• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Ancaman dan implikasi pengelolaan habitat banteng

Ancaman banteng di TNMB yaitu adanya aktivitas manusia yang memicu perburuan liar. Ancaman perburuan terjadi karena sebagian besar aktivitas banteng di habiskan di areal perkebunan yang terdapat banyak aktivitas manusia. Menurut Wirawan (2011) banteng menghabiskan sebagian besar aktivitasnya untuk makan di areal perkebunan. Tingkat perburuan terhadap banteng dapat dikatakan sangat jarang, namun dengan aktivitas banteng yang selalu terlihat di areal perkebunan dan mengganggu tanaman perkebunan dapat memicu terjadinya perburuan liar oleh masyarakat dan pekerja perkebunan. Aktivitas pekerja perkebunan juga dapat mengancam banteng yaitu melalui segala bentuk penjagaan areal perkebunan dari aktivitas banteng. Penjagaan perkebunan dilakukan dengan cara menghalau banteng yang akan masuk ke dalam areal perkebunan melalui pengusiran secara langsung yang menyebabkan banteng menjadi terkejut, pemagaran areal perkebunan dengan pagar duri namun saat ini telah diganti

dengan kayu, pemasangan lampu-lampu sorot di areal perkebunan dan penjagaan rutin oleh pihak perkebunan. Aktivitas perburuan terhadap satwa banteng dapat dikatakan sangat jarang terjadi meskipun kondisinya rawan karena dekat dengan pemukiman masyarakat dan pekerja perkebunan. Banteng di TNMB biasanya mati dikarenakkan kalah dalam berkelahi ataupun karena faktor usia yang sudah tua.

Habitat banteng di TNMB didominasi oleh areal perkebunan, hal ini dapat dilihat dari aktivitasnya yang sebagian besar dihabiskan di dalam areal perkebunan untuk makan (Wirawan 2011). Perkebunan di dalam kawasan TNMB menyediakan pakan yang melimpah dilihat dari ketersediaan pakan yang sebagian besar berasal dari areal perkebunan. Areal perkebunan menyediakan pakan segar dan subur, hal ini dikarenakan di areal perkebunan tersebut dilakukan pemeliharaan secara rutin. Di sekitar areal perkebunan tersedia lokasi-lokasi untuk bersembunyi dan berlindung dari gangguan. Jarak perkebunan yang hanya ± 1 km dari pantai juga membuat banteng mendapat akses yang mudah untuk mengasin selain dari air sungai menuju ke muara. Keberadaan perkebunan yang dekat dengan muara sungai dan terdapatnya parit-parit penampung air hujan di dalam areal perkebunan membuat banteng mudah mendapatkan air. Penjagaan areal perkebunan dilakukan dengan penghalauan terhadap banteng apabila areal perkebunan tersebut sedang ditanami tanaman ladang milik penjaga perkebunan seperti jagung, kacang, dan tembakau. Taman nasional sebaiknya dapat melakukan kerjasama dengan pihak perkebunan dalam menjaga kelestarian banteng. Koordinasi merupakan langkah alternatif agar banteng tidak merusak areal perkebunan tapi tetap mendapat pasokan makan seperti di areal perkebunan. Pihak taman nasional juga dapat memberikan pengetahuan bagi penjaga-penjaga perkebunan untuk tetap ikut serta menjaga keberadaan banteng.

Padang rumput (feeding ground) di TNMB sedang dalam proses pembinaan habitat dengan luasan optimal, hal ini disebabkan sudah tidak berfungsinya lagi feeding ground bagi banteng. Tidak berfungsinya feeding ground menjadi salah satu penyebab banteng mencari makan di areal perkebunan. Perbaikan habitat feeding ground seharusnya dilakukan secara lebih intensif. Pengelolaan padang rumput meliputi semua kegiatan mulai dari penentuan lokasi,

luas, jenis rumput, organisasi pengelola, pemeliharaan dan pembuatan laporan serta evaluasi. Termasuk pula kegiatan mengatur pertumbuhan rumput, mempertahankan kesuburan tanah, mencegah kerusakan tanah dan mencegah terjadinya penggembalaan yang berlebihan. Pengelolaan padang rumput di TNMB pada tahun 2010 yaitu melalui pembinaan habitat yang tidak secara rutin, pemberantasan invasi secara bertahap, belum adanya pemantaun dan evaluasi serta penyediaan sumber air dan tempat mengasin yang belum teratur. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan intensif terhadap padang rumput yaitu pengelolaan terhadap vegetasi, penggunaan api, penggunaan pupuk, penggemburan tanah pada lapisan olah (top soil) (Alikodra 2010).

