BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Anggaran Material Sebagai Alat Pengendalian Biaya
Pengendalian dapat dipahami merupakan langkah-langkah yang harus disiapkan dan ditempuh supaya yang direncanakan dapat dicapai, direalisasikan, dan supaya hasil yang diinginkan sesuai dengan yang sesungguhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anggaran adalah salah satu alat yang sering digunakan sebagai pengendalian biaya yang memusatkan pada faktor kuntitas dan harga satuan biaya untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan.
Pengendalian merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang telah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya. Pengendalian mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi agar dapat dihindari dimasa yang akan datang.
Menurut Carter dan Usry (2006:6) mengatakan bahwa:
Pengendalian adalah usaha sistematis manajemen untuk mencapai tujuan. Aktivitas-akvitas dimonitor terus-menerus untuk
memastikan bahwa hasilnya berada pada batasan yang diinginkan. Hasil aktual untuk setiap aktivitas dibandingkan dengan rencana, dan jika ada perbedaan yang signifikan, tindakan perbaikan dapat dilakukan.
Tujuan pengendalian adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan sesuai dengan kenyataan. Sedangkan tujuan pengendalian anggaran adalah mengusahakan agar sesuai dengan realisasinya sehingga program-program yang dibuat dapat berjalan dengan semestinya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian dapat dianggap sebaga aktivitas untuk menemukan dan mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang apabila dalam pelaksanaannya ditemukan penyimpangan maka diadakan tindakan perbaikan agar rencana sejalan dengan pelaksanaan.
Menurut Nasehatun (2001:214) : ”Pengendalian biaya merupakan serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya (realisasi)”.
Pengendalian biaya tidak dapat dipisahkan dengan manajemen yang efektif. Oleh sebab itu , pengendalian biaya harus merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota perusahaan. Pengendalian biaya mencakup satu pekerjaan bimbingan dan pengarahan atas unsur biaya dari barang yang dihasilkan. Pengendalian biaya pada satu tahap dalam prosesnya, akhirnya akan membandingkan antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya.
Nesehatun (2001:214) mengemukan bahwa pada dasarnya, pengendalian biaya dapat dibagi dalam empat langkah, sebagai berikut:
1. Mencari dasar-dasar dan menetapkan standar untuk biaya. 2. Membandingkan antara biaya standar dengan biaya yang
sesungguhnya.
3. mencari dan menentukan bagian organisasi perusahaan ataupun diluarnya yang bertanggung jawab atas adanya penyimpangan. 4. melakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi atau
mengakhiri penyimpangan.
Pengendalian biaya hanya dapat terlaksana apabila untuk setiap penyimpangan yang penting atas biaya standar dilakukan tindakan perbaikan.
Perencanaan tanpa pengendalian akan menjadi sia-sia. Sebaliknya suatu pengendalian tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya perencanaan. Perencanaan dan pengendalian merupakan sebagian dari fungsi-fungsi manajemen serta berperan dalam mencapau tujuan yang sudah ditetapkan.
Pengendalian biaya material mencakup penyediaan material dengan kualitas dan kuantitas yang diperlukan pada waktu dan tempat yang diperlukan dalam proses jumlahnya dan ditanggung jawabkan secara penuh serta digunakan sesuai dengan anggaran. Pengendalian biaya material proyek bertujuan untuk: 1. Menghindari pemborosan material
Dengan adanya anggaran material maka dapat diperoleh suatu standar yang kemudian digunakan sebagai suatu acuan dalam penggunaan material dalam proyek.
2. Mengurangi atau mencegah penundaan pengerjaan proyek karena kekurangan material.
3. Mengurangi resiko kerugian atau kecurangan
Anggaran material sebagai alat pengendalian berperan sebagai acuan (benchmark) yang dapat mengidentifikasi adanya ketidak beresan yang mungkin
disebabkan oleh kecurangan sehingga dapat meminimalisasi resiko kerugian yang timbul.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kegunaan anggaran adalah sebagai pedoman kerja, perencanaan dan pengendalian. Dari kegunaan anggaran tersebut dapat dilihat kaitan antara rencana dan pengendalian. Rencana dalam hal ini adalah anggaran yang telah disetujui, hal ini berarti bahwa perusahaan akan berusaha mencapai apa yang telah ditetapkan dalam anggaran tersebut dan sekaligus mengendalikan jumlah kegiatan dalam mencapai apa yang telah ditetapkan tersebut. Pengendalian terus dilakukan secara terus menerus, bukan hanya penilaian terhadap hasil kerja, tetapi juga harus dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan fungsi pengendalian suatu anggaran dimana pengendalian ini bersifat mencegah, menjaga atau melindungi yaitu:
