• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ada dalam penelitian ini adalah:

a. Kincir angin ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu apilikasi pemanfaatan energi terbarukan.

b. Dalam pembuatan skala besar mampu menghasilkan energi terbarukan.

c. Dapat menjadi referensi bagi masyarakat yang daerahnya berpotensi dengan energi angin agar bisa mengembangkan energi terbarukan dengan menggunakan energi angin.

6

BAB II DASAR TEORI

2.1Angin

Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam. Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini akan di simpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.

Tabel 2.1 Kondisi Angin

(Sumber:

7 2.1.1 Jenis – Jenis Angin

1. Angin Laut

Angin laut adalah udara yang bergerak dari laut ke darat. Angin laut terjadi pada siang hari, saat matahari mulai memancarkan panasnya. Daratan adalah benda padat yang dapat menyerap panas matahari, jauh lebih cepat daripada lautan yang merupakan benda cair.hal ini di sebabkan oleh suhu di atas daratan yang lebih tinggi daripada suhu di atas lautan, udara di atas daratan pun lebih cepat menjadi panas naik. Tempat yang ditinggalkan tekanannya lebih rendah, sehingga akan segera didisi udara lautan yang berpindah tempat ke atas daratan. Maka terjadilah angin laut. Angin laut mulai terjadi pada siang hari sekitar pukul 09.00 WIB, makin siang hemusannya semakin kuat. Hembusan angin laut paling kuat, terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Gambar angin laut ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Angin Laut

(Sumber : http://www.berpendidikan.com/2015/06/macam-macam-angin-beserta-contoh-gambar-dan-penjelasannya.html)

2. Angin Darat

Angin darat adalah udara yang bergerak dari daratan ke lautan. Angin darat terjadi pada malam hari, dimana saat matahari sudah tidak memancarkan panasnya. Daratan yang lebih cepat menyerap panas matahari, akan melepaskan panas itu dengan lebih cepat pula. Maka suhu di atas daratan segera menjadi lebih dingin, dibaaningkan dengan suhu di atas lautan. Karena suhu di atas lautan lebih panas, maka udara di sana terdorong ke atas. Karena tekanan udara di atas lautan lebih rendah ( banyak tempat kosong yang ditinggalkan oleh udara yang naik ), maka udara dingin dari atas daratan pun mengalir pada lautan untuk mengisi daerah yang kosong tersebut, sehingga terjadilah angin darat. Angin darat mulai terjadi pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Hembusan angin darat paling kuat terjadi pada waktu matahari mulai terbit. Gambar angin darat ditujukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Angin Darat

(Sumber : http://www.berpendidikan.com/2015/06/macam-macam-angin-beserta-contoh-gambar-dan-penjelasannya.html)

3. Angin Lembah

Angin lembah adalah angin yang bergerak dari lembah menuju gunung akibat dari suhu di lembah lebih rendah (tekanan tinggi) sedangkan suhu di gunung lebih panas (tekanan rendah). Angin lembah terjadi ketika matahari terbit, gunung adalah daerah yang pertama kali mendapat panas dan sepanjang hari selama proses tersebut gunung mendapat energy panas lebih banyak daripada lembah. Sehingga suhu di gunung lebih tinggi daripada suhu di lembah gunung.

Hal ini mengakibatkan, udara panas dari gunung naik dan digantikan oleh udara dingin dari lembah, sehingga terjdi aliran udara (angin) dari lembah menuju gunung. Jadi angin lembah ini terjadi pada waktu siang hari. Gambar angin lembah ditunjukkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Angin Lembah

(Sumber : http://www.konsepgeografi.net/2016/01/angin-gunung-dan-angin-lembah.html)

