• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN FISIK CERVICAL

Dalam dokumen PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL (Halaman 75-115)

PEMERIKSAAN FISIK CERVICAL

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

o Tanda-tanda trauma, lecet, bekas luka, perubahan warna kulit, kontusio, asimetri ekstremitas, dan atrofi

Perhatikan apakah pasien melindungi (splinting) bagian tubuh tertentu.

Deformitas. kifosis (bungkuk), skoliosis (lengkungan berbentuk S), tortikolis (leher bengkok), perbedaan tinggi bahu, atau kelainan lainnya.

o Apakah pasien dapat memperbaiki deformitas tanpa alat bantu

2. Postur Kepala dan Leher.

• Apakah kepala di garis tengah (midline)

• Alignment normal leher adalah lordosis (30°- 40°)

• Dari anterior, dagu harus sejajar dengan sternum (manubrium)

• Dari lateral, telinga harus sejajar dengan bahu dan dahi.

• Perhatikan apakah ada tortikolis (bawaan atau didapat), atau sindrom Klippel-Feil (bawaan).

Gambar 2.2. Posisi kepala dan leher dari sisi anterior, posterior dan lateral

Gambar 2.3. Sindrom Klippel-Feil

3. Posisi Bahu.

• Bahu pada sisi dominan akan sedikit lebih rendah daripada pada sisi tidak dominan.

• Jika ada cedera, bahu pada sisi yang cedera akan diposisikanlebihtinggiuntukmemberikanperlindungan atau karena spasme otot.

4. Spasme Otot atau Asimetris.

Perhatikan ada atau tidak atrofi otot deltoid (axillary nerve palsy) atau tortikolis (spasme otot) atau tonjolan otot sternokleidomastoid

Gambar 2.4. Tortikolis BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

• Amati ekspresi wajah pasien ketika pasien membuat gerakan yang tertentu yang dapat merangsang nyeri.

Palpasi Tulang

Dilakukan dengan pasien posisi terlentang (supine), dimana otot-otot berada dalam posisi rileks dan struktur tulang menjadi lebih mudah dievaluasi.

2. Aspek Anterior

Untuk memeriksa struktur anterior cervical, pemeriksa berdiri di depan pasien dan tahan bagian belakang lehernya dengan satu tangan, biarkan tangan yang lain bebas untuk melakukan palpasi. Tahan pangkal leher agar pasien merasa lebih aman dan lebih rileks. Untuk melakukan palpasi sesuai dengan tingkat cervical dapat digunakan acuan sebagai berikut:

o Tulang Hyoid C3 o Kartilago tiroid C4–C5 o Membran krikoid C5–C6 o Cincin pertama krikoid C6

2.1. Tulang Hyoid.

• Berbentuk tapal kuda, terletak di atas kartilago tiroid.

• Untuk meraba hyoid, letakkan tangan anda di bagian anterior leher pasien, tepat di atas kartilago tiroid.

• Minta pasien untuk menelan dan palpasi gerakan tulang hyoid.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

5. Ekspresi Wajah

Gambar 2.5. Palpasi tulang Hyoid

2.2. Kartilago tiroid.

Palpasi pada midline di sisi anterior upper cervical ke arah inferior sampai teraba kartilago tiroid.

• Bagian atas kartilago menggembung, dikenal sebagai

“Adam’s Apple,” menandai C4, sementara bagian bawahnya menandai C5.

Gambar 2.6. Kartilago tiroid

2.3. Kartilago Krikoid.

• Kartilago krikoid terletak di batas bawah kartilago tiroid.

• Merupakan bagian integral dari trakea dan terletak di tepi atas lokasi untuk trakeostomi emergency.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Palpasi dilakukan dengan lembut, karena terlalu banyak tekanan dapat menyebabkan pasien muntah.

Gambar 2.7. Cincin pertama krikoid

2.4. Tuberkulum karotis (Carotid tubercle)

• Satu inci lateral dari kartilago krikoid pertama, dapat ditemukan tuberkulum karotis, yaitu tuberkulum anterior dari prosesus transversus C6.

• Tuberkulum karotis berukuran kecil, tetapi dapat jelas teraba jika dilakukan tekanan ke posterior.

