• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANATOMI DAN BIOMEKANIK CERVICAL

Dalam dokumen PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL (Halaman 27-75)

BAB I

ANATOMI DAN BIOMEKANIK CERVICAL

Anatomi Cervical

I Ketut Suyasa, I Gusti Ayu Widianti Biomekanik dan Stabilitas Cervical I Ketut Suyasa, I Ketut Siki Kawiyana

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

2

I Ketut Suyasa, I Gusti Ayu Widianti

1. Pendahuluan

• Tulang belakang merupakan rangkaian columna vertebralis yang membentuk tulang rangka axial yang terbentang dari cervical sampai lumbal.

• Rangkaian columna vertebralis terdiri dari vertebral body, di antara 2 vertebral body dihubungkan oleh diskus vertebralis, facet joint dan ligamen, kecuali pada segmen C1-C2 tidak terdapat diskus intervertebralis.

Gambar 1.1 Diseksi leher anterior.

• Terdiri dari :

o 33 vertebrae (7 vertebrae cervical, 12 vertebrae thoracic, dan 5 vertebrae lumbal; 5 vertebrae sacral dan 4 coccygeus)

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

ANATOMI CERVICAL

o Massa ventral silindris/ corpus vertebrae o Struktur cortical pada posterior/ posterior arch

vertebrae.

• Fungsi columna vertebrae cervical:

o Penopang kepala untuk gerakan berbagai bidang o Proteksi terhadap spinal cord dan nerve root.

2. Anatomi Umum

• Pergerakan columna vertebrae melibatkan 97 diarthrosis (contohnya, sendi synovial dengan gerakan substansial) danamphiarthrosis (contohnya, sendifibrokartilaginosa, dengan gerakan yang lebih sedikit)

• Vertebrae memiliki prosesus yang melekat dengan ligamen dan berfungsi menstabilkan tulang belakang.

Gambar 1.2 Anatomi tulang upper cervical PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Vertebrae cervical terdiri dari 2 komponen mayor

Gambar 1.3 Anatomi tulang pada lower cervical

3. Osteologi

• Cervical terdiri dari 7 tulang : C1-C7

• Vertebrae cervical dapat dibagi menjadi o Tipikal : C3 – C6

o Atipikal : C1, C2, C7

• Ciri vertebrae cervical tipikal (C3 – C6):

- Corpus vertebra: kecil, lebih panjang dari sisi ke sisi dibanding anterior ke posterior; permukaan superior konkaf, inferior konveks.

- Foramen vertebra: besar, berbentuk triangular.

- Processus transversus: foramina transversarium kecil, tidak terdapat pada C7, dandilewati oleh arteri dan vena vertebralis serta pleksus simpatikus.

- Processus artikular: facet superior ke arah superoposterior dan facet inferior ke arah inferoposterior.

- Processus spinosus pada C3-C5 pendek dan bifida, C6 lebih panjang.

• Vertebrae cervical atipikal (C1, C2, dan C7):

- C1 (atlas):

o bentuk seperti cincin, mirip ginjal,

o tidak memiliki processus spinosus dan corpus vertebrae

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

o terdiri dari dua bagian lateral yang terhubung dengan anterior arch dan posterior arch.

o Facet artikular superior berbentuk konkaf dan membentuk sendi dengan kondilus occipital.

- C2 (axis):

o Bentuk silindris pendek seperti gigi (dens) dan terproyeksi ke superior dari corpus.

o Processus spinosus berbentuk bifida - C7 (Vertebrae prominens):

o Processus spinosus paling panjang, tidak bifida.

o Processus transversus besar (prominen) dengan foramen transversarium kecil.

Gambar 1.4 Vertebra cervical.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

- Lebar lateral yang melebihi panjang anteroposterior

- Diameter sagital rata-rata 23 mm pada C1 dan 20 mm pada C2

- Diameter rerata C3-C6 adalah 17 hingga 18 mm dan berkurang menjadi 15 mm pada C7

- Diameter terbesar pada C2 dan terkecil pada C7

3.1. Upper Cervical Spine 3.1.1. Vertebra C1 (atlas) Karakteristik:

• Struktur cincin artikulasi, yang membentuk artikulasi di superior dengan kondilus occipitalis, di inferior dengan vertebra C2 (sendi atlantoaxial).