1. Supaya realisasi berjalan sesuai dengan rencana.
2. Sedapat mungkin tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan atau realisasi.
3. Jika terpaksa harus ada penyimpangan, penyimpangan itu telah diketahui dan diantisipasi, sehingga dampaknya telah diperhitungkan dan dapat diminimalkan.
Contoh penyajian anggaran biaya material:
Tabel 2.1
ANGGARAN BIAYA MATERIAL TOWER ANTENA PEMANCAR
No. Uraian Banyak Unit Harga Satuan
(Rp) Harga (Rp) 1. Pasir 1,2 m3 7.000 8.400 2. Semen 5 zak 7.000 35.000 3. Koral 1 m3 25.000 25.000 4. Baja siku 45.45.5 128 m 23.000 2.944.000 5. Baja siku 50.50.9 330 m 23.000 7.590.000
6. Baja plat tebal 10 mm 1,25 m2 78.600 98.250 7. Pipa besi diameter 21/2 3 m 2.500 7.500 8. Baut penyambung 121/2 125 buah 1.000 125.000 9. Baut pondasi 3/4 16 buah 3.000 48.000 10. Kawat pilin arde 1/2 32 m 1.000 32.000
11. Cat meni 35 kg 5.000 175.000
12. Cat perak 20 kg 7.500 150.000
Total 11.238.150
Tabel 2.2
REALISASI BIAYA MATERIAL TOWER ANTENA PEMANCAR
No. Uraian Banyak Unit Harga Satuan
(Rp) Harga (Rp) 1. Pasir 1,25 m3 6.400 8.000 2. Semen 4 zak 6.250 25.000 3. Koral 1 m3 20.000 20.000 4. Baja siku 45.45.5 120 m 22.000 2.640.000 5. Baja siku 50.50.9 328 m 21.000 6.888.000
6. Baja plat tebal 10 mm 1,2 m2 72.000 86.400 7. Pipa besi diameter 21/2 2 m 2.310 4.620 8. Baut penyambung 121/2 123 buah 950 116.850 9. Baut pondasi 3/4 14 buah 2.750 38.500 10. Kawat pilin arde 1/2 30 m 900 27.000
11. Cat meni 33 kg 4.800 158.400
12. Cat perak 18 kg 7.000 126.000
Tabel 2.3
Perbandingan Anggaran dan Realisasi Biaya Material TOWER ANTENA PEMANCAR
No. Uraian Unit
Budget Realisasi Banyak Harga Satuan
(Rp)
Harga (Rp)
Banyak Harga Satuan (Rp) Har (Rp 1. Pasir m3 1,2 7.000 8.400 1,25 6.400 8 2. Semen zak 5 7.000 35.000 4 6.250 25 3. Koral m3 1 25.000 25.000 1 20.000 20 4. Baja siku 45.45.5 m 128 23.000 2.944.000 120 22.000 2.640 5. Baja siku 50.50.9 m 330 23.000 7.590.000 328 21.000 6.888 6. Baja plat tebal 10 mm m2 1,25 78.600 98.250 1,2 72.000 86 7. Pipa besi diameter 21/2 m 3 2.500 7.500 2 2.310 4 8. Baut penyambung 121/2 buah 125 1.000 125.000 123 950 116 9. Baut pondasi 3/4 buah 16 3.000 48.000 14 2.750 38 10. Kawat pilin arde 1/2 m 32 1.000 32.000 30 900 27 11. Cat meni kg 35 5.000 175.000 33 4.800 158 12. Cat perak kg 20 7.500 150.000 18 7.000 126
Analisis Penyimpangan Anggaran
Penyimpangan biaya merupakan hal biasa yang terjadi. Penyimpangan ini terjadi diakibatkan adanya perbedaan antara angka budget dengan realisasinya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bahwa sifat anggaran hanyalah taksiran sehingga kekuatannya tergantung pada keadaan pada waktu pembuatan taksiran. Penyimpangan biaya dianggap bukan hal yang aneh sejauh perbedaan itu masih berada dalam batas wajar.