• Tuberkulum karotis sering digunakan sebagai pennanda anatomi untuk anterior approach C5-C6 dan sebagai penanda injeksi ganglion cervical stellata.

Gambar 2.8. Tuberkulum karotis

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Bagian posterior leher lebih mudah untuk dipalpasi jika pemeriksa meletakkan tangan di bawah leher pasien sehingga ujung jari pemeriksa berada pada midline. Karena otot yang tegang menghambat palpasi, pegang kepala pasien sehingga otot-otot pasien dapat rileks.

Gambar 2.9. Aspek posterior dari tulang belakang cervical

3.1. Occiput.

Palpasi aspek posterior dimulai pada occiput, bagian posterior tengkorak.

3.2. Inion.

Benjolan berbentuk kubah, terletak di wilayah garis tengah oksipital.

3.3. Superior Nuchal Line.

Lateral dari inion, merupakan tonjolan kecil melintang yang membentang di kedua sisi inion.

3.4. Prosesus Mastoideus.

Tepi lateral garis nuchal superior 3. Aspek Posterior

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 2.10. Inion (kiri), Prosesus mastoideus (kanan)

3.5. Prosesus Spinosus dari Vertebrae Cervical.

• C1 – tidak memiliki procesus spinosus

• Prosesus spinosus C2 adalah yang prosesus spinosus pertama yang dapat teraba

• Mungkin ditemukan prosesus spinosus C3-C5 ang berbentuk bifida

• Prosesus spinosus C7 dan Tl teraba lebih besar dari prosesus spinosus cervical yang lainnya.

3.6. Sendi Facet.

• Sendi facet sering menyebabkan gejala nyeri di daerah leher.

• Teraba seperti kubah yang sangat kecil dan terletak jauh di bawah otot trapezius.

• Sendi ini tidak selalu jelas teraba, dan pasien harus benar-benar rileks agar pemeriksa bisa merasakannya.

• Perhatikan perubahan jaringan lunak yang timbul, dan palpasi sendi secara bilateral pada setiap artikulasi hingga C7 dan Tl.

• Sendi facet antara C5 dan C6 merupakan yang paling sering mengalami proses patologi (osteoartritis) dan karena itu paling sering teraba lunak dan mungkin sedikit membesar.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.11. Anatomi tulang belakang cervical.

Range of Motion

Gambar 2.12. Range of motion leher yang normal

Range of motion di daerah leher melibatkan gerakan dasar berikut:

• Fleksi

• Ekstensi

• Rotasi lateral ke kiri dan kanan

Bending lateral ke kiri dan kanan.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

C1-C2 memiliki bentuk khusus untuk memungkinkan gerakan rotasi yang lebih besar. Terbatasnya gerakan tertentu dapat disebabkan adanya block dalam sendi, misalnya, dalam kelainan Klippel-Feil, di mana dua vertebra atau lebih menyatu.

Gambar 2.13. Gerakan khusus C1 (Atlas) dan C2 (Aksis)

2. Range of Motion Aktif 2.1. Fleksi dan Ekstensi

• Instruksikan pasien untuk mengangguk ke depan.

• Pada saat fleksi pasien harus bisa menyentuhkan dagu ke dada (sternum)

• Pada saat ekstensi pasien dapat melihat langsung ke langit-langit di atasnya

• Perhatikan apakah gerakannya halus, terhenti atau tidak.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.14. Gerakan fleksi craniocervical

Gambar 2.15. Gerakan ekstensi craniocervical

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Pasien diminta untuk memutar kepala ke kanan dan ke kiri.

• Pasien harus bisa menggerakkan kepala hingga dagu hampir sejajar dengan bahu.

• Amati gerakan dan tentukan apakah kepala dapat berputar dengan mudah dan halus atau tidak.

Gambar 2.16. Gerakan rotasi craniocervical

2.3. Lateral Bending

• Pasien diminta untuk menyentuh telinga ke pundak

• Pemastikan pasien tidak mengimbangi gerakan terbatas dengan mengangkat bahunya ke telinga.

• Dalam kondisi normal pasien harus dapat memiringkan kepalanya kira-kira 45 ° ke arah masing-masing bahu

• Pembesaran kelenjar getah bening cervical dapat membatasi gerak, terutama pada lateral bending.