Pihak taman nasional dapat bekerja sama dengan perkebunan dalam menciptakan area feeding ground yang memiliki jenis-jenis pakan seperti yang ada di areal perkebunan melalui pemeliharaan dan upaya-upaya yang dilakukan perkebunan. Pembinaan habitat banteng yang hanya dilakukan selama satu tahun sekali dapat ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali dalam setahun yaitu dengan adanya kegiatan pengelolaan (pembersihan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan), pemantauan hasil pengelolaan kemudian adanya evaluasi dari hasil yang diperoleh. Upaya pembersihan feeding ground yang tidak secara menyeluruh dan berkelanjutan menyebabkan kembali tumbuhnya jenis-jenis dominan sehingga

feeding ground tidak dapat intensif. Apabila terkendala biaya dalam pengelolaan

feeding ground, pembinaan habitat dapat dilakukan dengan pembakaran terkendali sehingga tanaman yang menginvasi dapat mati dan merangsang tumbuhnya kembali tanaman-tanaman pionir.

Habitat lain yang digunakan oleh banteng di kawasan TNMB yaitu adanya hutan hujan tropis yang masih alami dan dalam kondisi baik. Hutan hujan tropis yang tersebar di seluruh lokasi keberadaan banteng digunakan untuk berlindung, berteduh, memamah biak, bersembunyi, lintasan, dan beristirahat. Kondisi tajuk yang rapat dan rumpun bambu digunakan oleh banteng untuk berlindung. Selain itu bambu juga merupakan pakan bagi banteng. Keberadaan hutan hujan tropis yang masih sangat alami dan aktivitas manusia yang jarang, membuat lokasi ini aman bagi banteng. Kecukupan air di sekitar hutan hujan tropis yang mengalir sepanjang tahun memudahkan banteng mendapatkan pasokan air. Ketinggian

hutan hujan tropis yang mencapai 1.222 m dpl tidak menjadi halangan bagi banteng untuk dapat hidup. Pakan dari tingkat tumbuhan bawah juga terdapat di dalam hutan hujan tropis. Sumber untuk mengasin bagi banteng di dalam hutan hujan tropis diduga diperoleh dari batu-batu yang terdapat di lantai hutan. Hutan hujan tropis kawasan TNMB sudah cukup bagi banteng untuk hidup, sehingga direkomendasikan tetap dijaga keberadaannya dari adanya pengambilan bambu-bambu secara liar dan perambahan hutan di dalam hutan hujan tropis.

Berdasarkan pengamatan terhadap ketersediaan pakan, karakteristik cover, dan ketersediaan air, lokasi yang paling diminati oleh banteng di TNMB yaitu Blok Banyuputih. Lokasi ini memiliki tipe vegtasi perkebunan dan hutan hujan tropis dataran rendah. Ketersediaan pakan dapat terpenuhi dari adanya perkebunan dan hutan hutan tropis dataran rendah, sehingga pakannya lebih beragam. Adanya sungai dan parit yang menyediakan air secara musiman tak menjadi kendala karena banteng dapat menuju muara sungai yang lokasinya ± 1 km dari areal perkebunan. Karakteristik cover yang lengkap yaitu berupa rumpun bambu yang berada di perbatasan perkebunan dan hutan serta tajuk pohon yang berada di dalam hutan, dengan topograi datar sampai bergelombang. Hutan hujan tropis dataran rendah yang mengelilingi areal perkebunan membuat banteng mudah untuk berlindung dari gangguan.

BAB VI

Dokumen terkait