• Tidak memiliki corpus vertebrae, diskus intervertebralis dan processus spinosus bentuk cincin dengan ventral/ dorsal arch dan dua lateral mass

• Lokasi tuberkel anterior: pada garis tengah lengkung ventral, sebagai perlekatan ligamen longitudinal anterior dan otot longus colli

• Permukaan dorsal berbentuk konkaf, facet oval atau sirkular (fovea dentis) yang berartikulasi dengan prosesus odontoid (dens) dari axis.

• Permukaan superior arch terdapat celah yang dilalui arteri vertebralis dan saraf C1

• Permukaan inferior arch membentuk foramen intervertebral C2.

• Dorsal arch berakhir di belakang tuberkel posterior, yang merupakan processus spinosus rudimenter dan berasal dari rectus capitis posterior minor, serta melekat ke ligamentum nuchae.

• Canalis spinalis:

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 1.5. Os atlas (C1)

Lateral mass atlas terletak ventral dan medial membentuk sendi facet superior dan inferior.

- Sendi facet superior: memanjang, bentuk ginjal, menghadap ke superolateral untuk menyangga condylus occipital

- Sendi facet inferior: lebih datar, sirkular, menghadap ke inferomedial dan berartikulasi dengan permukaan sendi C2.

• Permukaan sendi superior: mengarah ke kaudal dari lateral ke medial (rerata sudut, 129.4o).

• Permukaan sendi inferior: mengarah ke kranial dari lateral ke medial (rerata sudut, dari 130o - 135.8o).

• Processus transversus lebih besar dari vertebrae cervical lain, hanya terdiri dari tuberkel posterior, bersama dengan costotransversus yang melekat pada lateral mass, membentuk foramen transversus.

• Arteri vertebralis melewati foramen transversus C1 sebelum berbelok ke medial dan dorsal, lalu berjalan di belakang processus artikular superior.

Karakteristik:

Axis disebut epitrophysis karena membentuk pivot dari vertebrae C1, menyangga kepala, dan gerakan rotasi.

• Terdapat dens/processus odontoid, dengan ukuran rerata tinggi 37.8 mm, diameter transversus external 9.3 mm, diameter transversus internal 4.5 mm, diameter eksternal anteroposterior 10.5 mm, dan diameter internal 6.2 mm.

• Lateral dens corpus memiliki facet yang berartikulasi dengan permukaan inferior dari lateral mass C1, massa ini berukuran besar, sedikit konveks, menghadap ke superolateral, permukaan bawah lateral mass memiliki facet menghadap anterior dan berartikulasi dengan processus articular superior C3.

• Zona antara lamina dan lateral mass terdiri atas pedikel besar dengan panjang 10 mm dan lebar 8 mm, dengan proyeksi superomedial ke arah ventral.

Gambar 1.6 Anatomi os Axis (C2) (A) Lateral, (B) Axial, (C) Anterior BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

3.1.2. Vertebra C2 (axis)

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Lamina besar, dengan axis mengarah ke caudolateral dari lateral mass.

• Processus spinosus besar dan bifida, seringkali dapat diraba.

Struktur ini berguna untuk penanda saat operasi.

• Processus transversus berakhir pada tuberkel dan terdapat foramen transversus, dengan pedikel ukuran besar dan kanal spinal yang dalam.

• Saraf spinal C2 keluar dari dorsal ke rostral permukaan articular C2.

3.2. Lower Cervical Spine

Gambar 1.7 Anatomi cervical bagian bawah (C3-C6)

Karakteristik:

• C3-C6 memiliki canal vertebralis yang kecil, berbentuk segitiga dengan diameter terlebar di C2.

• Permukaan endplate superior berbentuk konkaf, sedangkan permukaan endplate inferior berbentuk konveks. Aspek lateral endplate superior ke atas membentuk sendi uncovertebral atau sendi Luschka.

• Karakteristik: processus spinosus yang panjang dan menonjol C7 (vertebrae prominens), processus tebal, hampir horizontal, tidak memiliki bifurcatio, berakhir di tuberkel sebagai tempat menempel dari ligamentum nuchae.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

Gambar 1.8 Anatomi lower cervical dan alignment saat terjadi gerakan

4. Diskus intervertebralis

Berfungsi sebagai shock absorber antara tepi vertebrae cervical yang berdekatan, shock absorber teratas pada C2- C3.