2.2. Rotasi

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.17. Gerakan lateral fleksi craniocervical

Tabel 2.1. Range of motion dari cervical

Sendi atau Regio

3.1. Fleksi dan Ekstensi.

• Letakkan tangan di kedua sisi cranium pasien dan tekuk kepalanya ke depan.

• ROM normal fleksi akan memungkinkan anda mendorong dagu ke depan ke dada.

• Angkat kepala pasien dan miringkan ke belakang. Jika rentang ekstensinya normal, dia akan dapat melihat langit-langit tepat di atasnya.

3.2. Rotasi.

• Gerakkan kepala mulaidari posisi netral berputar (rotasi) ke kanan dan ke kiri seperti gerakan menggelengkan kepala.

• Kepala harus berputar cukup jauh hingga dagu hampir sejajar dengan bahu, dan hampir menyentuh bahu.

• Derajat rotasi yang dicapai pada setiap sisi harus dibandingkan.

3.3. Lateral Bending.

• Gerakan kepala mulai dari posisi netral dan tekuk kepala ke arah bahu.

Lateral bending normal memungkinkan kepala untuk dimiringkan sekitar 45 ° ke arah bahu.

Hasil gerakan lateral bending harus dibandingkan, dan tanda-tanda keterbatasan gerak harus dicatat.

Catatan: Jika pasien dicurigai ada instabilitas cervical, janganlakukangerakanpasifkarenadapatmenyebabkan kerusakan neurologis.

• Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis meliputi:

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Pemeriksaan motorik dan sensorik diukur dengan menggunakan skala sesuai tabel 2.4

Tabel 2.2. Derajat Kekuatan Motorik dan Refleks

Derajat

motorik Klinis

5 ROM normal dapat melawan kekuatan penuh

4 ROM normal melawan dengan kekuatan berkurang dari normal

3 Dapat malawan gravitasi, tidak dapat melawan tahanan 2 Dapat melakukan gerakan, tidak dapat melawan gravitasi 1 Ada bukti kontraksi

0 Tidak ada kontraksi Derajat Refleks Klinis

4+ Hiperaktif C5 Lengan atas bagian lateral

C6 Bagian lateral lengan bawah, ibu jari, telunjuk, dan setengah dari jari tengah

C7 Jari tengah

C8 Jari manis dan jari kelingking T1 Bagian medial dari lengan atas

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 2.18. Dermatom sensorik pada extremitas atas

5. Pemeriksaan Neurologis C5 5.1. Pemeriksaan Motorik

• Otot Deltoid

o Otot deltoid diinervasi oleh C5 o Deltoid terdiri dari tiga bagian:

- Deltoid anterior, yang berfungsi untuk gerakan fleksi bahu

- Deltoid tengah, yang berfungsi untuk gerakan abduksi bahu

- Deltoid posterior, yang berfungsi untuk gerakan ekstensi bahu

o Untuk menguji kekuatan deltoid, lakukan tahanan pada saat gerakan fleksi, abduksi, dan ekstensi bahu.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

• Otot Biceps

o Otot biceps diinervasi oleh C5 dan C6

o Biceps berfungsi untuk melakukan gerakan fleksi bahu dan siku dan gerakan supinasi lengan bawah.

o Untuk menguji kekuatan biceps, instruksikan pasien untuk melakukan gerakan fleksi siku perlahan-lahan dengan pemeriksa memberikan tahanan pada lengan bawah.

5.2. Pemeriksaan Refleks 5.2.1. Refleks Bicepss

Fungsi utama refleks biceps adalah untuk menunjukkan integritas neurologis C5

Gambar 2.19. Refleks Biceps

5.3. Pemeriksaan Sensorik

C5 memberikan sensasi ke lengan atas sisi lateral dari otot deltoid.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 2.20. Pemeriksaan neurologis C5

6. Pemeriksaan Neurologis C6 6.2. Pemeriksaan Motorik

• Extensor pergelangan tangan terdiri dari 3 otot, antara lain:

o Extensor carpi radialis longus (C6) o Extensor carpi radialis brevis (C6) o Extensor carpi ulnaris (C7)

Untuk mengevaluasi secara kekuatan ekstensor pergelangan tangan, lakukan uji secara bilateral, bandingkan kekuatan otot sisi yang sehat dengan sisi ang sakit.

