• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran Tahunan Pemerintah Indonesia pada Tahun 2008 (1) Kerangka Anggaran Nasional Tahun 2008

Daftar Singkatan

BAB 2 K EGIATAN & H ASIL S TUDI DI T INGKAT N ASIONAL

B. BRR NAD-Nias (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias)

2) Anggaran Tahunan Pemerintah Indonesia pada Tahun 2008 (1) Kerangka Anggaran Nasional Tahun 2008

Anggaran pendapatan dan belanja negara Indonesia (APBN), sangat bertumpu pada sektor pajak. Dalam RAPBN 2008, dari total jumlah pendapatan negara sebesar Rp. 781 trilyun, 69 persen disumbangkan oleh sektor ini (Rp. 592 trilyun). Pajak ini termasuk: pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah (PPN/PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB & BPHTB), cukai dan pajak perdagangan internasional. Royalti yang diperoleh pemerintah dari berbagai sektor seperti pertambangan, minyak dan gas, kehutanan dan perikanan, menyumbang sekitar 126,2 trilyun (15 persen). Pendapatan lainnya bersumber dari keuntungan BUMN dan berbagai sumber lainnya.

Semenjak era desentraliasi/otonomi daerah mulai diimplementasikan pada tahun 2001, nilai pos anggaran transfer ke daerah meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Dalam RAPBN 2008, pos anggaran ini mengambil porsi sebesar 32 persen (Rp. 281,2 trilyun) dari keseluruhan nilai belanja pemerintah. Sedangkan nilai belanja pemerintah pusat pada tahun 2008 adalah Rp. 573,4 trilyun.

Dari total Rp. 573,4 trilyun tersebut, anggaran belanja pemerintah pusat dialokasikan sebagai berikut: 49,4 persen untuk anggaran belanja Kementerian dan Lembaga (Rp. 283,3 trilyun); 15,9 persen untuk membayar utang & bunga (Rp. 91,3 trilyun); 17 persen untuk subsidi (Rp. 97,9 trilyun); 11,5 persen untuk pos bantuan sosial (Rp. 66,2 trilyun), dan sisanya 4,3 persen dialokasikan untuk pos belanja lain-lain (Rp. 25 trilyun).

Di tahun 2008, pos pembayaran utang & bunga dalam negeri mencapai 68,6 persen, sedangkan pos pembayaran utang & bunga luar negeri, yang sangat sensitif terhadap fluktuasi mata uang dollar AS, mencapai 31,4 peresn.

Progam subsidi merupakan kebijakan pemerintah yang paling populer di mata masyarakat. Program ini juga sekaligus merupakan pos yang memiliki resiko politik paling tinggi bagi pemerintah, sehingga merupakan tema yang sangat tidak suka disentuh apabila tidak terpaksa. Salah satu alasan mengapa era pemerintahan Suharto sangat kuat dan populer adalah karena beliau sangat percaya pada mekanisme subsidi. Hingga saat ini, masih banyak kalangan masyarakat yang bernostalgia serta mengasosiasikan era Suharto dengan tersedianya kebutuhan pokok masyarakat secara berlimpah dan dengan harga yang terjangkau. Momentum kejatuhan Suharto juga dimulai pada saat beliau mengambil keputusan untuk memangkas subsidi BBM sekaligus menaikkan harga jualnya yang langsung diikuti oleh demonstrasi besar-besaran yang dilakukan mahasiswa dan masyarakat.

Beberapa jenis barang yang masih mendapatkan subsidi di RAPBN 2008 adalah: harga BBM jenis tertentu, listrik, raskin (beras miskin), bibit, pupuk dan beberapa produk PSO (public service obligation) yang dijalankan oleh BUMN.

Termasuk di dalam pos Bantuan Sosial dengan total anggaran Rp. 63,2 trilyun adalah dana bantuan bencana alam, yang mendapatkan alokasi sebesar Rp. 3 trilyun. Termasuk di dalam ini adalah program BOS (bantuan operasional sekolah) yang dijalankan oleh Depdiknas; program bantuan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin di puskesmas atau kelas III di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta yang ditunjuk oleh Depkes; serta program sumbangan langsung tunai bersyarat sebagai kelanjutan program bantuan langsung tunai yang dijalankan oleh Kesra.

Pos belanja lain-lain menampung beberapa mata anggaran yang tidak bisa dimasukkan ke pos lainnya seperti: anggaran untuk persiapan pemilu 2009, anggaran untuk mendanai cadangan beras pemerintah dan lain sebagainya.