• Setiap diskus terdiri dari nukleus pulposus yang dikelilingi annulus fibrosus. Komponen ini dipisahkan dari vertebrae atas dan bawah oleh kartilago tipis.

- Nukleus pulposus: struktur semigelatin dengan bagian tengah mengandung kolagen, sel-sel jaringan ikat dan sel-sel tulang rawan yang terdiri dari bahan ekstraseluler amorf. Bentuk nukleus pulposus dipertahankan oleh vertebral end plate, annulus fibrosus dan sendi uncovertebral.

- Annulus fibrosus: merupakan lapisan serat laminar yang terhubung satu sama lain dari anterior ke posterior.

• Saraf spinal C2 keluar dari dorsal ke rostral permukaan articular C2.

• Di sisi posterolateral diskus cervical terikat oleh processus uncovertebral.

• Cartilage berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan nutrisi diskus.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 1.9 Gambaran axial dan sagittal dari diskus intervertebralis

4.1. Nucleus pulposus

• Nucleus pulposus memiliki posisi eksentrik dalam conines anulus, biasanya lebih dekat ke sisi posterior dari diskus.

• Merupakan sisa dari notochord embrionik, nucleus terdiri atas jaringan ikat longgar yang dilapisi matriks gelatin.

• Berbentuk fusiform, menyerupai retikulosit, mengandung vakuola dan chondrosit inti gelap pada matriks.

• Bersifat avascular.

4.2. Annulus fibrosus

• Serangkaian jaringan fibrous konsentris laminer.

• Fungsi:

o Sebagai penopang dan mendistribusikan gaya tekan vertebrae

o Menahan regangan.

5. Neurovascular

5.1. Anatomi Saraf Cervical 5.1.1. Medulla spinalis

• Spinal cord lebih pendek daripada columna vertebralis, berakhir sebagai conus medullaris pada L2 pada orang dewasa dan L3 pad neonatus. Dilanjutkan filum terminale memanjang dari dorsum ke segmen coccygeal pertama

arachnoid, dan duramater. Piamater dan arachnoid dipisahkan oleh ruang subarachnoid, yang mengandung cairan cerebrospinal

• Di dalam spinal cord terdapat tractus ascenden (sensorik) dan descenden (motorik).

Gambar 1.10 Gambaran skematik melintang dari spinal cord dan tractus spinalis

5.1.2. Saraf spinal

• Saraf spinal C2-C7 keluar di atas pedikel sesuai nama mereka (contoh: nerve root C6 keluar dari foramen antara pedikel C5-C6).

Nerve root C8 keluar dari foramen antara pedikel C7- T1.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

• Spinal cord terbungkus dalam tiga membran: piamater,

bawah pedikel (contoh: nerve root L4 keluar dari foramen antara pedikel L4 dan L5).

Setiap level dorsal root (sensorik) dan ventral root (motorik), membentuk saraf spinal.

- Dorsal Root Ganglion (DRG) terletak di exiting zone setiap foramen. DRG merupakan sinaps dari badan sel sensorik ascenden, sensitif terhadap tekanan dan temperatur, serta dapat menyebabkan respon nyeri bila dimanipulasi.

Gambar 1.11 Distribusi dermatomal dan sensorik PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Nerve root caudal terhadap C8 keluar dari foramen di

Bagian truncus sympathicus cervical terdiri dari ganglia superior, media dan inferior, yang dihubungkan oleh corda.

Nerve root berasal dari white matter rami upper thoracic berjalan ke distal menjadi truncus sympathicus, kemudian berjalan naik ke cervical.

Gambar 1.12 Susunan trunkus simpatikus pada sisi lateral dari cervical BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

5.2. Fungsi Otonom

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Ganglion terbawah truncus sympathicus cervical: ganglion stellate dan cervicothoracic

Truncus sympathicus cervical berjalan ke atas pada bagian depan otot colli longus dan capitis longus, di belakang carotid sheath dan berakhir di ganglion sympathetic cervical superior.

o Fungsi: mengirimkan percabangan ke 4 saraf cervical teratas (C1-C4) dan satu saraf carotis external kecil yang menyertai percabangan arteri carotis external.