• Biceps

o Diinervasi oleh C5 dan C6

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

6.3. Pemeriksaan Refleks 6.3.1. Refleks Brakioradialis

Refleks brakioradialis diuji dengan cara memberikan rangsangan pada proksimal dari pergelangan tangan, di mana otot menjadi tendon sebelum berjalan menyisip ke radius.

Gambar 2.21. Refleks Brachioradialis

6.4. Pemeriksaan Sensorik

C6 memberikan sensasi ke lengan bawah lateral, ibu jari, telunjuk, dan setengah dari jari tengah.

Gambar 2.22. Pemeriksaan neurologis C6

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

7. Pemeriksaan Neurologis C7 7.1. Pemeriksaan Motorik

• Triceps

Pasien diminta untuk melakukan gerakan ekstensi bahu dari posisi fleksi sambil dilakukan tahanan untuk mengevaluasi kekuatan.

• Kelompok fleksor pergelangan terdiri dari dua otot:

(1) fleksor carpi radialis (nervus median) (2) fleksor carpi ulnaris (nervus ulnaris)

• Otot ekstensor jari, ang terdiri dari:

(1) Ekstensor digitorum communis (2) Ekstensor indicis

(3) Ekstensor digiti minimi

Pasien diminta melakukan ekstensi jari, dan pemeriksa memberikan tahanan pada dorsum jari pasien.

7.2. Pemeriksaan Refleks

Refleks Triceps

Untuk menguji refleks triceps, berikan rangsang tekan pada tendon triceps melintasi fossa olecranon di siku.

Gambar 2.23. Refleks triceps

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

C7 memberikan sensasi ke jari tengah.

Gambar 2.24. Pemeriksaan neurologis C7

8. Pemeriksaan Neurologis C8 8.1. Pemeriksaan Motorik

• Fleksor Digitorum, terdiri dari:

(1) fleksor digitorum superfisialis (fleksi sendi interphalangeal proksimal)

(2) fleksor digitorum profundus (fleksi sendi interphalangeal distal).

8.2. Pemeriksaan Sensorik C8 mempersarafi sensasi ke jari manis dan jari kelingking dan sisi ulnar lengan bawah. Sisi ulnaris jari kelingking adalah daerah paling murni untuk sensasi saraf ulnaris (C8).

7.3. Pemeriksaan Sensorik

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 2.25. Pemeriksaan neurologis C8

9. Pemeriksaan Neurologis Tl 9.1. Pemeriksaan Motorik

Otot Abduktor Jari

Otot abduktor jari, yang dipersarafi oleh saraf ulnaris, adalah:

(1) Otot dorsal interosei (2) Abduktor digiti quinti

Evaluasi dilakukan dengan cara pemeriksa meremas jari-jari pasien, kemudian pasien diminta melakukan abduksi jari-jari.

9.2. Pemeriksaan sensorik

TI mempersarafi sisi medial lengan bawah dan lengan atas.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.26. Pemeriksaan neurologis T1

Tabel 2.3. Ringkasan pemeriksaaan neurologis cervical

Diskus Radiks Refleks Otot Sensasi

C4-C5 C5 Refleks Biceps Deltoid

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

10. PEMERIKSAAN KHUSUS (SPECIAL TEST) 10.1. Tes Kompresi Foraminal (Tes Spurling).

• Indikasi:

o Nyeri menjalar dari leher (radicular)

o Perubahan alignment cervical (loss of lordotic)

• Tes ini dirancang untuk memprovokasi gejala nyeri radikular.

• Pasien memfleksikan kepalanya ke arah lateral dari sisi yang sehat kemudian fleksi ke sisi yang sakit.

• Pemeriksa secara hati-hati memberikan kompresi dari atas kepala.

Gambar 2.27. Tes Kompresi Foraminal.

(1) Pasien posisi fleksi kepala ke satu sisi (2) Pemeriksa menekan kepala lurus ke bawah.

• Hasil tes positif jika rasa sakit menjalar ke arah lengan ang sesuai dengan arah fleksi kepala selama kompresi.

Hal ini menunjukkan tekanan pada nerve root (radiculitis cervical).

