• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

2.14 Tinjauan Pustaka

Kurniawan, 2017, “Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Tiga Sudu Berbahan Komposit Berdiameter 1 m Lebar Maksimum 12 cm Berjarak 18,5 cm dari Pusat Poros Dengan Variasi Panjang Sirip 10cm dan 13cm”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kincir angin propeler tiga sudu menghasilkan koefisien daya maksimal yang tertinggi adalah 43,69 % dengan nilai tip speed ratio sebesar 3,89 pada variasi panjang sirip 13 cm pada kecepatan angin 6,3 m/s.

Mangu, 2016, “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros horizontal dua Sudu Bahan Komposit Diameter 1 m Lebar Maksimum 13 cm Dengan Jarak 12,5 cm Dari Pusat Poros”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kincir angin kincir angin poros horizontal dua sudu menghasilkan koefisien daya maksimal yang tertinggi adalah 33,73 % pada tip speed ratio 5,66pada variasi kecepatan angin 6,4 m/s.

Wiranto, 2016, “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros Horizontal Empat Sudu Berbahan Komposit Berdiameter 100 cm Lebar Maksimum 13 cm Dengan Jarak 20 cm Dari Pusat Poros”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kincir

angin dengan variasi kecepatan 6,2 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal sebesar 36,4 % dan tip speed ratio sebesar 2,9.

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Penelitian

Langkah kerja penelitian

Perancangan desain kincir angin

Pembelian alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan kincir angin

Pembuatan sudu bahan komposit

Uji coba sudu

Menentukan variasi penelitian

Penngambilan data

Hasil penelitian, perhitungan, pengolahan data dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Tidak Mulai

Selesai

Ada tiga jenis perlakuan metode untuk melakukan penelitian ini, yaitu : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian keputakaan dilakukan dengan membaca literature-literature yang berhubungsn dengan penulisan tugas akhir ini serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

2. Pembuatan Alat

Pembuatan alat uji kincir angin dilakukan di Laboratorium Konversi Energi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kincir angin yang sudah jadi dipasang pada wind tunnel dan motor listrik sebagai suber tenaga untuk emutar fan blower yang menghasilkan tenaga angin untuk memutar kincir.

3. Pengamatan Secara langsung (Observasi)

Metode observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu kincir angin jenis propeller pada wind tunel.

3.2 Alat Penelitian

Model kincir angin oropeler dengan bahan komposit. Kincir ini dibuat dengan diameter 1 meter.

1. Sudu kincir angin.

Ukuran panjang sudu kincir menentukan daerah sapuan angin yang menerima energy angin sehingga dapat membuat dudukan sudu atau turbin berputar. Semua sudu memiliki bentuk dan ukuran yang sama, sudu kincir angin yang dibuat dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Blade / Sudu 2. Dudukan sudu.

Dudukan sudu yang merupakan bagian komponen yang berfungsi untuk pemasangan sudu dan juga untuk mengatur kemiringan sudu. Dudukan sudu ini memiliki dua belas buah lubang untuk pemasangan sudu, untuk mengatur sudu kemiringan cukup memutar kemiringan plat dudukan sudu.

Posisi plat dudukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

Dudukan sudu dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Dudukan Sudu

3. Fan blower.

Fan blower berfungsi untuk menghisap udara memutar kincir angin, fan blower dengan power sebesar 15 Hp. Gambar 3.3 akan menunjukkan bentuk dari fan blower.

Gambar 3.3 Fan Blower

4. Tachometer.

Tachometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran poros kincir angin yang dinyatakan dalam satuan rpm (rotation per minute). Jenis tachometer yang digunakan adalah digital light tachometer, cara kerjanya cukup sedherhana meliputi 3 bagian, yaitu : Sensor, pengolah data dan penampil. Gambar 3.4 menujukkan bentuk tachometer.

Gambar 3.4 Tachometer

5. Timbangan Digital.

Timbangan digital digunakan untuk mengetahui beban generator pada saat kincir angin berputar. Gambar 3.5 menunjukkan bentuk dari Timbangan Digital yang digunakan dalam penelitian. Timbangan digital ini diletakkan pada bagian lengan generator.

Gambar 3.5 Timbangan Digital Gantung

6. Anemometer.

Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin, Gambar 3.6 menunjukkan bentuk dari anemometer.

Gambar 3.6 Anemometer

7. Voltmeter.

Voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan yang dihailkan kincir angin oleh setiap variasinya. Gambar Voltmeter seperti ditujukkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Voltmeter 8. Amperemeter.