6. Vaskularisasi

6.1. Arteri pada region cervical lateral

• Arteri cervical lateral

- cabang lateral dari truncus thyrocervical, cabang dari arteri subclavia, dan sebagian dari arteri occipitalis

- cabang terminal berupa arteri ascenden cervical dan thyroid inferior.

• Arteri cervical transversal

- berasal dari truncus cervicodorsal, bercabang menjadi arteri cervical superfisial dan arteri scapular dorsal.

• Arteri occipitalis

- percabangan arteri carotis eksterna, masuk ke area cervical lateral pada apeks dan menuju kepala bagian posterior.

.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

Gambar 1.13 Arteri subclavia: medial (1), posterior (2), dan lateral (3) terhadap otot scalenus anterior.

6.2. Vena pada region cervical lateral

Vena jugularis external (External Jugular Vein - EJV) - EJVbermuladekatangulusmandibuladandibentuk

oleh gabungan posterior vena retromandibular posterior dan vena auricularis posterior.

- EJV menyeberangi otot sternocleidomastoideus, sisi dalam otot platysma, kemudian masuk ke regio anteroinferior cervical lateral.

- EJV berjalan ke inferior dari cervical lateral dan berakhir pada vena subclavia.

• Vena subclavia

- Merupakan vena mayor yang mengalirkan darah dari ekstremitas atas.

- Vena subclavia melewati sisi anterior otot scalenus anterior dan saraf phrenic

- Pada bagian superior dari clavicula, EJV menerima vena cervicodorsalis, suprascapularis, dan jugularis anterior.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 1.14 Vena superfisial leher.

Gambar 1.15 Plexus vena pada vertebra. (1) Plexus vena anterior externa (2) Plexus vena posterior externa (3) Plexus vena anterior interna (4) Plexus vena

posterior interna (5) drainase utama corpus vertebra

• Struktur otot leher dan vertebrae dibagi menjadi 2 bagian:

- Otot bagian dorsal - Otot ventrolateral

o Platysma

o Sternocleidomastoideus o Suprahyoid

o Infrahyoid

Gambar 1.16 Bagian-bagian kepala dan leher yang menunjukkan fascia cervical BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

7. Struktur otot dan ligament

• Jaringan subcutaneus cervical (fascia cervicalis superfisial) adalah lapisan jaringan konektif berlemak antara dermis dan lapisan fascia cervical dalam.

• Jaringan ini lebih tipis dari region lain, terutama di anterior.

• Struktur ini mengandung saraf cutaneous, pembuluh darah dan pembuluh limfatik, nodus limfe superfisial, dan lemak.

• Pada sisi anterolateral terdapat platysma.

7.2. Platysma

• Merupakan lapisan otot yang lebar dan tipis pada subkutan leher.

• Serat platysma berjalan dari fascia dalam dan menutupi sisi superior otot deltoid dan otot pectoralis mayor serta berjalan ke superomedial melewati clavicula, ke perbatasan inferior mandibula.

• Platysma disuplai oleh cabang cervical nervus cranial VII.

Gambar 1.17 Otot Platysma.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

7.1. Jaringan subcutaneus cervical dan platysma

• Fascia cervical profunda terdiri tiga lapisan fascia:

investing, pretracheal, dan prevertebral.

• Lapisan ini menopang viscera (contoh, kelenjar thyroid), otot, pembuluh darah, dan nodus limfe.

8. Selubung Karotis (Carotid sheath)

• Selubung karotis merupakan fascia tubular yang berjalan dari basis cranial ke cervical root.

• Selubung ini berbatasan di anterior dengan lapisan investing dan pretracheal fascia, serta di posterior dengan lapisan prevertebra fascia.

• Selubung karotis dan fascia pretracheal berhubungan dengan mediastinum thorax di inferior dan cavitas kranial di superior.

• Hubungan ini menggambarkan jalur potensial untuk penyebaran infeksi dan ekstravasasi darah.