Gambar 2.28. Tes Kompresi Cervical.

10.2. Tes Kompresi Jackson.

• Merupakan modifikasi dari tes spurling.

• Pasien melakukan gerakan rotasi kepala ke satu sisi dan pemeriksa dengan hati-hati menekan tegak lurus dari atas kepala.

• Tes diulang dengan kepala diputar ke sisi yang lain.

• Tes positif jika nyeri menjalar ke lengan, menunjukkan penekanan nerve root. Distribusi nyeri (dermatom) menunjukkan tingkat nerve root yang terkena.

Gambar 2.29. Tes Kompresi Jackson.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

.

• Pemeriksa menempatkan satu tangan di bawah dagu pasien dan tangan lain di sekitar tengkuk, kemudian secara perlahan angkat kepala pasien dan lakukan traksi pada leher.

• Tes positif jika rasa sakit berkurang atau menurun ketika kepala diangkat, menunjukkan berkurangnya tekanan pada nerve root.

10.4. Tes Abduksi Bahu.

• Tes ini digunakan untuk mengetahui gejala radikuler terutama pada nerve root C4 atau C5.

• Pasien duduk atau berbaring kemudian secara aktif mengangkat lengan dengan abduksi, sehingga tangan atau lengan bawah beristirahat di atas kepala.

• Tes positif jika terjadi penurunan gejala kompresi pada daerah C4-C5 atau C5-C6 (Bakody’s sign).

Gambar 2.30. Tes Abduksi Bahu.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

10.3.Tes Distraksi.

• Tes Valsava digunakan untuk memeriksa peningkatan tekanan pada spinal canal.

• Pemeriksa meminta pasien untuk mengambil napas dalam-dalam kemudian diminta menahan nafas.

• Tes positif ditunjukkan dengan peningkatan rasa sakit, yang disebabkan peningkatan tekanan intratekal.

Peningkatan intratekal ini dapat disebabkan space- occupying lesion, seperti herniasi diskus, tumor, stenosis, atau osteofit.

• Hasil tes ini sangat subjektif.

• Tes harus dilakukan dengan hati-hati karena pasien mungkin menjadi pusing dan pingsan selama pemeriksaan.

Gambar 2.31. (a) Tes Valsava.

(b) Mekanisme dari peningkatan tekanan intra-abdominal menyebabkan iritasi dari columna spinalis

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

10.5.Tes Valsalva.

11.1. Uji Romberg.

• Pasien berdiri dan diminta untuk menutup mata.

• Posisi ditahan selama 20 sampai 30 detik.

• Tes dinyatakan positif jika tubuh pasien kehilangan keseimbangan.

11.2. Tanda Lhermitte.

• Pasien diminta untuk duduk posisi di meja periksa.

• Pemeriksa melakukan fleksi pasif pada kepala pasien dan pada pinggang secara simultan, dengan kaki lurus.

Tes positif terjadi jika ada nyeri tajam, shock-like pain mengarah ke tulang belakang dan ke tungkai atas atau tungkai bawah; Tes positif menunjukan terjadi iritasi dura atau meningeal di tulang belakang atau myelopathy cervical.

Gambar 2.32. Tanda Lhermitte’s (A) Pasien duduk.

(B) Pemeriksa memfleksikan kepala pasien dan pinggul secara bersamaan

11.3. Tanda Hoffman.

• Tanda Hoffmann dievaluasi dengan memegang jari tengah tangan pasien dalam posisi rileks.

• Kemudian kuku jari tengah dengan cepat dijentikkan

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

11. Tes untuk Upper Motor Neuron (Myelopathy Cervical)

ibu jari dan sendi interphalangeal distal jari telunjuk melakukan gerakan fleksi.

Gambar 2.33. Tanda Hoffmann

11.4. Refleks Inversi Radial.

• Tes ini positif jika pemeriksaan refleks dari tendon brakioradialis menyebabkan refleks fleksi pada ibu jari dan jari tangan

Gambar 2.34. Refleks Inversi Radial

11.5. Tanda finger escape

• Merupakan indikator cervical myelopathy

• Pasien diminta untuk memegang semua jari tangan dalam posisi ekstensi dan adduksi selama sekitar 30 detik.