Tabel 2.1.2.2 Anggaran Indonesia dalam periode 2004 - 2008

Dalam Trilyun Rupiah

(Kurs 1 US$ = Rp 9150, - per Juni 2008) Item

20049 200510 200611 200712 200813 2008 (Revisi)14

Revenue 403.8 380.4 659.1 684.5 781.2 895

Budget (Total National) 430 397.8 699.1 746.4 854.7 989

Central Government 300 266.3 478.2 493.9 543.4 697

Transfer to Region 130 131.5 220.8 252.5 281.2 292

Deficit - 26.3 - 17.4 - 40 - 61.9 -73.5 -94

Setelah RAPBN 2008 rampung, indikator perekonomian berubah dengan cepat. Harga minyak dan komoditas melambung tinggi. Hal ini memaksa pemerintah untuk merevisi RAPBN secapatnya. Anggaran belanja pemerintah pusat nyaris mencapai Rp. 700 trilyun. Porsi terbesar adalah untuk pos subsidi (energi & non energi15). Subsidi ini kemudian membutuhkan lebih dari Rp. 200 trilyun. Sebaliknya, anggaran untuk lembaga-lembaga dipotong hingga 15% (tidak termasuk Bakornas PB), karena pemerintah berusaha mengurangi alokasi anggaran untuk menahan laju defisit.

9APBN – Sumber: Nota Keuangan dan APBN2005 – Department Keuangan (Depkeu)

10APBN – Sumber: Nota Keuangan dan APBN2005

11 APBN-P – Sumber: Nota Keuangan dan APBN2007

12 APBN-P – Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN 2008

13 APBN – Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN 2008

14 APBNP 2008 – Sumber UU No. 16/2008 – Mei 2008

15 Energi termasuk subsidi untuk harga bensin, minyak tanah, solar and minyak untuk (PLN). Non-energi termasuk subsidi untuk harga beras

(2) Gambaran Umum mengenai Alokasi Anggaran Pemerintah

Dalam 4 tahun terakhir, ada 5 lembaga negara yang selalu mendapatkan alokasi anggaran yang terbesar. Kelima lembaga ini adalah: Departemen Pertahanan, Depdiknas, PU, Kepolisian dan Departemen Kesehatan. Apabila ditotal, kelimanya mendapatkan alokasi anggaran sebesar 50 persen dari nilai total anggaran untuk seluruh lembaga negara. Dalam RAPBN 2008, kelima lembaga ini mendapatkan alokasi anggaran sebesar 53 persen dari total anggaran belanja kementrian/lembaga (Rp. 311,9 trilyun). BAKORNAS PB atau BNPB yang akan menggantikannya pada tahun 2008, hanya mendapatkan bagian 0,035 persen (Rp. 111,3 milyar) untuk alokasi belanja mereka.

Tabel 2.1.2.3 Daftar Beberapa Lembaga Negara Berikut Anggaran Belanja (2005-2008)

Anggaran (dalam Milyar Rupiah) No Lembaga Pemerintah

2005 2006 2007 2008 200916

Jumlah Total Anggaran untuk Lembaga

Negara tingkat Pusat 17 127,422 156,251 258,005 311,947 312,775

1 BAKORNAS PB 5.01 + (13.77 ON CALL18) 43.78 + (328.00 ON CALL) 61.49 + (15.00 ON CALL) 111.319 BNPB - - - - 153 2 DEPDIKNAS 21,585 31,462 44,058 49,701 51,987 3 PU 13,081 21,300 24,213 36,109 35,663 4 DEPHAN 21,979 27,484 32,640 36,399 35,032 5 POLRI 11,169 16,618 20,041 23,347 25,658 6 DEPKES 7,796 14,291 17,236 19,704 19,299 7 BMG 180 534 657 801 817 8 LIPI NA 681 545 580 498 9 BPPT NA 397 522 569 544 10 RISTEK 1,397 423 446 498 440

(3) Anggaran dan Dana yang tersedia untuk Penanggulangan Bencana

Untuk mendefinisikan berapa jumlah total dana bencana yang tersedia bagi pemerintah bukanlah hal yang sederhana, karena dana ini tersebar di berbagai program kegiatan kementrian/lembaga pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah. Berbagai lembaga negara tersebut memiliki dana bencana tersendiri, yang biasanya dalam bentuk dana taktis atau dana yang bisa langsung dikucurkan apabila terjadi bencana. Akan tetapi dana-dana ini tidak tercatat dalam laporan tertentu yang bisa diakses oleh publik. Untuk mendeteksi satu persatu juga hampir tidak mungkin, mengingat Indonesia terdiri dari 33 propinsi, 483 kabupaten/kota dan lebih dari 30

16 “Anggaran Sementara”, Depkeu (Juli 2008)

17 Termasuk anggaran untuk DPR, MPR, BPK, MA, Kejaksaaan Agung, Kepresidenan, Wakil President, KPU & Mahkamah Konstitusi.

18 Dana kontigensi yang dapat digunakan pada saat bencana alam

kementrian/lembaga. Juga tidak ada kewajiban khusus bagi mereka untuk melapor mengenai tersedianya dana bencana kepada lembaga khusus atau kepada BAKORNAS sebagai instansi utama yang bertanggung jawab dalam terjadinya bencana. Studi ini mendokumentasi berbagai dana-dana bencana yang signifikan dan bersumber dari berbagai dokumen pemerintah yang sudah dipublikasi serta hasil wawancara dengan berbagai pejabat pemerintah terkait.