• Selubung karotis mengandung:

- Arteri karotis komunis dan internal - Vena jugularis internal

- Saraf vagus (CN X)

- Beberapa nodus limfe dalam - Saraf sinus carotis

- Saraf simpatis (plexus periarterial carotis)

9. Rongga retrofaringeal

• Rongga retrofaringeal merupakan rongga interfacial terbesar pada leher.

• Rongga ini mencakup jaringan ikat longgar antara lapisan visceral prevertebral dan fascia buccopharyngeal yang mengelilingi faring superfisial.

Pada bagian inferior, fascia buccopharyngeal berlanjut menjadi lapisan fascia pretracheal cervical profunda.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

7.3. Fascia cervical profunda

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Rongga retrofaringeal dibatasi oleh basis cranii di sisi superior dan setiap sisi samping berbatasan dengan selubung karotis.

10. Regio Sternocleidomastoid

• Otot sternocleidomastoideus merupakan penanda otot utama leher, membentuk regio sternocleidomastoideus.

• Sternocleidomastoideus membagi leher menjadi area cervical anterior dan lateral.

• Sternocleidomastoideus merupakan otot ang lebar, seperti lembaran, berorigo pada prosesus mastoideus dan berinsersi menjadi dua tendon pada sternum dan sepertiga medial clavicula.

• Sternocleidomastoideus menghasilkan gerakan pada sendi craniovertebra, dan sendi intervertebral cervical.

Gambar 1.18 Regio Strenocleidomastoideus

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

Gambar 1.19 Otot-otot leher

Daftar Pustaka

Benzel and Steinmets. 2017. Benzel’s Spine Surgery: Techniques, Complication Avoidance, and Management 4th Edition.

Philadelphia: Elsevier

Benzel EC, ed. (2012) The Cervical Spine, 5th edition. Philadelphia:

Lippincott Williams and Wilkins.

Canale and Beaty. 2013. Campbell’s Operative Orthopaedics:

Adult Spine Surgery. Philadelphia: Elsevier Mosby Moore K. (2010) Clinically Oriented Anatomy, 6th edition.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Rothman-Simeone and Herkowitz, eds. (2018) The Spine, 7th edition. Philadelphia: W.B. Saunders.

Vaccaro AR, ed. (2005) Spine: Core knowledge in orthopedics, 1st edition. Philadelphia: Elsevier.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

BIOMEKANIK CERVICAL SPINE

I Ketut Suyasa, I Ketut Siki Kawiyana

1. Pendahuluan

• Biomekanik tulang belakang merupakan struktur mekanis yang terdiri dari vertebrae sebagai lever complex, sendi facet dan diskus sebagai pivot, ligament sebagai passive restraint, dan otot sebagai aktivator.

• Prinsip stabilitas mekanik adalah suatu sistem kontrol dinamis dari neuromuskuler dan struktur vertebrae yang dirancang untuk melindungi spinal cord.

• Vertebrae memiliki tiga fungsi biomekanik:

Untuk mentransfer berat badan dan hasil dari bending moment kepala dan tubuh ke panggul.

• Untuk memungkinkan gerakan fisiologis yang cukup antara tiga bagian tubuh.

Untuk melindungi spinal cord yang rentan terhadap cedera akibat gaya/kekuatan yang bersifat fisiologis atau trauma.

Sebagai struktur mekanis, tulang belakang memiliki karakteristik sebagai berikut:

• Pada bidang sagittal, vertebrae secara normal memiliki fleksibilitas terhadap gerakan dan kapasitas beban aksial untuk mempertahankan tahanan yang cukup dan stabilitas pada posisi tubuh tegak.

• Corpus vertebrae menyangga mayoritas berat badan (beban aksial) pada tubuh dan ekstremitas atas. Corpus vertebrae pada daerah lumbal menyangga sekitar 80% beban aksial, sedangkan pada elemen posterior (terutama di sendi facet) mendistribusikan 20% beban aksial.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

Otot posterior vertebrae memiliki efek tension band yang dapat membantu mempertahankan postur dan keseimbangan tubuh di bidang sagittal serta koronal.

Gambar 1.20. Gambaran 3 dimensi atlanto-occipital.

• Konsep biomekanis dari kinematika vertebrae berhubungan dengan peran elemen anatomi tulang belakang terhadap stabilitas mekanis vertebra.