Amperemeter digunakan untuk mengukur arus yang dihasilkan oleh kincir angin dengan setiap variasinya. Gambar amperemeter seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Amperemeter.

9. Potensio.

Potensio ini digunakan untuk mengatur peningkatan dan pengurangan arus yang masuk menuju rangkaian lampu. Gambar potensio seperti ditunjukan pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Potensio

10. Lampu Pijar.

Fungsi dari lampu pijar ini sebagai beban atau sebagai pengereman putaran kincir, dimana jika lampu menyala semakin terang maka putaran kincir akan semakin rendah. Gambar lampu pijar seperti ditunjukan pada Gambar 4.0.

Gambar 3.10 Lampu Pijar

11. Pembebanan.

Pembebanan yang dilakukan dengan menggunakan lampu bermaksud untuk mengetahui performa kincir angin. Variasi volttase lampu yang diberikan bermaksud supaya data yang dihasilkan lebih bervariasi. Lampu yang digunakan adalah lampu 60 watt sebanyak 5 buah, lampu 40 watt sebanyak 5 buah. Gambar pembebanan lampu seperti ditunjukkan pada Gambar 3. 11.

Gambar 3.11 Skema Pembebanan

3.3 Desain Sudu

Desain kincir angin yang dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.12. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kincir angin yang dibuat panjang diameternya berukuran 1 m dengan lebar maksimum sudu 16 cm. Gambar 4.2 menunjukkan desain dari sudu kincir angin.

Gambar 3.12 Desain Sudu

3.4 Pembuatan Sudu / Blade Kincir Angin 3.4.1 Alat dan Bahan

Pembuatan sebuah sudu / blade merupakan proses yang dilakukan secara bertahap serta membutuhkan alat dan bahan, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pembuatan Sudu

ALAT BAHAN

Bor Tepung

Kuas Resin

Gunting Harderner

Gerinda Serat gelas

Amplas Isolasi

Timbangan Pipa 8 inchi

Kertas karton Plat besi

3.4.2 Proses Pembuatan Sudu / Blade

Dalam proses pembuatan sudu / blade dilakukan dengan beberapa tahapan.

Tahapan - tahapan pembuatan sudu seperti berikut : A. Pembuatan Cetakan Pipa :

1. Memotong pipa 8 inchi dengan panjang 50 cm.

Pipa 8 inchi berfungsi sebagai mal / cetakan dari proses pembuatan sudu kincir angin yang berbahan dari komposit. Proses memotong menggunakan gerinda dengan panjang pipa yang diinginkan adalah 50 cm. setelah pipa dipotong, kemudian pipa dibelah menjadi dua. Hal ini bertujuan pada saat pembentukan pipa dengan mal kertas agar lebih mudah dilakukan. Pipa yang digunakan adalah Pipa Wavin D 8 inchi.

Gambar 3.13 Pemotongan Pipa PVC 8 inch

2. Membentuk Mal / cetakan kertas

Mal atau cetakan kertas mempermudah pembentukan pipa menjadi sebuah sudu / blade. Mal ditempelkan pada pipa kemudian pipa ditandai sesuai mal menggunakan spidol.

Gambar 3.14 Membentuk Mal pada Kerta Karton

3. Membentuk pipa dengan mal kertas.

Pipa yang telah ditandai oleh mal kertas, kemudian dipotong menggunakan gerinda. Proses pembentukan ini dilakukan secara bertahap, pemotongan di mulai dari garis mal yang mudah dipotong.

Gambar 3.15 Membentuk Pipa dengan Mal Kertas Karton

4. Menghaluskan pipa.

Setelah pipa yang telah dibentuk sesuai dengan bentuk dari mal kertas, kemudian tepi - tepi pipa dihaluskan menggunakan amplas. Hal ini bertujuan untuk mencapai sebuah presisi ukuran dan estetika dari pipa.

B. Proses pencetakan sudu : 1. Pelapisan cetakan pipa.

Setelah cetakan dari pipa telah siap, kemudian dilanjutkan pada tahap dua yaitu pembuatan sudu / blade. Sebelum perpaduan dari resin dan hardener dioleskan dipermukaan cetakan. Mal pipa dilapisi dengan isolasi.

Hal ini bertujuan agar sudu yang sudah jadi tidak menempel pada cetakan dan mempermudah untuk melepas sudu dari cetakan.

Gambar 3.16 Pelapisan Cetakan menggunakan Isolasi

2. Pencampuran Resin dan Harderner.

Pencampuran resin dan harderner dilakukan dengan perbandingan 5 : 1. Resin berfungsi untuk mengeraskan campuran, hardener adalah bahan yang dikeraskan. Pencampuran kedua bahan seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Gambar 3.17 Pencampuran Resin dan Harderner 3. Pembuatan Sudu / Blade.