• Tes positif ditandai dengan gerakan fleksi dan abduksi pada jari manis dan jari kelingking.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

• Tanda Hoffmann positif jika sendi interphalangeal

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Pasien diminta melakukan gerakan menggenggam dan melepas genggaman (posisi ekstensi maksimal) pada semua jari, dan mengulangi sebanyak mungkin dalam interval 10 detik.

• Dalam kondisi normal seseorang mampu melakukan gerakan ini setidaknya 20 kali dalam interval 10 detik.

• Ketidakmampuan melakukan gerakan tersebut menunjukan myelopathy atau proses patologi dari upper motor neuron.

Rapid grip and release test, finger escape sign, sering memberikan hasil positif pada pasien dengan myelopathy

Gambar 2.35. Tanda Finger escape

11.7. Klonus.

• Pasien berada dalam posisi duduk dan rileks.

• Pegang kaki pasien dengan kedua tangan saat berada dalam posisi netral, posisikan kaki ke dorsofleksi secara tiba-tiba.

• Jika kaki bergerak ke arah posisi equinus lebih dari sekali, menunjukkan hasil positif yang berarti adanya iritasi pada columna spinalis.

• Tes ini harus dilakukan pada kaki kontralateral kemudian hasilnya dibandingkan.

11.6.Rapid grip and release test

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.36. (a) Tes klonus pada posisi duduk, (b) respons positif klonus

11.8. Tes Babinski

• Permukaan plantar kaki disentuh, mulai pada tumit dan bergerak ke arah caput metatarsal kelima dan kemudian ke arah medial, respon normal adalah tidak adanya gerakan jari-jari kaki.

• Respon patologis ditandai dengan ekstensi ibu jari kaki dan jari kaki kelingking.

Gambar 2.37. Refleks Babinski

12. Pemeriksaan Tanda Vascular 12.1. Tes Adson

• Merupakan tes spesifik untuk mengevaluasi sindrom thoracic outlet.

• Denyut arteri radialis pasien diraba. Kepala pasien rotasi ke sisi ipsilateral kemudian lengan pasien digerakkan abduksi, ekstensi, dan eksternal rotasi secara pasif.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

• Tes positif jika denyut arteri radialis hilang atau timbul gejala neurologis pada ekstremitas atas.

Gambar 2.38. Tes Adson

12.2. Tes Hautant.

• Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan vertigo yang disebabkan oleh masalah vaskular.

• Pasien duduk dan memfleksikan kedua bahu 90°.

Mata pasien kemudian ditutup. Pemeriksa melihat berubahnya posisi lengan. Jika lengan bergerak, penyebabnya adalah nonvaskular.

• Pasien kemudian diminta untuk rotasi, atau ekstensi dan rotasi kepala; posisi ini ditahan dengan mata pasien melihat keatas. Jika terjadi putaran pada lengan, disfungsi ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah ke otak.

• Setiap posisi harus dilakukan selama 10 sampai 30 detik.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.39. Posisi untuk Tes Hautant. (A) Fleksi kedua bahu 90°.

(B) Rotasi dan ekstensi leher dengan bahu fleksi 90°.

12.3. Tes Naffziger.

• Pasien menghadap depan dan pemeriksa berdiri di belakang pasien dengan jari di atas vena jugularis.

Pemeriksa menekan vena jugularis selama 30 detik dan meminta pasien untuk batuk.

• Tes positif jika ada nyeri, menunjukkan adanya penekanan nerve root atau space-occupying lesion (misalnya, tumor).

Gambar 2.40. Tes Naffziger (kompresi vena jugularis)

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Tests)

Ketidakstabilan di tulang belakang leher yang paling sering diakibatkan oleh kerusakan ligamen (contohnya:

ligamentum transversal, ligamentum alar), tulang atau kerusakan sendi (misalnya, fraktur atau dislokasi) atau kelemahan otot. Ketidakstabilan dapat disebabkan oleh kondisi rematik kronis (misalnya, rheumatoid artritis), trauma, penggunaan kortikosteroid, malformasi kongenital, sindrom Down, dan osteoporosis.

13.1. Tes Sharp-Purser.

• Tes ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

• Tes ini dilakukan untuk menentukan subluksasi dari os atlas terhadap os axis.