Kinematika vertebrae berhubungan dengan range of motion (ROM) dan karakteristik pola gerakan vertebra

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

pada berbagai region dan bidang.

• Karakteristik pola gerakan tidak normal pada vertebra adalah berupa:

- Pola instantaneous axes of rotation (IARs) yang ireguler dan tidak terorganisir

- Pola gerakan vertebra yang reversed coupling - Pola gerakan rotasi vertebra pada arah yang tidak

sesuai dengan karakteristik gerakan normalnya.

Beberapa istilah biomekanis vertebrae di antaranya adalah a. Bending – Perubahan struktur yang terjadi apabila gaya

diberikan pada struktur yang tidak disangga langsung pada titik yang diberi beban. Bagian konveks akan memanjang akibat gaya tension, sedangkan di bagian konkaf akan memendek akibat gaya kompresi.

b. Kompresi – Apabila terdapat gaya aksial yang menekan vertebrae, maka mayoritas beban kompresi terjadi pada diskus intervertebral yang berfungsi sebagai shock absorber.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

c. Creep – Perubahan perlahan dan permanen pada vertebrae yang disebabkan oleh adanya pengaruh tarikan beban terus menerus.

d. Force – Mekanisme yang mengubah resting status dari suatu obyek atau gerakan dari obyek yang diaplikasikan. Multiple force dapat terjadi simultan pada vertebrae di situasi klinis.

Force diekspresikan dengan unit newton.

/atau momen terhadap obyek. Istilah ini digunakan untuk aplikasi gaya seperti kompresi, rotasi, tension, dan shear. Load diekspresikan pada unit newton/ kilogram.

f. Moment – Force yang terjadi secara paralel bersamaan maupun berlawanan, dipisahkan oleh jarak dan diaplikasikan pada obyek. Menghasilkan aksi torque yang diekspresikan dengan unit newton meter.

g. Relaksasi – Kembalinya sebuah sistem dari status inisial ekuilibrium setelah terjadi perpindahan gaya.

h. Shear – Parallel force pada permukaan yang diaplikasikan dengan hasil berupa aksi subluksasi.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

e. Load – istilah umum yang menjelaskan aplikasi gaya dan

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

i. Tension – Gaya yang diperlukan untuk mengelongasi atau menarik material yang bersifat fiber.

j. Torsion – Gaya rotasional (torque) yang diaplikasikan pada struktur dengan axis panjang dan dalam arah yang paralel tetapi berlawanan.

2. Keseimbangan Spinal/ Spinal Balance

• MenurutWhiteetal.definisistabilitasklinis:kemampuan vertebrae menerima beban fisiologis untuk membatasi gerakan agar tidak merusak atau mengiritasi spinal cord dan nerve root serta mencegah agar tidak terjadi deformitas atau nyeri yang disebabkan oleh perubahan struktural.

Setiap vertebra di segmen Spinal Motion (MS), The smallest functional unit of the spine (FSU), dapat melakukan kombinasi gerakan utama serta gabungan untuk menjaga stabilitas vertebrae.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Untuk mengevaluasi stabilitas spinal terdapat perspektif global, regional dan lokal.

• Perspektif global: tengkorak, pelvis, panggul/ hip dan otot hip.

• Perspektif regional: cervical, thoracal, lumbal, cervicothoracic, thoracolumbal ataupun bagian lain yang melibatkan beberapa segmen yang berdekatan.

• Perspektif lokal: gerakan pada satu segmen.

Gambar 1.21. Ketidakstabilan vertebrae yang dapat disebabkan karena trauma, infeksi, mapun keganasan

• White dan Panjabi mendefinisikan ketidakstabilan:

“hilangnya kemampuan vertebrae dalam beban fisiologis untuk mempertahankan gerkannya, sehingga terjadi defisit neurologis, dan deformitas, serta rasa nyeri yang berlebihan.”

• Menurut Pope dan Panjabi, syarat ketidakstabilan:

hilangnya fungsi stabilitas yang menyebabkan gerakan abnormal dan peningkatan gerakan di segmen gerak vertebra (vertebrae motion segment).

• Segmen gerak vertebrae disebut juga functional spine unit (FSU) terdiri dari dua vertebrae yang berdekatan, diskus intervertebral, sepasang sendi facet dengan kapsul serta jaringan ligamen penghubung.