Dalam membuat sudu dengan bahan komposit yang terdiri dari Resin, Hardener dan Serat Glass. Proses pembuatan sudu / blade dilakukan secara berulang dan cepat. Karena saya mengharapkan sebuah sudu yang jadi nantinya terdiri dari beberapa lapis glass sesuai variasi yang di tentukan. Diantara lapisan kedua dan ketiga serat glass diberikan sebuah plat besi dangan tebal 1 mm pada pangkal sudu yang berukuran 2 cm x 10 cm. Pemberian sebuah plat besipada lapisan serat glass bertujuan untuk menambah ketahanan pangkal sudu terhadap gaya tekan yang diberikan oleh baut.

Langkah-langkah pembuatan sudu sebagai berikut :

a. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada permukaan pipa yang telah dilapisi isolasi menggunakan kuas.

b. Menempelkan lapisan pertama serat gelas pada cetakan yang telah dioleskan campuran resin dan harderner.

c. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan serat glass pertama

d. Menempelkan serat glass untuk lapisan kedua.

e. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan serat glass kedua.

f. Menempelkan plat besi diantara lapisan kedua dan ketiga serat glass.

g. Menempelkan lapisan ketiga serat glass.

h. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan ketiga serat glass.

i. Menempelkan lapisan keempat serat glass.

j. Mengoleskan campuran resin dan harderner pada lapisan keempat serat glass, proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai dengan tebal yang diinginkan.

k. Setelah proses tersebut selesai, kemuduan lapisan paling atas dilapisi cetakan yang sama dan di jepit menggunakan penjepit kertas/klip.

l. Pengeringan Sudu / Blade.

Setelah proses pembuatan sudu selesai dilakukan, kemudian sudu / blade dikeringkan dengan cara dijemur dibawah matahari.

Proses pengeringan yang dilakukan dibawah matahari memelukan waktu 2–3 hari.

m. Finishing Sudu / Blade.

Proses finishing sudu / blade meliputi : pemotongan, penghalusan, pengurangan berat sudu, dan pendempulan sudu / blade.

Yang dimaksud pengurangan berat sudu adalah menyamakan berat sudu menggunakan timbangan duduk digital.

n. Pembuatan Lubang Baut.

Pembuatan lubang pada sudu dilakukan menggunakan bor dengan diameter lubang baut 10.

3.5 Variasi Penelitian 1. Variasi Berat Sudu 2. Variasi Kecepatan Angin

3.6 Variabel Pengukuran 1. Kecepatan angin 2. Gaya pengimbang

3. Kecepatan putar poros kincir angin 4. Tegangan dan Arus output generator

3.7 Parameter Perhitungan 1. Daya angin

2. Daya kincir 3. Daya listrik 4. Kecepatan sudut 5. Torsi

6. Koefisien daya mekanis (Cp) 7. Tip speed ratio (tsr)

3.8 Langkah Penelitian

Gambar 3.18 Skema Penelitian

Langkah yang dilakukan sebelum pengembilan data penelitian adalah pemasangan kincir angin di depan fan blower, pemasangan komponen poros penhubung kincir angin dengan sistem pembebanan lampu yang berada dibagian belakang kincir angin. Proses pengambilan data Kecepatan Angin, Putaran Poros (rpm), tegangan, arus listrik dan pembebanan kincir angin ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

1. Poros kincir dihubungkan dengan mekanisme pembebanan lampu.

2. Memasang Blade / Sudu pada dudukan sudu.

3. Memasang anemometer pada tiang didepan kincir angin untuk mengukur kecepatan angin.

4. Memasang timbangan digital gantung pada lengan generator.

5. Memasang generator pada poros kincir angin.

6. Merangkai pembebanan lampu pada generator.

7. Jika sudah siap, fan blower dihidupkan untuk memutar kincir angin.

8. Percobaan pertama kincir angin dua sudu dengan kecepatan angin 5 m/s, percobaan kedua kincir angin dengan kecepatan 7 m/s.

9. Untuk mengatur kecepatan angin dalam terowongan angin dengan cara memumtar tombol invertor pada blower agar dapat menentukan variasi kecepatan angin.

10. Bila kecepatan angin dan variasi beban telah sesuai dengan yang diinginkan, maka pengukuran dapat dilakukan dengan membaca massa pengimbang yang terukur pada timbangan digital.

11. Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan kecepatan kincir angin dengan menggunakan tachometer.

