pengaruh negatif secara langsung yang signifikan antara variabel kepuasan terhadap konflik kerja karyawan
Selain itu disebabkan oleh sikap acuh tak acuh (nonchalent) dari beberapa responden terhadap perusahaan BP LNG Tangguh. Sekalipun masyarakat adat merasa puas atau tidak puas dengan pelayanan program CSR perusahaan, namun mereka cenderung untuk tidak menjadikan masalah tersebut sebagai sumber konflik bahkan menunjukkan sikap cuek dengan perusahaan. Hal ini disebabkan responden tidak dilibatkan dalam proses komunikasi dengan perusahaan. Menurut teori Human Relation, seseorang akan terlibat aktif dalam suatu kegiatan apabila ia merasa dibutuhkan, merasa dianggap penting, merasa diperhitungkan, dan merasa diikut sertakan dalam kelompok. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu meningkatkan kerjasama, mampu menyakinkan masyarakat bahwa mereka sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi.
Menurut Hamad (2005), jika para partisipan dalam komunikasi tidak dapat dilibatkan maka mereka akan merasa bukan merupakan bagian dari komunitas dan merasa tidak saling memiliki dari komunitas tersebut. Hal ini bisa dilihat dari anggapan sebagian besar responden yang mengganggap proses komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan hanya untuk kepala kampung dan aparat serta panitia pengembangan kampung saja.
5.7. Anasisis Komprehensif Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik Masyarakat Adat.
Perusahaan British Petrolium (BP) yang mengelola proyek Liqufied Natural Gas (LNG) Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat merupakan salah satu perusahaan yang telah mengimplementasikan
undang No. 40 tahun 2007, tentang perseroan terbatas, yang mewajibkan setiap perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam, wajib melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Penerapkan program CSR oleh perusahaan BP LNG Tangguh dikenal sebagai strategi sosial terpadu (Integrated Social Strategy/ ISS) yang telah direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang telah dikomunikasikan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan komunikasi konvergen yaitu menggunakan Participatory Rural Appraisal (Tabura Newsletter, edisi keempat, Oktober 2003). Penerapan CSR bertujuan untuk membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sekitar sehingga dapat menghindari konflik dan ketidakpuasan masyarakat yang dapat mengancam eksistensi perusahaan tersebut.
Namun kenyataan yang terjadi masih saja ditemukan ketidak-puasan masyarakat dengan perusahaan bahkan munculnya potensi-potensi konflik bahkan juga terjadi konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan pada daerah penelitian dikategorikan cukup tinggi dan memiliki tingkat kepuasan terhadap perusahaan dikategorikan cukup puas, namun banyak juga terdapat masyarakat yang kurang puas dengan pelayanan perusahaan (30%). Tingginya perilaku konflik disertai terdapat juga masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh dalam program CSR disebabkan oleh berbagai multi dimensi dengan tingkat keeratan hubungan yang berbeda-beda. Penelitian ini lebih di fokuskan pada faktor aktivitas komunikasi dalam penerapan program CSR sebagai penyebab terjadinya konflik dan ketidak puasan masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh Bintuni.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata faktor komunikasi dalam penerapan program CSR memiliki kaitan atau hubungan yang signifikan dengan tingkat konflik dan tingkat kepuasan masyarakat. Secara keseluruhan, aktivitas komunikasi memiliki hubungan korelasi yang signifikan dengan kepuasan publik sebesar 0,262. nilai tersebut menunjukan bahwa sekalipun aktivitas komunikasi memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kepuasan, namun hubungan tersebut memiliki tingkat keeratan yang lemah atau dengan kata lain, faktor aktivitas komunikasi dalam program CSR hampir tidak terlalu berhubungan dengan tingkat kepuasan publik, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh perusahaan khususnya dalam meningkatkan kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang lebih memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan publik. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ternyata bahwa masyarakat cenderung mengukur kepuasan mereka dengan hasil nyata atau bukti fisik yang mereka dapatkan dari perusahaan melalui program CSR dan bukan disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan mereka.
Hasil penelitian diatas, tidak berbeda dengan hubungan aktivitas komunikasi yang terjadi pada setiap bidang CSR dengan tingkat kepuasan. Bidang kompensasi tanah adat, bidang kesehatan masyarakat, bidang demand tenaga kerja dan bidang pembangunan sarana-prasarana memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kepuasan publik, namun semuanya memiliki tingkat keeratan hubungan yang lemah. Bidang pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu bidang yang tidak memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan publik, sebab
kepuasan publik lebih cenderung disebabkan oleh “faktor lain” dan bukan disebabkan oleh proses komunikasi publik yang terjadi dalam bidang tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ternyata masyarakat cenderung kurang puas dalam bidang pendidikan dan pelatihan karena perusahaan tidak memberikan modal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan. Selain itu, disebabkan oleh janji perusahaan bahwa akan menyediakan lapangan pekerjaan setelah mereka mendapatkan pendidikan dan pelatihan.
Dilihat dari hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik melalui program CSR secara keseluruhan dengan tingkat konflik, menunjukkan bahwa faktor komunikasi memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat perilaku konflik dengan nilai korelasi sebesar 0,364. Nilai tersebut menunjukan bahwa sekalipun faktor komunikasi memiliki hubungan dengan tingkat konflik, namun hubungan tersebut memiliki tingkat keeratan yang lemah. Dengan kata lain, terdapat “faktor lain” yang memiliki hubungan keeratan yang lebih kuat lagi, sehingga menyebabkan tinggi rendahnya perilaku konflik. Namun dilihat dari item penyusun aktivitas komunikasi secara keseluruhan, maka intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi juga memiliki hubungan korelasi yang sangat signifikan dengan perilaku konflik masyarakat adat, namun hanya teknik komunikasi dan model komunikasi yang memiliki tingkat hubungan keeratan yang cukup erat dengan perilaku konflik. Dengan demikian, teknik komunikasi dan model komunikasi merupakan salah satu faktor yang cukup erat sehingga menyebabkan terjadinya perilaku konflik dengan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengefektifkan teknik komunikasi
dan model komunikasi melalui program CSR secara keseluruhan untuk mencegah dan menghindari terjadinya konflik masyarakat adat dengan perusahaan.
Disisi lain, hubungan aktivitas komunikasi pada beberapa bidang CSR dengan perilaku konflik menunjukkan bahwa semua bidang memiliki hubungan korelasi negatif yang signifikan dengan tingkat perilaku konflik. Namun hanya bidang pendidikan dan pelatihan, bidang demand tenaga kerja dan bidang pembangunan sarana prasarana yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup erat, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh perusahaan dalam mencegah dan menyelesaikan konflik masyarakat adat dengan pelayanan perusahaan perlu mengefektifkan aktivitas komunikasi yang tejadi pada ketiga bidang tersebut.