• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.8 Langkah Penelitian

Gambar 3.18 Skema Penelitian

Langkah yang dilakukan sebelum pengembilan data penelitian adalah pemasangan kincir angin di depan fan blower, pemasangan komponen poros penhubung kincir angin dengan sistem pembebanan lampu yang berada dibagian belakang kincir angin. Proses pengambilan data Kecepatan Angin, Putaran Poros (rpm), tegangan, arus listrik dan pembebanan kincir angin ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

1. Poros kincir dihubungkan dengan mekanisme pembebanan lampu.

2. Memasang Blade / Sudu pada dudukan sudu.

3. Memasang anemometer pada tiang didepan kincir angin untuk mengukur kecepatan angin.

4. Memasang timbangan digital gantung pada lengan generator.

5. Memasang generator pada poros kincir angin.

6. Merangkai pembebanan lampu pada generator.

7. Jika sudah siap, fan blower dihidupkan untuk memutar kincir angin.

8. Percobaan pertama kincir angin dua sudu dengan kecepatan angin 5 m/s, percobaan kedua kincir angin dengan kecepatan 7 m/s.

9. Untuk mengatur kecepatan angin dalam terowongan angin dengan cara memumtar tombol invertor pada blower agar dapat menentukan variasi kecepatan angin.

10. Bila kecepatan angin dan variasi beban telah sesuai dengan yang diinginkan, maka pengukuran dapat dilakukan dengan membaca massa pengimbang yang terukur pada timbangan digital.

11. Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan kecepatan kincir angin dengan menggunakan tachometer.

12. Mengamati selama waktu yang telah ditentukan.

50

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengujian

Tabel 4.1 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,20 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.2 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,24 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.3 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,33 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Gaya

Penyeimbang Arus

m/s Volt n (rpm) F (gram) Ampere

1 5 19.5 303 75 0.00

2 5 19.0 295 80 0.03

3 5 18.5 286 85 0.05

4 5 18.0 278 90 0.06

5 5 17.5 274 95 0.07

6 5 17.0 270 100 0.08

7 5 16.5 254 105 0.09

8 5 16.0 245 110 0.10

9 5 15.5 241 115 0.11

10 5 15.0 235 115 0.12

11 5 14.5 229 115 0.13

12 5 14.0 227 115 0.14

13 5 13.5 222 120 0.14

14 5 13.0 205 120 0.15

15 5 12.5 189 125 0.15

Tabel 4.4 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,20 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.5 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,24 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

Tabel 4.6 Data Pengujian Dua Sudu dengan Variasi Berat 0,33 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO.

Kec.

Angin Tegangan Putaran Kincir

4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan

Dalam pengolahan data yang digunakan beberapa asumsi untuk mempermudah pengolahan dan perhitungan data sebagai berikut :

a. Percepatan gravitasi bumi (ɡ) = 9,81 m/s2 b. Massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg/m3 c. Luas penampang (Α) = 0,785 m2

4.2.1 Perhitungan Daya Angin

Sebagai contoh perhitungan di bawah ini menggunakan data pengujian kincir angin dua sudu variasi berat 0,20 kg dan kecepatan angin 5 m/s. maka

diketahui bahwa massa jenis udara (ρ) = 1,18 kg / m3, luas penampang (Α) = 0,785 m2 dan kecepatan angin (v) = 5 m/s. Sehingga dapat dihitung angin sebesar:

Pin = ½ ρ A v3

Pin = ½ × 1,18 × 0,785 × 53 Pin = 58 watt

Jadi daya angin yang dihasilkan sebesar 58 watt.

4.2.2 Perhitungan Torsi

Sebagai contoh perhitungan diambil dari pengujian yang dilkukan besar torsi dapat kita hitung. Diambil dari tabel 4.7 pada pengujian keenam. Dari data yang diperoleh besaran gaya (F) = 1,23 N dan jarak lengan torsi ke poros sebesar 0,27 m, maka torsi dapat dihitung :

T = F × l

T = 1,23 × 0,27

T = 0,33 N.m

Jadi torsi yang dihasilkan sebesar 0,33 N.m.

4.2.3 Perhitungan Daya Mekanis

Sebagai contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.7 pada pengujian keenam diperoleh putaran poros (n) sebesar 242 rpm, dan torsi yang telah diperhitungkan pada sub bab 4.2.2 sebesar (T) = 0,33 N.m, maka besarnya daya kincir dapat dihitung :

Pout = T × ω

Pout = 0,33

Pout = 0,33

Pout = 8,39 watt

Jadi daya kincir yang diperoleh sebesar 8,39 watt.