12. Mengamati selama waktu yang telah ditentukan.

50

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengujian

Tabel 4.1 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,20 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.2 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,24 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.3 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,33 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Gaya

Penyeimbang Arus

m/s Volt n (rpm) F (gram) Ampere

1 5 19.5 303 75 0.00

2 5 19.0 295 80 0.03

3 5 18.5 286 85 0.05

4 5 18.0 278 90 0.06

5 5 17.5 274 95 0.07

6 5 17.0 270 100 0.08

7 5 16.5 254 105 0.09

8 5 16.0 245 110 0.10

9 5 15.5 241 115 0.11

10 5 15.0 235 115 0.12

11 5 14.5 229 115 0.13

12 5 14.0 227 115 0.14

13 5 13.5 222 120 0.14

14 5 13.0 205 120 0.15

15 5 12.5 189 125 0.15

Tabel 4.4 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,20 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.5 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,24 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.6 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,33 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan

Dalam pengolahan data yang digunakan beberapa asumsi untuk mempermudah pengolahan dan perhitungan data sebagai berikut :

a. Percepatan gravitasi bumi (ɡ) = 9,81 m/s2 b. Massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg/m3 c. Luas penampang (Α) = 0,785 m2

4.2.1 Perhitungan Daya Angin

Sebagai contoh perhitungan di bawah ini menggunakan data pengujian kincir angin dua sudu variasi berat 0,20 kg dan kecepatan angin 5 m/s. maka

diketahui bahwa massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg / m3, luas penampang (Α) = 0,785 m2 dan kecepatan angin (v) = 5 m/s. Sehingga dapat dihitung angin sebesar:

Pin = ½ ρ A v3

Pin = ½ × 1,18 × 0,785 × 53 Pin = 58 watt

Jadi daya angin yang dihasilkan sebesar 58 watt.

4.2.2 Perhitungan Torsi

Sebagai contoh perhitungan diambil dari pengujian yang dilkukan besar torsi dapat kita hitung. Diambil dari tabel 4.7 pada pengujian keenam. Dari data yang diperoleh besaran gaya (F) = 1,23 N dan jarak lengan torsi ke poros sebesar 0,27 m, maka torsi dapat dihitung :

T = F × l

T = 1,23 × 0,27

T = 0,33 N.m

Jadi torsi yang dihasilkan sebesar 0,33 N.m.

4.2.3 Perhitungan Daya Mekanis

Sebagai contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.7 pada pengujian keenam diperoleh putaran poros (n) sebesar 242 rpm, dan torsi yang telah diperhitungkan pada sub bab 4.2.2 sebesar (T) = 0,33 N.m, maka besarnya daya kincir dapat dihitung :

Pout = T × ω

Pout = 0,33

Pout = 0,33

Pout = 8,39 watt

Jadi daya kincir yang diperoleh sebesar 8,39 watt.

4.2.4 Perhitungan Daya Listrik

Sebagai contoh perhitungan daya listrik diambil dari Tabel 4.7 pada pengujian keenam. Diperoleh tegangan sebesar 19,9 volt dan arus sebesar 0,08 ampere, maka daya listrik dapat dihitung :

Plistrik = V × I

Plistrik = 19,9 × 0,08

Plistrik = 1,59 watt

Jadi daya listrik yang dihasilkan sebesar 1,59 watt.

4.2.5 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr)

Sebagai contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.7 pad pengujian keenam diperoleh putaran poros kincir angin sebesar 242 rpm, jari – jari kincir angin sebesar (r) = 0,5 m, dan kecepatan angin sebesar 5 m/s, maka tip speed ratio dapat dihitung :

tsr =

tsr =

tsr = 2,53

Jadi tip speed ratio yang diperoleh sebesar 2,53.

4.2.6 Perhitungan Koefisien Daya (Cp)

Sebagai contoh pehitungan diambil dari perhitungan diatas yakni, daya angin pada sub bab 4.2.1 sebesar 58 watt dan daya yang dihasilkan kincir angin pada sub bab 4.2.3 sebesar 8,39 watt, maka koefisien dapat dihitung :

Cp =

Cp =

Cp = 2,75 %

4.3 Data Hasil Perhitungan

Parameter yang telah didapat dari penelitian diolah dengan software Microsoft Excel untuk menampilkan tabel dan grafik hubungan antara beban torsi (F) dan putaran poros kincir (n), grafik hubungan antara torsi (F) dan daya kincir mekanis (Pout), grafik hubungan antara torsi (F) dan daya listrik (Plistrik), dan grafik hubungan antara tip speed ratio (tsr) dan koefisien daya (Cp). pada Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 menampilkan data hasil perhitungan untuk setiap variai berat sudu dan kecepatan angin.