4. Angin Gunung

Angin gunung adalah angin yang bergerak dari gunung menuju lembah akibat dari suhu di gunung lebih tinggi (tekanan rendah) sedangkan suhu di lembah dingin (tekanan tinggi). Angin gunung terjadi ketika sore hari (matahari mulai terbenam), gunung telah mendingin sedangkan lembah masih panas (dalam

proses mengeluarkan panas). Sehingga suhu di lembah lebih panas daripada suhu di gunung. Hal ini mengakibatkan, udara panas dari lembah naik dan di gantikan oleh udara dingin dari gunung, sehingga terjadi aliran udara (angin) dari gunung menuju lembah. Jadi angin gunung ini terjadi pada waktu sore hari saat matahari terbenam. Gambar angin gunung ditunjukkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Angin Gunung

(Sumber : http://www.konsepgeografi.net/2016/01/angin-gunung-dan-angin-lembah.html)

5. Angin Muson

Angin muson adalah gerakan massa udara yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang begitu besar yaitu antara daratan dan lautan, atau bisa disebut antara benua dan samudra. Indonesia ini berada di daerah ekuator yang diapit oleh benua Asia dan benua Australia, juga diapit oleh dua samudra yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia. Di Indonesia ada dua jenis angin muson yaitu angin Muson Barat dan angin Muson Timur.

Angin Muson Barat bertiup pada bulan Oktober sampai April, yaitu pada saat posisi semu matahari berada di belahan bumi selatan. Posisi inilah yang menyebabkan tekanan udara yang tinggi di Asia dan tekanan udara yang rendah di

wilayah Australia membuat angin bertiup dari benua Asia ke benua Australia.

Pada perjalanan dari benua Asia ke benua Australia, angin melewati samudra Hindia sehingga angin tersebut mengandung banyak uap air yang menyebabkan pada bulan Oktober sampai bulan Maret di Indonesia terjadi musim hujan.

Angin Muson Timur bertiup pada bulan April sampai bulan Oktober.

Ketika letak semu matahari di sebelah belahan bumi utara, sehingga menyebabkan tekanan udara wilayah benua Asia menjadi rendah dan tekanan udara wilayah benua Autralia menjadi tinggi. Hal tersebut menyebabkan angin bertiup dari benua Australia ke benua Asia. Karena angin tesebut harus melewati daerah gurun yang luas di benua Australia sehingga udara sedikit mengandug uap air dan bersifat kering. Hal tersebutlah yang menyebabkan di Indonesia pada bulan – bulan tersebut menjadi musim kemarau.

Gambar 2.5 Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur

(Sumber : http://www.donisetyawan.com/pola-pergerakan-angin-muson-di-indonesia/)

2.2 Kincir Angin

Kincir angin adalah sebuah alat yang mampu memanfaatkan kekuatan angin untuk dirubah menjadi kekuatan mekanik. Dari proses itu memberikan kemudahan berbagai kegiatan manusia yang memerlukan tenaga yang besar seperti memompa air untuk mengairi sawah atau menggiling biji - bijian. Kincir angin modern adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik, disebut juga dengan turbin angin. Turbin angin kebanyakan ditemukan di Eropa dan Amerika Utara.

Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik di bangun oleh P. La Cour dari Denmark diakhir abad ke-19. Setelah perang dunia I, layar dengan penampang melintang menyerupai sudut propeller pesawat sekarang disebut kincir angin tipe propeller atau turbin. Eksperimen kincir angin sudut kembar dilakukan di Amerika Serikat pada tahu 1940, ukurannya sangat besar yang disebut mesin Smith-Putman, kapasitasnya 1.25MW yang dibuat oleh Morgen Smith Company dari York Pensylavina. Diameter propelernya 175ft (55m) beratnya 16 ton dan menaranya setinggi 100ft (34m). tapi salah satu batang propelernya patah pada tahun 1945.

Secara umum kincir angin digolongkan menjadi dua jenis menurut porosnya yaitu kincir angin poros horisontal dan kincir angin poros vertikal.