4.2.4 Perhitungan Daya Listrik

Sebagai contoh perhitungan daya listrik diambil dari Tabel 4.7 pada pengujian keenam. Diperoleh tegangan sebesar 19,9 volt dan arus sebesar 0,08 ampere, maka daya listrik dapat dihitung :

Plistrik = V × I

Plistrik = 19,9 × 0,08

Plistrik = 1,59 watt

Jadi daya listrik yang dihasilkan sebesar 1,59 watt.

4.2.5 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr)

Sebagai contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.7 pad pengujian keenam diperoleh putaran poros kincir angin sebesar 242 rpm, jari – jari kincir angin sebesar (r) = 0,5 m, dan kecepatan angin sebesar 5 m/s, maka tip speed ratio dapat dihitung :

tsr =

tsr =

tsr = 2,53

Jadi tip speed ratio yang diperoleh sebesar 2,53.

4.2.6 Perhitungan Koefisien Daya (Cp)

Sebagai contoh pehitungan diambil dari perhitungan diatas yakni, daya angin pada sub bab 4.2.1 sebesar 58 watt dan daya yang dihasilkan kincir angin pada sub bab 4.2.3 sebesar 8,39 watt, maka koefisien dapat dihitung :

Cp =

Cp =

Cp = 2,75 %

4.3 Data Hasil Perhitungan

Parameter yang telah didapat dari penelitian diolah dengan software Microsoft Excel untuk menampilkan tabel dan grafik hubungan antara beban torsi (F) dan putaran poros kincir (n), grafik hubungan antara torsi (F) dan daya kincir mekanis (Pout), grafik hubungan antara torsi (F) dan daya listrik (Plistrik), dan grafik hubungan antara tip speed ratio (tsr) dan koefisien daya (Cp). pada Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 menampilkan data hasil perhitungan untuk setiap variai berat sudu dan kecepatan angin.

Tabel 4.7 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,20 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO

Tabel 4.8 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,24 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO

Tabel 4.9 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,33 kg dan Kecepatan Angin 5 m/s

NO

Tabel 4.10 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,20 kg dan

Tabel 4.11 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,24 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO

Tabel 4.12 Data Perhitungan Dua Sudu Dengan Variasi Berat Sudu 0,33 kg dan Kecepatan Angin 7 m/s

NO

4.4 Grafik Hasil Perhitungan

Pengolahan data yang dilakukan Sub Bab 4.1, 4.2, dan 4.3 mendapatkan hasil grafik. Grafik – grafik hubungan tersebut antara lain grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (F), grafik hubungan antara daya kincir mekanis (Pout) dan torsi (F), grafik hubungan antara daya listrik (Plistrik) dan torsi(F), dan grafik hubungan antara koefisien daya (Cp) dan tip speed ratio (tsr). Penjelasan untuk grafik di atas, ebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik – grafik berikut ini:

4.4.1 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kincir (n) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 5 m/s.

Data dari Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (F). Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 304 rpm pada torsi (F) sebesar 0,24 N.m. Sedangkan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 339 rpm pada torsi (F) sebesar 0,21 N.m. Dan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 303 rpm pada torsi (F) sebesar 0,20 N.m.

Dari Gambar 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai putaran poros kincir (n) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kincir (n) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

Putaran Kincir Angin n (rpm)

Torsi N.m

4.4.2 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 5 m/s.

Data dari Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya mekanis (Pout) dan torsi (F). Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 8,55 watt pada torsi (F) sebesar 0,34 N.m. Sedangkan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 10,56 watt pada torsi (F) sebesar 0,37 N.m. Dan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 7,69 watt pada torsi (F) sebesar 0,30 N.m.

Dari Gambar 4.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai daya mekanis (Pout) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.3 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 5 m/s.

Data dari Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya listrik (Watt) dan torsi (F). Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 1,75 Watt pada torsi (F) sebesar 0,34 N.m. Sedangkan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 3,93 Watt pada torsi (F) sebesar 0,37 5.00

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

N.m. Dan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 1,95 Watt pada torsi (F) sebesar 0,32 N.m.

Dari Gambar 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai daya dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4. 1 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.4 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kinir (n) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat 0.00

grafik hubungan antara putaran poros kincir (n) dan torsi (F). Pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 483 rpm pada torsi (F) sebesar 0,20 N.m. Sedangkan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 493 rpm pada torsi (F) sebesar 0,25 N.m. Dan nilai puncak putaran poros kincir (n) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 428 rpm pada torsi (F) sebesar 0,25 N.m.