Tabel 4.7 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,20 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO

Tabel 4.8 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,24 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO

Tabel 4.9 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,33 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO

Tabel 4.10 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,20 kg dan

Tabel 4.11 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,24 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO

Tabel 4.12 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,33 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO

4.4 Grafik Hasil Perhitungan

Pengolahan data yang dilakukan Sub Bab 4.1, 4.2, dan 4.3 mendapatkan hasil grafik. Grafik – grafik hubungan tersebut antara lain grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (F), grafik hubungan antara daya kincir mekanis (Pout) dan torsi (F), grafik hubungan antara daya listrik (Plistrik) dan torsi(F), dan grafik hubungan antara koefisien daya (Cp) dan tip speed ratio (tsr). Penjelasan untuk grafik di atas, ebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik – grafik berikut ini:

4.4.1 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kincir (n) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 5 m/s.

Data dari Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (F). Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 304 rpm pada torsi (F) sebesar 0,24 N.m. Sedangkan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 339 rpm pada torsi (F) sebesar 0,21 N.m. Dan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 303 rpm pada torsi (F) sebesar 0,20 N.m.

Dari Gambar 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai putaran poros kincir (n) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kincir (n) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

Putaran Kincir Angin n (rpm)

Torsi N.m

4.4.2 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 5 m/s.

Data dari Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya mekanis (Pout) dan torsi (F). Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 8,55 watt pada torsi (F) sebesar 0,34 N.m. Sedangkan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 10,56 watt pada torsi (F) sebesar 0,37 N.m. Dan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 7,69 watt pada torsi (F) sebesar 0,30 N.m.

Dari Gambar 4.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai daya mekanis (Pout) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.3 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 5 m/s.

Data dari Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya listrik (Watt) dan torsi (F). Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 1,75 Watt pada torsi (F) sebesar 0,34 N.m. Sedangkan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 3,93 Watt pada torsi (F) sebesar 0,37 5.00

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

N.m. Dan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 1,95 Watt pada torsi (F) sebesar 0,32 N.m.

Dari Gambar 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai daya dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4. 1 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.4 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kinir (n) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat 0.00

grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (F). Pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 483 rpm pada torsi (F) sebesar 0,20 N.m. Sedangkan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 493 rpm pada torsi (F) sebesar 0,25 N.m. Dan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 428 rpm pada torsi (F) sebesar 0,25 N.m.

Dari Gambar 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan 7 m/s memiliki nilai putaran poros kincir (n) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kincir (n) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

Putaran Kincir Angin n (rpm)

Torsi N.m

4.4.5 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout(watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya mekanis (Pout) dan torsi (F). Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 25,23 watt pada torsi (F) sebesar 0,62 N.m. Sedangkan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 21,21 watt pada torsi (F) sebesar 0,54 N.m. Dan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 18,78 watt pada torsi (F) sebesar 0,57 N.m.

Dari Gambar 4.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan 7 m/s memiliki nilai daya mekanis (Pout) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.6 Grafik Hubungan antara Daya listrik (Watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya listrik (Watt) dan torsi (F). Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 16,43 Watt pada torsi (F) sebesar 0,68 N.m. Sedangkan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 14,75 Watt pada torsi (F) sebesar 0,61 5.00

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

N.m. Dan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 14,21 Watt pada torsi (F) sebesar 0,58 N.m.

Dari Gambar 4.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan 7 m/s memiliki nilai daya dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.7 Grafik Perbandingan antara Berat Sudu 0.24 kg dan 0.20 kg dalam Hubungan Koefisien Daya (Cp) dengan Tip Speed Ratio (tsr) pada Kecepatan 5 m/s dan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.8 sampai Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya dapat digunkan untuk membuat grafik perbandingan antara berat sudu 0,20 kg ; 0,24 kg; dan 0,30 kg pada variasi berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin 5 m/s.

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan hubungan antara Koefisien Daya Mekanis (Cp%) dan Tip Speed Ratio (tsr) dengan tiga variasi berat sudu pada kecepatan

angin 5 m/s dan 7 m/s.

Koefisien Daya (Cp %)

Tip Speed Ratio (tsr)

berat 0.20 kg,

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian sudu, pengambilan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut :

1. Telah berhasil dibuat kincir angin tipe propeller, dua sudu, berbahan komposit, menggunakan serat kaca jenis e – glass, diameter sudu 1 m,

1. Telah berhasil dibuat kincir angin tipe propeller, dua sudu, berbahan komposit, menggunakan serat kaca jenis e – glass, diameter sudu 1 m,

Dokumen terkait