2.2.1 Kincir Angin Poros Horisontal

Kincir angin poros horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) adalah turbin angin yang putaran orientasinya horisontal. Dengan kata lain, poros putaran turbinnya sejajar dengan permukaan tanah. Kincir angin poros horisontal

ini biasanya memiliki dua sudu. Kincir angin poros horisontal ini ada beberapa bentuk seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Kincir Angin Poros Horisontal

(Sumber : https://journal.sttnas.ac.id/ReTII/article/download/337/277)

Kelebihan kincir angin poros horizontal :

1. Kincir angin poros horizontal mampu mengkonversi energy angin pada kecepatan tinggi.

2. Setiap sepuluh meter keatas dari dasar tanah, kecepatan angin meningkat.

3. Kincir angin poros horizontal memerlukan karakteristik angin karena arah angin langsung menuju rotor.

Kekurangan kincir angin poros horizontal :

1. Dibutuhkan konstruksi menara untuk menyangga bilah – bilah, transmisi roda gigi, dan generator.

2. Kincir angin poros horizontal yang tinggi akan sulit dipasang, membutuhkan derek yang sangat tinggi dan membutuhkan operator yang professional.

3. Kincir angin poros horizontal membutuhkan mekanisme control yaw (ekor kincir angin) tambahan untuk membelokkan kincir ke arah angin.

2.2.2 Kincir Angin Poros Vertikal

Kincir angin poros vertikal atau Vertical Axis Wind Turbin (VAWT) adalah salah satu jenis kincir angin yang posisi porosnya tegak lurus dengan arah amgin atau dengan kata lain kincir jenis ini dapat mengkonversi tenaga angin dari segala arah kecuali arah angin dari atas atau bawah. Kincir jenis ini menghasilkan torsi yang lebih besar daripada kincir angin poros horisontal. Beberapa jenis kincir angin poros vertikal yang telah banyak dikenal diantaranya ditunjukkan pada gambar 2.7.

Darrieus Savonius

Gambar 2.7 Contoh Kincir Angin Vertikal

(Sumber : https://journal.sttnas.ac.id/ReTII/article/download/337/277) Kelebihan kincir angin poros vertikal :

1. Dapat menerima arah angin dari segala arah.

2. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.

3. Dapat bekerja pada putaran rendah.

4. Memiliki torsi yang besar pada putaran rendah.

5. Tidak perlu mengatur sudut–sudut untuk menggerakkan sebuah generator.

Kekurangan kincir angin poros vertikal :

1. Bekerja pada putaran rendah, sehingga energy angin yang dihasilkan kecil.

2. Hanya dapat mengkonversi energy angin 50% dikarenakan adanya gaya drag tambahan.

3. Sebuah VAWT yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya member tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

2.3 Grafik Hubungan Antara Cp dan Tip Speed Ratio (TSR)

Brikut ini adalah grafik hubungan antara Cp dan tsr dengan beberapa jenis tipenya masing – masing seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Grafik Hubungan Antara Coefisien of Performance (Cp) dengan Tip Speed Ratio (TSR) dari beberapa jenis kincir.

(http://solarenergyengineering.asmedigitalcollection.asme.org/article.aspx?articlei d=1456879)

2.4 Rumus Perhitungan

Berikut adalah rumus–rumus yang digunakan untuk melakukan perhitungan dan analisis kerja kincir angin yang diteliti.

2.4.1 Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda yang bergerak. Energi yang terdapat pada angin adalah energi kinetik, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ek = m v2 (1)

dengan :

Ek : Energi kinetic (Joule).

m : Massa (kg).

v : Kecepatan angin (m/s).

Daya adalah energy persatuan waktu, sehingga dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

Pin = ̇ v2 (2)

dengan :

P : Daya angin (watt).

ṁ : Massa udara yang mengalir pada satuan waktu (kg/s)

dimana :

ṁ = ρ A v (3)

dengan :

ρ : Massa jenis udara (kg/s).

A : Luas penampang sudu (m2)

Dengan menggunakan persamaan (3), daya angin dapat dirumuskan menjadi

Pin = (ρ A v) v2, yang dapat disederhanakan menjadi :

Pin = ρ A v3 (4)

2.4.2 Rumus Perhitungan TSR (tip speed ratio)

Tip speed ratio adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu kincir angin dngan kecepatan angin. Kecepatan ujung sudu (Vt) dapat dirumuskan sebagai :

Vt = ω r (5)

dengan :

Vt : Kecepatan ujung sudu.