Penyimpangan yang terjadi harus dianalisis untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya, dan kemudian dicari jalan keluar untuk mengatasi penyimpangan tersebut. Biasanya perusahaan harus menetapkan ukuran mana yang mesti dilakukan investigasi dan mana yang tidak perlu dilakukan investigasi. Standar penentuan ini biasanya melihat benefit costnya. Jika biaya investigasi atas penyimpangan ini lebih besar dari pada taksiran yang dihemat maka harus dilakukan investigasi. Sebaliknya jika yang dihemat jauh lebih besar dari biaya investigasi maka harus dilakukan investigasi penyebab penyimbangan tadi, kecuali dalam hal tertentu yang sifatnya material atau berpotensi resiko besar maka kendatipun ukurannya kecil namun harus menjadi bahan investigasi. Kegunaannya adalah agar menjadi bahan pelajaran untuk kegiatan operasi dimasa yang akan mendatang.
Menurut Carter dan Usry (2006:161), variance biaya standar dibagi atas dua bagian yaitu:
1. Jika biaya actual melebihi standar maka variansnya adalah tidak menguntungkan, karena kelebihan tersebut memiliki dampak yang tidak
menguntungkan terhadap laba.
2. Jika biaya standar melebihi biaya actual maka variansnya adalah menguntungkan, karena memiliki dampak terhadap laba.
Semua varians biaya baik yang menguntungkan atau merugikan perlu dianalisis dalam rangka pengambilan tindakan perbaikan dalam masa yang akan datang. Tindakan perbaikan ini berupa perbaikan atau revisi terhadap biaya standar dan perbaikan terhadap cara atau sistem kerja dan sebagainya.
Sumber penyimpangan biaya material biasanya terjadi karena: 1. Varians harga material (material price variance)
Varians harga material adalah mengukur selisih antara jumlah yang dibayar untuk kuantitas material tertentu dan yang seharusnya dibayar menurut standar yang telah ditetapkan. Dengan rumus sebagai berikut:
(harga material actual – harga material standar) x kuantitas material actual Contoh:
Data berikut sebagai ilustrasi kalkulasi varians material untuk menjelaskan perhitungan dan analisis penyimpangan biaya yang diambil salah satu contoh material yaitu baja siku 50.50.9 :
Biaya standar perunit 330 meter baja siku 50.50.9 @ Rp. 23.000,-/m = Rp.7.590.000,-
Berat baja siku 50.50.9 aktual yang dibeli dalam proyek 328 @Rp. 21.000,-/m Berat baja siku 50.50.9 aktual yang digunakan dalam proyek 295
Di asumsikan perusahaan membeli 328 baja siku 50.50.9 seharga Rp. 21.000,-/m tetapi yang digunakan hanya 295 dalam proyek maka
a. berdasarkan varian harga beli material sebesar:
(harga material aktual – harga material standar) x kuantitas material yang dibeli
(Rp. 21.000,- - Rp. 23.000,-) x 328 = Rp. 656.000,- varians harga material yang menguntungkan karena harga beli lebih rendah daripada harga beli standar.
b. Berdasarkan varians harga pemakaian bahan:
(Harga bahan aktual – Harga bahan standar) x kuantitas bahan aktual
( Rp. 21.000,- - Rp. 23.000,-) x 295 = Rp. 590.000,- varians harga pemakaian material yang menguntungkan. Tanpa memperhatikan pendekatan yang digunakan, varians menguntungkan karena baja siku 50.50.9 yang dibeli memiliki harga lebih rendah yaitu Rp. 2.000 (Rp. 21.000,- - Rp. 23.000,-). 2. Varians kuantitas/efisiensi material (material quantity variance) adalah
mengukur perbedaan antara kuantitas material yang digunakan dan kuantitas yang seharusnya digunakan menurut standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan contoh kasus yang pertama maka varians pemakaian material dapat dihitung dengan cara:
(kuantitas material aktual – kuantitas material standar) x harga material standar.
(295 – 330) x Rp. 23.000 = Rp. 805.000,- varians kuantitas material menguntungkan. Salah satu cara untuk mendapatkan varians kuantitas bahan yang menguntungkan dengan hanya memasukkan bagian dari bahan yang diperlukan.