Dari Gambar 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan 7 m/s memiliki nilai putaran poros kincir (n) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Putaran Poros Kincir (n) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

Putaran Kincir Angin n (rpm)

Torsi N.m

4.4.5 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout(watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan kecepatan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya mekanis (Pout) dan torsi (F). Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 25,23 watt pada torsi (F) sebesar 0,62 N.m. Sedangkan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 21,21 watt pada torsi (F) sebesar 0,54 N.m. Dan nilai puncak daya mekanis (Pout) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 18,78 watt pada torsi (F) sebesar 0,57 N.m.

Dari Gambar 4.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan 7 m/s memiliki nilai daya mekanis (Pout) dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Daya Mekanis Pout (watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.6 Grafik Hubungan antara Daya listrik (Watt) dan Torsi (F) pada Tiga Variasi Berat Sudu dengan Kecepatan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara daya listrik (Watt) dan torsi (F). Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat sudu 0,20 kg adalah 16,43 Watt pada torsi (F) sebesar 0,68 N.m. Sedangkan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,24 kg adalah 14,75 Watt pada torsi (F) sebesar 0,61 5.00

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

N.m. Dan nilai puncak daya listrik (Watt) yang dihasilkan dengan variasi berat 0,33 kg adalah 14,21 Watt pada torsi (F) sebesar 0,58 N.m.

Dari Gambar 4.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,20 kg pada kecepatan 7 m/s memiliki nilai daya dan torsi (F) tertinggi diantara variasi berat sudu lainnya.

Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Daya Listrik (Watt) dan Torsi (F) Kincir Angin Propeler

4.4.7 Grafik Perbandingan antara Berat Sudu 0.24 kg dan 0.20 kg dalam Hubungan Koefisien Daya (Cp) dengan Tip Speed Ratio (tsr) pada Kecepatan 5 m/s dan 7 m/s.

Data dari Tabel 4.8 sampai Tabel 4.12 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya dapat digunkan untuk membuat grafik perbandingan antara berat sudu 0,20 kg ; 0,24 kg; dan 0,30 kg pada variasi berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin 5 m/s.

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan hubungan antara Koefisien Daya Mekanis (Cp%) dan Tip Speed Ratio (tsr) dengan tiga variasi berat sudu pada kecepatan

angin 5 m/s dan 7 m/s.

Koefisien Daya (Cp %)

Tip Speed Ratio (tsr)

berat 0.20 kg,

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengujian sudu, pengambilan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut :

1. Telah berhasil dibuat kincir angin tipe propeller, dua sudu, berbahan komposit, menggunakan serat kaca jenis e – glass, diameter sudu 1 m, lebar maksimum 16 cm pada jarak 20 cm dari pusat poros, dengan variasi berat sudu 0,20 kg; 0,24 kg; 0,33 kg.

2. Unjuk kerja kincir angin poros horizontal dua sudu dari masing – masing kecepatan dan variasi berat sudu :

a) Putaran poros kincir (n) terbesar yang dihasilkan kincir angin adalah 483 rpm pada variasi berat sudu 0,20 kg dengan kecepatan angin 7 m/s dan 295 rpm pada variasi berat sudu 0,33 kg dengan kecepatan angin 5 m/s.

b) Torsi (N.m) terbesar yang dihasilkan kincir angin adalah 0,68 pada variasi berat 0,20 kg dengan kecepatan 7 m/s dan 0,38 pada variasi berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan 5 m/s.

c) Daya kincir mekanis (Pout) terbesar yang dihasilkan kincir angin adalah 25,23 watt pada variasi berat sudu 0,20 kg dengan kecepatan 7 m/s dan 10,56 watt pada variasi berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin 5 m/s.

d) Daya listrik (PListrik) terbesar yang dihasilkan kincir angin adalah 16,43 watt pada variasi berat sudu 0,20 kg dengan kecepatan angin 7 m/s dan 4,30 watt pada variasi berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin 5 m/s.

3. Koefisien daya mekanis tertinggi (Cpmekanis) yang dihasilkan kincir angin adalah 18,23 % dengan nilai tip speed ratio (tsr) sebesar 2,95 pada variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan angin 5 m/s.

5.2 Saran

1. Penelitian kincir angin yang menggunakan kecepatan angin dan berat sudu sebagai variasi pengujian, sebaiknya dilakukan di tempat yang luas.

2. Perlu dilakukan uji coba dengan variasi kecepatan angin yang lebih rendah (3 m/s – 6 m/s), mengingat karakteristik angin di Indonesia cenderung rendah.