ω : Kecepatan sudu (rad/s).

r : Jari - jari kincir (m).

sehingga tsr-nya dapat dirumuskan sebagai berikut :

tsr = (6)

dengan :

r : Jari - jari kincir (m).

n : Putaran poros kincir tiap menit (rpm).

V : Kecepatan angin (m/s).

2.4.3 Rumus Torsi

Torsi adalah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh gaya dorong pada sudu – sudu kincir angin. Perhitungan nilai torsi dapat dirumuskan sebagai berikut :

(7)

dengan adalah gaya pembebanan, dan adalah panjang lengan torsi ke poros kincir angin.

2.4.4 Daya Kincir Angin

Daya kincir angin ( )adalah daya yang dihasilkan oleh kincir angin karena putaran sudu kincir , putaran kincir angin tersebut menghasilkan energi kinetik yang kemudian dikonversikan menjadi energi listrik. Perhitungan nilai daya kincir angin dapat dirumuskan sebagai berikut :

= (8)

dengan :

: Daya yang dihasilkan oleh kincir angin.

: Kecepatan sudut.

2.4.5 Koefisien Daya

( ) dengan daya yang disediakan oleh angin ( ). Perhitungan nilai koefisien daya Koefisien daya adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh kincir angin dapat dirumuskan sebagai berikut :

Cp =

100% (9)

dengan :

Cp : Koefisien daya, %.

Pin : Daya yang disediakan oleh angin.

Pout : Daya yang dihasilkan kincir.

2.5 Komposit

Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing–masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisiknya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit).

2.5.1 Tujuan Pembuatan Material Komposit

1. Memperbaiki sifat mekanik atau sifat spesifikasi tertentu.

2. Mempermudah design yang sulit pada manufaktur.

3. Menjadikan bahan lebih ringan.

2.6 Jenis-Jenis Material Komposit

2.6.1 Material Komposit Serat

Material komposit serat yaitu komposit yang terdiri dari serat dan bahan dasar yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat + resin sebagai bahan perekat, sebagai contoh adala FRP (Fiber Reinforce Plastic) plastik diperkuat denga serat dan banyak digunakan, yang sering disebutt fiber glass.

2.6.2 Material Komposit Lapis

Komposit lapis yaitu komposit yang terdiri dari lapisan dan bahan penguat, contohnya pollywood, laminated glass yang sering digunakan sebagai bahan bangunan dan kelengkapannya.

2.6.3 Material Komposit Partikel

Komposit partikel yaitu komposit yang terdiri dari partikel dan bahan penguat seperti butiran (batu dan pasir) yang diperkuat dengan semen yang sering kia jumpai sebagai beton.

2.7 Kelebihan Material Komposit

Material komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan bahan konvensional seperti logam. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari beberapa sudut yaitu:

1. Bianyanya lebih murah.

2. Beban lebih ringan.

3. Mudah dibentuk.

2.8 Kekurangan Material Komposit

1. Material komposit tidak tahan terhadap beban kejut.

2. Material komposit tidak tahan terhadap crash (tabrak).

2.9 Matriks

Matriks dalam komposit berfungsi sebagai bahan pengikat serat menjadi sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau

memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara sert dan matrik, sehingga matrik dan serat salong berhubungan.

2.9.1 Jenis-Jenis Komposit Berdasarkan Matriks

1. Polymer Matriks Composite (PMC) merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan karat, korosi dan lebih ringan. Matriks polymer terbagi menjadi 2 yaitu:

a) Termoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irrversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,seperti jenis-jenis melamin.

b) Termoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali dengan menggunakan panas. Termoplastik merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila disinginkan.

Tabel 2.2 Kekuatan resin thermoplastic

Sumber: Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke-6 PT.

