutan-hutan berawa yang dengan nyamuk penyebar malaria di Endeh, Bangka atau Boven Digul, sebuah lokasi yang tanpa adanya siksaan fisik pun, mampu membuat para buangan menjadi gila karena tekanan psikologis yang dahsyat. Keputusan Yang Mulia Gubernur Jenderal De Graeff terhadap Jatmiko dan pembubaran Partai Rakyat yang dianggap partai terlarang, membuat Sekar semakin marah dan menuangkan kemarahannya dalam sebuah artikel yang akhirnya dimuat di pekabaran De Express. Artikel itu berisi tuduhan bahwa gubernemen memang telah mempersiapkan skenario pemusnahan Partai Rakyat, serta hujatan terhadap De Graeff yang bersikap sewenang-wenang terhadap para aktivis pergerakan. Tuduhan Sekar ini bukan tanpa alasan, karena pada saat mengadili Jatmiko, Majelis hakim tidak membolehkannya untuk mencari advocaat sendiri, melainkan pembela sudah dipersiapkan sendiri oleh pemerintah, hanya demi formalitas. Sidang yang diadakan tidak lebih seperti pengadilan dagelan yang telah disusun skenarionya. Isi artikel Sekar tersebut memancing reaksi yang dahsyat dari pemerintah Belanda dan berakhir dengan penangkapan Sekar. Penangkapan Sekar ini membuat perasaan Rangga kacau balau dan sedih. Terlebih lagi karena Sekar menolak penawaran Rangga untuk mencarikannya pengacara. Sekar membulatkan tekadnya bahwa ia akan membela dirinya sendiri dengan pledooi nya. Rangga begitu sedih karena ia merasa akan sangat kehilangan sosok Sekar

apabila hukuman internering harus dialaminya. Karena belakangan hati Rangga mulai disusupi rasa kekaguman dan entah mengapa ia merasakan hal yang berbeda terhadap adik sepupunya itu dari sebelumnya. Ia pun menyesali mengapa sebelumnya ia tak menjalin komunikasi yang baik dengan Sekar, jika ia belum bertemu dengan Everdine tentu ia akan menerima perjodohan itu dengan senang hati. Sementara itu Sekar pun merasakan hal yang sama terhadap Rangga, ia pun merasakan debaran halus merambati dadanya dengan perhatian Rangga terhadapnya. Tapi sisi hatinya yang lain memungkirinya, karena ia berpikir bahwa ia telah menjatuhkan pilihan terhadap Jatmiko walaupun persatuan antara mereka nyaris mustahil terjadi, ia pun tak sudi berpindah ke lain hati, terlebih lagi ia tahu bahwa Rangga mencintai Everdine. Sidang Pengadilan memutuskan hukuman externering terhadap Sekar, dia diasingkan ke Belanda tanpa batasan waktu. Meskipun Rangga lega dengan hukuman yang tidak seberat dugaannya, rasa kehilangan tetap merasuk dahsyat ke rongga dadanya. Selepas kepergian jeep militer yang membawa Sekar, beberapa polisi datang menangkap Rangga dengan tuduhan yang membuat dadanya sesak, ia dianggap hendak melakukan makar, menjatuhkan kekuasaan Belanda dengan bersekongkol dengan para pegiat Partai Rakyat yang dianggap partai terlarang. Selain itu aktivitasnya mendirikan perkebunan kapas dan pabrik tekstil dianggap hendak menghancurkan De Winst terkait dengan pengalihan sewa tanah yang akan dilakukannya. Rangga pun hanya pasrah dengan kejadian yang menimpanya itu, tapi berbeda dengan Jatmiko dan Sekar yang tidak didampingi pengacara, Rangga menerima tawaran Everdine yang ingin

mendampinginya sebagai pembela. Namun sayangnya pembelaan yang dilakukan Everdine tidak mampu merubah keputusan majelis hakim yang tetap memberikan hukuman internering kepada Rangga.

c. Struktur Mikro

1. Semantik

Semantik adalah makna yang ingin ditekankan dalam teks dari hubungan antar kalimat, hubungan antar preposisi yang membangun makna tertentu dalam bangunan teks. Elemen-elemen semantik adalah sebagai berikut:

a.Latar: merupakan bagian teks yang bisa mempengaruhi semantik (arti kata) yang ingin ditampilkan. Novel De Winst mangambil latar cerita di kota Belanda, di sebuah kapal api, hotel di batavia, dan latar pada umumnya di kota Solo. Sedangkan latar waktu dikisahkan pengarang dengan mengambil cerita pada zaman Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Dengan latar tempat dan waktu tersebut, pengarang memberikan gambaran tentang keadaan dimana tokoh-tokohnya tidak menyukai suatu tradisi jawa yang membuat mereka terhalang dalam melaksanakan apa yang menjadi idealismenya. Karena pada zaman itu, khususnya di daerah Jawa strata sosial masih begitu kental menghiasi adat-adatnya. Imperialisme Belanda pun semakin melanggengkan tradisi feodalismenya. Dengan berbagai latar peristiwa tersebut, latar belakang dinovelkannya De Winst menurut peneliti diawali dari kepedulian pengarang terhadap fenomena sosial, yakni masih

adanya masyarakat yang masih beranggapan adanya perbedaan dalam mendapatkan hak-hak seseorang, hanya karena perbedaan golongan satu dengan yang lainnya. Melalui tokoh-tokohnya pengarang menyatakan ketidaksukaannya terhadap adanya stratifikasi sosial yang berlaku bagi masyarakat khususnya di daerah keraton jawa.

b. Detail: berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator atau pengarang. Pengarang akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit, hal yang merugikan dirinya.

Dokumen terkait