• Jika ligamen transversus yang mempertahankan posisi prosesus odontoid pada Cl robek, C1 akan bergerak ke depan (subluksasi) pada fleksi C2.

• Pemeriksa akan menemukan pasien tidak mau untuk melakukan gerakan fleksi jika ligamentum transversus telah rusak.

• Pemeriksa meletakkan satu tangan di atas dahi pasien sementara ibu jari dari sisi lain ditempatkan di atas prosesus spinosus menjaga kestabilan.

• Pasien diminta untuk rileks, pemeriksa menekan dari belakang dengan ibu jari.

• Hasil tes positif jika pemeriksa merasa kepala bergeser ke belakang, dengan adanya sensasi “clunk” menunjukkan terjadi subluksasi.

Tes Ketidakstabilan Cervical (Instability “Clearing”

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

Gambar 2.41. Translasi dari C1 pada C2 pada fleksi sebagai akibat dari ligamentum transversum yang robek. (Kiri)

Tes Sharp-Purser untuk subluksasi dari atlas pada axis (kanan)

13.2. Tes Stres Ligamentum Transversum.

• Pasien posisi supine dengan pemeriksa menyangga occiput dengan telapak tangan, jari ketiga, keempat, dan kelima.

• Pemeriksa menempatkan jari telunjuk di antara occiput pasien dan prosesus spinosus C2 sehingga ujung jari di atas lengkung saraf Cl.

• Kepala dan C1 kemudian secara hati-hati diangkat ke depan bersama-sama, sehingga tidak terjadi gerakan fleksi atau ekstensi.

Anterior shear akan terjadi karena resistensi oleh ligamentum transversum.

• Posisi dipegang selama 10 - 20 detik untuk melihat apakah adanya gejala muncul, yang menunjukkan tes positif.

• Gejala positif termasuk spasme otot, pusing; mual;

paresthesia pada bibir, wajah, atau ekstremitas;

nistagmus; atau sensasi benjolan di tenggorokan.

• Tes positif menunjukan ada hipermobilitas pada artikulasi atlantoaksial.

PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL

Gambar 2.42. Hubungan Cl ke C2 dan posisi ligamentum transversum.

Gambar 2.43. Tes ligamentum transversum C1. Tangan pemeriksa menyangga kepala dan C1.

13.3. Tes Distraksi Pettman.

• Tes ini digunakan untuk menguji membran tektorial.

• Pasien posisi supine dengan kepala dalam posisi netral.

• Pemeriksa menerapkan traksi lembut pada kepala.

o Jika tidak ada gejala yang dihasilkan, kepala pasien diangkat ke depan, untuk meregangkan tulang belakang, dan traksi.

BAB I I PEm ERIKSAAN FISIK CERVICAL

o Jika pasien mengeluh gejala seperti rasa nyeri, atau parestesia, maka tes dianggap positif untuk membrane tectorial laxity.

Gambar 2.44. Tes Distraksi Pettman. A. Posisi pertama. B Posisi kedua (fleksi)

13.4. Uji Pergeseran Lateral (Transversal).

• Tes ini digunakan untuk menentukan ketidakstabilan artikulasi atlantoaksial yang disebabkan oleh displasia odontoid.

• Pasien berbaring dengan kepala disangga oleh pemeriksa.

• Pemeriksa menempatkan sisi radial dari sendi metacarpophalangeal (MCP) kedua dari satu tangan terhadap prosesus transversus atlas dan sendi MCP di sisi lain melawan transversus prosesus dari axis yang berlawanan.

• Tangan pemeriksa mendorong bersama-sama, menyebabkan gesekan satu tulang di sisi lainnya. Pada kondisi normal, gerakan minimal dan tidak ada gejala yang dihasilkan.

• Tes positif jika ada nyeri atau gejala neurologis.

• Karena tes ini biasanya menyakitkan, karena kompresi jaringan lunak terhadap tulang, pasien harus diberi peringatan terlebih dahulu bahwa rasa sakit adalah sensasi normal yang dapat terjadi.

• Tes ini juga dapat digunakan untuk menguji level lain

• Tes ini juga dapat digunakan untuk menguji level lain

Dalam dokumen PENYAKIT DEGENERATIF CERVICAL (Halaman 75-115)

Dokumen terkait