Pradnya Paramita 2005. Dikopolimerkan Dengan

Akrilonotril 6,6 - 8,4 1,5 -

Tabel 2.3 Kekuatan resin thermoset

Sumber: Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke-6 PT.

Pradnya Paramita 2005.

2. Ceramic Matriks Composite (CMC) yaitu komposit yang menggunakan matriks keramik.

3. Metal Matriks Composite (MMC) adalah salah satu jenis komposit yang memiliki matrik logam.

Gambar 2.9 Gambar Jenis-Jenis Komposit Berdasarkan Matrik (Sumber :

https://yudiprasetyo53.wordpress.com/2011/12/04/aplikasi-biokomposit-pada-bidang-otomotif/) 2.9.2 Jenis-Jenis Komposit Berdasarkan Penguat

Ada 3 jenis matriks berdasarkan penguat:

1. Komposit serat merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang digunakan bias berupa glass fiber, carbon fiber, aramid fiber, dan sebagainya. Fiber ini bias disusun secara acak maupundengan orientasi tertentu bahkan bias juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

2. Komposit struktur merupakan suatu struktur yang terdiri dari dua elemen struktur dengan bahan material yang berbeda dan bekerja bersama-sama membentuk suatu kesatuan, dimana masing-masing bahan material tersebut mempunyai kekuatan sendiri-sendiri.

Contoh struktur komposit yaitu baja dengan beton, kayu dengan beton, beton biasa dengan beton pratengang.

3. Komposit partikel merupakan komposit jenis komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya.

Gambar 2.10 Gambar Jenis-Jenis Komposit Berdasarkan Penguat

(Sumber : https://yudiprasetyo53.wordpress.com/2011/12/04/aplikasi-biokomposit-pada-bidang-otomotif/)

Gambar 2.11 Gambar Ilustrasi Komposit Berdasarkan Penguat (Sumber :http://slideplayer.info/slide/12130376)

Gambar 2.12 Tipe Serat Fiber

2.9.3 Komposit Berdasarkan Serat

Ada 2 matriks serat berdasarkan serat yaitu:

1. Discontinuous adalah tipe komposit dengan tipe pendek. Tipe ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu aligned dan randomly.

2. Continuous, mempunyai serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara matriknya. Jenis komposit ini paling sering digunakan. Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.

2.9.4 Komposit Berdasarkan Discontinous

Ada 2 matriks berdasarkan discontinuous yaitu:

1. Aligned merupakan komposit dengan serat panjang yang tersusun rapi pada posisi horizontal diantara matriksnya.

2. Randomly discountinous merupakan komposit dengan serat pendek yang tersebar secara acak diantara matriksnya. Tipe acak sering digunakan pada produksi dengan volume besar karena faktor biaya manufakturnya yang lebih murah. Kekurangan dari jenis seratacak adalah sifat mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus pada jenis serat yang sama.

2.10 Serat

Serat adalah salah satu unsur penyusun bahan komposit. Serat inilah yang terutama menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan

serta sifat-sifat mekanik lainnya. Serat inilah yang menahan sebagian besar gaya-gaya yang bekerja pada bahan komposit.

Jenis-jenis serat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Serat alam adalah serat yang berasal dari tumbuhan, binatang, dan mineral. Contoh serat alam yaitu kapas, wol, sutra dan rami.

Gambar 2.13 Gambar Serat Alam

(Sumber : http://sarungpreneur.com/kerajinan-dari-bahan-alam-dari-nusantara-yang-harus-kamu-tahu/)

2. Serat buatan/sintetik adalah terbut dari komposisi yang ditentukan, hasil dari serat buatan/sintetik ini yaitu rayon, polyester,akril, dan nilon.

Gambar 2.14 Gambar Serat Buatan/Sintetik

(Sumber : http://pustakamateri.web.id/jenis-serat-tekstil-sintetis/) 2.11 Fiberglass

Fiberglass atau yang sering disebut kaca merupakan serat sintetis anorganik.

Serat dari kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan diameter 0,005 mm – 0,001 mm. serat ini biasa dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain (lembaran) yang akan digunakan untuk menjadi penguat sebuah komposit. Resin yang dicampurkan dengan fiberglass akan menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi.