3. Perlu dilakukan pengujian berat sudu yang lebih berbeda.

73

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_onshore_wind_farms Anonim. 2017.

http://www.alpensteel.com/article/116-103-energi-angin--wind- turbine--wind-mill/2017-pembangkit-listrik-tenaga-angin-di-indonesia

Anonim. 2015. http://www.berpendidikan.com/2015/06/macam-macam-angin-beserta-contoh-gambar-dan-penjelasannya.html

Anonim. 2016. http://www.konsepgeografi.net/2016/01/angin-gunung-dan-angin-lembah.html

Anonim. 2015. http://www.donisetyawan.com/pola-pergerakan-angin-muson-di-indonesia/

Anonim. 2016. https://journal.sttnas.ac.id/ReTII/article/download/337/277

Anonim.2016.http://solarenergyengineering.asmedigitalcollection.asme.org/article .aspx?articleid=1456879

Anonim. 2011. https://yudiprasetyo53.wordpress.com/2011/12/04/aplikasi-biokomposit-pada-bidang-otomotif/

Anonim. 2014. http://slideplayer.info/slide/12130376

Anonim.2015.http://sarungpreneur.com/kerajinan-dari-bahan-alam-dari-nusantara-yang-harus-kamu-tahu/

Anonim. 2015. http://pustakamateri.web.id/jenis-serat-tekstil-sintetis/

74

Kurniawan, 2017, “Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Tiga Sudu Berbahan Komposit Berdiameter 1 M Lebar Maksimum 12 CM Berjarak 18,5 CM dari Pusat Poros Dengan Variasi Panjang Sirip 10CM dan 13CM”, Tugas Akhir, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Mangu, 2016, “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros horizontal dua Sudu Bahan Komposit Diameter 1M Lebar Maksimum 13 CM Dengan Jarak 12,5 CM Dari Pusat Poros”, Tugas Akhir, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Surdia, Tata, 2005, “Pengetahuan Bahan Teknik”, cetakan ke-6 PT. Pradya Paramita

Wiranto, 2016, “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros Horizontal Empat Sudu Berbahan Komposit Berdiameter 100 CM Lebar Maksimum 13 CM Dengan Jarak 20 CM Dari Pusat Poros”, Tugas Akhir, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

Lampiran 2. Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

0 100 200 300 400

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40

Putaran Kincir Angin (Rpm)

Torsi N.m

0 2 4 6 8 10 12

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Daya Listrik (Watt)

Torsi N.m

Lampiran 3. Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis Pout (watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

Lampiran 4. Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya Mekanis (Cp %) Dengan Tip Speed Ratio (tsr) Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

5 6 7 8 9

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

0 3 6 9 12 15

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

Koefisien Daya Mekanis (Cp %)

tsr

Lampiran 5. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

Lampiran 6. Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

0 100 200 300 400

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40

Putaran Kincir Angin (Rpm)

Torsi N.m

0 1 2 3 4 5 6

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Daya listrik (Watt)

Torsi N.m

Lampiran 7. Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis Pout (watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

Lampiran 8. Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya Mekanis (Cp %) Dengan

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

Koefisien Daya Mekanis (Cp %)

tsr

Lampiran 9. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

Lampiran 10. Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

0 100 200 300 400

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40

Putaran Kincir Angin (Rpm)

Torsi N.m

0 1 2 3

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Daya listrik (Watt)

Torsi N.m

Lampiran 11. Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis Pout (watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

Lampiran 12. Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya Mekanis (Cp %) Dengan Tip Speed Ratio (tsr) Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 5 m/s.

0 2 4 6 8 10

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

0 3 6 9 12 15

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

Koefisien Daya Mekanis (Cp %)

tsr

Lampiran 13. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

Lampiran 14. Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

0

Putaran Kincie Angin (Rpm)

Torsi N.m

Lampiran 15. Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis Pout (watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

Lampiran 16. Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya Mekanis (Cp %) Dengan Tip Speed Ratio (tsr) Pada Variasi Berat Sudu 0,20 Kg Dan Kecepatan Angin 7

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

Koefisien Daya Mekanis (Cp %)

tsr

Lampiran 17. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

Lampiran 18. Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

0

Putaran Kincir Angin (Rpm)

Torsi N.m

Lampiran 19. Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis Pout (watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

Lampiran 20. Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya Mekanis (Cp %) Dengan Tip Speed Ratio (tsr) Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 7

Daya Mekanis P out (watt)

Torsi N.m

Koefisien Daya Mekanis (Cp %)

tsr

Lampiran 21. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

Lampiran 22. Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

0

Putaran Kincir Angin (Rpm)

Torsi N.m

Lampiran 23. Grafik Hubungan Antara Daya Mekanis Pout (watt) Dengan Torsi N.m Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.

Lampiran 24. Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya Mekanis (Cp %) Dengan Tip Speed Ratio (tsr) Pada Variasi Berat Sudu 0,33 Kg Dan Kecepatan Angin 7

Koefisien Daya Mekanis (Cp %)

tsr

Dokumen terkait