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

• Mekanisme segmen gerak ini memiliki artikulasi satu sama lain, berdasarkan beberapa mekanisme, yaitu;

- Mekanisme Pivot dari diskus

- Rotasi di sekitar axis dari sendi facet - Mekanisme levers dari corpus vertebrae

- Actuator direpresentasikan pada otot anterior dan posterior segmen gerak yang merupakan mekanisme kontrol aktif dari FSU

- Restraint dari komponen ligament yang berfungsi untuk menjaga stabilitas serta mencegah gerakan di luar ROM segmen gerak.

• Stabilitas spinal memiliki tiga subsistem yang saling berhubungan yaitu:

(1) columna vertebrae (subsistem pasif), (2) otot dan tendon (subsistem aktif), (3) unit control sistem saraf pusat.

• Tulang, diskus, ligamen, dan kapsul sendi mengandung mekanoreseptor yang bertindak sebagai transduser, mengirimkan aliran informasi proprioseptif yang terus menerus pada beban, gerakan dan postur dari masing- masing FSU ke sistem saraf pusat (SSP) yang akan memberikan respon umpan balik yang terkoordinasi sesuai dengan aksi otot.

3. Stabilisasi Pasif

Peran struktural intrinsik dan stabilisasi pasif vertebrae tergantung pada:

• Struktur vertebra dan kepadatan mineral tulang

• Diskus intervertebralis

• Sendi facet

• Ligamen.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Diskus intervertebralis terdiri dari: nukleus pulposus dan anulus fibrosus

Fungsi: memberikan support dan sebagai shock absorber untuk menahan gerakan yang berlebihan.

Adanya gerakan fleksi, ekstensi, atau lateral bending menyebabkan deformitas signifikan pada ruang antar diskus sehingga terjadi bulging diskus serta herniasi.

Diskus dikelilingi oleh endplate yang menahan herniasi diskus ke dalam corpus vertebrae (Schmorl Node).

• Annulus fibrosus terdiri dari beberapa lapisan serat yang melekat pada cartilaginous endplate dan tulang kortikal pada dinding corpus vertebrae (Sharpey’s fiber).

3.1.2. Sendi Facet

• Sendi Facet adalah sendi apophyseal yang memiliki kapsul longgar dan lapisan sinovial.

• Sendi ini juga dikenal sebagai diarthrodial / sendi sinovial.

• Pada vertebrae cervical, sendi facet berorientasi pada bidang koronal.

• Kemampuan sendi facet cervical untuk menahan gerakan fleksi-ekstensi, lateral bending, dan rotasi relatif berkurang karena orientasinya di bidang koronal.

3.1.1. Diskus Intervertebralis

BAB I ANATom I DAN BIom EKANIK CERVICAL

Gambar 1.22 Orientasi Sendi Facet

3.1.3. Ligamen

• Ligamen interspinous

• Ligamentum flavum

• Ligamen longitudinal anterior

o Ligamentum longitudinal anterior merupakan ligamen yang relatif kuat dan melekat pada tepi corpus vertebrae (tidak melekat kuat pada annulus

sehingga memberikan resistensi terhadap gerakan ekstensi. Aspek paling rostral melekat ke clivus dan aspek kaudal ke sakrum.

• Ligamen longitudinal posterior

o Ligamentum longitudinal posterior tidak sekuat ligamentum longitudinal anterior. Lokasinya di dorsal dari IAR dan memiliki short moment arm sehingga tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan gerakan fleksi. Kekuatannya yang relatif lemah, serta posisinya yang secara mekanis tidak menguntungkan, dapat membatasi kemampuan anteropulsi dari tulang dan/atau fragmen diskus yang mengalami retropulsi akibat

o Ligamentum longitudinal posterior tidak sekuat ligamentum longitudinal anterior. Lokasinya di dorsal dari IAR dan memiliki short moment arm sehingga tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan gerakan fleksi. Kekuatannya yang relatif lemah, serta posisinya yang secara mekanis tidak menguntungkan, dapat membatasi kemampuan anteropulsi dari tulang dan/atau fragmen diskus yang mengalami retropulsi akibat

Dalam dokumen PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL (Halaman 27-75)

Dokumen terkait