Sifat-sifat fiberglass yaitu:

a. Density cukup rendah (skitar 2,55 g/cc).

b. Tensile strenghtnya cukup tinggi (sekitar 3,2 Gpa).

c. Stabilitas dimensinya baik.

d. Tahan korosi.

Keuntungan menggunakan fiberglass adalah:

a. Biaya murah.

b. Tahan korosi

c. Biaya relative rendah dari komposit lainnya.

Jenis-jenis fiberglass:

a. E-glass b. C-glass c. S-glass

Tabel 2.4 Sifat-sifat dari setiap jenis fiberglass

Sumber: Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke-6 PT.

Pradnya Paramita 2005.

Tabel 2.5 Sifat-sifat serat

Sumber: Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke-6 PT.

Pradnya Paramita 2005.

2.12 Resin

Resin adalah zat kimiawi yang bersifat agak kental, cenderung transparan, tidak larut dalam air, mudah terbakar dan akan mengeras dengan cepat. Menurut beberapa sumber, resin sudah dipakai sejak zaman purba kebanyakan sebagai pelapis pernis atau perekat contohnya adalah getah resin dammar, resin gumpalan dupa sebagai bahan pembuatan patung dan sesajian. Seiring berkembangnya jaman dan kemungkinan resin organic lebih susah diproduksi, manusia mulai membuat sintetis dari bahan-bahan kimia. Resin ini diproduksi bermacam-macam jenis yaitu:

1. Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metal metakrilat yang berulang. Resin akrilik digunakan untu membuat basisi gigi tiruan dalam proses rehabilitative, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge.

2. Resin epoxy adalah suatu bahan kimia yang merupakan salah satu jenis resin yang dieroleh dari proses polimerisasi dari epoksida. Epoxy resin bereaksi dengan beberapa bahan kimia lain seperti amina poifungsi, asam serta fenol, dan alcohol, umumnya dikenal sebagai bahan pengeras atau harderner.

3. Resin melamin ini termasuk dalam golongan resin amino yang diproduksi mellui reaksi polikondensasi antara melamin dan formaldehida, resin ini mempunyai kelebihan yakni transparan, kekerasan (hardeness) yang lebih baik, tahan terhadap air, dan goresan.

2.13 Reinforcement

Reinforcement (penguat) adalah salah satu bagian utama dari komposit yang berperan untuk menahan beban yang diterima oleh material komposit sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari penguat yang digunakan. Bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan yang umum digunakan adalah jenis partikel, serat alam, serat karbon, serat gelas dan keramik.

2.14 Tinjauan Pustaka

Kurniawan, 2017, “Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Tiga Sudu Berbahan Komposit Berdiameter 1 m Lebar Maksimum 12 cm Berjarak 18,5 cm dari Pusat Poros Dengan Variasi Panjang Sirip 10cm dan 13cm”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kincir angin propeler tiga sudu menghasilkan koefisien daya maksimal yang tertinggi adalah 43,69 % dengan nilai tip speed ratio sebesar 3,89 pada variasi panjang sirip 13 cm pada kecepatan angin 6,3 m/s.

Mangu, 2016, “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros horizontal dua Sudu Bahan Komposit Diameter 1 m Lebar Maksimum 13 cm Dengan Jarak 12,5 cm Dari Pusat Poros”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kincir angin kincir angin poros horizontal dua sudu menghasilkan koefisien daya maksimal yang tertinggi adalah 33,73 % pada tip speed ratio 5,66pada variasi kecepatan angin 6,4 m/s.

Wiranto, 2016, “Unjuk Kerja Kincir Angin Poros Horizontal Empat Sudu Berbahan Komposit Berdiameter 100 cm Lebar Maksimum 13 cm Dengan Jarak 20 cm Dari Pusat Poros”. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kincir

angin dengan variasi kecepatan 6,2 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal

angin dengan variasi kecepatan 6,2 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal

Dokumen terkait